MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT TREM DI JALAN RAYA DARMO SURABAYA

dokumen-dokumen yang mirip
Manajemen Lalu Lintas Akibat Trem Di Jalan Raya Darmo Surabaya

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesatnya pembangunan yang berwawasan nasional maka prasarana

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

ANALISIS PENERAPAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) DENGAN PEMBANGUNAN BUSLANE PARSIAL PADA KORIDOR UTARA-SELATAN KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah kepemilikan kendaraan dewasa ini sangat pesat.

EVALUASI KINERJA SIMPANG HOLIS SOEKARNO HATTA, BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. penarik (attractive) dan kawasan bangkitan (generation) yang meningkatkan tuntutan lalu lintas (

KATA PENGANTAR. penyusunan tugas akhir ini dengan judul Evaluasi Kinerja Simpang Bersinyal

ANALISA DAN KOORDINASI SINYAL JALAN DIPONEGORO SURABAYA

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kaki. Sebuah kota yang memiliki jumlah penduduk dan jumlah kendaraan yang. jalan tersebut akan merasa aman dan nyaman.

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga

MANAJEMEN LALU LINTAS DI SEKITAR PERSIMPANGAN JL. PASARMINGGU - JL. KALIBATA - JL. DUREN TIGA JL. PANCORAN TIMUR DI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. bertemu dengan ruas jalan lain, yang disebut persimpangan. Jalan Letnan Jendral M. T. Haryono, Jalan Serangan Umum 1 Maret (Jalan

MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS PERSIMPANGAN SEPANJANG Jl. A. YANI SISI BARAT AKIBAT PEMBANGUNAN FRONTAGE ROAD

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL PESAPEN SURABAYA

PROYEK AKHIR EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL PADA SIMPANG EMPAT JL. URIP SUMOHARJO JL. RAYA DARMO JL. PANDEGILING SURABAYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang dijabarkan dalam sebuah bagan alir seperti gambar 3.1.

EVALUASI KINERJA SIMPANG TIGA TAK BERSINYAL DENGAN METODE MKJI 1997 (Studi Kasus Simpang Tiga Jalan Ketileng Raya-Semarang Selatan)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Simpang jalan merupakan tempat terjadinya konflik lalu lintas. Kinerja dari suatu

Indikator pengukuran kinerja jalan perkotaan

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL TIPE C KENDUNG BENOWO SURABAYA

ANALISIS KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL (STUDI KASUS SIMPANG EMPAT TAMAN DAYU KABUPATEN PASURUAN)

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS : JLN. RAYA KARANGLO JLN. PERUSAHAAN KOTA MALANG)

STUDI ARUS JENUH PADA PERSIMPANGAN BERSINYAL JALAN ACEH JALAN BANDA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

KAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR DAN RUKO LAWANG KABUPATEN MALANG

TINJAUAN EFEKTIFITAS PELAYANAN LAMPU PENGATUR LALULINTAS PADA PERSIMPANGAN PAAL DUA MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997

STUDI KINERJA SIMPANG LIMA BERSINYAL ASIA AFRIKA AHMAD YANI BANDUNG

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebelum memulai penelitian perlu dibuat langkah-langkah penelitian, dimana langkah- langkah penelitian tersebut adalah:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kata Kunci Jalan Ahmad Yani, frontage road, Jalan layang tol,kinerja, travel time.

BAB V PENUTUP. Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab. sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perempatan Cileungsi Kabupaten Bogor, terdapat beberapa tahapan pekerjaan

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL PADA JALAN RAYA MOJOPAHIT JL. HASANUDIN JL. ERLANGGA SIDOARJO TUGAS AKHIR. Disusun Oleh:

PENGARUH PERLINTASAN KERETA API TERHADAP KINERJA JALAN RAYA CITAYAM (169T)

Perencanaan Trase Tram Sebagai Moda Transportasi Terintegrasi Untuk Surabaya Pusat

EVALUASI DAN PERENCANAAN LAMPU LALU LINTAS KATAMSO PAHLAWAN

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

EVALUASI PENERAPAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) Fitra Hapsari ( ) Jurusan Teknik Sipil Bidang Keahlian Manajemen Rekayasa Transportasi

DAFTAR ISI JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. simpang merupakan faktor penting dalam menentukan penanganan yang paling tepat

KAJIAN PERBAIKAN KINERJA LALU LINTAS DI KORIDOR GERBANG PERUMAHAN SAWOJAJAR KOTA MALANG

BAB III METODA PENELITIAN

ANALISA KINERJA SIMPANG TIDAK BERSINYAL DI RUAS JALAN S.PARMAN DAN JALAN DI.PANJAITAN

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dimulainya penelitian terlebih dahulu dibuat tahapan-tahapan dalam

SEMINAR TUGAS AKHIR MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT PEMBANGUNAN SURABAYA ORGAN TRANSPLANT CENTER (SOTC) RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL PADA SIMPANG TIGA JL. KUPANG INDAH JL. RAYA KUPANG JAYA JL. DUKUH KUPANG UTARA 1 SURABAYA

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

BAB III LANDASAN TEORI. lintas (traffic light) pada persimpangan antara lain: antara kendaraan dari arah yang bertentangan.

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Data Hotel Malioboro. yang menampung sebanyak 12 unit kendaraan mobil penumpang. Luas lahan. B. Data Geometri Jalan

ANALISA PENENTUAN FASE DAN WAKTU SIKLUS OPTIMUM PADA PERSIMPANGAN BERSINYAL ( STUDI KASUS : JL. THAMRIN JL. M.T.HARYONO JL.AIP II K.S.

TUGAS AKHIR EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL PADA JALAN RAYA GEDANGAN JALAN LETNAN JENDERAL S. PARMAN JALAN RAYA KETAJEN JALAN KH.

BAB III METODOLOGI. Bagan alir dalam penulisan tugas akhir ini terdiri dari :

BAB 3 METODOLOGI Metode Pengamatan

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Bangak di Kabupaten Boyolali)

BAB I PENDAHULUAN. Bintaro Utama 3 Jalan Bintaro Utama 3A Jalan Pondok Betung Raya Jalan Wr

BAB I PENDAHULUAN. Sleman DIY. Simpang ini menghubungkan kota Jogjakarta dengan kota-kota lain di

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi sebaliknya, bila transportasi tidak ditata dengan baik maka mengakibatkan

ANALISIS BUNDARAN PADA SIMPANG EMPAT JALAN A. YANI KM 36 DI BANJARBARU. Rosehan Anwar 1)

Kata kunci: Bangkitan Pergerakan, Kinerja Ruas Jalan, Derajat Kejenuhan.

ALTERNATIF (Waktu Sinyal Manajemen Lalu Lintas)

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang sangat

BAB III METODA PENELITIAN. pengamatan langsung dilapangan dengan maksud untuk mengetahui :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Evaluasi Kinerja Jalan Arteri Primer Jalan Raya Yogya Solo Daerah Istimewa Yogyakarta

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL HALAMAN PENGESAHAN. ABSTRAK... i. ABSTRACT... iii. KATA PENGANTAR...v. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN HALAMAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB IV METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. Judul. Lembar Pengesahan. Lembar Persetujuan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya pembangunan suatu daerah maka semakin ramai pula lalu

Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Lokasi Penelitian. Pengumpulan Data

PENGENDALIAN LALU LINTAS 4 LENGAN PADA PERSIMPANGAN JL. RE. MARTADINATA JL. JERANDING DAN PERSIMPANGAN JL. RE. MARTADINATA JL. HARUNA KOTA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan transportasi seperti kemacetan, polusi udara, kecelakaan, antrian maupun

BAB II TNJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) karakteristik geometrik

Kata kunci : Simpang Bersinyal, Kinerja, Bangkitan Pergerakan

dan crossing dengan Ramp TOL Waru Juanda, sehingga terdapat persimpangan seperti pada Gambar 1.2.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya, maka dengan ini penulis mengambil referensi dari beberapa buku dan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Traffic light merupakan sebuah teknologi yang mana kegunaannya adalah untuk mengatasi antrian dan dapat mempelancar arus lalu lintas

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas yang dilakukan oleh semua lapisan masyarakat disetiap bidangnya. Salah

EVALUASI KINERJA DAN KOORDINASI SIMPANG BERSINYAL JL.EMBONG MALANG JL.TIDAR & JL.BLAURAN JL.KEDUNG DORO DAN JL.BLAURAN JL.BUBUTAN & JL.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan aktifitas suatu kota menyebabkan peningkatan pergerakan orang dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. memperoleh kesimpulan yang ingin dicapai dalam penelitian. Metodologi yang

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

STUDI KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN CIPAGANTI BAPA HUSEN BANDUNG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE BAB 3. commit to user Metode Pengamatan

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas perekonomian terus meningkat begitu pula dengan aktifitas kendaraan guna

Dosen Pembimbing : Ir. Djoko Sulistiono. MT

BAB I PENDAHULUAN. bergerak bersamaan. Persimpangan pun menjadi salah satu bagian yang harus diperhatikan

STUDI WAKTU TUNDAAN AWAL DAN ARUS JENUH PADA PERSIMPANGAN JALAN CIPAGANTI - EYCKMAN BANDUNG

Transkripsi:

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT TREM DI JALAN RAYA DARMO SURABAYA OLEH : ZUHRI MUHIS (3111106020) DOSEN PEMBIMBING : WAHJU HERIJANTO, Ir., MT.

LATAR BELAKANG TUJUAN BATASAN MASALAH LOKASI KAJIAN DASAR TEORI METODOLOGI PEMBAHASAN KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

LATAR BELAKANG Surabaya merupakan kota yang mengalami pesatnya pertumbuhan manusia dan industri, dampak transportasi dari hal tersebut salah satunya adalah kemacetan akibat tidak berimbangnya pertumbuhan kondisi geometrik jalan dengan volume kendaraan yang ada. Berbagai macam solusi telah dilakukan Pemkot Surabaya salah satunya menciptakan dan mengembangkan kembali trem yang dulu pernah ada, hal tersebut diharapkan dapat mengurangi kemacetan lalu lintas dan bisa menjadi alternatif moda transportasi darat yang menghubungkan antara wilayah utara ke selatan Surabaya. Kajian tugas akhir ini dilakukan untuk mengetahui kondisi dan kinerja lalu lintas di jalan Raya Darmo yang meliputi koridor Terminal Joyoboyo Taman Bungkul Santa Maria sebelum dan setelah adanya trem. Tolak ukur yang digunakan untuk mengetahui kondisi dan kinerja lalu lintas tersebut adalah nilai derajat kejenuhan. Apabila derajat kejenuhan lebih dari 0,75 maka akan dilakukan masukan manajemen lalu-lintas setelah beroperasinya trem pada lokasi studi yang ditinjau berdasarkan pada konsep sistem transportasi massal berbasis trem yang telah ada.

TUJUAN Tujuan dari pembahasan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : Menganalisis kinerja dan kondisi simpang (Jl. Raya Darmo- Jl. Dr. Soetomo Jl. Polisi Istimewa, Jl. Raya Darmo-Jl, Diponegoro, dan Jl. Raya Darmo Jl. RA. Kartini ) sebelum dan setelah trem direalisasikan. Menganalisis kinerja dan kondisi ruas jalan, jalinan dan u- turn yang ada pada Jalan Raya Darmo sebelum dan setelah trem direalisasikan. Menganalisis kajian manajemen lalu lintas yang akan direncanakan pada simpang, ruas, jalinan dan u-turn sepanjang Jalan Raya Darmo setelah trem direalisasikan.

BATASAN MASALAH Batasan masalah dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut : Perhitungan volume kendaraan pada simpang, ruas, jalinan dan u-turn jalan eksisting dilakukan pada jam-jam sibuk (peak hour) pagi, siang, dan sore hari pada hari kerja. Volume kendaraan yang diperhitungkan adalah kendaraan ringan (LV), kendaraan berat (HV) dan sepeda motor (MC). Tidak membahas secara detail teori probabilitas perpindahan penumpang pribadi ke trem dan Traffic Demand Management (TDM) hanya memakai skenario realistik yang sudah ada.

LOKASI KAJIAN Lokasi kajian

LOKASI KAJIAN Keterangan lokasi : Ruas jalan dan jalinan depan Bumi Arjo, serta u-turn depan Kebon Binatang. Ruas jalan, jalinan dan u-turn depan Taman Bungkul. U-turn depan Santa Maria. Simpang tiga bersinyal Jalan Raya Darmo Diponegoro Simpang empat bersinyal Jalan Raya Darmo DR. Soetomo Polisi Istimewa. Simpang tiga bersinyal Jalan Raya Darmo RA. Kartini.

DASAR TEORI Manajemen Lalu Lintas Teori Traffic Demand Mangement (Seattle Urban Mobility Plan, 2008). Tram Teori tentang moda transportasi kereta (Vuchic, 1990) tentang Rail Transit Modes Simpang Bersinyal Mengadopsi dari teori simpang bersinyal (MKJI, 1997). Ruas Jalan Mengadopsi dari teori ruas jalan (MKJI, 1997). Jalinan Mengadopsi dari teori jalinan tunggall (MKJI, 1997). U-turn Mengadopsi dari teori analisis kajian putar balik (Agah, 2007) dan pedoman perencanaan putar balik (Bina Marga, 2005 )

START Identifikasi Masalah Studi Pustaka METODOLOGI Data Primer : - Kondisi Geometrik (Lebar lajur, lebar bahu, lebar pendekat, hambatan samping). - Data Lalu Lintas (Volume simpang bersinyal, ruas, jalinan dan u-turn) Pengumpulan Data Data Sekunder : - Peta Lokasi - Asumsi nilai probablitas trem - Asumsi nilai Traffic Demand Management trem A

A Analisis Simpang eksisiting Analisis Ruas eksisting Analisis Jalinan Eksisting Ananlisis U-turn eksisting METODOLOGI Analisis Simpang Adanya Trem Analisis Ruas Adanya Trem <0,75 ya Analisis Jalinan Adanya Trem tidak Traffic Demand Mangement (TDM) : - Peningkatan transportasi pilhan lain - Pinangkatan moda transportasi massal dan pengurangan penumpang mobil pribadi - Manajemen parkir Pembatasan kendaraan pribadi Kesimpulan dan Saran FINISH

PEMBAHASAN Data-data yang dibutuhkan untuk menganalisis derajat kejenuhan () pada ruas dan jalinan adalah geometrik (C) dan volume kendaraan (V) sedangkan untuk simpang bersinyal yaitu geometrik dan waktu sinyal (C) serta volume kendaraan (V) masing-masing pendekat. Sehingga derajat kejenuhan merupakan perbandingan volume kendaraan dan kapasitas ( = V/C). Analisis u-turn dilakukan dengan mencari waktu tunggu (Agah, 2007) serta antrian (Bina Marga, 2005) Analisis kondisi rencana setelah adanya trem adalah dengan pengurangan volume lalu lintas sebesar 20% (House of Commons Transport Commite, 2004) serta perubahan geometrik dimana berkurangnya lajur jalan untuk lajur trem. Manajemen lalu lintas dilakukan dengan menggunakan teori Traffic Demand Management (TDM) sehingga terjadi pengurangan volume lalu lintas 35% (Seattle Urban Mobility Plan, 2008) dan perubahan waktu siklus pada simpang bersinyal menyesuaikan headway minimal trem (2 menit) serta perubahan geometrik pendekat.

TAMAN BUNGKUL HALTE 900 730 1150 Gambar Tampak Atas Ruas Jalan Raya Darmo Taman Bungkul (Kondisi )

HALTE Gambar Potongan Melintang Ruas Jalan Raya Darmo Taman Bungkul (Kondisi )

JALAN RAYA DARMO (UTARA) JL. DR. SOETOMO JL. POLISI ISTIMEWA JALAN RAYA DARMO (SELATAN) Gambar Simpang Bersinyal Raya Darmo DR. Soetomo Polisi Istimewa (SSP) (Kondisi )

Nama Jalan Kondisi Sebelum Adanya Manajemen Lalu Lintas Tabel. Rekapitulasi Nilai Derajat Kejenuhan () Ruas Jalan RAYA DARMO TAMAN BUNGKUL (Ke Utara) Peak Hour Pagi 0,83 1,0 0,65 RAYA DARMO TAMAN BUNGKUL (Ke Utara) Peak Hour Siang 0,38 0,45 0,3 RAYA DARMO TAMAN BUNGKUL (Ke Utara) Peak Hour Sore 0,67 0,81 0,53 RAYA DARMO TAMAN BUNGKUL (Ke Selatan) Peak Hour Pagi 0,61 0,74 0,48 manajemen lalu lintas pada ruas dilakukan dengan cara teori TDM dan penempatan rambu hati-hati ada trem. RAYA DARMO TAMAN BUNGKUL (Ke Selatan) Peak Hour Siang 0,57 0,69 0,45 RAYA DARMO TAMAN BUNGKUL (Ke Selatan) Peak Hour Sore 0,88 1,06 0,69 RAYA DARMO BUMI ARJO (Ke Utara) Peak Hour Pagi 1,02 0,82 0,54 RAYA DARMO BUMI ARJO (Ke Utara) Peak Hour Siang 0,71 0,57 0,38 RAYA DARMO BUMI ARJO (Ke Utara) Peak Hour Sore 0,75 0,61 0,39 RAYA DARMO BUMI ARJO (Ke Selatan) Peak Hour Pagi 0,84 0,67 0,44 RAYA DARMO BUMI ARJO (Ke Selatan) Peak Hour Siang 0,87 0,7 0,46 RAYA DARMO BUMI ARJO (Ke Selatan) Peak Hour Sore 1,27 1,02 0,66

Tabel Rekapitulasi Simpang Bersinyal Raya Darmo - Diponegoro (Peak Hour Pagi) Tabel Rekapitulasi Simpang Bersinyal Raya Darmo - Diponegoro (Peak Hour Siang) Arah Pendekat Nama Pendekat Sebelum Adanya Trem Adanya Manajemen Lalu Lintas Arah Pendekat Nama Pendekat Sebelum Adanya Adanya Manajemen Lalu Lintas UTARA RAYA DARMO (ST) 0.76 0,66 0,42 Trem SELATAN RAYA DARMO (LT) 0 0 0 UTARA RAYA DARMO (ST) 0,819 0,71 0,45 SELATAN RAYA DARMO (ST) 1,35 1,17 0,74 SELATAN RAYA DARMO (LT) 0 0 0 BARAT DIPONEGORO (LT) 0.21 0,16 0,11 SELATAN RAYA DARMO (ST) 1,09 0,95 0,6 BARAT DIPONEGORO (RT) 0.61 0,52 0,32 BARAT DIPONEGORO (LT) 0,15 0,11 0,08 BARAT DIPONEGORO (RT) 0,875 0,71 0,48 Tabel Rekapitulasi Simpang Bersinyal Raya Darmo - Diponegoro (Peak Hour Sore) manajemen lalu lintas pada SDD dilakukan dengan cara teori TDM serta perubahan geometrik pendekat Raya Darmo. Arah Pendekat Nama Pendekat Sebelum Adanya Manajemen Lalu Lintas UTARA RAYA DARMO (ST) 1,35 1,17 0,74 SELATAN RAYA DARMO (LT) 0 0 0 SELATAN RAYA DARMO (ST) 0,77 0,67 0,42 BARAT DIPONEGORO (LT) 0,08 0,07 0,04 BARAT DIPONEGORO (RT) 1,17 0,94 0,61

Tabel Rekapitulasi Simpang Bersinyal Raya Darmo DR. Soetomo Polisi Istimewa (Peak Hour Pagi) Tabel Rekapitulasi Simpang Bersinyal Raya Darmo DR. Soetomo Polisi Istimewa (Peak Hour Siang) Arah Pendekat Nama Pendekat Sebelum Adanya Trem Adanya Manajemen Lalu Lintas UTARA RAYA DARMO (RT) 1.61 1,29 0,89 Arah Pendekat Nama Pendekat Sebelum Adanya Trem Adanya Manajemen Lalu Lintas UTARA RAYA DARMO (ST) 0,79 0,72 0,48 UTARA RAYA DARMO (LT) 0 0 0 SELATAN RAYA DARMO (LT) 0,18 0,14 0,1 UTARA RAYA DARMO (RT) 1,56 1,25 0,87 UTARA RAYA DARMO (ST) 1,01 0,92 0,53 UTARA RAYA DARMO (LT) 0 0 0 SELATAN RAYA DARMO (LT) 0,16 0,12 0,07 SELATAN RAYA DARMO (ST) 1,04 0,9 0,42 TIMUR POLISI ISTIMEWA (ST) 1,13 0,9 0,52 TIMUR POLISI ISTIMEWA (LT) 0 0 0 SELATAN RAYA DARMO (ST) 1,42 1,23 0,75 TIMUR POLISI ISTIMEWA (ST) 1,84 1,47 0,47 TIMUR POLISI ISTIMEWA (LT) 0 0 0 BARAT DR. SOETOMO (LT) 0,51 0,41 0,23 BARAT DR. SOETOMO (ST) 1,32 1,06 0,52 Tabel Rekapitulasi Simpang Bersinyal Raya Darmo DR. Soetomo Polisi Istimewa (Peak Hour Sore) BARAT DR. SOETOMO (LT) 0,38 0,3 0,42 BARAT DR. SOETOMO (ST) 0,69 0,56 0,5 Arah Pendekat Nama Pendekat Sebelum Adanya Manajemen Lalu Lintas manajemen lalu lintas pada SSP dilakukan dengan cara teori TDM dan perubahan waktu siklus (headway trem 2 menit) serta perubahan geometrik pendekat Raya Darmo, Diponegoro, dan Polisi Istimewa. UTARA RAYA DARMO (RT) 1,06 0,82 0,82 UTARA RAYA DARMO (ST) 1,41 1,28 0,78 UTARA RAYA DARMO (LT) 0 0 0 SELATAN RAYA DARMO (LT) 0,12 0,09 0,04 SELATAN RAYA DARMO (ST) 1,14 0,98 0,43 TIMUR POLISI ISTIMEWA (ST) 2,32 1,86 0,69 TIMUR POLISI ISTIMEWA (LT) 0 0 0 BARAT DR. SOETOMO (LT) 0,5 0,4 0,26 BARAT DR. SOETOMO (ST) 1,56 1,25 0,71

Tabel Rekapitulasi Simpang Bersinyal Raya Darmo RA. Kartini (Peak Hour Pagi) Tabel Rekapitulasi Simpang Bersinyal Raya Darmo RA. Kartini (Peak Hour Siang) Arah Pendekat Nama Pendekat Sebelum Adanya Trem Adanya Manajemen Lalu Lintas Arah Pendekat Nama Pendekat Sebelum Adanya Manajemen Lalu Lintas UTARA RAYA DARMO (RT) 1,19 0,95 0,69 UTARA RAYA DARMO (ST) 1,01 0,91 0,52 UTARA RAYA DARMO (RT) 0,78 0,63 0,47 SELATAN RAYA DARMO (LT) 0 0 0 UTARA RAYA DARMO (ST) 1,15 1,05 0,59 SELATAN RAYA DARMO (ST) 1,27 1,1 0,69 SELATAN RAYA DARMO (LT) 0 0 0 SELATAN RAYA DARMO (ST) 0,86 0,75 0,45 manajemen lalu lintas pada SDK dilakukan dengan cara teori TDM dan perubahan waktu siklus (headway trem 2 menit) serta perubahan geometrik pendekat Raya Darmo. Tabel Rekapitulasi Simpang Bersinyal Raya Darmo RA. Kartini (Peak Hour Sore) Arah Pendekat Nama Pendekat Sebelum Adanya Manajemen Lalu Lintas UTARA RAYA DARMO (RT) 1,06 0,85 0,67 UTARA RAYA DARMO (ST) 1,39 1,27 0,73 SELATAN RAYA DARMO (LT) 0 0 0 SELATAN RAYA DARMO (ST) 0,94 0,82 0,46

Tabel Rekapitulasi Waktu Tunggu dan Antrian U-turn Tabel Rekapitulasi Nilai Derajat Kejenuhan () Jalinan Jalan Nama U-turn Sebelum Adanya Manajemen Lalu Lintas Nama Jalan Kondisi Sebelum Adanya Adanya Manajemen Lalu Lintas Waktu tunggu (det) Antrian (smp) Waktu tunggu (det) Antrian (smp) KEBON BINATANG (UTARA) 15,73 1,97 5,22 0,93 Trem KEBON BINATANG (SELATAN) 11,55 1,37 5,06 0,58 JALINAN BUMI ARJO DARMO Peak Hour Pagi 1,04 0,88 0,58 TAMAN BUNGKUL (UTARA) 8,95 0,88 5,01 0,31 JALINAN BUMI ARJO DARMO Peak Hour Siang 0,85 0,73 0,48 JALINAN BUMI ARJO DARMO Peak Hour Sore 0,92 0,79 0,51 TAMAN BUNGKUL (SELATAN) 8,44 0,77 5,0 0,24 JALINAN BENGAWAN DARMO Peak Hour Pagi 1,28 1,09 0,71 SANTA MARIA (UTARA) 8,95 0,86 5,01 0,3 JALINAN BENGAWAN DARMO Peak Hour Siang 0,87 0,74 0,48 SANTA MARIA (SELATAN) 8,44 0,75 5,0 0,24 JALINAN BENGAWAN DARMO Peak Hour Sore 1,49 1,27 0,83 manajemen lalu lintas dilakukan dengan teori TDM dan memberi rambu dilarang putar balik dari bengawan ke darmo utara pada peak hour sore. manajemen lalu lintas pada u-turn dilakukan dengan teori TDM dan pemasangan fasilitas lampu lalu lintas pada u-turn sehingga tidak terjadi konflik antara kendaraan yang memutar dan trem dengan headway trem 2 menit.

KESIMPULAN Kinerja dan kondisi simpang bersinyal pada Jalan Raya Darmo sebelum adanya trem menunjukkan kondisi jenuh sebagai indikator utama derajat kejenuhan () > 0.75 meskipun begitu sebagian lainnya pada peak hour masih berada di bawah < 0.75. Sedangkan setelah adanya trem dengan syarat bahwa adanya pengurangan volume lalu lintas akibat perpindahan angkutan pribadi ke trem yang menjadi demand trem serta pengurangan salah satu lajur sebagai bagian dari lajur trem menghasilkan nilai derajat kejenuhan () sebagai indikator utama masih di atas standar yaitu > 0.75 meskipun tidak semua peak hour. Kinerja dan kondisi ruas jalan dan jalinan pada Jalan Raya Darmo sebelum adanya trem menunjukkan kondisi jenuh sebagai indikator utama derajat kejenuhan () > 0.75 untuk waktu tunggu dan antrian u-turn masih normal meskipun lalu lintas padat. Sedangkan setelah adanya trem dengan syarat bahwa adanya pengurangan volume lalu lintas akibat perpindahan angkutan pribadi ke trem yang menjadi demand trem serta pengurangan salah satu lajur sebagai bagian dari lajur trem menghasilkan nilai derajat kejenuhan () > 0.75 untuk ruas dan jalinan meskipun tidak semua peak hour.

KESIMPULAN Manajemen lalu lintas yang direncanakan dan dilakukan adalah dengan cara teori Traffic Demand Management (TDM) yang kemudian menjadi demand trem. Selain itu juga tindakan manajemen konvensional lainnya seperti perubahan waktu siklus, perubahan geometrik dan pelarangan gerakan pun dilakukan. Dengan cara tersebut kondisi dan kinerja dari simpang bersinyal, ruas, dan jalinan menjadi tidak jenuh dengan nilai derajat kejenuhan < 0.75. Sedangkan waaktu tunggu dan antrian untuk u-turn berkurang dan tidak menghambat headway trem dengan memasang lampu lalu lintas.

DAFTAR PUSTAKA Departemen Pekerjaan Umum. 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). Jakarta : Swearoad dan Bina Karya.. 2006. Keputusan Menteri Nomor 14 Tahun 2006 Tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu-Lintas di Jalan.. 2011. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2011 Tentang Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak, Serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas. Vuchic, Vukan R. Urban Public Transportation. New Jersey : Prentice-Hall Inc. Hass-Klau, Carmen. Busways and Light Rail/ Modern Trams. London. Litman, Todd (2006). London Congestion Pricing: Implications for other cities. Victoria Transport Policy Institute : http://www.vtpi.org?london.pdf (accesed Desember 20, 2007) Victoria Transport Policy Institute, Online TDM Encyclopedia. http://www.vtpi.org?london.pdf (accesed Desember 30, 2007) May, Adolf D. 1990. Traffic Flow Fundamental : Shock Waves. New Jersey : Prentice-Hall Inc. House of Commons Transport Commite: Integrated Transport : the Future of Light Rail and Modern Trams in the United Kingdom : Government response to the Commitee s 10th Report of Session 2004-05. Agah, Heddy. 2007. Perhitungan Tundaan Pada Fasilitas Putaran Balik (U-turn) Di Jakarta. Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Pedoman Perencanaan Putaran Balik (U-turn). Jakarta. Badan Perencanaan Pembangunan Kota (BAPPEKO) Surabaya. 2013. Studi Kelayakan Pengembangan Angkutan Massal Koridor Utara - Selatan Di Kota Surabaya. Surabaya. Herijanto, Wahyu. 2012. Materi Kuliah: Bus Lane, Busway, Bus Rapid Transit.