KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL ANGKATAN BARU KARYA HAMKA Susi Susanti 1, Mila Kurnia Sari², Titiek Fujita Yusandra² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat Susi007.ade@gmail.com ABSTRACT Background of the research was that there were many social critics found on the Angkatan Baru novel by Hamka. There were two of the social critics called social critics to the social strata and social critics to the family in the novel. Purpose of the research was to describe the social critics on social strata and family in the novel. It was a qualitative research using analysis descriptive method. Data of the research was words and sentences related to the social critics in the novel. Source of the data itself was the novel of Angkatan Baruby Hamka. Data were collected through several steps; first, reading and understanding the novel, second, identifying events related to the research problems in the novel, understanding the data related to the social critics, fourth, classifying the collected data. The research shows some critics to the social strata and family in Angkatan Baru novel by Hamka. There are four parts found on the social strata such as (a) prosperity level in the village like having a wide farming, (b) power level through the stratification between diploma graduated religious school to the society, (c) dignity level through the diploma graduated student in the village, (d) knowledge level through the high knowledge graduated students related to the low knowledge society. Social critics is from the Syamsiar family that does not support the children s future in the village. Keywords: Novel, Social Critics, Social Strata, Family PENDAHULUAN Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang hidup bersama, bercampur untuk waktu yang cukup lama, sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan dimana mereka merupakan sistem hidup bersama. Pada masyarakat Minangkabau terdapatnya kelompok etnis yang mendiami suatu daerah. Yang mana daerah itu terdapatnya unit terkecil masyarakat Minangkabau yaitu keluarga terdiri dari bapak, ibu, dan anak. Bahkan dalam masyarakat Minangkabau pun di temui katagori penduduk berpendapatan rendah, penduduk berpendapatan sedang dan penduduk berpendapatan tinggi. Sejak masyarakat zaman dahulu lapisan sosial sudah ada. Hal ini dapat kita lihat mulamula didasarkan pemimpin dengan yang dipimpin, golongan budak dan bukan budak, begitu juga dengan pembagian kerja serta perbedaan berdasarkan ilmu pengetahuan, pendidikan, dan kekuasaan.
Alasan melatarbelakangi peneliti melakukan penelitian terhadap novel Angkatan Baru karya Hamka. Mengingatkan kepada masyarakat terutama masyarakat Minangkabau agar tidak menyalahgunakan kedudukan dan gelar yang dimiliki dalam masyarakat serta menginggatkan bagaiman peran keluarga yang semestinya. Hal ini yang menjadi latar belakang ketertarikan terhadap penulis untuk melakukan penelitian tentang kritik sosial dalam novel Angkatan Baru karya Hamka. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Semi (1993:24) berpendapat penelitian yang menggunakan metode deskriptif artinya data terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar, bukan dalam bentuk angka-angka. tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan secara fenomena yang diselidiki. Metode ini digunakan untuk menganalisis kritik sosial novel Angkatan Baru karya Hamka ditinjau dari lapisan sosial dan keluarga. HASIL DAN PEMBAHASAN Kritik sosial dalam novel Angkatan Baru karya Hamka ditemukan dua permasalahan yaitu: (1) lapisan sosial yang terdiri dari ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan, ukuran kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan. (2) kritik sosial tentang keluarga dalam novel Angkatan Baru karya Hamka. 1. Lapisan sosial a. Ukuran kekayaan b. Ukuran kekuasaan c. Ukuran kehormatan d. Ukuran ilmu pengetahuan 2. Kritik sosial tentang keluarga dalam novel Angkatan Baru karya Hamka Fonomena yang ditemukan dalam novel Angkatan Baru karya Hamka adalah bercerita tentang tingkatan-tingkatan kedudukan masyarakat Minangkabau dan bagaimana peran keluarga Minangkabau. Pada novel Angkatan Baru karya Hamka ditemukan dua permasalahan yaitu kritik tentang lapisan sosial yang terdiri dari ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan, ukuran kehormatan, ukuran ilmu pengetahuan. Serta kritik sosial tentang keluarga dalam novel Angkatan Baru karya Hamka. kekayaan yang digambarkan pengarang.
Sawahnya berjenjang, ladangnya luas, mamak dan saudaranya kaya-kayadan merantau jauh, ibunya cukup menghormatinya, ninik mamak demikian pula (Hamka, 2016:55). Berdasarkan kutipan di atas terdapat kritik terhadap ukuran kekayaan pada tokoh Syamsiar yang memiliki kaum kerabat yang kayakaya dan terpandang. Pada kebudayaan Minangkabau tanah dan ladang merupakan suatu kekayaan yang berharga, orangorang yang memiliki kekayaan yang paling banyak di dalam kampung maka orang itu akan disegani oleh masyarakat di kampung. kekuasaan yang digambarkan pengarang. Ada pula seorang penghulu yang meminta, penghulu pujuk bulat urat tanggang dalam kampung, akan jadi istri yang ketiga, itu pun tidak diterimanya (Hamka, 2016:13). Berdasarkan kutipan di atas terdapat kritik terhadap ukuran kekuasan pada tokoh penghulu yang memiliki suatu kekuasaan di dalam masyarakat. Pada kebudayaan Minangkabau penghulu merupakan andiko dari kaumnya atau raja dari kemenakannya, jadi penghulu adalah orang yang disegani di dalam kampung dan memiliki kekuasaan tertinggi di Minangkabau. kehormatan yang digambarkan pengarang. Membajak? Tanya Syamsiar, Adakah layak kita keluaran sekolah agama, guruguru kita keluaran Mesir dan Jakarta, kita akan jadi tukang bajak sawah. Adakah mungkin kita pergi ke negeri orang, padahal pekerjaan yang akan didapati tidak ada (Hamka, 2016:51). Berdasarkan kutipan di atas terdapat kritik terhadap ukuran kehormatan pada tokoh Syamsiar yang merasa dirinya tidak pantas untuk bekerja di kampung dan melakukan pekerjaan kasar, karena dianggap telah dihormati oleh orang-orang kampung. Pada kebudayaan Minangkabau anak keluaran sekolah agama dihormati tetapi jika tidak mendapat pekerjaan anak tersebut hendaknya bisa melakukan pekerjaan yang ada di kampung. ilmu pengetahuan yang digambarkan pengarang. Empat tahun ia bersekolah menengah, mengharapkan diploma dan lepas dengan baik,sekarang setelah lepas dan membawa diploma, hatinya terasa sedih meninggalkan sekolahnya (Hamka, 2016:2). Berdasarkan kutipan di atas terdapat kritik terhadap ukuran ilmu pengetahuan pada tokoh Syamsiar yang memiliki ilmu pengetahuan tetapi tidak
memiliki sikap yang tidak baik. Pada kebudayaan Minangkabau jika seorang anak tersebut memiliki ilmu pengetahuan maka anak tersebut memiliki wawasan yang luas dan akan memberikan contoh yang baik kepada masyarakat di kampungnya. Berikut ini adalah kutipan kritik sosial tentang keluarga yang digambarkan pengarang. Bertanak ke dapur ia kurang mau sebab ia telah alim, oleh keluarga pun tidak pula dibiarkan lagi sebab bagai gunung ia dipandang (Hamka, 2016:4). Berdasarkan kutipan di atas terdapat kritik terhadap keluarga pada tokoh keluarga yang terlalu memanjakan anaknya, sehingga tidak ada keinginan anak untuk merubah dirinya lantaran orang tua sama sekali tidak menasehati Syamsiar. Pada kebudayaan Minangkabau jika seorang telah memiliki gelar maka orang tua menganggap anaknya adalah segalagalanya dan menuruti semua keinginan anaknya. KESIMPULAN Pada penelitian ini bertujuan untuk menemukan permasalahan yang dikritik dalam novel Angkatan Baru karya Hamka. Pada novel Angkatan Baru karya Hamka, dapat disimpulkan dua hal tentang kririk sosial terhadap kehidupan orang-orang Minangkabau. Pertama, terdapatnya kritikan terhadap para pemuda Minangkabau yang memiliki gelar diploma, merasa dirinya berada ditingkat teratas di dalam masyarakat. Sehingga terjadinya suatu tingkatan-tingkatan di dalam masyarakat. Salah satunya terhadap lapisan sosial yang tediri dari ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan, ukuran kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan. Ukuran kekayaan menjelaskan terdapatnya kekayaan seperti uang, tanah, cara berpakaian, rumah, mobil, dan barangbarang mewah. Ukuran kekuasaan menjelaskan siapa yang memiliki suatu wewenang atau kekuasaan memiliki suatu lapisan sosial teratas. Ukuran kehormatan menjelaskan kehormatan merupakan suatu yang dapat membuat orang menjadi segan, ukuran kehormatan ini sering dilihat pada masyarakat-masyarakat yang memiliki derajat tertinggi, dan ukuran ilmu pengetahuan menjelaskan bahwa orangorang yang memiliki gelar berada pada tingkat teratas. Kedua, terdapatnya kritikan terhadap keluarga Minangkabau. Pada novel Angkatan Baru karya Hamka mengkritik keluarga yang sama sekali tidak mendukung kemajuan anak-anaknya.
Dapat dilihat dari gambaran keluarga Syamsiar, ketika berada dikampung Syamsiar sama sekali tidak melakukan pekerjaan dirumah. Padahal dalam adat Minangkabau perempuan harus bisa melakukan pekejaan rumah, namun keluarga Syamsiar sama sekali tidak menasehatinya. Jadi, pada Masing-masing permasalahan ditunjang oleh peristiwa yang terjadi dalam novel Angkatan Baru karya Hamka. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. 2009. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka. Goode, William J. 2002. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Bumi Aksara. Hamka. 2016. Angkatan Baru. Jakarta: Gema Insani. Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.