BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam. kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dapat menghasilkan suatu peristiwa-peristiwa tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih.

BAB I PENDAHULUAN. yang dibuat oleh pihak bank. Salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tanah yang merupakan kebutuhan pokok bagi manusia akan berhadapan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan suatu hubungan hukum yang dikategorikan sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. pemiliknya kepada pihak lain. Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam pelaksanaan administrasi pertanahan data pendaftaran tanah yang

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah

PELAKSANAAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI DAN KUASA UNTUK MENJUAL YANG DIBUAT OLEH NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan tanah dalam rangka pembangunan bagi pemenuhan berbagai

PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat di. Indonesia. Kebutuhan masyarakat terhadap tanah dipengaruhi oleh jumlah

KUASA JUAL SEBAGAI JAMINAN EKSEKUSI TERHADAP AKTA PENGAKUAN HUTANG

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. harga tanah dan bangunan yang terus naik dari tahun ke tahun. Tanah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan hidup terutama kebutuhan untuk tempat tinggal merupakan

BAB IV PENUTUP. Pekanbaru, diperoleh kesimpulan dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) saat ini, membuat masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 1 ayat (3) menentukan secara tegas bahwa negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan akan tanah sebagai sumber kehidupan sehingga dapat dicermati

BAB I PENDAHULUAN. sebagai orang perseorangan dan badan hukum 3, dibutuhkan penyediaan dana yang. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembatalan akta..., Rony Fauzi, FH UI, Aditya Bakti, 2001), hlm Ibid., hlm

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kemauan pihak-pihak tersebut (Subekti, 1979:7-8). Selain lahir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan lainnya, pengaturan mengenai Notarisdiatur dalamundangundang

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

BAB I PENDAHULUAN. sangat indah membuat investor asing berbondong-bondong ingin berinvestasi di

BAB I PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bumi yang paling atas. Yang dimanfaatkan untuk menanami tumbuh-tumbuhan disebut

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. Boedi Harsono, Hukum Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 2005, hlm. 560

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

BAB I PENDAHULUAN. interaksi diantara masyarakat itu sendiri semakin menjadi kompleks. satu fungsi hukum adalah untuk memberikan kepastian hukum dalam

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang terjadi di negara-negara berkembang pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. tanah, padahal luas wilayah negara adalah tetap atau terbatas 1.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pilihan memiliki rumah yang terjangkau bagi banyak orang.

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKTA NOTARIIL. Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut acte atau akta

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

BAB III SURAT KUASA MUTLAK PADA PERJANJIAN JUAL BELI TANAH SEBAGAI DASAR PEMINDAHAN HAK ATAS TANAH DIHUBUNGKAN DENGAN INSTRUKSI MENTERI DALAM

BAB I PENDAHULUAN. mengatur hidup manusia dalam bermasyarakat. Didalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari tanah. Manusia. membutuhkan tanah dalam segala macam aspek kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. mahkluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. manusia lainya, terutama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017 Website :

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. manusia menjadi hal yang tidak terelakkan, terutama dalam memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Negara Indonesia adalah negara hukum. Semua Warga Negara

BAB I PENDAHULUAN. Akta Tanah (PPAT) yang berlaku saat ini adalah Peraturan Pemerintah (PP)

BAB III KERANGKA TEORI. Undang Hukum Perdata tentang Perikatan. Mempunyai sifat sistem terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. satu jasa yang diberikan bank adalah kredit. sebagai lembaga penjamin simpanan masyarakat hingga mengatur masalah

BAB I PENDAHULUAN. begitu besar meliputi bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1.

BAB I PENDAHULUAN. Belanda yaitu sejak tahun 1908 pada saat Vendu Reglement diumumkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. menurut Mr.A.Pitlo adalah rangkaian ketentuan-ketentuan, dimana,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa mempunyai fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan hukum dalam mengatur kehidupan masyarakat sudah dikenal

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang di Indonesia juga. Dalam rangka memelihara dan meneruskan pembangunan yang

Pendayagunaan tanah secara berlebihan serta ditambah pengaruh-pengaruh alam akan menyebabkan instabilitas kemampuan tanah. 1 Jumlah tanah yang statis

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB II SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN. A. Pengertian Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

ini menjadikan kebutuhan akan tanah bertambah besar. Tanah mempunyai kemakmuran, dan kehidupan. Hal ini memberikan pengertian bahwa

PELAKSANAAN PERJANJIAN JUAL BELI TANAH DIHADAPAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) (StudiKasus di Kantor PPAT Farida Ariyanti, SH) Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan usahanya. Dana atau permodalan merupakan salah satu inti utama

BAB I PENDAHULUAN. dengan Rijksblad Kasultanan Nomor 16 Tahun 1918 juncto Nomor 23. Tahun 1925 adalah tanah Sri Sultan sebagai penguasa Kasultanan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh bank, salah satunya dengan memberikan fasilitas kredit untuk

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap persepsi yang berbeda, perbedaan-perbedaan tersebut dapat pula

PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman penduduk. Inovasi yang berkembang akhir-akhir ini adalah. dikenal dengan istilah rumah susun.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu perjanjian tertulis merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini dikarenakan suatu perjanjian yang dilakukan secara tertulis bisa memberikan kepastian hukum bagi para pihak yang menyepakatinya. Perjanjian secara tertulis bisa dibuat dalam bentuk di bawah tangan maupun dapat dibuat dalam bentuk otentik. Suatu perjanjian yang dibuat dalam bentuk otentik tentulah memberikan kepastian hukum yang lebih kuat dibandingkan dengan perjanjian yang dibuat di bawah tangan. Salah satu pejabat umum di Indonesia yang dapat membuat perjanjian secara tertulis dalam bentuk otentik adalah Notaris. Notaris merupakan salah satu dari beberapa elemen dalam pelaksanaan hukum yang sebagian wewenangnya adalah menerbitkan suatu dokuman yang berupa akta dengan kekuatan hukum sebagai akta otentik. Akta otentik menurut Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) adalah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta itu dibuatnya. Akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna hal ini diatur dalam Pasal 1870 KUHPerdata yaitu akta otentik merupakan alat 1

2 pembuktian yang sempurna bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya serta orang yang mendapat hak darinya tentang apa yang dimuat dalam akta tersebut. Akta otentik merupakan bukti yang sempurna, maksudnya bahwa kebenaran dari hal-hal yang tertulis dalam akta tersebut dianggap benar selama kebenarannya itu tidak ada pihak lain yang dapat membuktikan sebaliknya. Suatu perjanjian yang dibuat di bawah tangan dapat dimintakan legalisasi oleh notaris, sehingga akta di bawah tangan tersebut mempunyai kekuatan pembuktian lebih baik dari pada akta di bawah tangan yang dibuat tanpa adanya legalisasi dari notaris. Notaris yang telah memberikan legalisasi dalam akta tersebut akan bertanggungjawab secara penuh terhadap tanggal pembuatan akta dan menjamin bahwa tanda tangan yang dibubuhkan dalam akta merupakan tanda tangan dari para penghadap sendiri. Kewenangan notaris dalam memberikan legalisasi terhadap perjanjian di bawah tangan salah satunya adalah surat kuasa menjual. Surat kuasa menjual biasanya sering dibuat dalam ranah perjanjian jual-beli, surat kuasa menjual sendiri adalah kuasa untuk menjual yang diberikan oleh pihak penjual kepada pihak pembeli atau pihak lain karena tidak dapat hadir sendiri pada saat jual beli dilaksanakan karena alasan-alasan tertentu. 1 Pada prakteknya kuasa menjual ini sering dibuat apabila pihak penjual sedang 1 Alwesius Berbicara Segalanya Tentang Notaris Dan PPAT, Masalah penggunaan kuasa untuk menjual dalam pembuatan akta jual beli, alwesius.blogspot.co.id/2011/08/masalah-penggunaankuasa-untuk-menjual.htlm?m=1 diakses pada tanggal 8 Maret 2016.

3 berada di luar kota karena suatu pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan olehnya sehingga tidak dapt hadir dalam pelaksanaan jual-beli dihadapan notaris, kemudian ada juga surat kuasa menjual ini dibuat karena dimana pihak pembeli telah membayar lunas seluruh harga jual-beli akan tetapi jualbeli tersebut belum dapat dilaksanakan, misalnya karena sertipikat sedang dalam proses di kantor pertanahan. Surat kuasa menjual bisa dibuat dalam bentuk akta di bawah tangan dan dapat juga dibuat dalam bentuk akta otentik, namun dalam prakteknya surat kuasa menjual lebih sering dibuat dalam bentuk akta otentik atau setidak-tidaknya kuasa yang dibuat di bawah tangan kemudian dilegalisasi dihadapan notaris. Surat kuasa menjual yang dibuat di bawah tangan sangat jarang dibuat karena mempunyai risiko yang sangat besar dan berpotensi besar juga akan menimbulkan suatu permasalahan dikemudian hari. Surat kuasa menjual ini dalam prakteknya sering sekali ditemui dalam ranah kenotariatan, karena dengan adanya surat kuasa menjual sendiri sangat membantu dan memberikan kepastian hukum bagi para pihak yang hendak melakukan transaksi jual-beli, namun dalam Putusan Nomor 180/pdt.G/2013/PN.Slmn, penulis menemukan dalam pokok perkaranya pada bagian menimbang. Di sini hakim menyatakan bahwa suatu surat kuasa menjual yang dilakukan oleh si penerima kuasa yang mana pembelinya adalah si penerima kuasa itu sendiri, hal tersebut tidak perbolehkan karena bertentangan dengan Pasal 1470 KUHPerdata, yang menyatakan bahwa :

4 Begitu pula atas ancaman yang sama, tidaklah boleh menjadi pembeli pada penjualan di bawah tangan baik pembelian itu dilakukan oleh mereka sendiri maupun melalui perantara : para kuasa, sejauh mengenai barang-barang yang di kuasakan kepada mereka untuk dijual. selain itu juga hakim menyatakan bahwa berdasarkan uraian pertimbangan hukum di atas menurut pendapat Majelis : Bahwa Surat Kuasa Menjual mutlak yang dibuat oleh Tergugat II tanpa adanya batasan waktu tersebut adalah bertentangan dengan Instruksi Menteri Dalam Negri Nomor 14 Tahun 1982 tentang larangan penggunaan Kuasa Mutlak Sebagai Pemindahan Hak Atas Tanah. Berdasarkan ke dua pertimbangan tersebut, hakim menyatakan batal demi hukum terhadap surat kuasa menjual tersebut. Mengenai pertimbangan hakim terhadap pemberian keputusan terhadap surat kuasa menjual tersebut, penulis merasa hakim menganggap bahwa surat kuasa menjual tersebut dibuat dalam bentuk di bawah tangan, namun dalam pokok perkaranya penggugat menyatakan membuat surat kuasa menjual tersebut dalam bentuk akta otentik dengan nomor akta : 160, selain itu di dalam pertimbangannya hakim juga menganggap bahwa akta kuasa menjual tersebut mengandung unsur kuasa mutlak dikarenakan dalam kuasa menjual tersebut tidak dicantumkan mengenai adanya batasan waktu. Pertimbangan hakim tersebut berbeda dengan pendapat Herlien Budiono yang berpendapat bahwa perjanjian pemberian kuasa menjual (kepada dirinya sendiri) yang tidak dapat ditarik kembali, diberikan oleh bakal penjual kepada bakal pembeli dalam rangka perjanjian pengikatan jual-beli, bukan merupakan kuasa mutlak yang dilarang berdasarkan Intruksi

5 Mendagri 14 Tahun 1982 yang sekarang telah diatur di dalam Pasal 39 ayat (1) butir d Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah. 2 Herlien Budiono juga berpendapat latar belakang dikeluarkannya intruksi tersebut karena adanya penyalahgunaan kuasa mutlak, diantaranya terhadap ketentuan mengenai penetapan luas tanah pertanian yang tercantum di dalam Undang-Undang Nomor 56 Tahun 1960, pemilik atas tanah hak oleh subjek hukum tertentu menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok-Pokok Agraria atau mengenai pengenaan pajak atas tanah, sehingga adanya janji tidak dapat ditarik kembali tidak serta merta menjadikan kuasa tersebut digolongkan menjadi kuasa mutlak, sepanjang di dalamnya tidak mengandung unsur dari diktum ke 2 Intruksi Mendagri No.14 Tahun 1982, 3 bunyi butir ke 2 Intruksi Mendagri, yaitu : Kuasa mutlak yang pada hakekatnya merupakan pemindahan hak atas tanah adalah kuasa mutlak yang memberikan kewenangan kepada panerima kuasa untuk menguasai dan menggunakan tanahnya serta melakukan segala perbuatan hukum yang menurut hukum hanya dapat dilakukan oleh pemegang haknya. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut di atas, dimana hakim menganggap kuasa menjual dibuat dalam bentuk akta di bawah tangan dengan pengenaan Pasal 1470 KUHPerdata, kemudian terdapat perbedaan pendapat mengenai kuasa menjual yang masuk dalam kategori kuasa mutlak antara Hakim PN.Sleman dan salah satu ahli hukum 2 Herlin Budiono, 2012, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 280. 3 Ibid., hlm. 278.

6 sekaligus berprofesi sebagai notaris, Dr. Herlin Budiono, S.H, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai KAJIAN PUTUSAN BATAL DEMI HUKUM KUASA MENJUAL OTENTIK OLEH HAKIM PENGADILAN NEGERI SLEMAN (Studi kasus : Putusan Nomor 180/Pdt.G/2013/PN.Slmn). B. Rumusan Masalah Bertolak dari latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumusakan permasalahan sebagai berikut : 1. Mengapa hakim mengkategorikan surat kuasa menjual menjadi kuasa mutlak sehingga muncul putusan batal demi hukum? 2. Bagaimanakah tanggungjawab notaris terhadap surat kuasa menjual otentik yang dinyatakan batal demi hukum oleh hakim? C. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, penulis mengambil beberapa contoh penulisan tesis terdahulu yang dianggap mempunyai kemiripan dalam penelitan. Ditemukan beberapa penelitian yang berkaitan dengan surat kuasa menjual yang dinyatakan batal demi hukum oleh Hakim PN.Sleman, di antaranya : 1. Penelitian dengan judul Penyimpangan Pembuatan Akta Kuasa Menjual Oleh Notaris Dalam Praktek Pembebanan Hak Tanggungan Di

7 Kota Yogyakarta, oleh Satria Tegar Pribadi. 4 Penelitian dilakukan pada tahun 2015, berupa penulisan tesis Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada dengan rumusan masalah sebagai berikut : a. Bagaimanakah kedudukan dan fungsi akta kuasa menjual dalam praktek pemberian kredit oleh bank yang dilakukan pada awal Pembebanan Hak Tanggungan? b. Bagaimanakah akibat hukumnya apabila kuasa menjual tersebut dibuat pada awal Pembebanan Hak Tanggungan atau sebelum debitur menyatakan wanprestasi? Kesimpulan dalam penelitian tersebut, yaitu: a. Fungsi kuasa menjual bagi debitur adalah untuk menjamin pelunasan hutang kepada kreditur, sedangkan bagi kreditur adalah sebagai alat untuk menjual atau mengalihkan kepemilikan hak atas tanah yang menjadi obyek jaminan untuk mendapatkan pelunasan dari debitur. b. Akibat dari akta kuasa menjual yang dibuat pada awal pembebanan hak tanggungan adalah batal demi hukum, karena melanggar syarat sahnya perjanjian yaitu kalusa yang halal dan juga bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang hak tanggungan. 4 Satria Tegar Pribadi, Penyimpangan Pembuatan Akta Kuasa Menjual Oleh Notaris Dalam Praktek Pembebanan Hak Tanggungan Di Kota Yogyakarta, Tesis, Program studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta, 2015.

8 2. Penelitian dengan judul Analisi Yuridis Terhadap Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) Tanah Yang Memuat Kuasa Mutlak, oleh Matno. 5 Penelitian diajukan pada tahun 2014, berupa penulisan tesis Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada dengan rumusan masalah sebagai berikut : a. Bagaimanakah keabsahan Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) Tanah yang memuat Klausula Kuasa Mutlak? b. Bagaimanakah tanggungjawab notaris terhadap Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) Tanah yang memuat klausula kuasa mutlak yang dibuatnya? Kesimpulan dalam penelitian tersebut, yaitu : a. PPJB tanah yang memuat klausa kuasa mutlak tersebut tetap sah dan tetap diakui keberadaannya dalam praktek notaris selama tidak bertentangan dengan Undang-Undang, ketertiban umum, dan kesusilaan dengan persyaratan bahwa hak dari penjual sudah sepenuhnya terpenuhi dalam hal ini pihak pembeli sudah membayar lunas terhadap obyek tanah yang sudah diperjual belikan. b. Tanggungjawab notaris terhadap PPJB tanah yang memuat klausa kuasa mutlak adalah sudah sesuai dengan salah satu tugas dan kewenangan notaris yang diatur dalam UUJN dan tidak masalah 5 Matno, Analisi Yuridis Terhadap Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) Tanah Yang Memuat Kuasa Mutlak, Tesis, Program studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta, 2014.

9 selama dalam PPJB itu pihak pembeli telah menunaikan kewajibannya secara penuh kepada penjual dalam arti telah membayar lunas. Penelitian tersebut ada kesamaannya, yaitu penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya samasama meneliti mengenai hal yang berkaitan dengan adanya unsur Kuasa Menjual dan unsur Kuasa Mutlak. Perbedaan antara penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian lain yang telah dipublikasikan sebelumnya dengan yang dilakukan dengan penulis, adalah : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Satria Tegar Pribadi, penelitiannya mengenai adanya suatu Penyimpangan Pembuatan Akta Kuasa Menjual Oleh Notaris Dalam Praktek Pembebanan Hak Tanggungan, dimana penelitian tersebut dilakukan Di Kota Yogyakarta. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Matno, penelitiannya lebih mengalisis suatu Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) Tanah yang memuat kuasa mutlak di dalamnya. Perbedannya adalah penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah peneliti lebih menitik beratkan terhadap akta kuasa menjual yang telah dibuat oleh notaris, dinyatakan batal demi hukum oleh Hakim PN. Sleman.

10 Didasarkan pada perbedaan fokus penelitian yang akan dilakukan oleh penulis dengan penelitian yang telah dilakukan, baik dari segi tema maupun lokasi penelitian, maka dapat dikatakan penelitian ini memenuhi kaedah keaslian penelitian, walaupun demikian bilamana dikemudian hari ditemukan bahwa permasalahan dalam penelitian ini pernah diteliti oleh peneliti lain sebelumnya, maka diharapkan penelitian ini dapat saling melengkapi dengan penelitian lainnya. D. Manfaat Penelitian Sebaik-baiknya manusia adalah yang bisa membawa manfaat bagi manusia lainnya, untuk mewujudkan manfaat tersebut, maka segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang idealnya harus bisa membawa suatu kemanfaatan bagi orang lain. Manfaat penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu : 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini secara teoritis bertujuan untuk memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu hukum kenotariatan yang terkait kuasa menjual yang diketegorikan sebagai kuasa mutlak. 2. Manfaat Praktis a) Penelitian ini secara praktis bertujuan untuk memberikan masukan kepada para notaris agar dapat membuat surat kuasa menjual yang benar, agar tidak menjadi kuasa mutlak yang

11 dilarang oleh Mendragi dalam Intruksi Mendari No.14 Tahun 1982 tentang Larangan Penggunaan Kuasa Mutlak. b) Penelitian ini secara praktis bertujuan untuk memberikan tambahan pengetahuan bagi para hakim terhadap kuasa menjual yang tidak mengandung unsur kuasa mutlak yang dilarang dalam Intruksi Mendari No.14 Tahun 1982 tentang Larangan Penggunaan Kuasa Mutlak. c) Penelitian ini secara praktis bertujuan untuk memberikan tambahan pengetahuan kepada masyarakat mengenai kuasa menjual yang benar dan adanya larangan penggunaan kuasa mutlak yang diatur dalam Intruksi Mendari No. 14 Tahun 1982 tentang Larangan Penggunaan Kuasa Mutlak. E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Obyektif a) Tujuan obyektif dari penelitain ini bertujuan untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim mengkategorikan surat kuasa menjual menjadi kuasa mutlak sehingga muncul putusan batal demi hukum. b) Tujuan obyektif dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tanggungjawab notaris terhadap surat kuasa menjual yang dibuat olehnya dinyatakan batal demi hukum oleh hakim. 2. Tujuan Subyektif Tujuan subyektif dari penelitain ini bertujuan untuk memperoleh data yang konkrit yang berhubungan dengan obyek

12 penelitian, guna menyusun tesis sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana S-2 Magister Kenotariatan pada Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.