BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi yang terjadi di tengah perekonomian membawa dampak bagi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Laju perkembangan perekonomian dunia yang dinamis ini menimbulkan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian yang ingin dicapai sehingga penulis dapat memperoleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perusahaan untuk inovatif dan melakukan penyesuaian terhadap

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN MENGGUNAKAN MODEL SPRINGATE PADA PT BAKRIE TELECOM TBK PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK. Nama NPM Jurusan Pembimbing

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana yang mempertemukan pihak-pihak yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT KEDAUNG INDAH CAN TBK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE KARINA MULIAWATI S 3EB

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan ekonomi global mengalami perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat hanya menggunakan surat, yang berkembang dengan telepon rumah,

Nama : Putri Wulan Sari Kosnadi NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing: Rini Dwiastutiningsih.,SE.,MMSI

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan tersebut yaitu terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Munculnya globalisasi perekonomian yang merupakan suatu proses kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini industri telekomunikasi sangat berkembang dengan pesat. Telekomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakannya, ini tentu dilandasi asumsi bahwa segala tindakannya secara sadar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi keuangan perusahaan. Pada mulanya laporan keuangan hanya dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri telekomunikasi seluler membuat persaingan dalam

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. Dimana faktor terpenting untuk melihat perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Perkembangan bisnis kartu perdana seluler GSM akhir-akhir ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang ketat dalam berbagai aspek merupakan hal yang tak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dari kedua tujuan tersebut, maka pihak manajemen harus dapat menghasilkan

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu era globalisasi mendorong manusia untuk giat bekerja guna meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal di Indonesia semakin maju dan berkembang. Hal ini ditandai

BAB IV PEMBAHASAN. kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh mana tagihan-tagihan jangka

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis di bidang jasa telekomunikasi saat ini telah menjamur di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan telekomunikasi seluler di Indonesia sekarang ini sangatlah pesat.

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT INDOSAT TBK PERIODE DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE

BAB I PENDAHULUAN. negara yang berkaitan erat dengan pasar modal. Pasar modal memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. suatu persaingan yang semakin tajam antar perusahaan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. terlihat dari tingkat pertumbuhan negara tersebut. Namun beberapa tahun terakhir

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN MODEL ALTMAN REVISI

BAB I PENDAHULUAN. maupun teknologi yang digunakan untuk menyampaikan informasi.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan (Laba) yang optimal serta pengendalian yang seksama yang berkaitan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis akan melakukan penelitian terhadap PT. Mobile-8 Telecom Tbk

I. PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan yang go public memanfaatkan keberadaan pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan

BAB I PENDAHULUAN. pesan pendek (short message service), kini telah memberikan kemudahan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (sumber: 2012) (sumber: 2013)

BAB I. sangat panjang (going concern). Hal ini berarti dapat diasumsikan bahwa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. melalui website objek penelitian yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi di Indonesia memiliki perkembangan yang sangat cepat seiring

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. peluncuran pertama kali layanan pasca bayar secara komersial pada tanggal 26

METODE PENELITIAN. diolah, dianalisis, dan diproses berdasarkan teori yang relevan sehingga diperoleh

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN SEBAGAI PARAMETER KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT SMARTFREN TELECOM, TBK NAMA : RIZKY AMANDA PUTRI NPM :

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi seluler. Mobilitas serta meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. cukup penting didalam kegiatan perekonomian, bahkan pasar modal juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan pemilik korporasi, maka secara alami tujuan keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini industri telekomunikasi telah menjadi salah satu kontributor

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan lingkungan bisnis akhir-akhir ini muncul suatu gejala dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan harus dapat menyediakan produk inovatif untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. prospektif untuk dikembangkan. Dengan populasi lebih dari 250 juta penduduk, Indonesia

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia mempunyai banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, baik

BAB III METODE PENELITIAN. yang diteliti, serta interkasinya dengan lingkungan. Tempat: Penelitian ini menggunakan data PT. Telkomsel Tbk., PT.

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia periode

PENDAHULUAN. ke seluruh negara. Dwijayanti (2010) menyatakan bahwa krisis ekonomi pada negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. operasional, terutama yang berkaitan dengan keuangan perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan itu sendiri. Menurut Marcelinda et al. (2014), perusahaan bisa

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-undang No. 36/1999 tentang telekomunikasi

I. PENDAHULUAN. Perkembangan telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. seperti beban bunga dan hutang lancar. Kebangkrutan telah digunakan sebagai istilah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kontinuitas perkembangan usahanya dari waktu ke waktu. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan krisis ekonomi global yang melanda dunia, banyak masalah dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia usaha pada saat ini berkembang dengan pesat sehingga mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. saling berkomunikasi. Dewasa ini kebutuhan akan komunikasi menjadi sesuatu

I. PENDAHULUAN. Perkembangan telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi sekarang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi. keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, pendidikan, kebudayaan, pertanian, sampai pada stabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dalam Kartikawati, 2008). Financial distress juga didefinisikan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Bambang Dradjat dalam situs pertanian.go.id menyatakan bahwa Perkebunan merupakan subsektor yang

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kebutuhan masyarakat akan alat komunikasi pada saat ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda dalam menjaga dan memaksimalkan profitabilitas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dari Asosiasi Telekomunikasi Selular Indonesia (ATSI) menilai pertumbuhan industri

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi profit tentunya mempunyai tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan menjadi semakin ketat, baik perusahaan konvensional maupun

BAB I PENDAHULUAN. tujuan lainnya (Gitosudarmo, 2002:5). Perusahan harus terus memperoleh laba agar

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan, termasuk sektor ekonomi bisnis di dunia. Perubahan yang begitu

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Rasio dan Analisis Rasio Keuangan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Globalisasi yang terjadi di tengah perekonomian membawa dampak bagi dunia usaha. Persaingan semakin ketat antar perusahaan menyebabkan perusahaan berlomba-lomba untuk mendapatkan keuntungan yang besar dan menjadi yang terbaik di antara yang lain. Perusahaan yang tidak dapat menyesuaikan kondisi tersebut tidak menutup kemungkinan akan mengalami penurunan bahkan ada kecenderungan mengalami kebangkrutan. Kebangkrutan perusahaan merupakan salah satu fenomena yang sering terjadi di dalam dunia usaha yang dapat dipengaruhi oleh kondisi internal maupun eksternal perusahaan. Misalnya saja dengan kenaikan biaya bahan baku dan biaya lain seperti biaya upah dan biaya listrik tanpa diimbangi dengan kenaikan pendapatan, adanya produk pesaing yang lebih unggul sehingga dapat berpengaruh terhadap penurunan penjualan dan laba. Ketidakmampuan manajer keuangan dalam mengelola perusahaan lambat laun akan berpengaruh terhadap penurunan kinerja perusahaan dan dapat menyebabkan timbulnya potensi kebangkrutan. Untuk mengantisipasi terjadinya kebangkrutan maka perusahaan harusnya memiliki perhitungan sejak awal untuk mencegah agar tidak terjadi hal yang tidak 1

2 diinginkan. Perusahaan diharapkan dapat menilai kondisi perusahaan yang sedang berjalan agar memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi perusahaan sekarang ini, sehingga perusahaan dapat mengetahui tindakan apa yang tepat untuk mempertahankan perusahaannya dan memperbaiki kekurangan agar perusahaan dapat bertahan dan memiliki daya saing. Informasi seperti ini dapat membantu perusahaan dalam mengambil keputusan dan menentukan langkah-langkah yang tepat untuk melakukan inovasi atau perbaikan yang mempunyai dampak di masa yang akan datang. Jika suatu perusahaan bangkrut, maka akan banyak pihak yang dirugikan. Pihak tersebut adalah pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan tersebut, terutama pihak eksternal seperti investor dan kreditor. Investor akan dirugikan karena telah menanamkan sahamnya di perusahaan dan kreditor yang akan rugi karena telah terlanjur memberikan pinjaman yang pada akhirnya tidak dapat dilunasi (tidak tertagih). Untuk itu, investor dan kreditor membutuhkan suatu alat yang dapat digunakan untuk mendeteksi dan memprediksi terhadap adanya potensi (indikasi) kebangkrutan perusahaan. Dengan demikian, alat tersebut dapat dijadikan sebagai peringatan awal terhadap kemungkinan adanya kesulitan keuangan bahkan kebangkrutan yang nantinya dihadapi perusahaan. Bagi pihak manajemen, hal ini sangat bermanfaat dalam melakukan tindakan antisipatif melalui tindakan-tindakan perbaikan pada perusahaan. Salah satu alat yang digunakan perusahaan untuk menilai kondisi atau kinerja perusahaan adalah melalui evaluasi kinerja yang disusun menjadi laporan keuangan

3 yang dihasilkan setiap periodenya. Agar perusahaan dapat mengetahui lebih jelas kondisi perusahaan sekarang ini, maka perusahaan dapat membandingkan laporan keuangan setiap periodenya Laporan keuangan merupakan sumber informasi yang dapat membantu pihak internal maupun eksternal dalam menginterpretasikan keadaan kinerja suatu perusahaan. Laporan keuangan dapat mencerminkan keadaan perusahaan sebenarnya. Agar laporan keuangan lebih berguna terdapat teknik analisis yang sering digunakan agar dapat mengintepretasi laporan tersebut yaitu dengan menggunakan rasio keuangan. Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca maupun laba rugi baik secara individu maupun secara simultan (Jumingan, 2006:242) Seiring dengan berjalannya waktu, rasio-rasio keuangan bukan hanya untuk menginterpretasikan baik atau buruknya kondisi suatu keuangan dan hasil operasi perusahaan tetapi juga dapat digunakan dalam menganalisis dan memprediksi kecenderungan kebangkrutan suatu perusahaan yang berguna untuk melakukan peramalan terhadap bisnis maupun kebangkrutan itu sendiri. Salah satu metode peramalan kebangkrutan yang terbukti memberikan banyak manfaat adalah metode Z-score. Metode ini dikembangkan oleh Edward I Altman (1968), seorang ekonom keuangan. Metode ini merupakan pengembangan dari teknik statistik multiple discriminant yang menggabungkan efek beberapa variabel dalam metodenya. Metode Altman ini merupakan suatu metode analisis keuangan yang telah

4 banyak digunakan di Amerika Serikat. Altman menggunakan laporan keuangan suatu periode sebelum perusahaan bangkrut. Dari 22 rasio keuangan yang digunakan terdapat 5 rasio keuangan yang ternyata ditemukan paling berkontribusi terhadap metode prediksi Altman. Kelima rasio tersebut adalah (1) Rasio modal kerja terhadap total aset, (2) Rasio laba ditahan terhadap total asset, (3) Rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total asset, (4) Rasio nilai pasar terhadap nilai buku dan (5) Rasio penjualan terhadap total asset. Dalam perkembangannya Altman terus memodifikasi model ini. Sehingga pada tahun 1995 Altman mengeliminasi X5 yaitu sales to total assets karena menurut Altman nilai sales selalu berubah-ubah dalam industri. Oleh karena itu penulis memilih model Altman Modifikasi 1995. Selanjutnya Gordon L.V. Springate (1978) melakukan penelitian yang serupa untuk menemukan suatu metode yang dapat digunakan dalam memprediksi adanya potensi (indikasi) kebangkrutan perusahaan. Gordon L.V. Springate akhirnya menemukan 4 rasio yang dapat digunakan dalam memprediksi adanya potensi (indikasi) kebangkrutan perusahaan. Keempat rasio tersebut adalah (1) Rasio modal kerja terhadap total aset, (2) Rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset, (3) Rasio laba sebelum pajak terhadap total liabilitas, dan (4) Rasio total penjualan terhadap total aset. Keempat rasio tersebut dikombinasikan dalam suatu formula yang dirumuskan Gordon L.V. Springate yang selanjutnya terkenal dengan istilah Metode Springate. Penggunaan metode prediksi Altman dan metode Springate dianggap cukup untuk dapat dihasilkannya suatu hasil analisis potensi suatu perusahaan (Adnan dkk.

5 : 2010), termasuk dalam hal ini adalah melakukan prediksi potensi kebangkrutan pada perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi di Indonesia. Perkembangan industri telekomunikasi memegang peranan penting bagi kehidupan manusia di dunia, karena adanya sarana telekomunikasi memudahkan aktivitas komunikasi antar sesama manusia tanpa terbatas oleh jarak, tempat dan waktu yang diinginkan Kemajuan teknologi memacu persaingan yang semakin ketat antara perusahaan yang bergerak di dalam industri telekomunikasi baik nasional maupun internasional. Oleh karena itu, perusahaan yang bergerak di industri telekomunikasi selalu berusaha menawarkan jasa yang terbaik bagi masyarakat sebagai konsumen dengan terus mengembangkan inovasi-inovasi baru dalam memasarkan produknya sehingga diharapkan perusahaan bisa berhasil dalam mencapai target penjualan yang telah ditetapkan. Telekomunikasi yang berkembang dengan pesat dewasa ini membawa banyak perubahan, hal ini dipengaruhi tuntutan zaman dimana masyarakat modern membutuhkan suatu informasi yang cepat, tepat dan akurat. Terdapat dua jenis jalur atau media komunikasi yaitu, melalui media kabel dan media nirkabel, dimana dalam penelitian ini peneliti memilih telekomunikasi nirkabel dikarenakan teknologi telekomunikasi nirkabel akhir-akhir ini lebih sering digunakan dibanding teknologi telekomunikasi kabel. Menurut Silalahi (2002:14) telekomunikasi nirkabel berarti sistem telekomunikasi yang memberikan layanan komunikasi yang mobile kepada

6 pelanggannya, yang disebut dengan layanan telepon mobile. Saat ini lebih dikenal sebagai telepon selular atau ponsel, telepon genggam atau handphone dan atau telepon mobile. Terdapat dua teknologi layanan telepon mobile dalam media nirkabel, yang menggunakan basis berbeda dan tidak saling berhubungan, yaitu teknologi GSM dan CDMA. GSM (Global System for Mobiles) mengandung pengertian suatu sistem komunikasi digital yang memanfaatkan gelombang mikro serta pengiriman sinyal yang terbagi menurut waktu (TDMA) dan frekuensi (FDMA), hingga informasi yang diolah akan terkirim sampai ke tujuan melalui sinyal tersebut. Metode ini merupakan teknologi paling populer yang banyak dipakai pengguna di seantero dunia, hingga dijadikan standar global dalam teknologi selular. Sedangkan teknologi CDMA (Code Division Multiple Access) mengandung arti yakni suatu sistem akses secara bersamasama yang dalam pembagian kanal bukan berdasarkan frekuensi (seperti pada FDMA) maupun waktu (pada TDMA), akan tetapi melalui pengkodean data dengan setiap kanal yang ada serta memakai karakter-karakter interferensi konstruktif dari kode-kode tertentu tersebut guna melakukan pemultipleksan. Perkembangan industri telekomunikasi di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami perkembangan, dari awalnya hanya terdapat satu perusahaan (1994) menjadi 10 perusahaan (2007), seperti terlihat pada tabel 1.1. Pada tabel 1.1 dapat dilihat perkembangan jumlah perusahaan yang bergerak di industri telekomunikasi dari tahun 1994-2007. Namun jumlah tersebut berkurang pada tahun 2009 dengan terjadinya proses merger antara PT Mobile-8 telecom dengan PT Smart Telecom.

7 Tabel 1.1 Sejarah Perkembangan Industri Telekomunikasi di Indonesia Tahun No. Nama Pe rusahaan Te knologi Keterangan 1994 1 PT. Satelit Palapa Indonesia (SATELINDO) sekarang PT. Indosat Tbk. GSM PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) muncul sebagai operator GSM pertama di Indonesia (sekarang INDOSAT) 1995 2 PT. Telekomunikasi SellulerTbk. (TELKOMSEL) GSM Pada tanggal 26 Mei 1995 didirikan sebuah perusahaan telekomunikasi bernama Telkomsel, sebagai operator GSM nasional kedua di Indonesia 1996 3 PT. EXCELLCOMINDO (XL) sekarang PT. XL AXIATA Tbk. GSM 2002 4 PT. Telkom Tbk. CDMA 2003 2004 7 2005 8 5 PT. Bakrie Telecom Tbk. CDMA 6 PT. Mobile-8 Telecom CDMA PT. Natrindo Telepon Seluler sekarang PT AXIS Telekom Indonesia PT. Sampoerna Telekomunikasi GSM CDMA PT Excelcomindo Pratama (Excelcom, sekarang XL Axiata) yang berbasis GSM muncul sebagai operator seluler nasional ketiga Pada Desember 2002, Flexi hadir sebagai operator CDMA pertama di Indonesia, di bawah pengawasan PT Telkom Indonesia, PT Bakrie Telecom meluncurkan produk esia sebagai operator CDMA kedua Kemudian hadir Fren sebagai merek dagang PT Mobile-8 Telecom pada Desember 2003 Pada tanggal 17 September 2004, PT Natrindo Telepon Seluler (Lippo Telecom, sekarang PT Axis Telekom Indonesia) melahirkan AXIS Kemudian muncul lagi operator CDMA yaitu Sampoerna Telekomunikasi Indonesia meluncurkan merk dagang bernama ceria 2007 9 PT. Hutchison Charoen Pokphand Telecom GSM Selanjutnya muncul kembali teknologi GSM pada tahun 2007 yang di usung oleh PT Hutchison Charoen Pokphand Telecom (HCPT) dengan produk andalannya 3 (tri). 10 PT. Smart Telecom CDMA Muncul Smart sebagai provider CDMA yang terakhir Sumber :diolah kembali dari http://id.wikipedia.org/wiki/telekomunikasi_seluler_di_indonesia

8 Pada tabel 1.2 terlihat pangsa pasar GSM masih mendominasi dibandingkan CDMA. Pangsa pasar pada tahun 2009 sebesar 83,53% dan meningkat menjadi 86,23% pada tahun 2012. Sedangkan dari 5 perusahaan telekomunikasi hanya terdapat 4 perusahaan yang Go Public.

9 No. 1 Tabel 1.2 Perbandingan Perolehan Pelanggan Tahun 2009 dan Tahun 2012 Untuk Setiap Operator di Indonesia (dalam juta) PT. Hutchison Charoen Pokphand Telecom 2 PT Indosat Tbk 3 Perusahaan PT. AXIS Telekom Indonesia Produk / Jaringan 3 / GSM 6,40 3,38% 21 7,48% IM3, Indosat Matrix, Indosat / GSM Jumlah Pelanggan (dlm juta) 2009 33,10 17,50% 51,7 18,44% Axis / GSM 5,43 2,87% 5,05 1,80% 4 PT. Telkomsel Kartu AS, Kartu HALO dan Si 81,64 43,16% 121,56 43,36% mpati / GSM 5 PT. XL Axiata XL / GSM 31,44 16,62% 42,47 15,15% TOTAL GSM 158,01 83,53% 241,78 86,23% 1 PT. Bakrie Telecom Esia / CDMA 10,60 5,60% 14,6 5,21% 2 PT Indosat Tbk StarOne / CDMA 0,57 0,30% 0,197 0,07% % Jumlah Pelanggan (dlm juta) 2012 % 3 PT. Mobile-8 Fren, Mobi dan Hepi / CDMA 3,06 1,62% 9,6* 3,42% 4 PT. Smart Telecom Smart CDMA 2,65 1,40% 5 PT. Sampoerna Telekom Ceria / CDMA 0,78 0,41% 6 PT. Telkom Tbk Flexi /CDMA 13,49 7,13% 14,2 5,06% TOTAL CDMA 31,147 16,47% 28,997 13,76% TOTAL 189,16 100% 270,78 100% * merger pada tahun 2010 menjadi PT. SmartFren Telecom Sumber : Diolah kembali dari : http://id.wikipedia.org/wiki/telekomunikasi_seluler_di_indonesia

10 Pada perusahaan yang bergerak di teknologi GSM, terlihat PT. Hutchison Charoen Pokphand Telecom yang masih tergolong pemain baru (muncul pada tahun 2007) mampu menaikan pangsa pasarnya, melebihi perusahaan lain dalam teknologi yang sama. Sedangkan untuk teknologi CDMA, secara total perbandingan proporsi pangsa pasar mengalami penurunan. Sehingga pada tahun 2009 terdapat 10 perusahaan yang bergerak didalam bidang telekomunikasi nirkabel dengan jumlah pelanggan 189,158 juta yang mengalami kenaikan sebesar 48,20% pada tahun 2012 sehingga menjadi 280,337 juta. Menurut fenomena (dikutip dari http://finance.detik.com diakses tanggal 28 Februari 2013) Laba bersih PT XL Axiata Tbk (EXCL) pada semester I-2012 mengalami penurunan 4,07% dari Rp 1,522 triliun menjadi Rp 1,46 triliun. Turunnya kinerja perseroan karena tingginya beban operasional, beban perseroan ternyata lebih besar dibandingkan pendapatan EXCL. Total beban mencapai Rp 7,91 triliun, naik dari periode sebelumnya Rp 6,64 triliun. Akumulasi terbesar ada pada beban operasi, mencapai Rp 3,46 triliun, dari sebelumnya hanya Rp 2,62 triliun. Selanjutnya (dikutip dari (http://www.tempo.co/read/news/2009/11/29/087210934/laba-bakrie-telecom- Turun) Bakrie Telecom (BTEL) mengalami penurunan laba bersih dari tahun 2008 sebesar Rp 121 miliar menjadi Rp 97 miliar. Penurunan laba bersih ini terutama dipicu kenaikan beban bunga dan dan biaya depresiasi seiring penambahan aset akibat perluasan jangkauan wilayah layanan

11 Penelitian ini akan penulis fokuskan pada perusahaan telekomunikasi yang go public di Bursa Efek Indonesia (PT. Telkom Tbk, PT Indosat Tbk, PT XL Axiata Tbk dan PT Bakrie Telecom Tbk). Kemudian peneliti akan membandingkan metode bagaimana prediksi kebangkrutan dengan menggunakan metode analisis Altman Z- score dengan metode analisis Springate. Untuk kemudian akan diprediksi bangkrut atau tidaknya perusahaan tersebut dan kemudian dibandingkan hasil yang diperoleh dengan penelitian sebelumnya (Adnan dan Dicky:2010) Melihat kondisi tersebut, analisis kinerja keuangan perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana kinerja ketiga perusahaan tersebut, sehingga dapat menjadi referensi dalam pengambilan keputusan oleh pihak manajemen, pihak investor dan pihak kreditor. Berdasarkan gambaran dan uraian yang telah dibahas dengan judul Analisis Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Menggunakan Metode Altman Z- Score dan Metode Springate pada Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2011,

12 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian sebelumnya, maka rumusan masalah yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana perkembangan dan analisis rasio keuangan dengan menggunakan metode Altman Z-score modifikasi dalam memprediksi kebangkrutan pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2011? 2. Bagaimana perkembangan dan analisis rasio keuangan dengan menggunakan metode Springate dalam memprediksi kebangkrutan pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2011? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui bagaimana perkembangan rasio keuangan yang dipergunakan dalam metode Altman Z-score dan mengetahui hasil dari prediksi kebangkrutan perusahaan dengan analisis metode Altman Z-score pada perusahaan telekomunikasi.

13 2. Mengetahui bagaimana perkembangan rasio keuangan yang dipergunakan dalam metode Springate dan mengetahui hasil dari prediksi kebangkrutan perusahaan dengan analisis metode Springate pada perusahaan telekomunikasi. 1.4. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan teoritis a. Mengaplikasikan teori-teori manajemen khususnya manajemen keuangan yang telah dipelajari kedalam permasalahan yang terjadi dalam kehidupan nyata. b. Memberikan sumbangsih pendidikan untuk semua pihak yang membutuhkan. c. Membandingkan hasil dari analisis metode Altman Z-score dengan analisis metode Springate dalam menganalisis kebangkrutan suatu perusahaan. 2. Kegunaan Praktis a. Menambah ilmu pengetahuan, pengalaman, dan mengetahui sejauh mana hubungan antara teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan praktek yang terjadi di lapangan. b. Sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan untuk

14 mengetahui kinerja keuangan perusahaan dan mengetahui kemungkinan kelangsungan hidup yang akan terjadi pada perusahaan di masa yang akan datang. 1.5. Kerangka Pemikiran Perusahaan merupakan suatu badan yang didirikan oleh perorangan atau lembaga dengan tujuan utama untuk memperoleh keuntungan. Disamping itu ada pula tujuan lain yang tidak kalah penting yaitu dapat terus bertahan (survive) dalam persaingan, berkembang (growth) serta dapat melaksanakan fungsi-fungsi sosial lainnya di masyarakat. Ketidakmampuan mengantisipasi perkembangan global akan mengakibatkan mengecilnya volume usaha yang pada akhirnya mungkin mengakibatkan kebangkrutan perusahaan. Risiko kebangkrutan bagi perusahaan sebenarnya dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan, dengan cara melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan yang menggambarkan kemajuan perusahaan dan disusun secara periodik. Periode yang biasa digunakan adalah tahun yang dimulai dari misalnya 1 Januari dan berakhir pada tanggal 31 Desember. Periode seperti ini disebut dengan periode tahun kalender. Selain tahun kalender, periode akuntansi bisa juga dimulai dari tanggal selain tanggal 1

15 Januari. Istilah periode akuntansi yang seperti ini sering disebut dengan isilah periode tahun buku. Periode tahun buku yang digunakan dapat secara tahunan, atau menyusun laporan keuangan untuk periode yang lebih pendek misalnya bulanan, triwulan atau kwartalan. Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan input yaitu informasi yang bisa dipakai untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan akan memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas, yang kesemuanya akan mempengaruhi harapan pihak-pihak yang berkepentingan. Analisis laporan keuangan adalah suatu proses penguraian pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil sehingga dapat dipahami dengan tujuan mengetahui kondisi keuangan dalam proses pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan sangat membantu manajemen dalam menilai kinerja perusahaannya sehingga dapat mengambil keputusan lebih lanjut baik itu dalam hal investasi, ekspansi, ataupun pendanaan perusahaan. Di lain pihak analisis laporan keuangan juga membantu investor yang ingin menanamkan dananya ke dalam perusahaan. Kebangkrutan (bankruptcy) biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan sebagai suatu kegagalan yang terjadi pada sebuah perusahaan didefinisikan (menurut Hanafi 2003:263). yaitu : 1 Kegagalan Ekonomi (Economic Distressed) berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi

16 biayanya sendiri, ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh di bawah arus kas yang diharapkan. 2 Kegagalan Keuangan (Financial distressed) mempunyai makna kesulitan dana baik dalam arti dana dalam pengertian kas atau dalam pengertian modal kerja. Sebagian asset liability management sangat berperan dalam pengaturan untuk menjaga agar tidak terkena financial distressed. Dalam menilai suatu kegagalan keuangan terdapat beberapa metode, namun dalam penelitian ini penulis hanya memilih dua metode yaitu Altman Z-score dengan Springate untuk kemudian dibandingkan hasilnya. Metode yang pertama dinamakan Z-score dalam bentuk aslinya adalah metode linier dengan rasio keuangan yang diberi bobot untuk memaksimalkan kemampuan metode tersebut dalam memprediksi. Metode ini pada dasarnya hendak mencari nilai Z yaitu nilai yang menunjukkan kondisi perusahaan, apakah dalam keadaan sehat atau tidak dan menunjukkan kinerja perusahaan yang sekaligus merefleksikan prospek perusahaan dimasa mendatang (Ramadhani dan Lukviarman : 2009). Setelah melakukan penelitian terhadap variabel dan sampel yang dipilih, Altman menghasilkan metode kebangkrutan pertama. yang ditujukan untuk memprediksi sebuah perusahaan publik manufaktur. Persamaan dari metode Altman pertama yaitu Z = 1,2XI + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 0,999X5

17 Keterangan: Z = Bankruptcy Index X1 = Working Capital / Total Asset X2 = Retained Earnings / Total Asset X3 = Earning Before Interest And Taxes/Total Asset X4 = Market Value Of Equity / Book Value Of Total Debt X5 = Sales / Total Asset. Nilai Z adalah indeks keseluruhan fungsi multiple discriminant analysis. Menurut Altman, terdapat angka-angka cut off nilai Z yang dapat menjelaskan apakah perusahaan akan mengalami kegagalan atau tidak pada masa mendatang dan yang dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu: a. Jika nilai Z < 1,8 maka termasuk perusahaan yang bangkrut. b. Jika nilai 1,8 < Z < 2,99 maka termasuk grey area (tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan). c. Jika nilai Z > 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut. Terdapat 3 metode Altman Z-score, yaitu : 1. Altman Z-score 1968 original (untuk perusahaan Go Public) 2. Altman Z-score 1983 (untuk perusahaan non Go Public) 3. Altman Z-score 1995 (untuk semua perusahaan) Penulis memilih metode Altman Z-score 1995 dalam penulisan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adnan dkk (2010). Sedangkan metode yang kedua dikembangkan pada tahun 1978 oleh Gorgon L.V. Springate, sehingga disebut

18 metode Springate. Metode ini mengikuti prosedur yang dikembangkan Altman, Springate mengunakan step wise multiple discriminate analysis untuk memilih empat dari 19 rasio keuangan yang popular sehingga dapat membedakan perusahaan yang berada dalam zona bangkrut atau zona aman. Metode Springate merumuskan sebagai berikut : S=1.03A + 3.07B +0.66C +0.4D Rasio keuangan yang dianalisis adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat pada metode Springate yaitu: = = = = Dengan nilai cut-off untuk perhitungan metode springate sebagai berikut : a. Z < 0,82, maka perusahaan dinyatakan bangkrut (perusahaan menghadapi ancaman kebangkrutan yang serius) b. Z > 0,82, maka perusahaan dinyatakan tidak bangkrut (perusahaan tidak mengalami masalah dengan kondisi keuangan)

19 Penggunaan metode ini di ujikan oleh Springate pada 40 perusahaan dengan tingkat keakuratan sebesar 92,5% (Adnan dkk. : 2010)

20 LAPORAN KEUANGAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN KEBANGKRUTAN METODE PREDIKSI KEBANGKRUTAN METODE ALTMAN Z-SCORE (1995) METODE SPRINGATE X 1 X 2 X 3 X 4 A B C D Z < 1,1 BANGKRUT 1,1 < Z < 2,6 GREY AREA Z > 2,6 TIDAK BANGKRUT Z < 0,82 BANGKRUT Z > 0,82 TIDAK BANGKRUT Gambar 1.1 Skema Evaluasi Kinerja Perusahaan Keterangan : Metode Altman Z-score (1995) X 1 = Working Capital / Total Asset X 2 = Retained Earnings / Total Asset X 3 = EBIT / Total Asset X 4 = Book Value of Equity / Total Liabilities Metode Springate A=Working Capital/Total Asset B = EBIT / Total Asset C = EBT / Current Liabilities D = Sales / Total Assets

21 1.6 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, adalah metode deskriptif secara mendalam untuk memprediksi kondisi yang kemungkinan terjadi saat ini. Menururt Muhammad Nazir (2005:89), metode deskriptif adalah : Studi untuk menentukan fakta dengan interpretasi yang tepat, dimana termasuk didalamnya studi untuk melukiskan secara akurat sifat-sifat dari beberapa fenomena kelompok dan individu, serta studi untuk menentukan frekuensi terjadinya suatu keadaan untuk meminimalisasikan bias dan memaksimumkan realibilitas. Penelitian dengan metode ini dilakukan untuk mengetahui dan menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu situasi. Tujuan penelitian deskriptif adalah memberikan kepada peneliti sebuah riwaya tatau untuk menggambarkan aspek - aspek yang relevan dengan fenomena perhatian dari perspektif seseorang, organisasi, orientasi industri, atau lainnya yang kemudian penelitian ini membantu peneliti untuk memberikan gagasan untuk penyelidikan dan penelitian lebih lanjut atau membuat keputusan tertentu yang sederhana. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari web-web masing-masing perusahaan dan situs resmi BEI (www.idx.co.id) yaitu berupa laporan keuangan.

22 Adapun Schedule penyusunan skripsi sebagai berikut : KEGIATAN PENGUMPULAN DATA BAB I REVISI BAB 1 PENGUMPULAN TEORI BAB 2 REVISI BAB 2 PENGUMPULAN TEORI BAB 3 PENGOLAHAN DATA BAB 4 REVISI BAB 4 KESIMPULAN BAB 5 OVER ALL SIDANG SKRIPSI BULAN 1 2 3 4 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 1.8 Penelitian Terdahulu Sebagai salah satu acuan untuk penelitian ini, peneliti menarik contoh dari beberapa penelitian terdahulu yang dapat dilihat di tabel 1.3

23

24

25