VI. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT

dokumen-dokumen yang mirip
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM PROGRAM PMUK DI KABUPATEN PELALAWAN

Akbar Arif Sujatmiko¹, Nur Baladina², Novi Haryati³ 1 ) Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya PENDAHULUAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup adalah kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA)

EVALUASI KINERJA PENYULUH DAN PENENTUAN PENGEMBANGAN STRATEGI KINERJA PENYULUH PERTANIAN ORGANIK ATAS DASAR FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL KOTA BATU

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

BAB VII FAKTOR-FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN PENGORGANISASIAN KEGIATAN USAHATANI

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 42 TAHUN 2012 T E N TA N G

VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN

BAB I PENDAHULUAN. energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Tidak perlu di ragukan lagi

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA BERGULIR

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR

Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema

PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA KALIMANTAN TIMUR

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Unit Desa (KUD)

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 34 TAHUN 2007

Selanjutnya tugas pembantuan tersebut meliputi : 1. Dasar Hukum 2. Instansi Pemberi Tugas Pembantuan

ANALISIS DAN SINTESIS HASIL PELAKSANAAN KELOMPOK USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) DALAM PROGRAM P3T 1

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 23 TAHUN 2007

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PENGUATAN PEMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL POLA BERGULIR

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 63 SERI E

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA

Penilaian Kepuasan Penggunaan Alat dan Mesin Dalam Pengembangan Padi (Studi Kasus Kabupaten Ngawi dan Sragen) Sugiyono 1, Rahmat Yanuar 2, Sutrisno 3

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dalam merealisasikan kesejahtraan masyarakat.program

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN. peningkatan produksi pangan dan menjaga ketersediaan pangan yang cukup dan

III. METODE PENELITIAN

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) jo.

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

Pada awal berdirinya pokdakan, usaha yang dilakukan oleh sebagian PERAN PENYULUH KLATEN PERKUAT MODAL USAHA POKDAKAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim. Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008)

BAB III LANDASAN TEORI

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha

Pengembangan Kelembagaan Pembibitan Ternak Sapi Melalui Pola Integrasi Tanaman-Ternak

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. masalah, mengenai dampak dan kendala-kendala yang dihadapi dalam

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

Dina Dwirayani, Tety Suciati. Fakultas Pertanian, Universitas Swadaya Gunung Jati. korespondensi:

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

PROSEDUR SISTEM MUTU Tanggal Revisi : PENGUKURAN KEPUASAN Tanggal Berlaku : 05 Oktober 2009 STAKEHOLDER Kode Dokumen : PM-UII-.04

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani (Suprihono, 2003).

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN, DAN SARAN UNTUK PENELITIAN LANJUTAN

BUPATI PAKPAK BHARAT

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PENDAHULUAN. kehidupan para petani di pedesaan tingkat kesejahteraannya masih rendah.

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN

Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi

RANCANG BANGUN JALAN USAHATANI

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 154 TAHUN 1980 TENTANG

gerak yang ada, keselamatan, kenyamanan, dan lain-lain.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

VI. PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITI KARET

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi

PEDOMAN SISTEM KERJA LATIHAN DAN KUNJUNGAN BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

VI. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT Pelaksanaan program BPLM di Kabupaten PPU bertujuan: (1) menumbuhkan usaha kelompok, (2) memberdayakan kelompok untuk dapat mengakses sumber permodalan komersil, (3) meningkatkan kualitas sumberdaya manusia petani dalam mengelola usahataninya serta meningkatkan kualitas sumberdaya aparat dalam membina pemberdayaan masyarakat, dan (4) meningkatkan daya saing produk pertanian melalui peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha kelompok yang berbasis komoditas utama tanaman pangan maupun usaha diversifikasi dengan komoditas atau usaha penunjangnya. Mekanisme penyaluran dan pengembalian dana BPLM di daerah penelitian meliputi adanya sosialisasi program, seleksi calon penerima, penetapan calon penerima, penyaluran dana, dan pengembalian dana. Mekanisme perguliran dana kepada kelompok lain belum berjalan akibat belum lunasnya angsuran dari petani penerima BPLM pada kelompk tani penerima awal dalam mengembalikan dana pinjaman. Adapun mekanisme penyaluran dan pengembalian dana BPLM yang dilaksanakan di Kabupaten PPU ditunjukkan pada Gambar 7. 4 5 Dana Dekonsentrasi KPKN Bagpro Kabupaten Bank Rakyat Indonesia 3 7 6 Angsuran (3 tahun) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten PPU 1 Kelompok Sasaran 8 2 Gambar 7. Mekanisme Penyaluran dan Pengembalian Dana Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat

63 Faktor-faktor penentu kualitas program BPLM terdiri atas 12 poin yang dikelompokkan menjadi tiga aspek yaitu: (1) Aspek penyaluran dana program BPLM, (2) Aspek pemanfaatan program BPLM, dan (3) Aspek pengembalian dana program BPLM. Penilaian tingkat kepentingan program BPLM sesuai faktor-faktor penentu kualitas program BPLM disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Penilaian Tingkat Kepentingan Program Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat di Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2007 Faktor Kualitas Program SP P CP KP TP Nilai Indeks Kinerja A. Aspek Penyaluran Dana Program BPLM 1. Ketersediaan dana BPLM 12 10 13 0 0 3.97 2. Kemudahan dalam persyaratan 4 15 10 4 2 3.43 penerima BPLM 3. Pembuatan proposal penggunaan dana 8 26 0 1 0 4.17 4. Keberadaan potongan-potongan 1 13 0 12 9 2.57 /bunga/biaya lain 5. Sosialisasi Program BPLM 9 24 2 0 0 4.20 6. Seleksi calon penerima BPLM 5 29 1 0 0 4.11 7. Keterlibatan petani dalam 6 6 0 22 1 2.82 perencanaan teknis B. Aspek Pemanfaatan Program BPLM 8. Pelatihan dan pendampingan 10 24 1 0 0 4.26 penyuluh 9. Kesesuaian dana yang diterima dengan kebutuhan usahatani 8 17 1 9 0 3.68 C. Aspek Pengembalian Dana Program BPLM 10. Waktu pengembalian dana BPLM 2 18 0 15 0 3.2 11. Pengembalian dana BPLM melalui rekening kelompok tani 14 11 0 9 1 3.8 12. Tingkat perguliran dana pada 10 23 0 0 2 4.11 kelompok lain Nilai Rata-rata 3.69 Sumber : Analisis data primer, 2008 Keterangan: SP = sangat penting, P = penting, CP = cukup penting, KP = kurang penting, dan TP = tidak penting Tabel 12 menunjukkan bahwa faktor penentu kualitas program BPLM yang memiliki nilai tingkat kepentingan yang tinggi adalah faktor pembuatan proposal penggunaan dana, sosialisasi, seleksi calon penerima pada aspek penyaluran,

64 faktor pelatihan dan pendampingan penyuluh pada aspek pemanfaatan program, dan faktor perguliran dana pada kelompok lain pada aspek pengembalian. Penilaian tingkat kinerja program BPLM sesuai faktor-faktor penentu kualitas program BPLM disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Penilaian Tingkat Kinerja Program Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat di Kabupaten Penajam Paser UtaraTahun 2007 Faktor Kualitas Program SB B C KB TB Nilai Indeks Kinerja A. Aspek Penyaluran Dana Program BPLM 1. Ketersediaan dana BPLM 11 13 11 0 0 4.00 2. Kemudahan dalam persyaratan 14 11 9 0 1 4.06 penerima BPLM 3. Pembuatan proposal penggunaan dana 9 14 4 8 0 3.69 4. Keberadaan potongan-potongan 0 14 2 14 5 2.71 /bunga/biaya lain 5. Sosialisasi Program BPLM 5 17 6 0 7 3.37 6. Seleksi calon penerima BPLM 8 14 1 9 2 3.54 7. Keterlibatan petani dalam 2 14 1 16 2 2.94 perencanaan teknis B. Aspek Pemanfaatan Dana Program BPLM 8. Pelatihan dan pendampingan 2 15 0 8 10 2.97 penyuluh 9. Kesesuaian dana yang diterima 0 10 9 16 0 2.82 dengan kebutuhan usahatani C. Aspek Pengembalian Dana Program BPLM 10. Waktu pengembalian dana BPLM 16 17 0 2 0 4.34 11. Pengembalian dana BPLM melalui rekening kelompok tani 7 21 3 3 1 3.85 12. Tingkat perguliran dana pada 3 18 5 1 8 3.2 kelompok lain Nilai Rata-rata 3.46 Sumber : Analisis data primer, 2008 Keterangan: SB = sangat baik, B = baik, CB = cukup baik, KB = kurang baik, dan TB = tidak baik Tabel 13 menunjukkan bahwa faktor penentu kualitas program BPLM yang memiliki nilai tingkat kinerja yang tinggi adalah faktor ketersediaan dana bantuan dan kemudahan persyaratan pada aspek penyaluran dan faktor waktu

65 pengembalian dana pada aspek pengembalian, sedangkan kedua faktor pada aspek pemanfaatan kinerjanya bernilai rendah. Berdasarkan Tabel 12 dan 13, disusun nilai rata-rata tabel tingkat kepentingan dan tingkat kinerja program BPLM dan kemudian dibuat matriks tingkat kepentingan dan tingkat kinerja program BPLM dengan menghubungkan nilai tingkat kinerja pada sumbu X dan nilai tingkat kepentingan pada sumbu Y. Nilai rata-rata tingkat kepentingan dan tingkat kinerja program BPLM digunakan sebagai batas untuk menentukan kuadran 1, 2, 3, dan 4. Tabel 14. Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Program Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat di Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2007 Faktor Tingkat Kinerja Tingkat Kepentingan (X) (Y) 1 4.00 3.97 2 4.06 3.43 3 3.69 4.17 4 2.71 2.57 5 3.37 4.20 6 3.54 4.11 7 2.94 2.82 8 2.97 4.26 9 2.82 3.68 10 4.34 3.20 11 3.85 3.80 12 3.20 4.11 Rata-rata 3.46 3.69 Sumber: Analisis data primer, 2008 Keseluruhan analisis menunjukkan bahwa tingkat kinerja program BPLM berada lebih rendah daripada tingkat kepentingannya, dengan selisih nilai rata-rata sebesar 23 persen. Posisi masing-masing faktor penentu kualitas program BPLM dalam diagram Importance-Performance matrix disajikan pada Gambar 8. Kuadran pertama terletak di sebelah kiri atas, kuadran kedua di sebelah kanan

66 atas, kuadran ketiga di sebelah kiri bawah, dan kuadran keempat di sebelah kanan bawah. 4.50 4.00 I 8 12 5 6 11 3 1 II Importance 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 III 9 4 7 2 IV 10 1.00 0.50 0.00 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00 Performance Gambar 8. Diagram Importance - Performance Matrix Berdasarkan Gambar 8, faktor sosialisasi program BPLM, pelatihan dan pendampingan penyuluh, serta tingkat perguliran dana pada kelompok lain berada di kuadran I. Faktor ketersediaan dana BPLM, pembuatan proposal penggunaan dana, seleksi calon penerima BPLM, pengembalian dana melalui rekening kelompok tani terdapat di kuadran II. Keberadaan potongan-potongan/ bunga/ biaya lain, keterlibatan petani dalam perencanaan teknis, serta kesesuaian dana yang diterima dengan kebutuhan usahatani terdapat di kuadran III. Adapun faktor yang terdapat pada kuadran IV adalah faktor kemudahan dalam persyaratan penerima BPLM dan waktu pengembalian dana BPLM. Faktor sosialisasi program BPLM merupakan titik awal pelaksanaan program. Petani contoh merasa penting untuk memperoleh penjelasan mengenai

67 program ini sebelum dilaksanakan. Petani contoh sebesar 20 persen mengaku tidak memperoleh penjelasan mengenai program sebelum dana bergulir. Tingkat kinerja faktor sosialisasi yang berada lebih rendah daripada tingkat kepentingannya sangat terkait dengan faktor pendampingan penyuluh yang terletak pada kuadran yang sama (kuadran I). Dari penelitian ini diperoleh informasi mengenai jumlah penyuluh di lokasi penelitian tersedia minim, di mana dalam 1 WKPP (Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian) mencakup rata-rata 15 kelompok tani dengan jumlah anggota 300 orang. Petani contoh penerima BPLM (28.57 persen) rata-rata dalam sebulan hanya satu kali bertemu dengan penyuluh dan sisanya tidak mendapat penyuluhan. Kurangnya pelatihan dan pendampingan penyuluh menyebabkan tidak terbinanya kelompok tani. Faktor tingkat perguliran dana pada kelompok lain juga menjadi faktor yang perlu diperbaiki dari program BPLM. Perguliran dana kepada kelompok lain masih belum dilakukan disebabkan pengembalian dana yang belum selesai. Dana masih dimanfaatkan pada kelompok tani penerima awal. Petani contoh penerima BPLM sebesar 90 persen menyatakan bahwa perguliran dana kepada petani itu penting dengan catatan kinerja perguliran dana tersebut baik. Hasil sementara di lapangan menunjukkan bahwa perguliran tahap pertama menurut petani contoh penerima BPLM sebesar 51 persen menyatakan baik. Hal ini terkait dengan pengawasan dalam hal pengembalian dana BPLM setelah panen yang terletak pada kuadran IV. Faktor waktu pengembalian dana hingga saat penelitian berlangsung masih menunjukkan kinerja yang tinggi, sebesar 20 persen petani contoh melakukan pengembalian langsung setelah panen dan 60 persen

68 setelah satu bulan sehabis pemanenan, hanya sebesar 2.86 persen petani contoh penerima BPLM yang tidak melakukan pengembalian. Kinerja yang baik ini disebabkan unsur pengembalian merupakan tanggungjawab kelompok tani. Jika terdapat salah satu anggota yang tidak dapat mengembalikan maka menjadi tanggungjawab anggota lain untuk mengembalikan. Faktor yang terletak pada kuadran II menjadi nilai lebih dari program BPLM. Program BPLM yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam hal pembiayaan usahatani disambut dengan baik oleh petani. Keseluruhan petani contoh merasa bahwa adanya dana bantuan itu sangat diperlukan dan cukup membantu, meskipun berdasarkan kebutuhan masih kurang dan perlu dilakukan penambahan. Faktor yang juga perlu dipertahankan dari program BPLM adalah adanya proposal penggunaan dana, seleksi calon penerima, dan pengembalian dana melalui rekening kelompok tani. Sebelum proposal dibuat oleh kelompok tani, dilakukan seleksi awal calon kelompok tani penerima yang dilakukan oleh aparat pertanian di lapangan dan melalui forum musyawarah dengan melibatkan aparat desa dan kecamatan. Kelompok tani yang terpilih diseleksi lagi sebagai calon kelompok tani penerima BPLM melalui seleksi proposal dan seleksi lapangan oleh tim teknis kabupaten. Seleksi anggota kelompok tani yang menerima bantuan dilakukan oleh masing-masing kelompok tani. Petani contoh penerima BPLM menilai bahwa seleksi yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten PPU cukup transparan. Pengembalian dana melalui rekening kelompok tani mendorong petani untuk melakukan pengembalian secara teratur karena adanya pengawasan antar sesama

69 anggota yang saling mengingatkan, karena pengembalian dana pinjaman menjadi tanggungan seluruh anggota. Cara pengembalian ini juga tidak menyulitkan petani karena tidak perlu untuk mendatangi bank penitipan yang letaknya cukup jauh dari lokasi tempat tinggal petani setiap akan mengangsur pinjaman, hanya saja kompetensi dan kepercayaan pengurus kelompok tani yang perlu diawasi. Keberadaan potongan-potongan/ bunga/ biaya lain, keterlibatan petani dalam perencanaan teknis, serta kesesuaian dana yang diterima dengan kebutuhan usahatani tidak menjadi prioritas dalam program BPLM. Tingkat kepentingan petani terhadap faktor-faktorini rendah sehingga jika perbaikan dilakukan terhadap ketiga faktor ini tidak mendapat respon yang besar dari petani. Dari penelitian ini diperoleh informasi bahwa potongan yang ada dalam setiap kali pinjaman adalah 10 persen, sedangkan pada petunjuk umum pelaksanaan program BPLM dinyatakan bahwa tidak ada bunga atau potonganpotongan maupun biaya lain dalam hal penyaluran dana kecuali ada kesepakatan antar anggota kelompok tani yang memperoleh dana pinjaman. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa dalam kelompok tani diberlakukan potongan pinjaman dengan alasan potongan tersebut untuk mengembangkan modal/dana pinjaman awal dan petani sepakat untuk membayarnya. Partisipasi petani contoh dalam perencanaan teknis sebesar 45.71 persen, dan sisanya memilih untuk tidak terlibat secara langsung. Alasan mereka yang tidak ikut terlibat adalah waktu pertemuan dalam kelompok tani justru menyita waktu mereka dalam berusaha. Petani contoh penerima BPLM sebesar 22.86 persen yang merasa bahwa dana pinjaman harus sesuai dengan kebutuhan usahatani atau proposal yang

70 mereka ajukan, dan sisanya petani contoh penerima BPLM yang menyatakan tidak perlu keseluruhan usahatani dipenuhi dari dana pinjaman. Alasan mereka BPLM sebagai dana pinjaman hanyalah sebagai dana pelengkap dan mendorong petani untuk berusahatani bukan sebagai satu-satunya sumber pembiayaan. Fakta di lapangan menunjukkan sebesar 45.71 persen petani merasa bahwa bantuan yang diterima cukup untuk membantu dalam pembiayaan usahatani mereka. Petani contoh penerima BPLM sebagian besar memanfaatkan dana untuk kebutuhan usahatani karena dana pinjaman yang dikelola kelompok tani sebagian besar disalurkan kepada anggota berupa sarana produksi seperti benih, pupuk, atau pestisida. Pada kuadran IV terdapat faktor kemudahan persyaratan penerima BPLM dan pengembalian dana setelah panen. Kinerja faktor pada kuadran ini sangat baik, walaupun tingkat kepentingan petani di bawah rata-rata. Sebaiknya pihak pemerintah daerah tetap mempertahankan faktor ini, hanya saja perlu dikelola dengan lebih baik agar dapat meningkatkan nilai kepentingan faktor ini di mata petani selaku penerima program. Petani contoh penerima BPLM hanya sebesar 11.43 persen yang merasa bahwa persyaratan sebagai calon penerima sangat penting untuk ditetapkan agar dana yang disalurkan tepat sasaran, sedangkan sisanya menganggap bahwa persyaratan penting ditetapkan, namun jangan sampai memberatkan. Persyaratan yang saat ini diberlakukan oleh pemerintah daerah terdiri atas: (1) tergabung dalam kelompok tani yang sudah terbentuk selama lebih dari satu tahun, (2) petani yang berada satu wilayah/domisili dengan prioritas yang mempunyai keterbatasan modal, (3) petani yang belum pernah menerima penguatan modal dan tidak

71 mempunyai tunggakan kredit, (4) petani berada di wilayah pengembangan komoditas padi sawah dan petani yang mau menanam, (5) petani di wilayah yang tidak rawan bencana alam, (6) petani berada di wilayah yang mempunyai sarana dan prasarana yang memadai, dan (7) memiliki jaminan berupa surat-surat berharga. Persyaratan yang ditetapkan pada dasarnya mudah, namun mereka berharap bahwa bantuan yang mereka terima adalah bantuan cuma-cuma dari pemerintah. Hal ini terkait dengan faktor pengembalian dana setelah panen yang berada pada kuadran yang sama (kuadran IV). Petani contoh penerima BPLM sebesar 42.86 persen menyatakan bahwa dana pinjaman tidak penting untuk dikembalikan. Frekuensi angsuran yang telah dilakukan petani contoh sebanyak 1-2 kali pengembalian, namun belum ada yang lunas. Berdasarkan hasil uraian IPA di atas, dapat diketahui bahwa petani padi sawah di Kabupaten PPU pada dasarnya memang masih membutuhkan bantuan permodalan. Hal ini dapat terlihat dari faktor ketersediaan dana BPLM yang memiliki tingkat kepentingan yang tinggi dan menjadi nilai lebih dari program BPLM (terletak pada kuadran II) menurut persepsi petani contoh serta cukup membantu petani dalam menambah permodalan usahatani.