I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

dokumen-dokumen yang mirip
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumput laut. Menurut Istini (1985) dan Anggraini (2004),

Prarencana Pabrik Karagenan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii I-1

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 67

II TINJAUN PUSTAKA. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Rumput Laut, (2) Rumput Laut

PEMBUATAN TEPUNG KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT (EUCHEUMA COTTONII) BERDASARKAN PERBEDAAN METODE PENGENDAPAN

STUDI KINETIKA PEMBENTUKAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

Tabel 2 Data hasil pengukuran kekuatan gel. (a) (b)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BEBERAPA CATATAN TENTANG KARAGINAN. Oleh. Abdullah Rasyid 1) ABSTRACT

Pemanfaatan: pangan, farmasi, kosmetik. Komoditas unggulan. total luas perairan yang dapat dimanfaatkan 1,2 juta hektar

KARAKTERISTIK ALKALI TREATED COTTONII (ATC) DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA BERBAGAI KONSENTRASI KOH, LAMA PEMASAKAN DAN SUHU PEMANASAN OLEH :

OPTIMALISASI PRODUKSI SEMI-REFINED CARRAGEENAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN KADAR AIR BAHAN BAKU

PENGARUH KONSENTRASI KOH PADA EKSTRAKSI RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DALAM PEMBUATAN KARAGENAN

PENENTUAN ph OPTIMUM ISOLASI KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT JENIS Eucheuma cottonii. I G. A. G. Bawa, A. A. Bawa Putra, dan Ida Ratu Laila

Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 1, No. 2, Agustus 2013

KETEKNIKAN SISTEM RUMPUT LAUT DAN PROSES PENGOLAHANNYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. makroskopik dan secara ilmiah dikenal dengan istilah alga. Istilah talus digunakan

TINJAUAN PUSTAKA. Kappaphycus alvarezii sering juga disebut cottonii, merupakan jenis rumput laut

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DOSEN PEMULA LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DOSEN PEMULA POTENSI RUMPUT LAUT BANTEN DALAM BIOINDUSTRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

J.REKAPANGAN Vol.11, No.1, Juni 2017

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Eucheuma cottonii

BAB Ι PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

OPTIMASI PEMBUATAN KARAGENAN DARI RUMPUT LAUT APLIKASINYA UNTUK PERENYAH BISKUIT. Jl. Kentingan No. 36 A Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kaya akan sumber daya alam salah satunya adalah rumput laut. Rumput

OPTIMASI EKSTRAKSI RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) UNTUK MENGHASILKAN KARAGINAN MURNI DENGAN METODE RESPON PERMUKAAN. (Skripsi) Oleh HENI LESTARI

Pengaruh Perbedaan Jenis Dan Konsentrasi Larutan Alkali Terhadap Kekuatan Gel Dan Viskositas Karaginan Kappaphycus alvarezii, Doty

PENDAHULUAN. Latar Belakang

OPTIMASI PROSES EKSTRAKSI PADA PEMBUATAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONI UNTUK MENCAPAI FOODGRADE

KAJIAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii SKALA RUMAH TANGGA ABSTRAK

EFISIENSI PENGGUNAAN LARUTAN ALKALI NaOH DALAM PENGOLAHAN RUMPUT LAUT EUCHEUMA MENJADI SEMIKARAGINAN

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini adalah rumput laut

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

APLIKASI TEKNOLOGI OHMIC DALAM EKSTRAKSI KARAGINAN MURNI (REFINED CARRAGEENAN) DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii. Oleh : SITI FATIMAH G

Linda dkk. ABSTRAK. Kata kunci: kompatibel, karaginan, Eucheuma cottonii, Eucheuma spinosum, media tumbuh mikroba.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

OPTIMASI PENGERINGAN PADA PEMBUATAN KARAGINAN DENGAN PROSES EKSTRAKSI DARI RUMPUT LAUT JENIS Eucheuma cottonii

Kerangka Pemikiran 2 TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kappaphycus alvarezii

Modifikasi Metode Ekstraksi Karaginan dari Eucheuma cottonii yang di Panen dari Perairan Sumenep - Madura

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan Tempat dan Waktu Penelitian. Kg/Kap/Thn, sampai tahun 2013 mencapai angka 35 kg/kap/thn.

PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Kombinasi Protein Koro Benguk dan Karagenan Terhadap Karakteristik Mekanik (Kuat Tarik dan Pemanjangan)

Amry Muhrawan Kadir (G ) 1 Supratomo dan Salengke 2

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI SRC DARI RUMPUT LAUT JENIS Eucheuma cottonii. EXTRACTION AND CHARACTERIZATION OF SRC FROM SEAWEED TYPE Eucheuma cottonii

KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA KARAGINAN DARI Eucheuma cottonii PADA BERBAGAI BAGIAN THALUS, BERAT BIBIT DAN UMUR PANEN MAX ROBINSON WENNO

I. PENDAHULUAN. terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Kenaikannya diperkirakan

PENGARUH PENCAMPURAN KAPPA DAN IOTA KARAGENAN TERHADAP KEKUATAN GEL DAN VISKOSITAS KARAGENAN CAMPURAN EKO PEBRIANATA C

KARAKTERISTIK AGAR RUMPUT LAUT Gracilaria verrucosa BUDIDAYA TAMBAK DENGAN PERLAKUAN KONSENTRASI ALKALI PADA UMUR PANEN YANG BERBEDA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

OPTIMASI METODE ISOLASI KARAGENAN DARI RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii Doty DENGAN DESAIN PERCOBAAN FAKTORIAL. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Gambar 1. Struktur Karagenan (Wiratni dkk., 2010)

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

Pengaruh Perendaman Larutan KOH dan NaOH Terhadap Kualitas Alginat Rumput Laut Sargassum polycycstum C.A. Agardh

STUDI LAMA WAKTU EKSTRAKSI TERHADAP MUTU KARAGENAN (Eucheuma cottoni) ABSTRAK

PENDAHULUAN. laut yang sangat besar untuk dikembangkan, luas potensi budidaya laut

PENGARUH PERBANDINGAN AIR PENGEKSTRAK DAN PENAMBAHAN CELITE TERHADAP MUTU KAPPA KARAGINAN

FILDZAH WAHYUDDIN G

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Eucheuma cottonii (

REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS)

TINJAUAN PUSTAKA. yang tingginya cm dan tumbuh baik pada ketinggian meter di atas

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan oleh petani dan petani hutan. Umbi porang banyak tumbuh liar di

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SUMBER SERAT UNTUK MENINGKATKAN KEKENYALAN MIE KERING

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia

2 TINJAUAN PUSTAKA. Plantae Magnoliophyta Magnoliopsida Myrtales Rhizophoraceae Bruguiera Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lamk.

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semuanya terdiri dari talus saja (Aslan, 1998). khusus, kebanyakan tumbuh di daerah pasang surut (intertidal) atau pada

Frianto Yulius, Indrati Kusumaningrum dan Rafitah Hasanah

Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 1, No. 1, Februari 2013

I PENDAHULUAN. Luas Lautan Indonesia Total Indonesia s Waters a. Luas Laut Teritorial b. Luas Zona Ekonomi Eksklusif c.

KARAKTERISTIK PEMANASAN OHMIC SELAMA PROSES ALKALISASI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DAN RENDEMEN SEMI REFINE CARRAGEENAN (SRC) YANG DIHASILKAN

Kapasitas Penyerapan dan Penyimpanan Air pada Berbagai Ukuran Gel dari Tepung Karaginan untuk Pembuatan Media Tanam Jeloponik

PRODI ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI BISNIS JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat

ABSTRAK. Kata kunci : Eucheuma spinosum, ekstraksi, iota karaginan

I. PENDAHULUAN. Rumput laut atau seaweeds adalah tanaman air dikenal dengan istilah alga atau

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bernilai ekonomis tinggi dan telah diusahakan adalah rumput laut merah

Buletin Oseanografi Marina Oktober 2017 Vol 6 No 2:88 93 ISSN :

PEMBUATAN BIOETANOL GEL

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN SUMBER KARBOHIDRAT

BABI PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara maritim yang memiliki keanekaragaman

OPTIMALISASI PENGGUNAAN AIR PADA PROSES PEMBUATAN SEMI-REFINED CARRAGEENAN (SRC)

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie

EVALUASI SENSORI KONSUMEN PADA DODOL RUMPUT LAUT (Eucheuma cottoni) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG KANJI DAN TEPUNG KETAN.

Transkripsi:

1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim dengan panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km, kaya akan berbagai jenis sumber hayati terutama rumput laut. Potensi rumput laut ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Rumput laut dari dulu telah digunakan sebagai bahan makanan dan obat-obatan, tetapi belum semua rumput laut yang ada dimanfaatkan secara optimal. Rumput laut termasuk salah satu komoditas ekspor yang potensial untuk dikembangkan. Produksi rumput laut kering di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, pada tahun 2009 sekitar 2,574 juta ton dan pada tahun 2010 sekitar 3,082 juta ton. Peningkatan produksi ini didukung karena Indonesia memiliki sumberdaya yang cukup besar baik yang alami maupun budidaya (http://www.trobos.com, 2010). Bahan baku rumput laut yang dihasilkan Indonesia saat ini 85% diekspor ke luar dengan konsumen terbesar China, dan hanya 15% yang dipakai untuk industri dalam negeri. Menurut Victor Nikijuluw, Direktur Usaha dan Investasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan menyatakan bahwa industri pengolahan 1

2 rumput laut dalam negeri masih minim, oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan usaha dalam proses pengelolahan rumput laut (http://www.trobos.com, 2010). Pakar Budidaya Perikanan Universitas Haluoleo Kendari, Sulawesi Tenggara, La Ode Muhammad Aslan mengatakan, kecenderungan produksi rumput laut Indonesia meningkat selama lima tahun terakhir dari tahun 2006-2010. Di Indonesia, provinsi pemasok rumput laut terbesar yaitu, Nusa Tenggara Timur 606.273 ton, diikuti Sulawesi Selatan 648.528 ton, Sulawesi Tengah 287.263 ton, Bali 129.095 ton dan Sulawesi Tenggara 123.486 ton. Selanjutnya dijelaskan pula rumput laut sebagai komoditas yang diperdagangkan umumnya dalam bentuk rumput laut kering, atau produk yang dapat langsung dikonsumsi seperti karaginan. Karaginan merupakan produk olahan rumput laut yang menjadi komoditas perdagangan dunia dan permintaan pasar dunia akan komuditas ini semakin meningkat. Ironisnya, pemenuhan kebutuhan karaginan dalam negeri sampai saat ini dilakukan dengan cara mengimpor, sehingga nilai impor karaginan Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 2003 impor karaginan mencapai 900 ton, dan pada tahun 2008 mencapai 925 ton senilai 5,983 dolar AS. Pada periode Januari-September 2009 impor karaginan mencapai angka 513 ton dengan nilai 3.279 dolar AS. Indonesia mengimpor karaginan sebagian besar berasal dari China sebanyak 32 %, AS sebanyak 30 %, Malaysia sebanyak 10 %, Filipina sebanyak 10 % dan Korea Selatan sebanyak 8 % (http://www.bnisecurities.co.id, 2011). 2

3 Menurut Victor (2010), setidaknya Indonesia membutuhkan 200 industri pengolahan rumput laut menjadi karaginan, maka ekspor rumput laut gelondongan atau RDC (raw dried cottonii) sudah bisa dipenuhi. Kebutuhan akan industri itu dikarenakan adanya peningkatan produksi dan juga peningkatan nilai tambah ekspor karaginan dari Indonesia. Saat ini Indonesia memiliki 26 perusahaan pengolahan rumput laut yang sudah beroperasi dalam ukuran skala menengah dan besar (http://industri.kontan.co.id, 2010). Rumput laut dikelompokkan berdasarkan senyawa kimia yang dikandungnya, sehingga dikenal rumput laut penghasil karaginan (karagenofit), agar (agarofit) dan alginat (alginofit). Berdasarkan cara pengelompokan maka ganggang merah (Rhodophyceae) seperti Eucheuma sp. dikelompokkan sebagai rumput laut penghasil karaginan karena memiliki kadar karaginan yang tinggi yaitu sekitar 62-68% berat keringnya (Aslan, 1998). Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid yang merupakan senyawa polisakarida rantai panjang yang diekstraksi dari rumput laut jenis-jenis karaginofit, seperti Eucheuma sp., Chondrus sp., Hypnea sp., dan Gigartina sp. (Anggadiredja dkk., 2010). Kelompok Eucheuma yang dibudidayakan di Indonesia masih sebatas pada Eucheuma cottoni dan Eucheuma spinosum. Eucheuma cottoni dapat menghasilkan kappa karaginan dan telah banyak diteliti baik proses pengolahan maupun elastisitasnya. Sedangkan Eucheuma spinosum mampu menghasilkan iota karaginan. 3

4 Karaginan merupakan polisakarida linier yang tersusun atas molekul galaktan dengan unit-unit utamanya adalah galaktosa. Karaginan dapat diekstraksi dari rumput laut merah (Rhodophyceae) dengan menggunakan air atau larutan alkali. Karaginan terdiri atas garam ester kalium, natrium, magnesium dan kalsium sulfat, dengan galaktosa dan 3,6 anhidrogalaktosa kopolimer. Karaginan dibagi atas 3 kelompok utama berdasarkan gugus sulfatnya yaitu kappa, iota dan lamda karaginan (Winarno 1990). Ketiganya berbeda dalam sifat gel. Kappakaraginan menghasilkan gel yang kuat (rigid), sedangkan iota-karaginan membentuk gel yang halus (flaccid) dan mudah dibentuk. Selain itu masingmasing karaginan juga dihasilkan oleh jenis rumput laut yang berbeda (Anggadiredja dkk., 2010). Proses produksi karaginan dapat dibedakan menjadi produksi karaginan setengah jadi (semirefine carrageenan / SRC) dan produksi karaginan murni (refine carrageenan). Proses produksi karaginan semirefine lebih banyak dilakukan pada rumput laut Eucheuma cottoni meskipun dapat pula dihasilkan dari Eucheuma spinosum. Produk semirefine carrageenan ada yang berbentuk chips dan ada pula yang berbentuk tepung. Proses pembuatan semirefine carrageenan chips pada intinya dilakukan melalui perlakuan alkali dalam kondisi panas. Sedangkan proses semirefine carrageenan flour dilakukan dengan pengolahan semirefine carrageenan chips, dengan menggiling produk chips menjadi tepung berukuran 40-60 mesh (Anggadiredja dkk., 2010). 4

5 Proses produksi untuk mendapatkan karaginan murni melalui ekstraksi karaginan rumput laut yang terdiri dari dua metode yaitu metode alkohol (alcohol method) dan metode tekan (pressing method). Metode alkohol dapat digunakan untuk memproduksi iota karaginan dari Eucheuma spinosum dan kappa karaginan dari Eucheuma cottoni. Metode tekan hanya digunakan untuk produksi kappa karaginan dari Eucheuma cottoni. Metode ini hampir sama dengan metode alkohol hanya berbeda teknik dalam pemisahan karaginan dalam larutan sol (Anggadiredja dkk., 2010). Kedua metode di atas sama-sama terdapat perlakuan alkali, yaitu pemasakan dan ekstraksi menggunakan larutan alkali. Irawan (2010), menyatakan bahwa penggunaan alkali mempunyai dua fungsi, yaitu membantu ekstraksi polisakarida menjadi lebih sempurna dan mempercepat eliminasi 6-sulfat dari unit monomer menjadi 3,6-anhidro-D-galaktosa sehingga dapat meningkatkan kekuatan gel. Suasana alkalis dapat diperoleh dengan menambahkan larutan basa misalnya larutan NaOH, Ca(OH) 2, atau KOH sehingga ph larutan mencapai 8-10. 1.2. Identifikasi Masalah Ditinjau dari latar belakang penelitian, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Apakah penggunaan jenis pelarut berbeda dalam ekstraksi karaginan dari rumput laut varietas Eucheuma spinosum berpengaruh terhadap karakteristik karaginan yang dihasilkan. 5

6 2. Apakah konsentrasi pelarut yang berbeda dalam ekstraksi karaginan dari rumput laut varietas Eucheuma spinosum berpengaruh terhadap karakteristik karaginan yang dihasilkan. 3. Apakah ada interaksi jenis dan konsentrasi pelarut terhadap karakteristik karaginan dari rumput laut varietas Eucheuma spinosum yang dihasilkan. 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan berbagai jenis pelarut (KOH dan NaOH) dan konsentrasi pelarut (0,1%, 0,3%, 0,5% dan 1,0%) pada karakteristik karaginan dari rumput laut (Eucheuma spinosum). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan jenis dan konsentrasi pelarut yang tepat pada pembuatan karaginan dari rumput laut (Eucheuma spinosum). 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pendayagunaan dan pemanfaatan rumput laut Eucheuma spinosum, memberikan nilai tambah atau nilai ekonomis pada rumput laut Eucheuma spinosum, serta memberi informasi tentang penggunaan jenis dan konsentrasi pelarut yang tepat untuk menghasilkan karaginan yang berkualitas dari rumput laut Eucheuma spinosum. 6

7 1.5. Kerangka Pemikiran Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid yang terdiri atas ester, kalium, natrium, magnesium, dan kalsium sulfat dengan galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa kopolimer (Winarno, 1990). Karaginan yaitu senyawa hidrokoloid yang merupakan senyawa polisakarida rantai panjang. Polisakarida tersebut tersusun dari sejumlah unit galaktosa dengan ikatan α (1,3) D-galaktosa dan β (1,4) 3,6-anhidrogalaktosa secara bergantian, baik mengandung ester sulfat ataupun tanpa sulfat (Anggadiredja dkk., 2010). Iota karaginan diisolasi dari Euchema spinosum mengandung kira-kira 30% 3,6 anhidro-d-galaktosa dan 32% ester sulfat. Iota mempunyai gel yang bersifat elastis, bebas sinersis, berwarna lebih jernih dan reversible (Fardiaz, 1989). Iota karaginan ditandai dengan adanya 4-sulfat ester pada setiap residu D-glukosa dan gugusan 2-sulfat ester pada setiap gugusan 3.6 anhidro-d-galaktosa (Winarno 1990). Proses pencucian dilakukan dengan air tawar untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada rumput laut. Menurut Fardiaz (1989), pencucian dilakukan tidak terlalu lama, jika dilakukan terlalu lama maka akan mengakibatkan terjadinya lisis pada dinding sel, sehingga karaginan keluar dari rumput laut. Menurut Angka dan Suhartono (2000), ekstraksi karaginan dilakukan dengan air panas pada suhu 90-100 o C dan ph alkali (di atas ph 7). Air ditambahkan antara 7 hingga 40 kali berat rumput laut kering. Jenis basa yang digunaklan 7

8 adalah NaOH, KOH, atau Ca(OH) 2. Di jelaskan pula jenis iota karaginan dapat terekstraksi dalam waktu 3 jam pada suhu 85 o C. Rasyid (2003) dalam Sulistyaningsih (2006) menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa berpengaruh pada kekentalan karaginan. Jika diinginkan suatu produk yang kental maka digunakan garam natrium, untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras. Distantina dkk., (2010), menyatakan bahwa ada kecenderungan konsentrasi KOH semakin tinggi maka rendemen karaginan yang diperoleh dari ekstraksi rumput laut varietas Eucheuma cottonii semakin meningkat. Ulfah (2009), menyatakan ekstraksi karaginan dari rumput laut Kappaphycus alvarezii (Eucheuma cottonii) menggunakan pelarut KOH 0,5% rendemen karaginan yang diperoleh 15,47%, viskositas adalah 37,50 cps, dan kadar abu adalah 34,31%. Sedangkan rendemen karaginan yang diekstraksi dari rumput laut varietas Eucheuma spinosum adalah 25,31%, viskositas adalah 43,00 cps,, dan kadar abu adalah 27,95% dengan menggunakan pelarut NaOH 1%. Yasita dan Intan (2009), menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi NaOH yang digunakan sebagai pelarut dalam ekstraksi karaginan dari rumput laut varietas Eucheuma cottonii maka semakin tinggi rendemen dan kadar abu, dan semakin kecil kadar air. Selanjutnya dijelaskan pula pada konsentrasi NaOH 0,3% diperoleh rendemen 39,71%, kadar air 14,5%, dan kadar abu 15,098%. Alpis (2002), menyatakan bahwa perlakukan konsentrasi KOH memberikan pengaruh nyata terhadap rendemen, kadar air, kadar abu, dan kekuatan gel dari 8

9 karaginan yang dihasilkan dari rumput laut Eucheuma cottonii. Dijelaskan pula pada konsentrasi KOH 0,5% dengan KCl 0,1% dihasilkan karaginan dengan rendemen adalah 27,12%, kadar air adalah 8,655%, kadar abu adalah 21,325%, dan viskositas 3,15 cps. Menurut Overbeek dan Jong (1949) dalam Luthfy (1988), karaginan dapat dipisahkan dari air dan zat-zat lainnya dengan menambahkan alkohol, garamgaram dan aseton. Zat-zat tersebut berfungsi untuk memisahkan karaginan dengan cara pembentukan polimer sehingga terjadi agregasi yang menyebabkan penggumpalan atau pengendapan. Pemisahan karaginan dengan menggunakan alkohol merupakan cara yang paling banyak dilakukan. Alkohol yang digunakan sehitar 1,5 sampai 4 kali volume filtrat (Towle, 1973). Karaginan yang dipisahkan dengan cara ini memiliki mutu yang baik karena relatif murni (Glicksman, 1983). 1.6 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat diambil hipotesis: 1. Diduga penggunaan jenis pelarut berbeda dalam ekstraksi karaginan dari rumput laut varietas Eucheuma spinosum berpengaruh terhadap karakteristik karaginan yang dihasilkan. 2. Diduga konsentrasi pelarut yang berbeda dalam ekstraksi karaginan dari rumput laut varietas Eucheuma spinosum berpengaruh terhadap karakteristik karaginan yang dihasilkan. 9

10 3. Diduga ada interaksi jenis pelarut dan konsentrasinya terhadap karaktersitik karaginan dari rumput laut varietas Eucheuma spinosum yang dihasilkan. 1.7. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Universitas Pasundan Bandung dan waktu penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2012 sampai selesai. 10