BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 PT Mega Capital Investama PT Indovest Securities yang didirikan pada tanggal 8 November 1991, dan merupakan perusahaan dari PT Indovest Bank milik Bank Dagang Negara adalah awal dari sejarah Mega Capital Indonesia. Pada bulan September 1999, MEGA CORPORA mengambil alih PT Indovest Securities dari kelompok usaha PARA GROUP, yang kemudian pada bulan Mei 2001 nama PT Mega Capital Indonesia menggantikan nama dari PT Indovest Securities. Pada 6 Mei 2011, dilakukan pemisahan kegiatan usaha sebagai Manajer Investasi oleh PT Mega Capital Indonesia yaitu PT Mega Capital Investama. 1.1.2 PT MNC Asset Management PT MNC Asset Management yang merupakan bagian dari Group Bhakti Investama adalah perusahaan Manajer Investasi terpercaya. Izin sebagai Manajer Investasi telah diperoleh oleh PT MNC Asset Management dari Bapepam pada tanggal 25 Mei 2000 melalui Surat Keputusan Bapepam No. Kep-05/PM/MI/2000, tercatat dalam administrasi Bapepam dan LK melalui surat nomor S-43/BL/2011 tertanggal 14 Januari 2011. PT Bhakti Investama Tbk yang bergerak dalam lini usaha Media (RCTI, MNC TV, Global TV, Tabloid, dan Radio), Jasa Keuangan (PT MNC Securities, PT MNC Life Assurance, PT MNC Finance, General Insurance), Energy & Natural Resources, dan Portofolio Investasi-investasi lainnya ini menaungi PT MNC Asset Management. Dalam setiap kegiatan usahanya, filosofi VIP diimplementasikan oleh PT MNC Asset Management. VIP adalah Vision, yaitu memiliki arah bisnis yang fokus dan jelas yang dilandasi oleh kemampuan melihat 1
kesempatan yang ada. Integrity, yang berarti selalu memberikan yang terbaik dengan membangun kepercayaan terhadap semua mitra usaha, dan Persistence, yaitu melakukan segala sesuatu dengan ulet dan pantang menyerah untuk memperoleh hasil maksimal. Dalam merealisasikan kesemuanya, kebutuhan investasi nasabah ditempatkan sebagai fokus kegiatan perseroan yang dijabarkan melalui komunikasi antara nasabah dan perseroan mengenai transparansi strategi dan hasil investasi. Seluruh daya upaya dikerahkan oleh PT MNC Asset Management, yang dipimpin oleh tim manajamen yang berkualitas dan berpengalaman, untuk mengoptimalkan sumber daya yang tersedia dalam industri guna menyediakan layanan investasi yang bermanfaat bagi para nasabah. Melalui keuletan dan inovasi, PT MNC Asset Management berusaha untuk menjadi salah satu perusahaan manajer investasi yang terkemuka di Indonesia. Visi dan Misi dari PT MNC Asset Management adalah sebagai berikut: Visi Menjadi perusahaan Manajer Investasi yang inovatif dan terdepan. Misi Menyediakan one stop service di bidang investasi dengan beragam produk investasi berkualitas untuk memenuhi berbagai kebutuhan nasabah. 1.1.3 PT PNM Investment Management PT Permodalan Nasional Madani (Persero), suatu Badan Usaha Milik Negara yang didirikan pada tahun 1999 oleh Pemerintah Republik Indonesia untuk memberdayakan Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi (UKMK), adalah pemilik mayoritas dari saham perusahaan Manajer Investasi, PT PNM Investment Management. Izin sebagai Manajer Investasi diperoleh oleh PT PNM Investment Management berdasarkan Surat Keputusan Bapepam No. Kep-01/PM/MI/1998 tertanggal 27 Januari 1998. Sejak didirikan, PT PNM 2
Investment Management memfokuskan usahanya di bidang jasa keuangan dan investasi, dengan mengemban misi khusus untuk mewujudkan redistribusi pemilikan aset di Indonesia. Faktor terpenting di dalam kegiatan jasa investasi dan keuangan adalah kepercayaan. Sebagai perusahaan lokal, staf berpengalaman yang memiliki pengetahuan mendalam mengenai pasar dan mampu menangani segala aspek berkenaan dengan eksekusi suatu peluang bisnis memberikan dukungan dalam kegiatan usaha yang dilakukan oleh PT PNM Investment Management. Profesionalisme tinggi yang mendukung kemampuan ini membuat perseroan mampu menunjukkan track record yang baik dan membawa perseroan menjadi suatu lembaga keuangan yang handal dan dapat dipercaya. Visi dan Misi dari PT PNM Investment Management adalah sebagai berikut: Visi Menjadi perusahaan manajer investasi terkemuka dalam melaksanakan Widespread Ownership Program untuk UMKMK di Indonesia. Misi 1. Menyediakan produk investasi yang kompetitif bagi investor sebagai upaya meningkatkan dana kelolaan; 2. Mendukung upaya Fund Raising dalam menyediakan sumber dana dari pasar modal maupun pasar uang untuk UMKMK; 3. Menjadi perusahaan yang sehat dan berdaya saing tinggi sehingga dapat memberikan manfaat bagi stakeholders. 1.2 Latar Belakang Penelitian Di tengah kondisi ekonomi global yang masih belum jelas karena mengalami krisis di tahun 2008, Indonesia menjadi salah satu dari beberapa Negara yang berhasil mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang positif, yakni sebesar 6,5% di tahun 2011 (Wibisono, B. Kunto (2012). Ekonom: 3
pertumbuhan ekonomi Indonesia 2012 melambat. [Online]. http://www.antaranews.com/berita/293453/ekonom-pertumbuhan-ekonomiindonesia-2012-melambat. [27 Januari 2012]). Dengan kondisi yang kondusif ini, Indonesia akhirnya memperoleh kenaikan rating utang dari Fitch Rating Agency menjadi BBB- yang merupakan batas bawah masuk ke dalam zona Investment Grade (Djumena, Erlangga. (2012). Outlook Investasi Reksa Dana Tahun 2012. [Online]. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/- 01/24/10554397/.Outlook.Investasi.Reksa.Dana.Tahun.2012. [27 Januari 2012]). Dengan meningkatnya rating utang tersebut maka akan memberikan dampak kepada semakin banyaknya investor, baik investor dalam negeri maupun luar negeri, yang tertarik untuk melakukan investasi di Indonesia. Investasi dapat dilakukan baik pada sektor riil melalui tanah, bangunan, logam mulia, dan properti lainnya, maupun di bidang keuangan dimana dapat dilakukan di sektor perbankan melalui tabungan dan deposito dan/atau di pasar modal melalui obligasi, saham, reksa dana, dan instrumen keuangan lainnya. Bursa pasar modal di Indonesia sendiri dalam dua tahun terakhir ini mengalami pertambahan jumlah investor yang ingin menanamkan dananya. Hal ini tentunya menunjukkan bahwa minat investasi di pasar modal semakin meningkat ((2011). Dirut BEI: Minat Investasi di Pasar Modal Meningkat. [Online]. http://www.investor.co.id/home/dirut-bei-minat-investasi-di-pasarmodal-meningkat/21286. [16 Januari 2012]). Dalam Undang-Undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995, pasar modal didefinisikan sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Namun untuk dapat melakukan investasi secara langsung di pasar modal, khususnya investasi pada obligasi dan/atau saham, terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh para investor. Kendala yang biasanya dihadapi oleh investor, khususnya investor individu, apabila melakukan investasi secara 4
langsung adalah keterbatasan pengetahuan, informasi, dan waktu serta keterbatasan dana yang akan menggagalkan investor untuk melakukan investasi karena umumnya membutuhkan dana yang besar serta akan membatasi kemampuan investor dalam melakukan diversifikasi portofolio efek. Salah satu alternatif instrumen keuangan yang ada di pasar modal adalah reksa dana. Reksa dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal dan keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu, pengetahuan dan keahlian menghitung imbal hasil (return) dan risiko (risk) investasi yang terbatas serta memberikan kesempatan kepada investor yang dananya terbatas untuk dapat ikut serta melakukan investasi di pasar modal dengan dana yang terjangkau. Menurut Undang-Undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995, reksa dana didefinisikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Reksa dana di Indonesia lahir melalui Undang-Undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995, lalu mulai dikenal sejak diterbitkannya reksa dana berbentuk perseroan dan bersifat tertutup, yakni reksa dana PT BDNI yang menawarkan 600.000.000 saham dengan nilai per saham Rp. 500. Mengacu pada data dari Bapepam-LK (Tabel 1.1), industri reksa dana hingga kini mengalami pertumbuhan yang pesat dimana jumlah dari reksa dana dan jumlah Nilai Aktiva Bersih (NAB) yang terus meningkat dari tahun ke tahun hingga kini meskipun pada tahun 2005 industri reksa dana sempat mengalami penurunan pada Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau jumlah dana kelolaan yang disebabkan oleh jatuhnya harga-harga obligasi di pasar modal, serta pada tahun 2008 akibat dari dampak krisis keuangan global. Pertumbuhan reksa dana dapat dilihat pada Tabel 1.1. 5
Tabel 1.1 Jumlah Reksa Dana, Pemegang Saham/Unit Penyertaan, Nilai Aktiva Bersih (NAB), dan Jumlah Saham/Unit Penyertaan yang Beredar (Sumber: Bapepam-LK) Dalam perkembangannya mulailah hadir prinsip syariah dalam produk reksa dana yang dimaksudkan untuk memberikan alternatif yang lebih banyak kepada investor yang ingin melakukan investasi dengan prinsip syariah seperti yang dianjurkan oleh ajaran agama Islam. Reksa dana syariah ini memiliki pengertian yang tidak jauh berbeda dengan pengertian reksa dana konvensional, yaitu wadah yang dipergunakan untuk mengimpun dana dari masyarakat pemodal sebagai pemilik dana (shahibul maal) yang selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi sebagai wakil shahibul maal menurut ketentuan dan prinsip-prinsip syariah Islam. Menurut Eko P. Pratama, perbedaan utama antara reksa dana syariah dengan konvensional terletak pada proses pemilihan aset yang membentuk portofolionya. Reksa dana konvensional tentu saja hanya menggunakan pertimbangan tingkat keuntungan dan risiko dalam mengatur portofolio investasi. Sementara reksa dana syariah harus mempertimbangkan kehalalan 6
suatu produk keuangan di samping tingkat keuntungan dan risikonya (Aziz, 2010:151). Pemilik aset dalam portofolio reksa dana syariah dilakukan melalui proses penyaringan (screening) yang ketat berdasarkan prinsip syariah, misalnya memilih aset/saham perusahaan yang tidak memiliki aktivitas haram seperti riba, gharar, judi, produksi makanan/minuman haram, seperti daging babi, minuman keras, rokok, dan sebagainya. Selain itu, ciri tersendiri pada produk reksa dana syariah, yakni adanya proses cleansing atau membersihkan pendapatan yang diperoleh dengan cara membayar zakat. Di samping itu, dalam pengelolaan dana reksa dana ini tidak mengizinkan penggunaan strategi investasi yang menjurus ke arah spekulasi (Aziz, 2010:151-152). Di Indonesia, dalam kaitannya dengan instrumen keuangan yang diperjualbelikan di pasar modal yang sesuai dengan prinsip syariah Islam terbatas pada saham-saham yang tercantum atau tercatat dalam Jakarta Islamic Index (JII), obligasi syariah, dan berbagai instrumen keuangan berbasis syariah lainnya. Reksa dana syariah di Indonesia pada tahun 2003 berjumlah 4 reksa dana dengan total dana kelolaan (nilai aktiva bersih) sebesar Rp. 66,94 miliar. Dalam perkembangannya, reksa dana syariah mengalami penurunan pada total nilai aktiva bersih menjadi Rp. 1.814,80 miliar di tahun 2008, dimana di tahun 2007 total nilai aktiva bersih mencapai Rp. 2.203,09 miliar. Meskipun mengalami penurunan total nilai aktiva bersih pada tahun 2008, jumlah reksa dana syariah mengalami peningkatan dari 26 reksa dana di tahun 2007 menjadi 37 reksa dana di tahun 2008, dan sejak saat itu reksa dana syariah kembali berkembang menjadi 50 reksa dana pada Desember 2011 dengan total dana kelolaan (nilai aktiva bersih) sebesar Rp. 5.564,79 miliar. Perkembangan reksa dana syariah sendiri dapat dilihat pada Gambar 1.1, dengan garis horizontal (X) menunjukkan satuan tahun, garis vertikal (Y 1 ) sebelah kiri menunjukkan total dana kelolaan/nilai aktiva bersih (miliar rupiah), dan garis vertical (Y 2 ) sebelah kanan menunjukkan jumlah dari reksa dana. 7
Gambar 1.1 Grafik Perkembangan Reksa Dana Syariah (Sumber: Bapepam-LK) Jika membandingkan perkembangan di antara reksa dana konvensional dan reksa dana syariah, reksa dana konvensional terlihat berkembang lebih cepat daripada reksa dana syariah. Hingga Desember 2011, reksa dana syariah telah berjumlah 50 reksa dana (7,74% dari jumlah reksa dana total yang berjumlah 646), dan total nilai aktiva bersihnya sebesar Rp. 5.564,79 miliar (3,31% dari total nilai aktiva bersih reksa dana total yang mencapai sebesar Rp. 168.236,89 miliar). Untuk lebih jelasnya, perbandingan perkembangan reksa dana syariah dengan reksa dana total dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut. 8
Tabel 1.2 Jumlah dan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah dan Total Reksa Dana (Sumber: Bapepam-LK) Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis mencoba melakukan penelitian mengenai kinerja reksa dana untuk mengetahui kinerja yang lebih baik di antara reksa dana konvensional dan reksa dana syariah. Reksa dana yang akan menjadi objek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mega Dana Obligasi Dua (Konvensional) 2. Mega Dana Obligasi Syariah (Syariah) 3. MNC Dana Likuid (Konvensional) 4. MNC Dana Syariah (Syariah) 5. PNM Dana Sejahtera II (Konvensional) 6. PNM Amanah Syariah (Syariah) 9
Reksa dana dapat diklasifikasikan berdasarkan jenisnya, diantaranya adalah reksa dana saham, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana pasar uang, reksa dana campuran, dan reksa dana terproteksi. Reksa dana yang dipilih sebagai objek penelitian ini adalah reksa dana jenis pendapatan tetap. Alasan pemilihan reksa dana jenis pendapatan tetap adalah karena menurut Edbert Surjayaja, analis Infovesta Utama, reksa dana pendapatan tetap adalah pilihan realistis di tengah masih tingginya volatilitas pasar saham. Bagi investor berkarakter konservatif, reksa dana itu menjadi pilihan karena tawaran imbal hasil yang relatif stabil (Prestianta, Albertus M. (2012). Return fixed income dibatasi tren bunga dan beban pajak. [Online]. http://investasi.kontan.co.id/news/return-fixed-income-dibatasi-tren-bungadan-beban-pajak [27 Januari 2012]). Hal ini juga didukung dengan fakta bahwa pasar obligasi di Indonesia pada tahun 2011 merupakan salah satu tahun yang terbaik karena Total Return (Interest Income + Capital Gain) obligasi pemerintah mencapai 22,5% sehingga tidak menutup kemungkinan peluang yang sama di tahun 2012, serta karena tingkat suku bunga saat ini yang turun dibandingkan tahun lalu sehingga memicu naiknya harga obligasi secara signifikan (Djumena, Erlangga. (2012). Outlook Investasi Reksa Dana Tahun 2012. [Online]. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/- 01/24/10554397/.Outlook.Investasi.Reksa.Dana.Tahun.2012 [27 Januari 2012]). Pada penelitian ini, data yang digunakan adalah data historical return dari reksa dana yang dijadikan sebagai objek penelitian ini yang digunakan sebagai alat ukur kinerja. Data yang dimaksudkan sebelumnya adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB) per unit dan dengan data tersebut dapat dihitung kinerja per minggu, per bulan ataupun per tahun, total return, rata-rata return, serta standar deviasinya (tingkat risiko fluktuatif) sehingga dapat diketahui keunggulan kinerja dari masing-masing reksa dana yang dibandingkan. Metode perhitungan yang digunakan penulis untuk mengukur kinerja reksa 10
dana tersebut adalah dengan menggunakan metode Sharpe Index, Treynor Index dan Jensen Index. Evaluation of the performance of investment portfolios was pioneered by Treynor (1965), Sharpe (1966), and Jensen (1968). The statistical techniques developed by them are the most commonly used portfolio performance measures even now (Arugaslan et al., 2008:6). Penilaian kinerja reksa dana pendapatan tetap dihitung menggunakan pengukuran metode Sharpe, Treynor, dan Jensen. Ketiga metode tersebut digunakan agar dapat mengetahui kinerja reksa dana (Widjaja & Mahayuni, 2009:128). Analisis kinerja reksa dana yang digunakan menggunakan pendekatan Sharpe Ratio (Wijaya, 2008:200). Tiga metode pengukuran kinerja reksa dana dengan memasukkan unsur risiko yang sering digunakan yakni dengan Sharpe, Treynor, dan Jensen (Simforianus & Hutagaol, 2008:196). Most studies on evaluating the performance of Islamic mutual funds were conducted by utilizing Sharpe, Treynor, and Jensen Indices (Dewi & Ferdian, 2012:13). Metode yang lazim digunakan dalam pengukuran kinerja portofolio dengan memasukkan unsur risiko (risk-adjusted return) adalah Sharpe, Treynor, dan Jensen (Rinayanti, 2009:69). Although the Sharpe ratio and the Jensen s α measures were developed some time ago (the Sharpe ratio in 1966 and Jensen s α in 1968), they remain the standard tools for measuring investment performance (Aliouche et al., 2012:797). Performance measures include average annual returns, risks (measured by standard deviations and betas) and risk-adjusted returns (measured by the Sharpe ratios and alphas) (Chang et al., 2012:694). Kesimpulan yang dapat ditarik dari kutipan jurnal di atas adalah metode pengukuran kinerja portofolio investasi (reksa dana) dipelopori oleh Treynor (1965), Sharpe (1966), dan Jensen (1968). Meskipun dikembangkan pada waktu yang sudah lama, metode tersebut merupakan metode yang paling umum digunakan atau alat standar untuk mengukur kinerja portofolio investasi (reksa dana). 11
Oleh karena adanya perbedaan proses dan strategi pengelolaan dana dalam menyusun portofolio efek investasinya, seperti terdapat proses screening dan cleansing pada reksa dana syariah yang mana proses tersebut tentunya akan mempengaruhi tingkat return dan risk, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik pembahasan sebagai berikut: Analisis Perbandingan Kinerja Reksa Dana Konvensional dan Reksa Dana Syariah Jenis Reksa Dana Pendapatan Tetap Periode 2008-2011 1.3 Perumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kinerja reksa dana konvensional jenis reksa dana pendapatan tetap menggunakan metode Sharpe Index, Treynor Index, dan Jensen Index tahun 2008-2011? 2. Bagaimana kinerja reksa dana syariah jenis reksa dana pendapatan tetap menggunakan metode Sharpe Index, Treynor Index, dan Jensen Index tahun 2008-2011? 3. Bagaimana perbandingan kinerja antara reksa dana konvensional dan reksa dana syariah jenis reksa dana pendapatan tetap dari tahun 2008-2011? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka disusunlah penelitian dengan tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kinerja reksa dana konvensional jenis reksa dana pendapatan tetap menggunakan metode Sharpe Index, Treynor Index, dan Jensen Index tahun 2008-2011. 2. Untuk mengetahui kinerja reksa dana syariah jenis reksa dana pendapatan tetap menggunakan metode Sharpe Index, Treynor Index, dan Jensen Index tahun 2008-2011. 12
3. Untuk mengetahui perbandingan kinerja antara reksa dana konvensional dan reksa dana syariah jenis reksa dana pendapatan tetap dari tahun 2008-2011. 1.5 Kegunaan Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Manajer Investasi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kinerja yang telah mereka lakukan dalam mengelola reksa dana. 2. Bagi Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sejauh mana reksa dana, baik reksa dana konvensional maupun reksa dana syariah, mampu memberikan return yang diharapkan. 3. Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan minat investasi pada produk reksa dana sekaligus menjadi informasi tentang reksa dana mana yang sebaiknya dipilih untuk berinvestasi. 1.6 Sistematika Penulisan Sistem penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: Bab I: Pendahuluan Pada Bab ini akan dibahas mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian serta kegunaan penelitian. Bab II: Tinjauan Pustaka Pada Bab ini akan diuraikan tentang teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas, penelitian terdahulu serta kerangka pemikiran. 13
Bab III: Metode Penelitian Pada Bab ini akan diuraikan secara singkat mengenai metode penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis data yang digunakan oleh penulis. Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada Bab ini akan diuraikan mengenai hasil dari perhitungan kinerja setiap reksa dana dengan metode analisis data yang digunakan serta analisis dari hasil perhitungan atau pengolahan data. Bab V: Kesimpulan dan Saran Pada Bab ini akan berisi kesimpulan dari hasil pembahasan dalam bab sebelumnya atau hasil penelitian yang telah dilakukan serta memberikan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan analisis masalah yang diteliti. 14