Pengaruh Jenis Eksplan dan Komposisi Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Induksi Kalus Pada Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten.

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

in. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Fisiologi dan Kultur Jaringan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl.

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan BAP dan 2,4-D pada Percobaan Induksi Mata Tunas Aksilar Aglaonema Pride of Sumatera Secara In Vitro

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penambahan sukrosa dalam media kultur in vitro yang terdiri atas 5 variasi

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat eksperimen karena pada penelitian menggunakan kontrol yaitu

III. METODE PENELITIAN A.

III. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas

III. METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitaian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium terpadu Kultur jaringan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Pelaksanaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan 2

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Induk Hortikultura Gedung Johor Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

PENGARUH JENIS EKSPLAN DAN KOMPOSISI ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP PRODUKSI BIOMASSA KALUS DAN ANTOSIANIN TANAMAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn.

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO

BAB 3 BAHAN DAN METODA

KULTUR MERISTEM PUCUK STROBERI (Fragaria chiloensis dan F. Vesca) DENGAN PEMBERIAN BEBERAPA ZAT PENGATUR TUMBUH SKRIPSI OLEH:

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

PENGARUH PEMBERIAN BAP (Benzil Amino Purin) DAN NAA (Naftalen Asam Asetat) TERHADAP MORFOGENESIS DARI KALUS SANSEVIERIA (Sansevieria cylindrica)

RESPON REGENERASI EKSPLAN KALUS KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) TERHADAP PEMBERIAN NAA SECARA IN VITRO

`PENGARUH IAA DAN BAP TERHADAP INDUKSI TUNAS MIKRO DARI EKSPLAN BONGGOL PISANG KEPOK ( Musa paradisiaca L) SKRIPSI OLEH :

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan

Induksi Kalus Tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.) pada Jenis Eksplan dan Konsentrasi Auksin yang Berbeda

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Gedung

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Fakultas Pertanian,

PENGARUH IAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN NILAM (Pogestemon cablin Benth) IN VITRO

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Fakultas

UJI KONSENTRASI IAA (INDOLE ACETIC ACID) DAN BA (BENZYLADENINE) PADA MULTIPLIKASI PISANG VARIETAS BARANGAN SECARA IN VITRO

III. BAHAN DAN METODE. 1. Pengaruh konsentrasi benziladenin dengan dan tanpa thidiazuron terhadap

Puput Perdana Widiyatmanto Dosen Pembimbing Tutik Nurhidayati S.Si., M.Si. Siti Nurfadilah, S.Si., M.Sc. Tugas Akhir (SB091358)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Juli 2014 di

BAB III METODE PENELITIAN. Maulana Malik Ibrahim Malang pada bulan Januari-Juli 2014.

LAPORAN BIOTEKNOLOGI KULTUR ORGAN_by. Fitman_006 LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN. Kultur Organ OLEH : FITMAN D1B

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal Januari 2011 Maret 2011

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan

III. BAHAN DAN METODE. 1. Percobaan 1: Pengaruh konsentrasi 2,4-D terhadap proliferasi kalus.

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi pembiakan in vitro tanaman pisang yang terdiri

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yaitu pemberian

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor

Tugas Akhir - SB091358

LAMPIRAN. Lampiran 1. Persentase Data Pengamatan Kultur yang Membentuk Kalus. Ulangan I II III. Total A 0 B

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. agar, arang, NaOH, HCl dan akuades. spirtus, timbangan analitik, beker gelas, LAF vertikal.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian

INDUKSI TUNAS TIGA AKSESI Stevia rebaudiana Bertoni PADA MEDIA MS DENGAN PENAMBAHAN BAP DAN IAA SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain. Selain itu, kencur juga dapat digunakan sebagai salah satu bumbu

PERBANYAKAN TUNAS Boesenbergia flava DENGAN PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO SKRIPSI. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

3 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP PROLIFERASI TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn.) SECARA INVITRO

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, yaitu penambahan konsentrasi

Kontaminasi No Perlakuan U1 U2 U3 U4 U5 U6 Total 1 B B B B B

BAB III METODE PENELITIAN. Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) varietas Dewata F1

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

PENGARUH NAA DAN BAP TERHADAP INISIASI TUNAS MENGKUDU (Morinda citrifolia) SECARA IN VITRO ABSTRAK

Induksi kalus daun binahong (Anredera cordifolia L.) dalam upaya pengembangan tanaman obat tradisional

REGENERASI PADI VARIETAS CIHERANG SECARA IN VITRO [THE IN VITRO REGENERATION OF THE RICE CIHERANG VARIETY]

TUGAS AKHIR (SB )

PENGARUH PEMBERIAN ZPT 2,4 D TERHADAP PERTUMBUHAN DAN METABOLIT KALUS KEDELAI PADA PROSES HYPOXYDA SKRIPSI OLEH:

Pembuatan Larutan Stok, Media Kultur Dan Sterilisasi Alat Kultur Jaringan Tumbuhan. Nikman Azmin

II. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

DAFTAR LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

Transkripsi:

Pengaruh Jenis Eksplan dan Komposisi Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Induksi Kalus Pada Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) The Effect of Explants Type and Growth Regulators Composition on The Callus Induction of Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Ira Tiarma Sari Damanik, Rosmayati *, dan Luthfi Aziz Mahmud Siregar Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian USU Medan 20155 * Corresponding author: tanjungrosmayati@yahoo.co.id ABSTRACT The aim of the research was to know the effect of explants type and growth regulators composition on the callus induction of binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis). The research was conducted at the Tissue Culture Laboratory, Department of Agriculture, North Sumatra from July to September 2016. The completely randomized design was used with two factors i.e: type of explant (leaf, stem, petiole) and medium (MS; MS + 1 mg/l 2,4-D + 0.5 mg/l BAP; MS + 2 mg/l 2,4-D + 0.5 mg/l BAP; MS + 3 mg/l 2,4-D + 0.5 mg/l BAP; MS + 1 mg/l 2,4-D + 1 mg/l BAP; MS + 2 mg/l 2,4-D + 1 mg/l BAP; MS + 3 mg/l 2,4-D + 1 mg/l BAP). The results showed that the type of explant significantly affected the percentage of callus formed. The growth regulators composition significantly affected the percentage of callus formed. The stem explant were the best explant. The medium of MS + 3 mg/l 2,4-D + 0.5 mg/l BAP, MS + 2 mg/l 2,4-D + 1 mg/l BAP, MS + 3 mg/l 2,4-D + 1 mg/l BAP were the best medium for the percentage of callus formed. Keywords: binahong, callus induction, explants, growth regulators ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis eksplan dan komposisi zat pengatur tumbuh terhadap induksi kalus pada tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis). Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Dinas Pertanian Sumatera Utara pada bulan Juli sampai dengan September 2016. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 2 faktor yaitu jenis eksplan (daun, batang, tangkai daun) dan zat pengatur tumbuh (MS; MS + 1 mg/l 2,4 D + 0,5 mg/l BAP; MS + 2 mg/l 2,4 D + 0,5 mg/l BAP; MS + 3 mg/l 2,4 D + 0,5 mg/l BAP; MS + 1 mg/l 2,4 D + 1 mg/l BAP; MS + 2 mg/l 2,4 D + 1 mg/l BAP; MS + 3 mg/l 2,4 D + 1 mg/l BAP). Hasil penelitian menunjukkan jenis eksplan berpengaruh nyata terhadap persentase terbentuk kalus. Komposisi zat pengatur tumbuh berpengaruh nyata terhadap persentase terbentuk kalus. Eksplan batang merupakan eksplan yang terbaik. Media MS + 3 mg/l 2,4 D + 0,5 mg/l BAP, MS + 2 mg/l 2,4 D + 1 mg/l BAP, dan MS + 3 mg/l 2,4 D + 1 mg/l BAP merupakan media yang terbaik untuk persentase terbentuk kalus. Kata kunci: binahong, eksplan, induksi kalus, zat pengatur tumbuh PENDAHULUAN Kesadaran masyarakat meningkat terhadap penggunaan tanaman obat dikarenakan obat-obatan yang berasal dari tanaman diyakini kurang memberikan efek samping dibandingkan dengan obat- obat sintetik. Seiring dengan hal tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan pencarian sumber tanaman obat. Permintaan akan bahan baku tanaman obat yang beragam dipengaruhi oleh berbagai jenis penyakit yang diderita (Khairunisa, 2009). Binahong (Anredera cordifolia 532

(Ten.) Steenis) merupakan tanaman obat yang potensial yang dapat mengatasi berbagai jenis penyakit. Bagian dari tanaman binahong hampir semuanya dapat dimanfaatkan, mulai dari batang, akar, bunga, dan daun, akan tetapi bagian yang banyak digunakan sebagai bahan obat herbal adalah bagian daun (Sugiyarto dan Kuswandi, 2014). Adanya manfaat yang beragam tersebut mendorong para ahli untuk melakukan penelitian yang terkait dengan bahan bioaktif binahong, sedangkan penelitian yang berkaitan dengan teknik perbanyakan masih jarang dilakukan. Semakin banyak manfaat yang dirasakan maka semakin meningkat kebutuhan akan bahan baku obat yang diperlukan. Apabila hal ini terjadi secara terus menerus dapat mengancam kelestarian binahong. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai perbanyakan atau budidaya tumbuhan obat (Khairunisa, 2009). Kelestarian binahong dapat terjaga jika dilakukan upaya budidaya. Perbanyakan secara in vitro melalui teknik kultur jaringan merupakan cara yang tepat untuk melakukan upaya konservasi binahong karena melalui metode kultur in vitro akan diperoleh tanaman dalam jumlah besar dalam waktu yang relatif singkat dan akan menghasilkan tanaman baru yang seragam. Pada metode kultur jaringan pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) penting untuk memacu pertumbuhan eksplan. Fungsi ZPT dalam kultur in vitro adalah untuk memacu pertumbuhan tunas dan pengakaran. ZPT yang paling sering digunakan adalah auksin dan sitokinin (Gunawan 1992). Kombinasi zat pengatur tumbuh yang ditambahkan ke dalam medium merupakan faktor utama penentu keberhasilan kultur in vitro. Penambahan 2,4-D dalam media akan merangsang pembelahan dan pembesaran sel pada eksplan sehingga memacu pembentukan dan pertumbuhan kalus serta meningkatkan senyawa kimia alami flavonoid (Rahayu et al., 2003). BAP adalah salah satu sitokinin yang banyak dipakai dalam kultur jaringan. Zat pengatur tumbuh ini menunjukkan pengaruh yang beragam terhadap pembentukan tunas (Hatta et al., 2008). Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh jenis eksplan dan komposisi zat pengatur tumbuh terhadap induksi kalus pada tanaman binahong. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan UPT, Benih Induk Hortikultura Gedung Johor, Dinas Pertanian, Sumatera Utara pada bulan Juli sampai dengan September 2016. Bahan-bahan yang digunakan adalah daun, batang, dan tangkai daun binahong hijau yang masih muda, larutan stok media MS (Murashige and Skoog), 2,4 D dan BAP, agar, aquadest, alkohol, detergen, air, dithane, klorox 10%, tween, kertas saring, dan bahan-bahan lainnya. Alat-alat yang digunakan adalah Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), autoclave, botol kultur, cawan petri, gelas ukur, erlenmeyer, dissecting set, timbangan analitik, rak kultur, hot plate, magnetic stirer, lampu bunsen, ph meter, oven, dan alat-alat lainnya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor yaitu jenis eksplan (E1: daun, E2: batang, E3: tangkai daun) dan zat pengatur tumbuh (Z0: MS; Z1: MS + 1 mg/l 2,4 D + 0,5 mg/l BAP; Z2: MS + 2 mg/l 2,4 D + 0,5 mg/l BAP; Z3: MS + 3 mg/l 2,4 D + 0,5 mg/l BAP; Z4: MS + 1 mg/l 2,4 D + 1 mg/l BAP; Z5: MS + 2 mg/l 2,4 D + 1 mg/l BAP; Z6: MS + 3 mg/l 2,4 D + 1 mg/l BAP). Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan 21 dengan jumlah ulangan 6. Jika perlakuan berbeda nyata dalam sidik ragam maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test) pada α = 5%. 533

PELAKSANAAN PENELITIAN Semua alat-alat dicuci kemudian dibungkus dan disterilkan dengan autoclave pada suhu 121 o C dengan tekanan 17,5 psi 60 menit. Media yang digunakan adalah media MS padat dengan zat pengatur tumbuh 2,4 D dan BAP. Media tersebut ditambahkan 30 g sukrosa dan 7 g agar, dimasak diatas hot plate sampai larutan larut dan homogen dengan ph 5,6-5,8. Kemudian media di sterilisasi dengan tekanan 17,5 psi pada suhu 121 C selama 20 menit di autoclave. Seluruh permukaan LAFC dilap dengan alkohol 96% lalu disterilkan dengan sinar Ultra Violet selama 1 jam sebelum proses penanaman dilakukan. Eksplan dicuci dengan detergen dan dibilas 3 kali. Sterilisasi eksplan dilakukan dengan memberikan dithane 2 g/l dengan campuran air 30 menit, dibilas dengan aquadest steril 3 kali. Selanjutnya direndam dalam klorox 10% 15 menit, lalu dibilas dengan aquades steril 3 kali. Eksplan kembali direndam dengan tween 10 menit, dibilas dengan menggunakan aquades steril 3 kali, lalu ditiriskan. Eksplan ditanam sesuai dengan perlakuan di LAFC yang telah disemprot alkohol. Ukuran eksplan yang digunakan adalah daun 1x1 cm, batang dengan panjang 1 cm, dan tangkai daun dengan panjang ±1 cm. Setiap botol kultur terdiri dari 1 eksplan. Kemudian botol kultur ditutup dan diletakkan di rak kultur. Botolbotol diletakkan pada rak kultur sesuai dengan bagan penelitian. Rak kultur disemprot alkohol 96% setiap hari agar tidak terjadi kontaminasi. Suhu ruangan kultur diatur ±20-25 0 C, dengan penyinaran lampu fluorencent (neon) dengan intensitas cahaya 2.000 lux. Subkultur dilakukan setelah empat minggu setelah muncul kalus. Proses perbanyakan dilakukan dengan memasukkan kalus ke dalam botol kultur pada medium baru sesuai dengan perlakuan. Peubah amatan pada penelitian ini adalah persentase terbentuk kalus (%) dan waktu muncul kalus (HST) HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, diperoleh bahwa perlakuan jenis eksplan memberikan pengaruh nyata terhadap persentase terbentuk kalus. Pada perlakuan komposisi zat pengatur tumbuh memberikan pengaruh nyata terhadap persentase terbentuk kalus. Persentase Terbentuk Kalus (%) Hasil pengamatan serta sidik ragam terhadap parameter persentase terbentuk kalus pada perlakuan jenis eksplan dan komposisi zat pengatur tumbuh menunjukkan pengaruh yang nyata. Rataan persentase terbentuk kalus dari perlakuan jenis eksplan dan komposisi media dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pengaruh perlakuan jenis eksplan dan komposisi zat pengatur tumbuh rataan persentase terbentuk kalus (%) terhadap ZPT Eksplan Z0 Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z6 Rataan E1 0 75 50 80 50 80 80 59,29b E2 60 100 100 100 83,33 100 100 91,90a E3 0 33,33 100 100 100 100 100 76,19b Rataan 20,00d 69,44c 83,33b 93,33a 77,78b 93,33a 93,33a Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. 534

Tabel 1 memperlihatkan persentase terbentuk kalus tertinggi pada perlakuan jenis eksplan terdapat pada perlakuan E2 (batang) dengan rataan 91,90% dan terendah pada perlakuan E1 (daun) dengan rataan 59,29%. Perlakuan jenis eksplan dengan perlakuan E1 dan E3 berbeda nyata dengan perlakuan E2. Kalus ini dapat terbentuk sesuai dengan teori totipotensi yang menyatakan bahwa setiap sel mempunyai kemampuan untuk tumbuh menjadi individu baru jika berada pada lingkungan yang sesuai. Menurut Sugiyarto (2012) menyatakan bahwa kondisi lingkungan untuk kultur jaringan harus terkontrol, baik dari segi suhu, kelembaban dan cahaya. Pada perlakuan komposisi zat pengatur tumbuh yang berbeda memperlihatkan persentase terbentuk kalus tertinggi terdapat pada perlakuan Z3 (MS + 3 mg/l 2,4 D + 0,5 mg/l BAP), Z5 (MS + 2 mg/l 2,4 D + 1mg/L BAP), dan Z6 (MS + 3 mg/l 2,4 D + 1 mg/l BAP) dengan rataan 93,33%, sedangkan persentase terbentuk kalus terendah pada perlakuan Z0 (MS) dengan rataan 20,00%. Komposisi zat pengatur tumbuh Z3, Z5 dan Z6 berbeda nyata terhadap perlakuan Z0, Z1, Z2 dan Z4. Terbentuknya kalus tersebut sangat dipengaruhi oleh adanya auksin dan sitokinin. Suyitno dan Henuhili (2011) menyatakan bahwa auksin berperan merangsang pembelahan dan pembesaran sel, pembentukan kalus dan akar, sedang sitokinin sangat penting dalam pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis. ZPT berperan sebagai pengatur metabolisme, mitosis dan deferensiasi sel. Waktu muncul Kalus (HST) Hasil pengamatan terhadap parameter waktu muncul kalus pada perlakuan jenis eksplan dan komposisi zat pengatur tumbuh menunjukkan bahwa umur muncul kalus tercepat terdapat pada E2Z1 yaitu perlakuan jenis eksplan batang dalam media MS + 1 mg/l 2,4 D + 0,5 mg/l BAP. Rataan waktu muncul kalus dari perlakuan jenis eksplan dan komposisi media dapat dilihat pada Tabel 2. Menurut Robbiani et al. (2010) menyatakan bahwa perbandingan konsentrasi yang tepat antara sitokinin dan auksin akan memacu pertumbuhan eksplan kultur in vitro. Oleh karena itu, konsentrasi zat pengatur tumbuh perlu diperhatikan untuk keberhasilan teknik kultur jaringan. Rataan umur muncul kalus tercepat terdapat pada E2Z1 yaitu perlakuan jenis eksplan batang dalam media MS + 1 mg/l 2,4 D + 0,5 mg/l BAP dengan rataan 6,25 dan yang terendah terdapat pada E1Z3 yaitu perlakuan jenis eksplan daun dalam media MS + 3 mg/l 2,4 D + 0,5 mg/l BAP dengan rataan 13,25 hal ini dikarenakan auksin yang lebih tinggi dibandingkan sitokinin mengakibatkan terbentuknya kalus pada eksplan. Hal ini didukung oleh Dodds dan Roberts (1995) yang menyatakan bahwa organ yang berbeda menunjukkan kecepatan pembelahan yang berbeda. Pada umumnya kalus muncul pada bagian yang terluka. Tabel 2. Pengaruh perlakuan jenis eksplan dan komposisi zat pengatur tumbuh rataan lama muncul kalus (hari setelah kultur / HST) terhadap ZPT Eksplan Z0 Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z6 Rataan E1-10,67 11,50 13,25 12,50 12,00 10,50 11,74 E2 10,00 6,25 6,75 7,00 7,20 6,75 7,20 7,31 E3-8,00 7,33 7,00 9,00 9,00 9,67 8,33 Rataan 10,00 8,31 8,53 9,08 9,57 9,25 9,12 535

SIMPULAN Eksplan batang merupakan eksplan yang terbaik untuk persentase terbentuk kalus. Medium MS + 3 mg/l 2,4 D + 0,5 mg/l BAP, MS + 2 mg/l 2,4 D + 1 mg/l BAP, dan MS + 3 mg/l 2,4 D + 1 mg/l BAP merupakan medium yang terbaik untuk persentase terbentuk kalus. Interaksi antara perlakuan jenis eksplan dan komposisi zat pengatur tumbuh belum memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua peubah amatan. DAFTAR PUSTAKA Dodds, J. H. and Roberts, L W. 1995. Experiments in Tissue Culture. Third Edition. Cambridge University Press. Cambridge. Gunawan, L. W. 1992. Teknik Kultur Jaringan Tanaman. Bogor: Pusat Antar Universitas Bioteknologi Tanaman Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hatta, M., M. Hayati dan U.Irayani. 2008. Pengaruh IAA dan BAP Terhadap Pertumbuhan Tanaman Nilam (Pogestemon cablin Benth) In Vitro. J. Floratek 3: 56 60. Khairunisa, R. 2009. Penggunaan Beberapa Jenis Sitokinin Terhadap Multiplikasi Tunas Dan Pertumbuhan Binahong (Anredera cordifolia [Ten.] Steenis) Secara In vitro. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rahayu, B. Solichatun, dan E. Anggarwulan. 2003. Pengaruh Asam 2,4 Diklorofenoksiasetat (2,4-D) terhadap Pembentukan dan Pertumbuhan Kalus serta Kandungan Flavonoid Kultur Kalus Acalypha indica L.. Biofarmasi 1(1). Robbiani, D., T. Nurhidayati, dan N. Jadid. 2010. Pengaruh Kombinasi Naphthalene Acetic Acid (NAA) dan Kinetin Pada Kultur In vitro Eksplan Daun Tembakau (Nicotiana tabacum L. var. Prancak 95). Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. Sugiyarto, L. 2012. Pengenalan Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan, Pembuatan Media dan Metode Sterilisasi. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. Sugiyarto L. dan P. C. Kuswandi. 2014. Induksi Kalus Daun Binahong (Anredera Cordifolia L.) Dalam Upaya Pengembangan Tanaman Obat Tradisional. J. Sains Dasar 3(1):56 60. Suyitno, A. dan V. Henuhili. 2011. Induksi Kalus dan Organogenesis Tanaman Ngukilo (Gynura Procumbens (Lour.) Merr.) Dengan 2,4 D dan Kombinasi NAA - Air Kelapa Secara In vitro. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. 536