DAMPAK PENAMBAHAN SHIFT KERJA DARI 8 JAM/HARI MENJADI 12 JAM/HARI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PEMBAHASAN MASALAH. karyawan. Jenis-jenis kompensasi yang dibahas adalah kompensasi finansial baik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penelitian menitik beratkan pada pemeliharaan kondisi fisik. menjadi karyawan pada perusahaan yang bersangkutan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di lingkungan industri. Faktor yang paling utama timbulnya kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Dewasa ini perusahaan-perusahan dipacu untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya

I. PENDAHULUAN. industri kimia atau industri manufaktur yang menggunakan mesin yang

SUMBER DAYA MANUSIA DAN DESAIN KERJA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA PENGARUH SHIFT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

Pert 13 BIAYA TENAGA KERJA. Team Teaching Universitas Islam Malang 2016

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan suatu organisasi. Ketika sumber

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang ada di tempat kerja yaitu penerangan. berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor penting dalam pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

Akuntansi Biaya. Tenaga Kerja : Pengendalian dan Akuntansi Biaya (Labor : Controlling and Accounting for Costs) Rista Bintara, SE., M.Ak.

BAB V MANAJEMEN PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri yang sangat pesat tidak hanya di Indonesia

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dalam bidang industri pengolahan minyak goreng. Perusahaan Permata Hijau

BAB I PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan sebagai salah satu penunjang kebutuhan masyarakat, untuk. tamu agar merasa nyaman seperti dirumah sendiri.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING WPK (Minggu 2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan daripada yang sebelumnya (Susetyo, 2012).

BAB II LANDASAN TEORI. diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan

EFEK PENCAHAYAAN TERHADAP PRESTASI DAN KELELAHAN KERJA OPERATOR. Jl. Kalisahak 28 Kompleks Balapan Yogyakarta *

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Pertemuan 7. Nova Yanti Maleha,S.E.MM 10/7/2016 Nova Yanti Maleha/MSDM/IGM 1

Tujuan administrasi kompensasi

BAB I PENDAHULUAN. ujung tombak pelaksana kegiatan produksi. Begitu pula dengan PT X, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perlu memperhatikan dan mempertahankan motivasi para karyawannya.

BAHAN AJAR Jurusan : Administrasi Bisnis Konsentrasi : Mata Kuliah : Pengantar Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Manusia melakukan aktivitas terutama pada siang hari dan. beristirahat tidur di malam hari. Kehidupan seperti ini mengikuti pola

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (antara lain tenaga kerja perawat), sehingga

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PENGENDALIAN & AKUNTANSI BIAYA

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin

BAB I PENDAHULUAN. konsumen merasa tidak puas dapat melakukan keluhan yang dapat merusak citra

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat. keperawatan sebagai tuntunan utama. Peran perawat professional dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus. diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang

PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA (2)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Motivasi kerja sebagai salah satu ciri yang ada pada diri seseorang

Lampiran 1 L1-1. Lampiran 1.1 Kuesioner Morningness Eveningness Scale (Home Ostberg)

BAB I PENDAHULUAN. Karena tanpa pengaturan sumber daya manusia yang tepat, maka. banyak artinya tanpa dikelola oleh manusia secara baik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pemasakan. Kapasitas produksi mencapai 4000 ton per hari. Sound Level Meter dengan 9 titik pengukuran yang berdasarkan European

BAB I PENDAHULUAN I-1

BENEFIT dan TUNJANGAN

KERJA DENGAN TINGKAT KELELAHAN OPERATOR PRODUKSI DI PT PERTAMINA EKSPLORASI DAN PRODUKSI (EP) KECAMATAN BALONGAN KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh perawat. Perawat merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Menurut World Health Organization,

BAB I PENDAHULUAN. kali dana bantuan umum yang diberikan ke Negara berkembang. Jumlah santunan yang dibayarkan sebesar Rp triliun.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jl. Perpustakaan, Kampus USU Medan INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Industri farmasi di Indonesia merupakan usaha yang memiliki potensi yang

: Anxiety, depression, shift work, stress.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1997, membuat banyak kegiatan dari perusahaan yang terhambat dan mulai tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE GREEN PRODUCTIVITY PADA INDUSTRI PENGOLAHAN TEMPE

BAB II LANDASAN TEORI

KERJA BERGILIR DAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN PRODUKSI SEKSI PENUANGAN SUBSEKSI CASTING OPERATION PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin globalnya perekonomian yang disertai dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan mempunyai tujuan yang harus dicapai dan pencapaian tujuan

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut beberapa pengertian prosedur menurut para ahli, antara lain: a. Pengertian prosedur menurut Mulyadi (2001) adalah:

VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN

BAB II LANDASAN TEORI. Work-Family Conflict (WFC) adalah salah satu dari bentuk interrole

Akuntansi Biaya. Labor: Controlling and Accounting for Cost. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen S1

ANALISIS PERBAIKAN EFISIENSI PROSES ANTI KARAT DI PT INTI PANTJA PRESS INDUSTRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap pekerja berhak atas derajat kesehatannya yang optimal untuk

PERTEMUAN #6 PERANCANGAN SISTEM KERJA #2 (MESIN, PERALATAN, & LINGKUNGAN KERJA) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

BAB I PENDAHULUAN.

METODE PEMELIHARAAN KARYAWAN BAGIAN PH DI PT X LAMPUNG SELATAN METHOD OF MAINTENANCE EMPLOYEES IN THE PH IN PT X SOUTH LAMPUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam jam kerja tidak normal dengan sistem kerja shift. Menurut ILO (2003)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN:

BAB I PENDAHULUAN. terpapar bising melebihi 90 db di tempat kerjanya. Diperkirakan lebih dari 20 juta

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Kompensasi yang diberikan PT Asuransi Jasa Indonesia kepada. karyawan adalah Kompensasi langsung dan Kompensasi tidak

Transkripsi:

DAMPAK PENAMBAHAN SHIFT KERJA DARI 8 JAM/HARI MENJADI 12 JAM/HARI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA Muhammad Yusuf Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak Kompleks Balapan No. 28 Email :yusuf@akprind.ac.id Abstrak.Shift kerja merupakan bagian dari kondisi kerja yang menjadi salah satu indikator dalam mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, terbagi menjadi jam kerja normal dan sistem shift. Pada umumnya shift kerja merupakan pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam.saat ini sudah banyak industri beroperasi selama 24 jam/hari, hal ini dimaksudkan, salah satunya, untuk memenuhi permintaan dari konsumen juga adanya target produksi dari perusahaan. Pola kerja yang digunakan untuk beroperasi 24 jam tersebut, pada umumnya dengan menggunakan shift 8 jam/hari. Karena akan mendapatkan keuntungan, seperti efisiensi kerja, juga terbatasnya jumlah tenaga kerja, maka dilakukan perubahan pola kerja dari 8 jam/hari menjadi 12 jam/hari. Pada penelitian ini akan mengkaji lebih jauh dampak tingkat kecelakaan, produktivitas kerja, kegagalan produksi dan kepuasan kerja agar memperoleh gambaran yang jelas mengenai eksitensi pola kerja shift 12 jam/hari.adanya perubahan pola kerja dari 8 jam/hari ke 12 jam/hari mengalami peningkatan terhadap jumlah kecelakaan dan jumlah kegagalan produk, sedangkan produktivitas dan kepuasan kerja karyawan tidak menunjukkan perbedaan yang berarti. Katakunci: efisiensi kerja, tingkat kecelakaan, produktivitas. 1. Pendahuluan Proses produksi selama 24 jam per/hari sudah dikenal sejak tahun 1920an, terutama dalam industri baja dan pertambangan dengan pembagian waktunya menjadi 2 shift yaitu masing masing 12 jam perhari. Dengan bergulirnya waktu, pola kerja ini banyak tekanan dan tegoran dari (pemerintahan, politikus, pemuka agama, serikat pekerja) karena dianggap kurang manusiawi, sehingga disepakati untuk diubah ke pola kerja 8 jam perhari atau disebut dengan 3 shift. Akan tetapi mulai tahun 1955 di Amerika Serikat mulai muncul penerapan pola kerja 12 jam per-hari, dikarenakan lebih efisien bila dibandingkan dengan 8 jam per-hari. Alasan yang mendukung perubahan tersebut adalah membutuhkan tenaga kerja lebih sedikit dan tentunya berdampak terhadap besarnya bonus yang diberikan. Selain itu, waktu yang dibutuhkan saat penggantian shift 12 jam lebih sedikit, karena untuk shift 12 jam hanya 2 kali sedangkan untuk pola kerja 8 jam sebanyak 3 kali (Coleman, 1986). Pendapat lainnya mengatakan dampak perubahan pola kerja tersebut tidak begitu berarti secara keseluruhan tetapi untuk variabel kecelakaan dan produksi mengalami peningkatan (Waterhouse, 1992). Dampak kerja shift terhadap kesehatan karyawan cukup beragam, yaitu: a) Untuk pengulangan pekerjaan dalam waktu lama dapat menyebabkan kinerja kurang baik sehingga motivasi kerja kurang disebabkan karena mengalami kebosanan. b) Kurangnya istirahat bagi pekerja shift, terutama kerja shift malam. c) Kelelahan kerja akan menyebabkan tingkat kesalahan tinggi. d) Membutuhkan waktu penyesuaian untuk kerja shift, terutama pergantian antar shift (Harington, 1978). Laundry Dean Lees (1991) melaporkan bahwa perubahan kerja shift dari 8 jam/hari menjadi 12 jam/hari akan menyebabkan adanya peningkatan jumlah kecelakaan kerja. Hal ini disebabkan orang bekerja shift malam kurang istirahat pada siang harinya sehingga konsentrasi kerja kurang. Pada penelitian ini akan melihat dapak perubahan pola kerja terhadap tingkat kecelakaan, produktivitas kerja, kegagalan produk dan kepuasan kerja sehingga diperoleh gambaran menyeluruh tentang eksitensi pada perusahaan sepatu apakah tetap menerapkan pola kerja shift 12 jam/hari atau pindah ke pola kerja lama 8 jam/hari. Untuk mengetahui lebih jauh dampak perubahan pola kerja 8 jam/hari, ke 12 jam/hari maka perlu dikaji terhadap hal-hal yang terkait seperti tingkat kecelakaan, produktivitas kerja, kegagalan C35. 1

produk dan kepuasan kerja. Dengan pemahaman terhadap masing-masing variabel tersebut maka dapat mengetahui dampaknya secara menyeluruh dari perubahan pola tersebut. 2. Pembahasan Secara umum, orang kerja pada siang hari dan istirahat maupun tidur pada malam hari. Dengan perubahan pola hidup maka akan mengganggu dalam berinteraksi dengan keluarga, kelompok tertentu atau aktivitas olah raga, dan kegiatan lainnya. Akibatnya, mereka akan mengalami terisolasi dengan kelompoknya atau terhambatnya dalam pengembangan dirinya (Waterhouse, 1992). Monk dan Folkard (1992) melaporkan bahwa kerja shift siang tentunya tidak mempunyai dampak terhadap istirahat, sedangkan kerja shift malam tidak cukup istirahat pada siang harinya dengan beberapa alasan. Adapun penyebabnya adalah sulitnya mempersiapkan diri untuk tidur pada waktu yang tepat (siang hari), kebisingan disekeliling rumah, dan beban yang harus diselesaikan pada siang hari seperti perbaikan rumah, mengurus anak anak, dan bekerja parttime. Williamson (1994) melaporkan bahwa perubahan shift ke 12 jam per/hari akan mengubah ritme biologis karena waktu istirahat tidak teratur. Kemampuan merubah ritme ini tidak semua orang sama, sehingga akan berdampak terhadap motivasi kerja, nafsu makan dan lain lainnya. Menurut Johnson (2001) dampak terhadap suatu perubahan shift dapat dirangkum menjadi 4 (empat) hal, yaitu: a) kecelakaan, adanya penerapan pola kerja 12 jam maka akan berdampak terhadap jumlah kecelakaan kerja akibat kurang cukup istirahat, penerangan yang kurang dan konsentrasi yang kurang baik. b) Produktivitas karyawan, selain berdampak terhadap jumlah kecelakaan juga memberikan akibat terhadap produktivitas kerja. c) produksi, adanya perubahan pola kerja akan berdampak pula terhadap kegagalan produk. d) kerja, dengan perubahan pola kerja akan berdampak pula terhadap kepuasan kerja seperti upah, fasilitas pendukung dan makan. 2.1. Metodologi Penelitian Penelitian difokuskan kepada karyawan bagian pembuatan outsolen bawah sepatu sport di Pabrik sepatu di PT. KMK Global Sport, Salatiga, Pembuatan outsole ini dengan menggunakan mesin yang mempunyai resiko kecelakaan tinggi, dikarenakan tiap karyawan dalam mengoperasikan mesin yang terdiri dua atau lebih mold press. Adanya perubahan shift kerja dari 8 jam/ hari ke 12 jam/hari, untuk memenuhi target produksi yang diakibatkan oleh permintaan dari pembeli yang mengalami peningkatan sebanyak 60 %. Dibagian outsole ini mempunyai karyawan sebanyak 50 orang yang terbagi menjadi 2 shift, masing masing bekerja 8 jam/hari. Dalam penelitian ini diambil sebanyak 35 karyawan sebagai sampel untuk mengetahui dampak perubahan pola kerja, yaitu dari 8 jam/hari ke 12 jam/hari. Adapun tahap pembuatannya meliputi: a) Tahap pertama, mempersiapkan barang barang kebutuhan untuk proses berupa karet yang telah diolah dari bagian sebelumnya dengan spesifikasi tertentu b) Tahap kedua, mempersiapkan mesin press dengan temperatur tertentu. c) Tahap ketiga, memasukkan mold press ke mesin press untuk dipanaskan dalam waktu dan terperatur tertentu. d) Tahap keempat, setelah mold press siap digunakan, maka satu persatu dikeluarkan untuk diisi dengan karet olahan kemudian dimasukkan lagi ke mesin press. Sambil menunggu matangnya karet tersebut, maka mold press berikutnya dikeluarkan untuk diisi dengan karet olahan lalu dimasukkan lagi ke mesin press. Setelah mold press yang pertama sudah matang lalu dikeluarkan dan diisi lagi karet olahan kemudian dimasukkan ke mesin press. Demikian proses kerja dan seterusnya. Kriteria pemilihan karyawan sebagai sampel adalah: telah bekerja pada bagian tersebut satu tahun dan prestasi kerja cukup baik, dari responden yang telah ditentukan kemudian dilakukan pengukuran dalam rancangan penelitian berikut ini (lihat gambar 1). C35. 2

Gambar 1. Model Penelitian Keterangan: Y 1 = kerja Y 2 = Produktivitas Y 3 = Y 4 =. Data penelitian pada masing-masing responden dicatat mengenai jumlah kecelakaan kerja, produktivitas (pencapaian target), kegagalan produksi dan kepuasan kerja. Untuk ketiga variabel pertama data diambil dari laporan kinerja selama 3 bulan; yaitu bulan Januari sampai dengan Maret 2015 untuk pola kerja shift 8 jam, sedangkan pola kerja 12 jam diambil pada bulan Januari sampai dengan Maret 2016. Sedangkan kepuasan kerja diambil dari kuisioner yang diberikan kepada responden pada bulan Maret 2016. Pengukuran untuk masing-masing variabel dilakukan dengan menggunakan laporan harian maupun bulanan dan juga dapat menggunakan kuisioner. Adapun cara pengukuran untuk masing-masing variabel dapat dijelaskan sebagai berikut (lihat Tabel 1.): a) Pengukuran jumlah kecelakaan dilakukan dengan cara menghitung jumlah kecelakaan yang terjadi terhadap jumlah karyawan tersebut selama 3 bulan untuk masing masing pola kerja. b) Pengukuran produktivitas dengan mencatat kemampuan karyawan tersebut dalam mencapai target yang telah ditetapkan. c) produksi adalah jumlah gagal produk selama produksi. d) karyawan diukur dengan memberikan kuisioner tentang upah yang diterima, fasilitas yang diperoleh dan makanan yang diterima saat bekerja. Tabel 1. Hasil pengukuran Shift 8 jam/hari dan Shift 12 jam/hari No Pengukuran Shift 8 jam/hari ( %) C35. 3 Pengukuran Shift 12 jam/hari 1 0 90 5 88.33 1 92 8 86.67 2 1 90 5 88.33 1 90 10 86.67 3 0 93 8 89.33 1 93 8 86.00 4 1 90 7 88.33 0 90 10 85.00 5 0 90 5 88.33 1 88 10 86.67 6 1 90 5 88.33 1 90 12 86.67 7 0 85 5 86.67 1 85 12 85.00 8 0 85 5 86.67 0 85 8 85.00 9 1 85 5 86.67 1 85 12 85.00 10 1 86 8 87.00 1 88 12 88.33 11 0 86 8 87.00 1 86 8 86.67 12 1 86 7 87.00 1 88 5 88.33 13 0 85 8 86.67 1 85 8 86.67 14 1 85 7 86.67 1 85 10 85.00 15 1 85 7 86.67 1 85 8 86.67 16 0 90 5 88.33 1 88 8 86.67 17 1 85 6 86.67 1 88 10 88.33 18 0 75 8 83.33 1 78 8 85.00 19 1 80 10 85.00 2 80 8 86.67

No Pengukuran Shift 8 jam/hari ( %) C35. 4 Pengukuran Shift 12 jam/hari 20 0 80 8 85.00 1 80 10 86.67 21 1 78 8 84.33 0 78 10 85.00 22 0 78 8 84.33 1 78 10 88.33 23 1 75 8 83.33 0 78 12 86.67 24 0 85 7 86.67 2 85 15 86.67 25 1 85 8 86.67 1 82 12 86.67 26 0 80 8 85.00 1 82 13 88.33 27 1 80 7 85.00 0 80 10 86.67 28 0 85 7 86.67 1 85 10 86.67 29 0 78 8 84.33 1 78 8 88.33 30 0 78 8 84.33 1 78 8 86.67 31 1 80 7 85.00 1 80 12 86.67 32 0 75 8 83.33 1 75 10 86.67 33 0 75 8 83.33 1 80 10 86.67 34 0 75 7 83.33 1 78 12 85.00 35 0 78 6 84.33 1 78 8 86.67 Rata 2 0.43 83.03 7.00 86.06 0.91 83.54 9.86 86.55 Pembahasan Dalam pembahasan ini akan dibagi menjadi 4 (empat) bagian, yaitu jumlah kecelakaan, produktivitas, kegagalan produksi dan kepuasan karyawan. a) Tingkat, adanya penambahan pola kerja dari 8 jam per/hari ke 12 jam per/hari ternyata berdampak terhadap jumlah kecelakaan yang mengalami peningkatan dua kali lipat. kecelakaan terutama terjadi pada saat kerja shift malam dimana memberikan kontribusi 75% dari total kecelakaan. Penyebab terjadinya kecelakaan ini disebabkan karena karyawan yang bekerja 12 jam kurang / tidak istirahat pada siang hari. Hal ini dikarenakan pada siang hari mereka menyelesaikan pekerjaan rumah seperti mengurus keluarga dan anak-anak juga dikarenakan isteri mereka sebagian besar juga bekerja. Penyebab lain adalah mereka pada siang harinya bekerja sebagai buruh tani atau pekerja bangunan sehingga tidak ada waktu sama sekali untuk istirahat. Hal ini senada dengan penelitian Monk dan Folkard (1992) yang memaparkan tentang tingginya kecelakaan pada shift 12 jam malam disebabkan karena menyelesaikan kegiatan rumah tangga sehingga waktu istirahat kurang. Juga penyebab tingginya kecelakaan disebabkan karena lingkungan malam hari berbeda dengan siang hari sehingga kemungkinan besar terjadinya kecelakaan (Waterhouse, 1992). b) Produktivitas, adanya perubahan pola kerja maka tingkat produktivitas tidak mengalami perbedaan, dimana produktivitas pada kerja shift 8 jam tingkat pencapaian target sebesar 83.03% sedang denga pola kerja shift 12 jam adalah 83.54%. Menurut hasil interview terhadap karyawan tersebut menggambarkan bahwa mereka berusaha keras agar dapat mencapai target yang telah ditetapkan pihak perusahaan sehingga insentif berupa bonus dan kompensasi akan diperolehnya. c), adanya perubahan pola kerja shift dari 8 jam ke 12 jam ternyata memberikan peningkatan kegagalan produksi 7% menjadi 9.86 % atau 40 %. Hasil interview karyawan menunjukkan bahwa penyebab kenaikan kegagalan produksi tersebut adalah: 1) Keinginan kuat dalam pencapaian target sehingga kurang memperhitungkan kualitas produksi. 2) Penyebab terjadinya kegagalan adalah penglihatan pada malam hari berbeda dengan siang hari terutama produk outsole yang variasi warna cukup banyak. 3) Rasa ngantuk yang tinggi untuk jam 2 sampai dengan 4 pagi menyebabkan konsentrasi kerja kurang sehingga terjadinya kegagalan produk. d) kerja, terdiri atas upah, fasilitas pendukung dan makan. Untuk upah yang diterima dengan perubahan pola kerja menunjukkan peningkatan kepuasan, hal ini disebabkan karena mereka melebihi aturan ketenagakerjaan (40 jam perminggu). Kelebihan 4 jam tersebut dikompensasikan sebagai kerja lembur. Untuk fasilitas pendukung berupa service (pihak maintenance mesin, suplai uap dari boiler, air dan listrik) kedua pola kerja menunjukkan kepuasan yang sama. Kondisi ini

disebabkan bagian- bagian terkait dengan proses produksi tersebut selalu diupayakan maksimal. Sedangkan untuk makan ternyata memberikan perbedaan sebesar 9.7 %. Penyebab terjadinya kondisi ini adalah: 1) Makanan yang disediakan tidak fresh lagi sehingga nafsu makan kurang baik. 2) Senada dengan Monk dan Folkard (1992), ritme makan yang mengalami perubahan, dimana waktu makan shift 12 jam malam adalah pukul 24.00, sedangkan waktu makan tersebut pada umumnya adalah waktu istirahat(tidur) sehingga nafsu makan juga berkurang. 3) Menurut penelitian waterhouse (1992), karyawan minum kopi dalam jumlah banyak untuk mengurangi rasa ngantuk akan tetapi berdampak terhadap menurunnya nafsu makan. Bila ditinjau secara keseluruhan pola kerja dari 8 jam ke 12 jam mengalami kenaikan sebesar 93 % untuk tingkat kecelakaan dan 41 % untuk kegagalan produksi, akan tetapi terhadap target produksi dan kepuasan kerja tidak mengalami perubahan karena masing-masing hanya mengalami kenaikan sebesar 1 %. Mengingat adanya kenaikan kecelakaan dan kegagalan produksi, maka sebaiknya perusahaan ini kembali ke pola kerja lama (8 jam per/hari), hal ini disebabkan terhadap pengeluaran biaya untuk pengobatan dan pembayaran gaji terhadap mereka yang tidak mampu bekerja karena sakit. 3. Simpulan Perubahan pola kerja dari 8 jam per/hari ke 12 jam per/ hari mengalami peningkatan terhadap jumlah kecelakaan dan jumlah kegagalan produk. Sedangkan produktivitas dan kepuasan kerja karyawan tidak menunjukkan perbedaan yang berarti karena hanya mengalami peningkatan masing-masing sebesar 1 %. Sebaiknya perusahaan ini kembali ke pola kerja 8 jam per/ hari mengingat adanya biaya yang dikeluarkan untuk biaya pengobatan dan penggantian upah kerja. DaftarPustaka [1]. Coleman, R.M, 1986, Wide awake at 3.00 AM, Freeman and Company, New York. [2]. Harington, JM., 1978, Shift Work and Health a Critical Review of Literature. Majesty s Stationary Store, London. [3]. Johnson, MD, 2001. Impact of Change Shedules on Workers and Accupational Injury Rates, Intern l Journal of Industrial Ergonomics 27, 303-319. [4]. Laudry, B R., Lees, 1991. Industrial Acceident Experience of One Company on 8 and 12 hour Shift Schedules, Journal of Occupational Medicine 33. 903-906. [5]. Monk, TH., Folkard, S., 1992, Making Shiftwork Tolerabele, Taylor & Francis, London. [6]. Waterhouse, JM., Folkard, S., 1992, Shiftwork, Health and Safety an Overview of the Scientifie Literature 1978-1990, HMSO, London. [7]. Williamson, AM., Gower, CGI., 1994, Changing the hours of shiftwork: comparation of 8 and 12 hour shiftwork rosters in a group of computer operators, Intern l Journal of Industrial Ergonomics 37(2), 287-299. C35. 5