KERJA BERGILIR DAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN PRODUKSI SEKSI PENUANGAN SUBSEKSI CASTING OPERATION PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2006
|
|
- Leony Sumadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HASSIILL PPEENEELLIITTIIAN KERJA BERGILIR DAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN PRODUKSI SEKSI PENUANGAN SUBSEKSI CASTING OPERATION PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2006 Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja FKM USU Jl. Universitas No. 21 Kampus USU Medan, ABSTRACT This cross sectional study was almed to know the effect of shift work on fatique of the department of production casting operation sub section of PT. Inalum Kuala Tanjung The number of sample was 44 labours, working by shift system that consistend of morning, noon and night shifts, the data of fatique were collected by using questionare. The results showed that labour of night shift that felt very fatique were 22 persons (50%, and that felt fatique were person (1, %). From Anova test, it was found that there was a significant effect of shift work on working fatique. It was also found that there were significant difference of working fatique among shift work. It was suggested that labour used their break time effectively in orden to prevent fatique Keywords: Shift work, Fatique, Labour of casting operation PENDAHULUAN Manusia khususnya tenaga kerja adalah subyek dan obyek dari pembangunan, keberhasilan pembangunan sangat tergantung kepada manusia sebagai pelaksananya. Tenaga kerja adalah penduduk yang produktif dan oleh karena itu sangat besar peranannya dalam mewujudkan pertumbuhan atau memberikan nilai tambah, kesejahteraan tenaga kerja, meningkatkan kemampuan tenaga kerja, hal ini juga dinyatakan di dalam Undang Undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 170 pasal. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat, untuk lebih menjamin suksesnya industrialisasi tersebut dituntut agar tingkat efisiensi yang tinggi terhadap pengunaan sumber produksi, dan produktivitas tenaga kerja yang terlibat di dalamnya, oleh karena itu keberadaan tenaga kerja sangat perlu dilindungi agar tercapai tenaga kerja yang sehat dan produktif (Suma mur, 14). Dalam pelaksanaan kerja di perusahaan, untuk meningkatkan produktivitas adalah dengan menambah jam kerja dengan memberlakukan kerja bergilir (shift work). Kerja bergilir sebagai suatu pola waktu kerja yaitu bekerja selama 24 jam terus menerus yang diterapkan perusahaan memberikan dampak yang besar terhadap tenaga kerja dan keluhan yang sifatnya subyektif di antaranya tidak dapat tidur siang, kelelahan, gangguan kesehatan. Tenaga kerja tidak sesuai untuk bekerja malam hari karena adanya perubahan irama circardian yang mempengaruhi fungsi fisiologis yang berhubungan dengan kapasitas kerja, dan bila keja malam hari tidak dapat dihindari maka perlu diterapkan kerja bergilir rotasi yang cepat. Tenaga kerja yang bekerja dengan kerja bergilir rotasi cepat, pada akhir kerja khususnya kerja bergilir malam diberikan paling sedikit libur 1 hari untuk memulihkan tenaga yang terpakai (Grandjean, 15). 156
2 Kuswadji (177) menyatakan pola kerja yang berubah pada kerja bergilir dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat akibat perubahan pada irama circardian khususnya kerja bergilir malam. Sedangkan Schultz (12) menyatakan bahwa kerja bergilir siang dan malam paling berpengaruh terhadap tenaga kerja. Tenaga kerja kurang produktif pada kerja malam dibanding kerja bergilir siang dan cenderung membuat banyak kesalahan kerja, mudah mengalami kecelakaan dan absenteism. Kelelahan kerja merupakan komponen kelelahan fisiologis dan psikologis. Kerja fisik terus menerus dan memerlukan konsentrasi dapat diukur dengan perubahan fisiologis dalam tubuh yaitu penurunan waktu reaksi dan perubahan psikologis yaitu adanya perasaan lelah, khususnya bagi tenaga kerja Indonesia (Setyawati, 15). PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) merupakan pabrik peleburan aluminium yang produksinya menghasilkan aluminium batangan (ingot) yang diproduksi pada seksi penuangan subseksi casting operation, menerapkan kerja bergilir dengan rotasi cepat ( hari). Lamanya kerja bergilir adalah hari, pada akhir kerja diberikan libur 1 hari, sedangkan kerja bergilir pagi dan siang diberikaan libur 2 hari, walaupun perusahaan sudah menerapkan kerja bergilir dengan rotasi cepat masih dijumpai keluhan tenaga kerja khususnya kerja bergilir malam berupa gangguan tidur, pencernaan, dan kelelahan. Perumusan Masalah Kerja bergilir merupakan pembagian waktu kerja yang diterapkan di berbagai perusahaan, dengan tujuan untuk meningkatkan kebutuhan bidang pelayanan dan produksi barang dan jasa. Untuk tujuan tersebut tenaga kerja diharuskan bekerja selama 24 jam. Efek dari kerja bergilir banyak tenaga kerja yang mengeluh terhadap gangguan fisiologis gangguan kesehatan, gangguan pencernaan, kelelahan, gangguan tidur, khususnya kerja malam. PT Inalum Kuala Tanjung juga menerapkan kerja bergilir dengan sistem kerja bergilir cepat, walaupun bergitu masih ada tenaga kerja yang mengeluh, mengantuk pada saat bekerja, kelelahan dari gangguan selera makan. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh kerja bergilir terhadap kelelahan tenaga kerja di PT Inalum Kuala Tanjung. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui tingkat kelelahan tenaga kerja bagian produksi seksi penuangan subseksi casting operation di PT Inalum Kuala Tanjung tahun Untuk mengetahui pengaruh kerja bergilir terhadap terjadinya kelelahan kerja pada tenaga kerja bagian produksi seksi penuangan subseksi casting operation di PT Inalum Kuala Tanjung tahun Manfaat Penelitian 1. Sebagai masukkan bagi pihak perusahaan mengenai pengaruh kerja bergilir terhadap kelelahan tenaga kerja. 2. Menambah bahan informasi untuk referensi bagi pengembangan ilmu. METODE PENELITIAN Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif desain studi cross sectional. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja berjumlah 0 orang di bagian produksi seksi penuangan subseksi casting operation PT Inalum Kuala Tanjung, bekerja dengan sistem kerja bergilir, sedangkan yang menjadi sampel dengan menggunakan simple random sampling, jumlah sampel sebanyak 44 orang (Rumus Vincent Gasperz). Pengumpulan Data Data primer adalah kelelahan tenaga kerja dengan menggunakan kuesioner alat ukur perasaan kelelahan kerja (KUPK2). Data sekunder adalah profil perusahaan mengenai data tenaga kerja di seksi penuangan subseksi casting operation. Pengolahan Data Hasil penelitiaan dianalisis dengan menggunakan uji Oneway Anova untuk melihat pengaruh kerja bergilir terhadap kelelahan tenaga kerja. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan PT Inalum terdiri dari PLTA Sungai Asahan/IPP (Inalum Power Plant) di Paritohan, Kabupaten Toba Samosir dan 157
3 pabrik peleburan aluminium/isp (Inalum Smeltng Plant) di Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Asahan, Propinsi Sumatera Utara. Pabrik peleburan aluminium merupakan bagian utama dari PT Inalum yang dibangun di atas areal seluas 200 ha. Distribusi Tenaga Kerja Bagian Penuangan Jumlah tenaga kerja yang bekerja di bagian penuangan sebanyak 1 orang terdiri dari: subseksi casting operation 0 orang, 4 orang foreman, Subseksi transportation and bundling 72 orang, 4 orang foreman, subseksi service 24 orang. Setiap subseksi masing masing dengan 1 orang manager staff. Dengan menerapkan kerja bergilir rotasi cepat dengan empat kelompok kerja pada seksi penuangan subseksi casting operation, sedangkan subseksi service menerapkan kerja bergilir tetap. Perputaran kerja bergilir rotasi cepat yang diterapkan meliputi: kerja bergilir malam, pagi dan siang dengan lama kerja masing masing selama hari dan pada akhir kerja bergilir diberikan libur 1 hari untuk kerja malam sedangkan kerja pagi dan siang diberikan libur 2 hari. Adapun waktu kerja bergilir pagi dimulai pukul WIB, siang WIB, dan malam WIB. Tenaga kerja sebanyak 11 orang (25%) yang berumur tahun sedangkan 1 orang (2,2%) yang berumur tahun. Tingkat pendidikan SMU sebanyak 6 orang (1,2%) sedangkan pendidikan SMP orang (1,1%). Pada umumnya tenaga kerja dengan status sudah kawin sebanyak 6 orang (1,2%) dan yang belum kawin sebanyak orang (1,1%). Tenaga kerja dengan masa kerja tahun sebanyak 1 orang (4,1%) dan hanya 1 orang (2,2%) dengan masa kerja tahun. Semua tenaga kerja mengalami kelelahan dengan tingkat kelelahan sangat lelah, lelah, dan kurang lelah. Tabel 1. Karakteristik tenaga kerja berdasarkan umur, pendidikan, status perkawinan, dan masa kerja Umur (Tahun) Jumlah (Orang) % Pendidikan SMP SMU Status Perkawinan Kawin Tidak Kawin Masa Kerja ,4 20,45 6, 4,55 25,00 20,45 2,2 1,1 1,2 1,2 1,1 1,1 6,2 6,2 2,2,0 4,1 Tabel 2. Kelelahan kerja tenaga kerja pada kerja bergilir pagi Sangat 1 2,55 1,1,64 Total ,00 Tenaga kerja yang bekerja pada shift pagi merasa sangat lelah sebanyak orang (,64%), lelah orang (1,1%) dan kurang lelah 1 orang (2,55%). Kelelahan kerja untuk setiap tingkat kelelahan terdistribusi secara merata. Tabel. Kelelahan kerja tenaga kerja pada kerja bergilir siang Sangat ,1 6,6 45,46 Total ,00 Tenaga kerja bekerja dengan sangat lelah sebanyak 20 orang (45,46%) sedangkan orang (1,1%) merasakan kurang lelah pada saat bekerja. Tabel 4. Kelelahan kerja tenaga kerja pada kerja bergilir malam Sangat ,6,64 50,00 T o t a l ,00 15
4 Tabel 5. Kelelahan kerja tenaga pada kerja bergilir pagi, siang, dan malam Kelelahan Kerja Kerja Bergilir Sangat Jumlah % Jumlah % Jumlah % Pagi Siang Malam 1 5 2,55 1,1 11,6 16,64 6,6 1, ,64 45,46 50,00 Total Pada kerja bergilir malam, tenaga kerja sangat lelah sebanyak 22 orang (50%), lelah orang (,64%) dan kurang lelah 5 orang (11,6%). Terlihat bahwa tenaga kerja yang bekerja sebagian besar merasakan kelelahan. Tenaga kerja merasa sangat lelah paling banyak pada bergilir malam yaitu 22 orang (50%), pada siang 20 orang (45,46%) dan pagi orang (,64%), sedangkan tenaga kerja dengan tingkat kelelahan kurang lelah paling banyak pada kerja bergilir pagi 1 orang (2,55%), siang orang (1,1%) dan malam 5 orang (11,6%). Kelelahan kerja adalah merupakan komponen fisik dan psikis. Kerja fisik dengan menggunakan kecepatan tangan dan fungsi mata serta memerlukan konsentrasi terus menerus mengakibatkan kelelahan fisiologis dan psikologis (Nasution, 1). Schult (12) menyatakan bahwa: bekerja dengan rotasi kerja bergilir menimbulkan kelelahan yang berbeda untuk tiap kerja bergilir siang dan malam paling berpengaruh terhadap tenaga kerja. Tenaga kerja merasa sangat lelah bekerja pada kerja bergilir malam karena terganggunya circadian rhytm tubuh seperti denyut jantung oksigen yang dikonsumsi, suhu tubuh, tekanan darah, produksi adrenalin, dan sebagainya. Pada umumnya fungsi tubuh meningkat pada pagi hari, mulai melemah pada siang hari dan menurun pada malam hari untuk pemulihan dan pembaharuan (Mc Cormick dan Ilgen, 15). Secara alamiah manusia bekerja pada pagi hari dan tidur pada malam hari dengan perubahan pola kerja di malam hari dan tidur disiang hari menimbulkan perasaan lelah lebih cepat. Sedangkan bekerja pada kerja bergilir siang lebih lelah dari bekerja pada kerja bergilir pagi. Hal ini disebabkan karena kemungkinan tenaga kerja mengerjakan aktivitas lain sebelum bekerja pada siang dan malam harinya yang mengakibatkan sebelum bekerja perasaan lelah sudah dirasakan oleh tenaga kerja. Kuswadji (17) menyatakan bekerja pada kerja bergilir siang menimbulkan sedikit lebih lelah dibandingkan bekerja pada kerja bergilir pagi. Bekerja pada kerja bergilir malam dan kerja bergilir siang waktu istirahatnya lebih sedikit dari pada bekerja pada kerja bergilir pagi. Hasil Analisis Anova menunjukkan bahwa kerja bergilir malam berpengaruh nyata terhadap kelelahan kerja (p < 0,05) dan bekerja pada kerja bergilir malam menunjukkan perbedaan yang nyata dengan kerja bergilir pagi dan siang (p < 0,05). Dalam hal ini menujukkan bahwa ada pengaruh kerja bergilir terhadap terjadinya kelelahan kerja. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Suma mur, 14) bahwa bekerja pada kerja bergilir malam paling potensial menyebabkan terjadinya kelelahan, waktu istirahat yang diberikan setelah bekerja dengan rotasi kerja bergilir khususnya untuk kerja malam belum cukup untuk memulihkan tenaga, karena setelah bekerja pada kerja bergilir malam tenaga kerja masuk kerja pada kerja bergilir pagi. Monk dan Folkard (1) menyatakan bahwa konsekuensi kerja bergilir akan menimbulkan efek terhadap kesehatan, kesejahteraan, keselamatan dan efisiensi kerja. Efek kerja bergilir lebih nyata berpengaruh terhadap tenaga kerja adalah timbulnya kelelahan kerja dan kurang tidur. Tiga faktor penting yang pelu diperhatikan untuk mengatasi kerja bergilir yaitu waktu tidur, kehidupan keluarga dan sosial, serta circadian rhytm. Waktu tidur yang kurang menurunkan kesiapan mental bekerja penurunan kinerja, keterlambatan bekerja, dan penurunan kesiagaan dan perasaan lelah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Kelelahan kerja pada tenaga kerja dengan tingkat kelelahan sangat lelah di bagian produksi seksi penuangan subseksi casting operation PT Inalum 15
5 Kuala Tanjung dijumpai pada kerja bergilir pagi, siang, malam 2. Kerja bergilir kerja berpengaruh nyata (significan) terhadap kelelahan kerja pada tenaga kerja seksi penuangan subseksi casting operation PT Inalum Kuala Tanjung.. Kerja bergilir malam berpengaruh secara nyata dengan kerja bergilir pagi dan siang. Saran 1. Tenaga kerja diseksi penuangan subseksi casting operation PT Inalum Kuala Tanjung mempergunakan waktu istirahat dengan sebaik-baiknya untuk tetap memperhatikan kesehatan. 2. Perusahaan agar memperhatikan dan melaksanakan pengaturan seperti rotasi kerja bergilir khususnya kerja bergilir malam dengan memberikan waktu libur 2 hari pada akhir kerja bergilir malam dan memberikan makanan tambahan untuk menambah energi bagi tenaga kerja. DAFTAR PUSTAKA Barnes. R.M. 10. Motion and Time Study Design and Measurement of Work, Seventh Edition, Jhon Willey and Sons, New York. Grandjean, E. 15. Fitting The Task to The Man, Taylor & Francis Ltd. London. ILO, Encyclopedia of Occupational Health and Safety, International New York Labour Office, Geneva, 1, Vol II. Kuswadji S., Pengaturan Tidur Pekerja Shift, Cermin Dunia Kedokteran No. 116/17, Mahyastuti M. Circardian Rhythm dan Pengaruhnya pada Pola Tidur Awak Pesawat. Majalah Kesehatan Masyarakat. IAKMI, Tahun XXI No. 5, Juni 1, 2 2. Mc. Cormick, E.J and D.R. Ilgen. 15. Fundamental Industrial and Organizational Psychology. Monk T and S Folkard. 1. Circadian Rhytim and Shift Work, in R. Hockey, Stress and Fatigue Human Performance, Jhon Willey and sons, New York. Nasution, H.R. 1. Kelelahan Tenaga Kerja Wanita dan Pemberian Musik Pengiring di Andiyanto Batik Yogyakarta. Tesis UGM, Yogyakarta. Schultz, D. P. 12. Psychology and Industry Today. An Introdduction to Industrial and Organizaationaal Pssychology, Third Edition, Mc. Milan Publishing co Inc. New York. Setyawaati, L. 15. Pengaruh Suhu Tinggi di Ruang Kerja Dapur terhadap Tingkat Kelelahan Kerja Karyawan Hotel Ambarukmo Palace Yokyakarta. Tesis Program Pasca Sarjana UGM Yogyakarta. Suma mur P.K. 14. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Gunung Agung, Jakarta. 160
BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin suksesnya industrialisasi tersebut dituntut tingkat efisiensi yang tinggi terhadap penggunaaan
Lebih terperinciKERJA DENGAN TINGKAT KELELAHAN OPERATOR PRODUKSI DI PT PERTAMINA EKSPLORASI DAN PRODUKSI (EP) KECAMATAN BALONGAN KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN
HUBUNGAN SHIFT KERJA DENGAN TINGKAT KELELAHAN OPERATOR PRODUKSI DI PT PERTAMINA EKSPLORASI DAN PRODUKSI (EP) KECAMATAN BALONGAN KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2014 The Relationships With Working Shift Production
Lebih terperinciJl. Perpustakaan, Kampus USU Medan INDONESIA
Perbandingan Biaya dan Produktivitas Pekerja Antara Shift Pagi dan Shift Malam Pada Proyek Pembangunan Gedung The Manhattan Medan Michael Tanaka 1 dan indra jaya pandia 2 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pengolahan dan analisa data maka dapat ditarik kesimpulan dan saran-saran yang diharapkan dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi perusahaan sebagai dasar peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu pelayanan yang beroperasi 24 jam dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah sakit
Lebih terperinciPERBEDAAN KELELAHAN DAN STRES KERJA PADA TENAGA KERJA SHIFT I, II DAN III BAGIAN PRODUKSI PABRIK MINUMAN PT. X SEMARANG
PERBEDAAN KELELAHAN DAN STRES KERJA PADA TENAGA KERJA SHIFT I, II DAN III BAGIAN PRODUKSI PABRIK MINUMAN PT. X SEMARANG Melcy Novitasari 1, Sisiwi Jayanti 2, Ekawati 3 1 Mahasiswa Peminatan Keselamatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Shift Kerja 2.1.1 Defenisi Shift Kerja Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk di luar jam kerja biasa (08.00-17.00).
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi modern memungkinkan manusia untuk melakukan berbagai hal sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam masyarakat, dikenal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia tentunya sangat berperan dalam suatu perusahaan, sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang terdidik dan siap pakai untuk mendukung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri yang sangat pesat tidak hanya di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia industri yang sangat pesat tidak hanya di Indonesia bahkan disemua negara telah mengalami perubahan secara terus menerus, sehingga membuat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan
BAB II LANDASAN TEORI A. Moril Kerja 1. Definisi Moril Moril adalah sikap atau semangat yang ditandai oleh adanya kepercayaan diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan pencapaian
Lebih terperinciPerbedaan Stres Kerja Antara Pekerja Shift I Dan Shift III Bagian Produksi Di PT. Nusantara Building Industries
Perbedaan Stres Kerja Antara Pekerja Shift I Dan Shift III Bagian Produksi Di PT. Nusantara Building Industries *) **) Findi Purbonani *), Daru Lestantyo **), Ida Wahyuni **) Mahasiswa Bagian Peminatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan peningkatan produktivitas tenaga kerja selaku sumber daya manusia. Kondisi kesehatan yang baik merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kali dana bantuan umum yang diberikan ke Negara berkembang. Jumlah santunan yang dibayarkan sebesar Rp triliun.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu masalah penting dalam setiap proses operasional, baik di sektor tradisional maupun modern. Menurut ILO (2003), setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh perawat. Perawat merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan yang beroperasi 24 jam dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh perawat. Perawat merupakan salah satu pegawai yang selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjadikan tenaga kerja menjadi sumber daya manusia
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam rangka menjadikan tenaga kerja menjadi sumber daya manusia yang sehat dan produktif, kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu kesehatan dan penerapanya yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang yang memiliki jiwa profesional akan melakukan pekerjaan yang dimilikinya dengan penuh suka cita dan bersedia dalam pekerjaannya serta mampu menjadi pekerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan pasti memiliki berbagai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada dalam perusahaan.
Lebih terperinciPENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT DI PT. X LABUHAN BATU
PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT DI PT. X LABUHAN BATU Kimberly Febrina Kodrat Fakultas Teknik Universitas Al Azhar Medan E-mail: Kimberlyfebriana@yahoo.co.id ABSTRAK
Lebih terperinciANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI
ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI A. DESKRIPSI Menurut Tayyari dan Smith (1997) fisiologi kerja sebagai ilmu yang mempelajari tentang fungsi-fungsi organ tubuh manusia yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di lingkungan industri. Faktor yang paling utama timbulnya kecelakaan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kecelakaan industri adalah kejadian kecelakaan yang terjadi di tempat kerja khususnya di lingkungan industri. Faktor yang paling utama timbulnya kecelakaan kerja adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jam kerja secara bergilir biasa disebut dengan kerja shift.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Didalam dunia kerja, seperti halnya di intansi Rumah Sakit terdapat beberapa pekerjaan yang harus dilakukan secara terus menerus selama 24 jam. Pekerjaan ini membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suma mur (2014) menyatakan bahwa industri tekstil ditinjau dari segi higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak ditemui dalam industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri. Persaingan industri yang semangkin ketat menuntut perusahaan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia dan internasional dalam dunia persaingan terbuka pada era globalisasi menetapkan standar kerja yang harus dipenuhi pada setiap perusahaan industri.
Lebih terperinciGAMBARAN KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN SHIFT
GAMBARAN KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN SHIFT PAGI, SHIFT SIANG DAN SHIFT MALAM DI BAGIAN LOINING PT. SINAR PURE FOODS INTERNATIONAL BITUNG Christo Mononimbar*, B.S Lampus*, Ricky C. Sondakh* *Fakultas
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA SATUAN PENGAMANAN (SATPAM) DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA SATUAN PENGAMANAN (SATPAM) DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI Ricko Johanes Poluakan*, Harvani Boky*, Budi T. Ratag* *Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (antara lain tenaga kerja perawat), sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan rumah sakit saat ini mengalami transformasi besar. Pada masa sekarang rumah sakit sedang berada dalam suasana global dan kompetetif, termasuk bersaing
Lebih terperinciPerbedaan Tingkat Stres Kerja Operator SPBU ditinjau dari Shift Kerja ((Studi Di SPBU Kabupaten Ciamis Tahun 2014)
Perbedaan Tingkat Stres Kerja Operator SPBU ditinjau dari Shift Kerja ((Studi Di SPBU Kabupaten Ciamis Tahun 2014) Andri Gunawan e-mail : mixtape.inside.andri@gmail.com Program Studi Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinciPENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI SEKSI REDUKSI PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2011 SKRIPSI.
PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI SEKSI REDUKSI PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2011 SKRIPSI Oleh : TRI HENGKY PUTRA NIM : 061000144 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Shift Kerja 2.1.1 Pengertian Shift Kerja Tanpa disadari tubuh kita memiliki waktu tertentu yang dapat berpengaruh terhadap aktifitas dalam bekerja secara berulang dan teratur.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompleks. Dewasa ini perusahaan-perusahan dipacu untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi dewasa ini, persaingan antara perusahaan baik didalam maupun diluar negeri semakin ketat dan keras. Disamping itu juga terjadi perubahanperubahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus. diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang berbahaya bagi kesehatan, mudah terjangkit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan perusahaan, maka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menghasilkan suatu produk dan jasa yang dapat dipasarkan dan dapat mencapai tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan perusahaan, maka perusahaan tersebut harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hal tersebut dengan meratifikasi 15 Konvensi International Labour Organization (ILO). Delapan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ketenagakerjaan merupakan bagian dari upaya pembangunan sumber daya manusia perlu terus ditingkatkan karena kualitas sumber daya manusia mempunyai peranan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan Gatt yang akan berlaku pada tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan
Lebih terperinciHUBUNGAN KELELAHAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON DI PT WIJAYA KARYA BETON MEDAN TAHUN 2015
HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON DI PT WIJAYA KARYA BETON MEDAN TAHUN 2015 ( CORELATION BETWEEN WORK FATIQUE AND PRODUCTIVITY ON CAGING WIRE
Lebih terperinciSTUDI PERBEDAAN KELELAHAN KERJA BERDASARKAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (EXTRA FOODING) (Studi di PT. Besmindo Materi Sewatama, Pekopen Tambun Bekasi)
STUDI PERBEDAAN KELELAHAN KERJA BERDASARKAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (EXTRA FOODING) (Studi di PT. Besmindo Materi Sewatama, Pekopen Tambun Bekasi) Apriani Sukmawati 1) Sri Maywati dan Yuldan Faturrahman
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Pratiwi Andiningsari, FKM UI,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan jalan bebas hambatan (jalan Tol) Cipularang (Cikampek- Purwakarta-Padalarang) pada tahun 2005 merupakan salah satu bentuk perkembangan pembangunan nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat kota besar yang mengandalkan kepraktisan sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berjalannya waktu, terdapat perubahan gaya hidup masyarakat kota besar yang mengandalkan kepraktisan sehingga mempengaruhi jumlah pesanan pada katering (Tristar
Lebih terperinciBAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden Dalam penelitian ini, karakteristik responden terdiri atas usia, status pernikahan, pengalaman kerja, dan tingkat pendidikan. 1. Usia Pada penelitian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja,
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Shift Kerja 2.1.1 Definisi Shift Kerja Shift kerja mempunyai berbagai definisi tetapi biasanya shift kerja disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk diluar jam kerja biasa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga terjadi pemulihan sementara. Menurut Suma mur (2009) kelelahan (fatigue) menunjukkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja 1. Pengertian Kelelahan Menurut Tarwaka (2010), kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu tempat pelayanan yang beroperasi 24 jam di mana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah
Lebih terperinciProgram Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University 1
PENGUKURAN KELELAHAN KERJA MENGGUNAKAN METODE BOURDON WIERSMA UNTUK MENGEVALUASI KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA GUDANG FINISH GOOD MENGGER BANDUNG (Studi Kasus: PT. PAPANDAYAN COCOA INDUSTRIES (PCI)) WORK
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Shift Kerja Kerja shift jika dipandang sebagai tuntutan yang menekan individu, jika tidak dikelola dengan baik oleh pihak perusahaan akan berdampak pada gangguan fisiologis dan
Lebih terperinciPERBEDAAN KELELAHAN KERJA DAN TEKANAN DARAH PADA PERAWAT WANITA SHIFT PAGI DAN SHIFT MALAM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
PERBEDAAN KELELAHAN KERJA DAN TEKANAN DARAH PADA PERAWAT WANITA SHIFT PAGI DAN SHIFT MALAM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Ummy
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universtas Sam Ratulangi Manado
PERBEDAAN KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN SHIFT KERJA PAGI, SIANG DAN MALAM DI BAGIAN PRODUKSI PT. ROYAL COCONUT KAWANGKOAN KECAMATAN KALAWAT KABUPATEN MINAHASA UTARA Rombe Novita*, Paul A. T. Kawatu*, Wulan
Lebih terperinciPERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA SHIFT PAGI, SORE DAN MALAM PADA PERAWAT DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA SHIFT PAGI, SORE DAN MALAM PADA PERAWAT DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan
Lebih terperinciERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN. ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak
ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak Penelitian ini dilakukan di pasar Bringharjo dan Giwangan dengan objek buruh gendong perempuan. Makalah
Lebih terperinciPERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA BERDASARKAN SHIFT KERJA PAGI DAN MALAM (Survei pada Pekerja Bagian Produksi di Pabrik Pakan Ternak Andhika Feedmill)
PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA BERDASARKAN SHIFT KERJA PAGI DAN MALAM (Survei pada Pekerja Bagian Produksi di Pabrik Pakan Ternak Andhika Feedmill) Agus Saepul Ulum Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisik yang ada di tempat kerja yaitu penerangan. berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan ditetapkan bahwa keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kelelahan kerja adalah gejala yang berhubungan dengan penurunan efisiensi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelelahan kerja adalah gejala yang berhubungan dengan penurunan efisiensi kerja, keterampilan, kebosanan, serta peningkatan kecemasan. Kata lelah memiliki arti tersendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan suatu organisasi. Ketika sumber
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset yang sangat berharga dalam suatu organisasi. Sumber daya manusia berfungsi sebagai penggerak atau motor dari sebuah
Lebih terperinciKata Kunci: Kelelahan Kerja, Shift Kerja, PLTD.
PERBEDAAN KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN SHIFT PAGI, SORE DAN MALAM DI RUANG SENTRAL PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULUTENGGO SEKTOR MINAHASA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL BITUNG Ariestha Carolin Sariowan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dan memanfaatkan fasilitas serta sumber daya yang ada (1).
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin meningkat saat ini terasa sangat kompleks dan memberikan manfaat serta kemudahan bagi manusia, tetapi di lain pihak menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karena tanpa pengaturan sumber daya manusia yang tepat, maka. banyak artinya tanpa dikelola oleh manusia secara baik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam melakukan suatu pekerjaan, ada banyak faktor yang mempengaruhi seseorang tersebut berhasil menyelesaikan pekerjaan diantaranya adalah faktor shift kerja.
Lebih terperinciHubungan Pergantian Waktu Kerja dengan Pola Tidur Pekerja
Artikel Penelitian Hubungan Pergantian Waktu Kerja dengan Pola Tidur Pekerja Relationship between Workshift and Worker Sleeping Pattern Yuli Amran* Putri Handayani** *Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Work-Family Conflict (WFC) adalah salah satu dari bentuk interrole
BAB II LANDASAN TEORI A. Work-Family Conflict 1. Definisi Work-Family Conflict Work-Family Conflict (WFC) adalah salah satu dari bentuk interrole conflict yaitu tekanan atau ketidakseimbangan peran antara
Lebih terperinciVolume 2 No. 5 April 2016 ISSN :
HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN, BEBAN KERJA, DAN SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN PADA PEKERJA DI BAGIAN PRODUKSI PT. BATANG HARI TEMBESI KOTA JAMBI TAHUN 2016 Ummu Kalsum 1), Diah Merdekawati 2), Nur Hidayati
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DAN KELELAHAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA PT. TIMURJAYA DAYATAMA SONDER Jilly F.P. Palar*, Paul A.T. Kawatu*, Adisty A. Rumayar* *Fakultas Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam jam kerja tidak normal dengan sistem kerja shift. Menurut ILO (2003)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat kini menghadapi persaingan dunia kerja hingga bekerja dalam jam kerja tidak normal dengan sistem kerja shift. Menurut ILO (2003) shift kerja merupakan kerja
Lebih terperinciMODUL II PHYSIOLOGICAL PERFORMANCE
MODUL II PHYSIOLOGICAL PERFORMANCE 2.1. Tujuan Praktikum Setelah mengikuti praktikum, praktikan diharapkan : a. Mampu memahami pengaruh yang ditimbulkan oleh pembebanan kerja terhadap tubuh selama manusia
Lebih terperinciperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user
PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 22 Undang-Undang No. 23 tahun tentang kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Pasal 22 Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas optimal. Kesehatan
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu: a. Tingkat beban
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan di dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 pasal 3.
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja adalah penduduk yang produktif dan oleh karena itu sangat besar peranannya dalam mewujudkan pertumbuhan atau memberikan nilai tambah, kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization) dan GATT (General Agreement On Tariffs And Trade) yang akan berlaku pada tahun 2020 mendatang, kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Desain stasiun kerja akan berpengaruh pada sikap kerja yang dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desain stasiun kerja yang ergonomis merupakan suatu hal yang sangat penting untuk pencapaian suatu produktivitas kerja yang tinggi. Desain stasiun kerja akan berpengaruh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya pembangunan industri tentunya akan semakin meningkat pula risiko yang berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja. Bahaya di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan alat transportasi yang aman dan nyaman. Salah satu mode transportasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor transportasi menjadi salah satu tolok ukur dalam menentukan perkembangan sebuah negara. Sektor transportasi harus memiliki sistem manajemen yang sangat baik
Lebih terperinciHubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test
Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test Titin Isna Oesman 1 dan Risma Adelina Simanjuntak 2 Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta ti_oesman@yahoo.com,risma_stak@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat. keperawatan sebagai tuntunan utama. Peran perawat professional dalam
BAB I PENDAHULUAN B. Latar belakang Sekarang ini kebutuhan akan kesehatan pada masyarakat modern semakin komplek. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 tentang
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM. A. Sejarah Singkat dan Perkembangan PT. Indonesia Asahan Aluminium
BAB II GAMBARAN UMUM PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM A. Sejarah Singkat dan Perkembangan PT. Indonesia Asahan Aluminium Setelah upaya memanfaatkan potensi Sungai Asahan yang mengalir dari Danau Toba di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa kesehatan yang tujuan utamanya memberikan pelayanan jasa terhadap masyarakat sebagai usaha meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia melakukan aktivitas terutama pada siang hari dan. beristirahat tidur di malam hari. Kehidupan seperti ini mengikuti pola
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia melakukan aktivitas terutama pada siang hari dan beristirahat tidur di malam hari. Kehidupan seperti ini mengikuti pola jam biologik yang disebut dengan circadian
Lebih terperinciDAMPAK PENAMBAHAN SHIFT KERJA DARI 8 JAM/HARI MENJADI 12 JAM/HARI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA
DAMPAK PENAMBAHAN SHIFT KERJA DARI 8 JAM/HARI MENJADI 12 JAM/HARI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA Muhammad Yusuf Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak Kompleks Balapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelelahan merupakan masalah yang harus mendapat perhatian. Semua jenis pekerjaan baik formal dan informal menimbulkan kelelahan kerja. Kelelahan adalah perasaan subjektif,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. (1)
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata lelah (Fatigue) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh
Lebih terperincitenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.
1. Beban Kerja a. Pengertian Beban Kerja Beban kerja adalah keadaan pekerja dimana dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat
HUBUNGAN ANTARA SHIFT KERJA DAN KELELAHAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM MONOMPIA KOTAMOBAGU Regina Fegi Ali*, Rahayu H. Akili*, Woodford B.S Joseph*
Lebih terperinciPERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN PEKERJA ANTARA SHIFT
PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN PEKERJA ANTARA SHIFT PAGI, SHIFT SORE DAN SHIFT MALAM DI RUANG PUSAT PENGENDALI KILANG (RPPK) PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN INDRAMAYU, JAWA BARAT SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan
Lebih terperinciSeminar Nasional IENACO 2016 ISSN: ANALISIS KONDISI SEBELUM DAN SESUDAH KERJA PADA OPERATOR OFFSHORE DI PT. X DENGAN METODE PSIKOFISIOLOGI
ANALISIS KONDISI SEBELUM DAN SESUDAH KERJA PADA OPERATOR OFFSHORE DI PT. X DENGAN METODE PSIKOFISIOLOGI Rudi Aman 1*, Dutho Suh Utomo 2, Lina Dianati Fathimahhayati 3* 1,2,3 Program Studi Teknik Industri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki dua masalah gizi utama yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Kelebihan gizi menyebabkan obesitas yang banyak terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun
BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Tenaga kerja menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGATURAN SISTEM SHIFT KERJA
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGATURAN SISTEM SHIFT KERJA Rachmad Hidayat Teknik Industri Universitas Trunojoyo Madura Kampus Unijoyo Jl. Raya Telang, PO BOX 2 Kamal Email: rachmad_h@ymail.com
Lebih terperinciKUALITAS TIDUR, STATUS GIZI DAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA WANITA DENGAN PERAN GANDA
KUALITAS TIDUR, STATUS GIZI DAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA WANITA DENGAN PERAN GANDA Elly Trisnawati Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak Jalan A. Yani 111 Pontianak, Kalimantan
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA PENGARUH SHIFT
LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA PENGARUH SHIFT DAN KELOMPOK KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KARYAWAN (Studi Kasus di PT. Makmur Alam Sentosa I Patemon, Semarang) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklim kerja merupakan salah satu faktor fisik yang berpotensi menimbulkan potensi bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja bila berada
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. 3.1 Pendahuluan Penelitian Tugas Akhir ini dilakukan dengan alur metodologi sebagai berikut pada Gambar 3.1: Identifikasi Bahaya
BAB III METODOLOGI 3.1 Pendahuluan Penelitian Tugas Akhir ini dilakukan dengan alur metodologi sebagai berikut pada Gambar 3.1: Pengumpulan Data Primer Pengamatan terhadap proses dan kondisi lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerjaan merupakan bagian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia, yaitu dapat memberikan kepuasan, tantangan, bahkan dapat pula menjadi gangguan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan ilmu pengetahuan, teknologi dan globalisasi dunia berdampak secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat termasuk pelayanan kesehatan.
Lebih terperinciPERBEDAAN JARAK PANDANG PEKERJA CANTING BATIK PADA BEBERAPA WAKTU KERJA DI KAMPUNG BATIK SEMARANG
PERBEDAAN JARAK PANDANG PEKERJA CANTING BATIK PADA BEBERAPA WAKTU KERJA DI KAMPUNG BATIK SEMARANG Septi Nova Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang Email : septinova10@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kemampuan karyawan itu sendiri. Lebih tepatnya energi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat kesehatan karyawan dan kenyamanan kerja dapat mencerminkan keseriusan suatu perusahaan dalam memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Ditinjau dari sisi ergonomi,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI II. 1 Shift Sistem shift adalah suatu sistem pengaturan kerja yang memberi peluang untuk memanfaatkan keseluruhan waktu yang tersedia untuk mengoperasikan pekerjaan (Muchinsky, 1997).
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerjanya. Aspek terpenting dalam hal
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Waktu Kerja Waktu kerja bagi seseorang menentukan kesehatan yang bersangkutan, efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerjanya. Aspek terpenting dalam hal waktu kerja meliputi:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang komunikasi maupun bidang instruksional telah memungkinkan tersedianya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Nugraheni (2009), Perkembangan teknologi yang pesat, baik di bidang komunikasi maupun bidang instruksional telah memungkinkan tersedianya cara baru dalam menawarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tempat kerja yang sehat dan aman merupakan hal yang diinginkan oleh pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan RI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. fisik maupun psikis terhadap tenaga kerja. Secara umum, faktor bahaya
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tempat kerja selalu memiliki berbagai faktor bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya gangguan atau penyakit akibat kerja.
Lebih terperinciSKRIPSI PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. INDONESIA ASAHAN ALUMUNIUM (INALUM), KUALA TANJUNG
SKRIPSI PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. INDONESIA ASAHAN ALUMUNIUM (INALUM), KUALA TANJUNG OLEH : IRA WATY RAHAYU 100521074 PROGRAM STUDI STRATA I MANAJEMEN
Lebih terperinci