INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008

dokumen-dokumen yang mirip
INIJIKATDR RAKYAT. ~~QI!i. l~e~ejaht&raan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber


Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat

No. Katalog :

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan. Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017


pareparekota.bps.go.id

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

STATISTIK DAERAH KECAMATAN PEGANDON 2016

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

STATISTIK GENDER 2011

KATA PENGANTAR. Semarang, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG K e p a l a, BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG.

PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011

Keadaan Sosial Ekonomi dan Kependudukan Kota Balikpapan Tahun 2015

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG

madiunkota.bps.go.id

Katalog BPS :

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA BONTANG KOTA BONTANG

Sambutan... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. iv Daftar Gambar.. iv

Katalog :

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013

PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014

KATA PENGANTAR. iii. Alfatah Sibua, S.Ag, M.Hum. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015

Katalog BPS :

STATISTIK DAERAH KECAMATAN WONGSOREJO TAHUN 2012

PENDAHULUAN Latar Belakang

Katalog BPS:

Katalog BPS : STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

PENDAHULUAN SUMBER DATA




Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

Katalog : pareparekota.bps.go.id

NO KATALOG :

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2016

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI 2016 ISSN : - No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman

Katalog BPS :


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

Katalog BPS


BAB II ASPEK STRATEGIS

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI


Profil LANSIA Jawa tengah 2014

3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia

STATISTIK DAERAH. Kecamatan Sukajadi Kota Bandung Tahun 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG. Katalog BPS nomor :

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2014

ii DATA DAN INDIKATOR GENDER di INDONESIA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN WAY JEPARA TAHUN 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN

Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

INDIKATOR MAKRO SOSIAL KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2012

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian


Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN


LAMPIRAN DATA INDONESIA

1. BAB I PENDAHULUAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 2015


STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

STATISTIK DAERAH KECAMATAN TOMMO 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

Kecamatan Bojongloa Kaler


KATALOG BPS BADANPUSATSTATISTIK KABUPATENACEHSELATAN

Transkripsi:

Katalog BPS : 4103.3375 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 Kerjasama BAPPEDA KOTA PEKALONGAN Dengan BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 Nomor Katalog : 4103.3375 Catalog Number ISSN : - Nomor Publikasi : 33752.0901 Publication Number Ukuran Buku Book Size : 8,5 Inc x 11 Inc Jumlah Halaman : 44 halaman Total Pages Naskah Manuscript Penyunting Editor Gambar Kulit Cover Design : Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan : BPS Statistics of Pekalongan City : Seksi Statistik Sosial : Seksi Statistik Sosial Diterbitkan oleh : BPS Kota Pekalongan dan Bappeda Kota Pekalongan Published by Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya May be cited with reference to the source

WALIKOTA PEKALONGAN SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr.Wb Tujuan pembangunan kita adalah untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat. Agar pembangunan di masa selanjutnya dapat menjadi lebih terarah dan lancar, diperlukan landasan yang kuat. Proses pembangunan semacam ini memerlukan data penunjang untuk setiap tahap dan komponennya. Oleh karena itu perlu adanya gambaran perkembangan keberhasilan dari setiap tahap pembangunan yang dilaksanakan. Gambaran keberhasilan pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini dapat kita lihat melalui publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan Tahun 2008. Oleh karena itu saya menyambut gembira adanya kerjasama antara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pekalongan dalam mewujudkan publikasi ini. Melalui kesempatan ini, saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus atas segala upaya yang telah dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan sebagai penyaji data, dan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga publikasi ini dapat disusun dan diterbitkan. Semoga publikasi ini dapat bermanfaat. Wassalamu alaikum Wr.Wb. Pekalongan, Agustus 2009 WALIKOTA PEKALONGAN dr. H. M. BASYIR AHMAD Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 i

KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr.Wb Penyusunan publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan Tahun 2008 ini dilakukan dalam rangka memberikan gambaran hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai selama ini. Dalam penyajiannya publikasi ini merupakan hasil analisis sederhana dari data-data statistik tahun 2008 yang telah diolah oleh Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan. Diharapkan informasi yang didapat dari publikasi ini dapat dijadikan sebagai landasan pembangunan dimasa selanjutnya agar lebih terarah dan lancar. Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan publikasi ini, kami ucapkan terima kasih dan semoga publikasi ini dapat bermanfaat. Wassalamu alaikum Wr.Wb. Pekalongan, Agustus 2009 KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA PEKALONGAN Ir. H. CHAIRUDDIEN MUSTHAHAL NIP. 19541124198902 1 002 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 ii

KATA PENGANTAR Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan Tahun 2008 merupakan salah satu publikasi yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan bekerjasama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Pekalongan. Data yang digunakan dalam publikasi ini sebagian besar adalah hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2008 dan Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) 2008 yang diintegrasikan dengan data dari beberapa Dinas/Instansi terkait. Tujuan publikasi ini adalah memberikan gambaran keadaan serta melihat tingkat perkembangan kesejahteraan rakyat/masyarakat. Oleh karenanya kumpulan data ini dapat dipergunakan sebagai bahan informasi dalam melakukan evaluasi hasil pembangunan sosial ekonomi masyarakat dan merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan pada masa mendatang. Kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi sampai dengan terbitnya publikasi ini, kami ucapkan terima kasih. Kami menyadari publikasi ini masih memerlukan perbaikan di sana-sini, baik yang menyangkut isi maupun cara penyajiannya. Oleh karena itu saran dan kritik dari semua pihak kami harapkan guna perbaikan di masa mendatang. Akhirnya harapan kami, kiranya publikasi ini bermanfaat. Pekalongan, Agustus 2009 KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN Drs. MANGGUS SURYONO NIP.340013668 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 iii

DAFTAR ISI SAMBUTAN WALIKOTA PEKALONGAN... KATA PENGANTAR KEPALA BAPPEDA KOTA PEKALONGAN... KATA PENGANTAR KEPALA BPS KOTA PEKALONGAN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... Halaman i ii iii iv vi BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Ruang Lingkup... 1 1.2. Maksud dan Tujuan... 2 1.3. Sistematika Penyajian... 2 1.4. Sumber Data... 3 BAB II. KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA... 4 2.1. Sebaran dan Pertumbuhan Penduduk... 4 2.2. Komposisi Penduduk Menurut Umur... 6 2.3. Perkawinan... 7 2.4. Fertilitas... 10 2.5. Keluarga Berencana... 12 BAB III. PENDIDIKAN... 14 3.1. Sarana dan Prasarana Sekolah... 14 3.2. Partisipasi Sekolah... 15 3.3. Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan... 17 BAB IV. KESEHATAN... 18 4.1. Pelayanan Kesehatan... 18 4.2. Keluhan Kesehatan... 19 4.3. Balita... 20 BAB V. KETENAGAKERJAAN... 24 5.1. Penduduk Usia Kerja... 24 5.2. Angkatan Kerja... 26 5.3. Penduduk Yang Bekerja... 27 5.4. Tingkat Pengangguran Terbuka... 29 BAB VI. PERUMAHAN... 31 6.1. Penguasaan Tempat Tinggal... 31 6.2. Luas Lantai... 32 6.3. Sumber Air Minum... 33 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 iv

BAB VII. INDIKATOR LAINNYA... 35 7.1. Agama... 35 7.2. Pengeluaran Rumah Tangga... 37 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 v

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Ciri-ciri Penduduk Kota Pekalongan Tahun 2007 & 2008... 4 Tabel 2.2. Penduduk, Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk Kota Pekalongan Menurut Kecamatan Tahun 2008... 5 Tabel 2.3. Penduduk Kota Pekalongan Menurut Kelompok Umur dan Dependency Ratio Tahun 2008... 7 Tabel 2.4. Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin Tahun 2008... 8 Tabel 2.5. Wanita 10 Tahun Keatas menurut Umur Perkawinan Pertama dan Kecamatan Tahun 2008... 8 Tabel 2.6. Persentase Wanita 10 Tahun Keatas menurut Umur Perkawinan Pertama dan Status Perkawinan Tahun 2008... 9 Tabel 2.7. Kelahiran Per 1000 Perempuan Usia Produktif/General Fertility Rate (GFR) di Kota Pekalongan Tahun 2008... 10 Tabel 2.8. Anak 0-4 Tahun Per 1000 Perempuan Usia Produktif/Cild Woman Rate (CWR) di Kota Pekalongan Tahun 2008... 10 Tabel 2.9. Angka Kelahiran Kawin menurut Umur/Age Specific Marital Fertility Rate (ASFMR) Kota Pekalongan Tahun 2008... 11 Tabel 2.10 Banyaknya Klinik Keluarga Berencana Kota Pekalongan Tahun 2008... 12 Tabel 2.11 Persentase Wanita 15-49 Tahun Berstatus Kawin, Cerai Hidup, Cerai Mati menurut Pemakaian Alat KB Tahun 2008... 13 Tabel 2.12 Persentase Aseptor Aktif KB menurut Alat Kontrasepsi di Kota Pekalongan Tahun 2008... 13 Tabel 3.1. Banyaknya Sekolah dan Guru Menurut Jenjang Pendidikan Th 2008. 14 Tabel 3.2. Persentase Partisipasi Sekolah Penduduk Usia 7 24 Tahun Th 2008 15 Tabel 3.3. Angka Partisipasi Sekolah menurut Jenis Sekolah Kota Pekalongan Tahun 2008... 16 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 vi

Tabel 3.4. Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas yang Tidak Bersekolah Lagi menurut Ijazah yang Dimiliki Tahun 2008... 17 Tabel 4.1. Banyaknya Tenaga & Tempat Pelayanan Kesehatan di Kota Pekalongan Tahun 2006-2008... 18 Tabel 4.2. Penduduk Yang Pernah Mengalami Keluhan Kesehatan Menurut Jenis Keluhan Kesehatannya Tahun 2008... 20 Tabel 4.3. Persentase Balita menurut Penolong Kelahirannya Tahun 2008... 21 Tabel 4.4. Persentase Umur Balita yang Pernah Diberi ASI Tahun 2008... 21 Tabel 4.5. Persentase Umur Balita menurut Frekwensi Pemberian Imunisasi Th 2008 23 Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Kegiatan Utama Tahun 2008 25 Tabel 5.2. Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Kegiatan Utama... Tahun 2007 2008... 26 Tabel 5.3. Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2007-2008... 27 Tabel 5.4. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Th 2008 28 Tabel 5.5. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja Seminggu 29 Tabel 5.6. Persentase Pencari Kerja yang Mendaftarkan Pada Dinsosnakertrans Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2008... 30 Tabel 6.1. Persentase Rumah Tangga menurut Penguasaan Bangunan Th 2008.. 31 Tabel 6.2. Persentase Rumah Tangga menurut Luas Lantai Tahun 2008... 32 Tabel 6.3. Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Air Minum Th 2008... 33 Tabel 6.4. Persentase Rumah Tangga menurut Jarak Sumber Air Minum ke Penampungan Tinja Tahun 2008... 34 Tabel 7.1. Banyaknya Tempat Ibadah di Kota Pekalongan Tahun 2008... 36 Tabel 7.2. Penduduk Kota Pekalongan menurut Agama Tahun 2008... 36 Tabel 7.3. Persentase Rumah Tangga menurut Golongan Pengeluaran per Bulan 37 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Ruang Lingkup Tujuan utama pembangunan kita adalah meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat. Usaha untuk mewujudkan tujuan tersebut dilaksanakan secara terarah dan terencana. Usaha tersebut telah dapat kita rasakan hasilnya dengan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat pada berbagai bidang kehidupan seperti pendidikan, kesehatan, perekonomian, dan berbagai bidang sosial budaya lainnya. Meski demikian, masalah kependudukan seperti tingginya laju pertumbuhan penduduk, persebaran penduduk yang tidak merata dan struktur umur yang relatif masih muda merupakan faktor penghambat usaha peningkatan kesejahteraan rakyat. Oleh karenanya upaya pembangunan diprioritaskan pada pembangunan yang menyangkut kebutuhan hidup rakyat banyak. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan Tahun 2008 ini merupakan kumpulan berbagai macam data statistik yang dipilih untuk memberikan gambaran tentang perkembangan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat Kota Pekalongan sebagai hasil pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini. Mengingat begitu kompleknya dimensi sosial masyarakat yang tidak semuanya dapat dikuantitatifkan, maka tidak semua indikator dapat digambarkan disini. Oleh karenanya, dalam penyajian Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan ini tidak hanya mencakup data yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat sebagai dampak pembangunan (output indicator), tetapi juga dilengkapi dengan berbagai data lainnya yang tercakup dalam input indicator dan process indicator. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 1

1.2. Maksud dan Tujuan Dalam tugasnya melaksanakan kegiatan statistik di berbagai bidang, Badan Pusat Statistik bertanggung jawab atas tersedianya data secara berkesinambungan guna menopang perencanaan pembangunan. Peran data sangatlah penting, karena dengan data hasil-hasil pembangunan dapat dilihat dan dievaluasi. Kebutuhan data kesejahteraan rakyat perlu dipenuhi untuk mengetahui apakah hasil-hasil pembangunan dapat mencapai seluruh lapisan masyarakat terutama yang menyangkut berbagai aspek pemenuhan kebutuhan hidup seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, keamanan dan kesempatan kerja. 1.3. Sistematika Penyajian Publikasi ini menyajikan informasi dalam bentuk ulasan-ulasan singkat untuk memberikan gambaran tentang keadaan dan perkembangan kesejahteraan rakyat sehingga bisa lebih mudah dipahami. Penyajiannya terbagi dalam 6 kelompok indikator, yaitu : I. Kependudukan dan Keluarga Berencana II. Pendidikan III. Kesehatan IV. Ketenagakerjaan V. Perumahan VI. Indikator Lainnya Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 2

1.4. Sumber Data Data yang disajikan dalam Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan ini hasil dari pengolahan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2008 dan Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) 2008. Sebagai pelengkap digunakan data hasil Sensus Penduduk 2000, survei-survei lain dan juga data hasil pencatatan administrasi berbagai dinas/instansi terkait. Karena adanya perbedaan dalam pengumpulan data, ada kalanya satu jenis variabel datanya tidak sama. Meski demikian, kedua sumber data tersebut sama-sama penting karena dapat saling menunjang dalam menggambarkan pola hubungan kesejahteraan penduduk. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 3

BAB II KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA Perkembangan penduduk yang pesat dengan tingkat persebaran penduduk yang tidak merata merupakan salah satu masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan, seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia pada umumnya. Diakui jumlah penduduk yang besar merupakan suatu modal dalam pembangunan, akan tetapi bila tidak direncanakan dengan seksama masalahnya akan dapat menjadi penghambat pembangunan. Untuk itu perlu adanya penanganan yang serius. 2.1. Sebaran dan Pertumbuhan Penduduk Secara absolut jumlah penduduk Kota Pekalongan terus bertambah dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007, penduduk Kota Pekalongan adalah 271.990 jiwa, menurut hasil proyeksi jumlah ini menjadi 273.911 jiwa pada tahun 2008. Ini berarti selama satu tahun terakhir penduduk Kota Pekalongan telah bertambah sebanyak 1.921 jiwa. Dengan demikian, rata-rata pertumbuhan penduduknya adalah 0,71 persen tahun 2008. Tabel 2.1. Ciri-ciri Penduduk Kota Pekalongan Tahun 2007 2008 Variabel Tahun 2007 2008 (1) (2) (3) Jumlah Penduduk ~ Laki-laki ~ Perempuan Sex Ratio Jumlah Rumah Tangga Rata-rata Pertumbuhan Penduduk Kepadatan Penduduk/Km2 132.196 139.794 94,92 67.200 1,31 6.011 133.215 140.696 94,68 67.675 0,71 6.053 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 4

Dari 273.911 jiwa penduduk Kota Pekalongan pada tahun 2008, tercatat 51,37 persen diantaranya adalah penduduk perempuan dan hanya 48,63 persen berjenis kelamin laki-laki. Akibatnya rasio jenis kelamin penduduk Kota Pekalongan tahun 2008 adalah 94,68. Ini berarti untuk setiap 100 orang perempuan rata-rata terdapat 95 orang laki-laki. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka kepadatan penduduk Kota Pekalongan sedikit mengalami peningkatan dari 6.011 jiwa/km2 pada tahun 2007 menjadi 6.053 jiwa/km2 pada tahun 2008 yang berarti dalam kurun waktu tersebut ratarata tiap Km2 mengalami pertambahan jumlah penduduk sebanyak 42 jiwa. Selain menyebabkan bertambahnya tingkat kepadatan penduduk, bertambahnya jumlah penduduk juga menyebabkan meningkatnya jumlah rumah tangga di Kota Pekalongan. Selama satu tahun terakhir jumlah rumah tangga di Kota Pekalongan meningkat sebesar 0,71 persen dari 67.200 rumah tangga pada tahun 2007 menjadi 67.675 rumah tangga pada tahun 2008. Tabel 2.2. Penduduk, Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk Kota Pekalongan Menurut Kecamatan Tahun 2008 Kecamatan Luas (Km2) Penduduk Rumah Tangga Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km 2 ) Pekalongan Barat 10,05 87.343 21.205 8.691 Pekalongan Timur 9,52 63.645 15.853 6.685 Pekalongan Selatan Pekalongan Utara 10,80 14,88 50.768 72.155 12.681 17.936 4.701 4.849 Kota Pekalongan 45,25 273.911 67.675 6.053 Sumber : Susenas 2008 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 5

Dari tabel 2.2. dapat dilihat distribusi penduduk pada tingkat kecamatan. Kecamatan Pekalongan Barat merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga terbanyak diantara empat kecamatan yang ada di Kota Pekalongan. Keadaan ini menjadikan Kecamatan Pekalongan Barat sebagai kecamatan terpadat dengan tingkat kepadatan 8.691 jiwa per Km2. Kecamatan Pekalongan Timur merupakan kecamatan terpadat kedua setelah Kecamatan Pekalongan Barat dengan tingkat kepadatan 6.685 jiwa/km2, kemudian Kecamatan Pekalongan Utara dengan tingkat kepadatan penduduk 4.849 jiwa per km2. Sebagai kecamatan berpenduduk paling sedikit, Kecamatan Pekalongan Selatan juga mempunyai jumlah rumah tangga terendah dan tingkat kepadatan penduduk terendah diantara kecamatan lain, yaitu 4.701 jiwa per Km2. 2.2. Komposisi Penduduk Menurut Umur Dilihat dari komposisi penduduk menurut kelompok umur, Kota Pekalongan masih tergolong sebagai daerah dengan struktur penduduk muda, yaitu daerah yang proporsi penduduk usia muda nya (< 15 tahun) masih tinggi. Dipihak lain, proporsi penduduk usia lanjut ( 65 Tahun) kecil. Akibat dari struktur penduduk yang demikian, angka beban ketergantungan (dependency ratio) menjadi tinggi. 45,88 persen penduduk Kota Pekalongan tahun 2008 merupakan penduduk usia muda, dan 6,85 persen lagi merupakan penduduk usia lanjut. Keadaan ini mengakibatkan dependency ratio Kota Pekalongan menjadi cukup besar yaitu 52,73 yang berarti tiap 100 orang penduduk usia produktif (15 64 tahun) harus menanggung 53 orang usia non produktif yang terdiri atas 46 orang anak-anak dan 7 orang lansia. Berdasar jenis kelamin, proporsi penduduk usia lanjut perempuan lebih banyak dari proporsi penduduk usia lanjut lakilaki, akibatnya dependency ratio tua pada perempuan lebih tinggi dibanding dependency ratio tua pada laki-laki. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 6

Tabel 2.3. Penduduk Kota Pekalongan Menurut Kelompok Umur dan Dependency Ratio Tahun 2008 Jenis Kelamin Variabel Kota Pekalongan Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4) Kelompok Umur 0 14 15 64 65 + 41.468 86.620 5.127 40.815 92.719 7.162 82.283 179.339 12.289 Dependency Ratio Muda Tua Umum 47,87 5,92 53,79 44,02 7,72 51,74 45,88 6,85 52,73 Sumber : Susenas 2008 2.3. Perkawinan Salah satu indikator kesejahteraan rakyat adalah status perkawinan. Melalui indikator ini dapat dilihat gambaran aspek sosial penduduk, diantaranya ketentraman, ketenangan dan kecukupan ekonomi rumah tangga. Secara absolut menurut hasil pengolahan Susenas 2008 jumlah penduduk usia 10 tahun keatas berstatus belum kawin adalah 86.132 orang yang terdiri dari penduduk laki-laki berjumlah 49.304 orang dan perempuan 36.828 orang atau 38,55 persennya adalah berstatus belum kawin. Penduduk yang berstatus kawin berjumlah 117.392 orang yang terdiri laki-laki 58.537 orang dan wanita 58.855 orang atau 52,55 persen adalah penduduk 10 tahun ketas berstatus kawin. Sedangkan penduduk yang berstatus cerai hidup adalah 3.836 orang yang terdiri dari 1.818 orang laki-laki dan 2.018 orang perempuan. Penduduk yang berstatus cerai mati sebanyak 2.187 laki-laki dan 13.864 perempuan. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 7

Tabel 2.4. Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin Tahun 2008 Status Penduduk Perkawinan Laki-laki Perempuan Jumlah Persen (1) (2) (3) (4) (5) Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati 49.304 58.537 1.818 2.187 36.828 58.855 2.018 13.864 86.132 117.392 3.836 16.051 38,55 52,55 1,72 7,18 Jumlah 111.846 111.565 223.411 10 Sumber : Susenas 2008 Tabel 2.5. Wanita 10 Tahun Keatas Menurut Umur Perkawinan Pertama dan Kecamatan Tahun 2008 Umur Perkawinan Pertama Kecamatan Jumlah < 17 17 20 21 25 > 25 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Pekalongan Barat 4.497 8.292 7.367 3.341 23.497 Pekalongan Timur 1.613 8.400 6.449 2.304 18.776 Pekalongan Selatan 2.070 5.290 2.760 2.760 12.880 Pekalongan Utara 2.680 9.828 5.156 1.930 19.594 Jumlah 10.860 31.810 21.732 10.335 74.737 Sumber : Susenas 2008 Salah satu faktor pendukung keharmonisan rumah tangga adalah kematangan berfikir seseorang yang biasanya dimiliki oleh orang yang sudah cukup umur. Tabel 2.5 di atas memperlihatkan bahwa secara umum umur perkawinan pertama wanita Kota Pekalongan pada umur 17-20 tahun dengan jumlah 31.810 orang atau 43 persen diantara 74.737 orang. Kemudian wanita yang melakukan perkawinan pertamanya pada umur Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 8

dibawah 17 tahun sebanyak 10.860 orang, sedang mereka yang melakukan perkawinan pertamanya pada umur 21-25 tahun sebesar 21.732 orang, dan selebihnya melakukan perkawinan pertamanya pada umur 25 tahun lebih sebesar 10.335 orang. Tabel.2.6. Persentase Wanita 10 Tahun Keatas Menurut Umur Perkawinan Pertama dan Status Perkawinan Tahun 2008 Kecamatan Umur Perkawinan Pertama < 17 17-20 21-25 > 25 Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) Kawin Cerai hidup Cerai mati 8,51 17,14 39,70 41,70 25,82 48,65 33,01 51,34 9,15 16,78 5,70 2,50 100.00 100.00 100.00 Jumlah 14,53 42,56 29,08 13,83 100.00 Sumber : Susenas 2008 Tingginya usia perkawinan pertama pada usia muda menyebabkan proporsi wanita berstatus janda (cerai hidup/cerai mati) cukup tinggi. Hal ini tercermin pada tabel tersebut di atas, bahwa wanita dengan perkawinan pertamanya dibawah 17 tahun dengan status cerai hidup 17,14 persen dan berstatus cerai mati 39,70 persen. Sedang mereka yang melakukan perkawinan pertama pada umur 17-20 tahun yang berstatus cerai hidup 25,82 persen dan cerai mati 48,65 persen. Kemudian mereka yang melakukan perkawinan pertamanya pada umur 21-25 yang berstatus cerai hidup 51,34 persen, dan berstatus cerai mati sebesar 9,15 persen. Gambaran tersebut di atas memperlihatkan semakin tinggi usia perkawinan pertamanya memungkinkan semakin matangnya usia untuk menghadapi rumahtangga sehingga kejadian perceraian proporsinya semakin kecil. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 9

2.4. Fertilitas Jumlah kelahiran di Kota Pekalongan tahun 2008 sebanyak 2.950 orang, sementara jumlah penduduk wanita usia produktif (15-49 tahun) berjumlah 79.512 orang. Sehingga dapat dilihat kelahiran umum /General Fertility Rate (GFR) Kota Pekalongan sebesar 37,10 yang berarti pada 1.000 wanita usia produktif (15-49 tahun) terdapat kelahiran sebesar 37 orang. Bila ditinjau jumlah kelahiran menurut kecamatan, Kecamatan Pekalongan Barat sebesar 692 orang, Pekalongan Timur sebanyak 929 orang, Kecamatan Pekalongan Selatan 666 orang dan Pekalongan Utara sebesar 663 orang. Adapun General Fertility Rate (GFR) pada masing-masing kecamatan dapat dilihat pada tabel 2.7 Tabel.2. 7. Kelahiran Per 1000 Perempuan Usia Produktif / General Fertility Rate (GFR) di Kota Pekalongan Tahun 2008 Kecamatan Jumlah Kelahiran Wanita Usia GFR 15 49 Tahun (1) (2) (3) (4) Pekalongan Barat Pekalongan Timur Pekalongan Selatan Pekalongan Utara 692 929 666 663 25.771 18.809 13.791 21.141 26,85 49,39 48,29 31,36 Jumlah 2.950 79.512 37,10 Tabel 2.8.Anak 0-4 Tahun Per 1000 Wanita Usia Produktif/ Child Woman Rate (CWR) di Kota Pekalongan Tahun 2008 Kecamatan Jumlah anak usia Wanita Usia 0-4 tahun 15 49 Tahun CWR (1) (2) (3) (4) Pekalongan Barat Pekalongan Timur Pekalongan Selatan Pekalongan Utara 8.371 5.630 5.327 6.892 25.771 18.809 13.791 21.141 325 299 386 326 Jumlah 26.220 79.512 330 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 10

Tabel 2.8 tersebut di atas menggambarkan hubungan dalam bentuk rasio jumlah anak dibawah 5 tahun dan jumlah wanita usia produktif. Secara umum rasio jumlah anak dibawah 5 tahun Kota Pekalongan sebesar 330, yang berarti pada 1000 orang wanita usia produktif terdapat 330 orang anak usia dibawah 5 tahun. Untuk mengetahui rata-rata jumlah bayi yang dilahirkan oleh seorang wanita yang berstatus kawin dalam usia produktif dapat dilihat pada Angka Kelahiran Kawin menurut Umur/Age Specific Marital Fertility Rate (ASMFR) seperti pada tabel 2.9 di bawah ini. Tabel 2.9 Angka Kelahiran Kawin menurut Umur/Age Specific Marital Fertility Rate (ASMFR) Kota Pekalongan Tahun 2008 Umur Jumlah Penduduk Wanita Kawin Jumlah Kelahiran ASMFR (1) (2) (3) (4) 15-19 434 1 2 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 3.656 6.566 9.380 9.839 8.052 8.808 187 695 815 1.001 207 44 0,051 0,106 0,087 0,102 0,026 5 TFR wanita kawin 1,895 Angka Fertilitas Total/Total Fertility Rate (TFR) Kota Pekalongan Tahun 2008 pada wanita status kawin usia produktif sebesar 1,895 ini berarti sampai pada akhir masa reproduksinya wanita berstatus kawin di Kota Pekalongan rata-rata akan melahirkan 2 orang anak. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 11

2.5. Keluarga Berencana Salah satu upaya untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, Pemerintah mencanangkan program Keluarga Berencana (KB). Upaya itu diwujudkan dengan membangun berbagai fasilitas guna melayani masyarakat. Dengan adanya fasilitas yang disediakan diharapkan peran masyarakat dalam program Keluarga Berencana semakin meningkat. Tabel 2.10. Banyaknya Klinik Keluarga Berencana Kota Pekalongan Tahun 2008 Kecamatan Pengelola Dep. Kes. TNI/Polri Swasta Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) Pekalongan Barat 4 2 3 9 Pekalongan Timur Pekalongan Selatan Pekalongan Utara 3 2 4 Jumlah 13 2 6 21 Sumber : BPMPKB dan KP Kota Pekalongan 0 0 0 2 0 1 5 2 5 Dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2008 dapat diketahui bahwa 43,61 persen wanita Kota Pekalongan sedang menggunakan/memakai alat/cara KB, 29,35 persen tidak menggunakan/memakai alat/cara KB lagi, dan 27,04 persen tidak pernah menggunakan/memakai alat/cara KB. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.11 berikut. Dari data BPMPKB dan KP (Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, Keluarga Berencana dan Ketahanan Pangan) Kota Pekalongan, dapat diketahui bahwa jenis alat KB yang paling banyak digunakan adalah suntikan KB yaitu sebesar 63,89 persen. Pil KB adalah alat kontrasepsi pilihan kedua setelah suntik dengan peserta 17,75 persen, pengguna alat/cara IUD sebesar 7,40 persen, menggunakan alat/cara Kondom sebesar 4,84 persen, alat/cara MOW sebesar 3,78 persen, alat/cara implant sebesar 2,01 persen dan alat/cara MOP sebesar 0,33 persen. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 12

Tabel. 2.11. Persentase Wanita 15-49 Tahun Berstatus Kawin, Cerai Hidup, Cerai Mati menurut Pemakaian Alat KB Tahun 2008 Uraian Persentase (1) (2) Sedang menggunakan alat/cara KB Tidak menggunakan lagi alat/cara KB Tidak Pernah Menggunakan alat/cara KB 43,61 29,35 27,04 Sumber : Susenas 2008 Tabel 2.12. Persentase Akseptor Aktif KB menurut Alat Kontrasepsi di Kota Pekalongan Tahun 2008 Jenis Alat KB Persentase Pil KB AKDR/IUD/Spiral Kondom/Karet KB Suntikan KB MOP/Vasektomi MOW/Tubektomi Implant (1) (2) 17,75 7,40 4,84 63,89 0,33 3,78 2,01 Sumber : BPMPKB dan KP Kota Pekalongan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 13

BAB III PENDIDIKAN Secara umum pendidikan diartikan sebagai usaha manusia untuk menambah ilmu pengetahuannya yang dalam hal ini dapat dicapai melalui bangku sekolah. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu tujuan bangsa Indonesia yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa inilah peran aktif seluruh elemen bangsa pada bidang pendidikan sangat diperlukan. 3.1. Sarana dan Prasarana Sekolah Keseimbangan antara jumlah penduduk yang berminat untuk sekolah atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan sarana dan prasarana yang ada pada masing-masing jenjang pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat partisipasi sekolah. Dari tabel 3.1. dapat diketahui banyaknya sekolah menurut jenjang pendidikan yang ada di Kota Pekalongan tahun 2008. Pada umumnya jumlah sekolah dan guru semakin sedikit pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pada tingkat Sekolah Dasar, dengan 124 buah sekolah rata-rata sebuah sekolah dapat menampung 202 orang anak didik. Sedangkan ditingkat SLTP dan SLTA di Kota Pekalongan rata-rata menampung sekitar 472 orang murid, dan 481 orang murid. Tabel 3.1. Banyaknya Sekolah dan Guru Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2008 Tingkat Jumlah Jumlah Murid/ Murid / Murid Pendidikan Sekolah Guru Sekolah Guru (1) (2) (3) (4) (5) (6) SD SLTP 124 27 1.483 769 SLTA 21 757 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pekalongan 25.010 12.742 10.093 201,69 471,93 480,62 16,86 16,57 13,33 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 14

Dengan guru sebanyak 1.483 orang pada tingkat Sekolah Dasar, rata-rata seorang guru harus mengajar sekitar 17 orang murid. Dibanding tingkat SLTP dan SLTA jumlah guru Sekolah Dasar lebih banyak. Namun demikian karena jumlah murid yang ada pada tingkat SLTP maupun SLTA tidak sebanyak murid pada Sekolah Dasar, maka rasio murid terhadap guru pada tingkat ini hampir sama dengan tingkat Sekolah Dasar. Pada tingkat SLTP rata-rata seorang guru harus mengajar sekitar 17 orang murid, sedangkan untuk tingkat SLTA rata-rata seorang guru menangani 13 orang murid. 3.2. Partisipasi Sekolah Tabel 3.2. Persentase Partisipasi Sekolah Penduduk Usia 7 24 Tahun Tahun 2008 Partisipasi Sekolah Kelompok Umur 7 12 13-15 16-18 19 24 (1) (2) (3) (4) (5) Tidak/Belum Pernah Sekolah Masih Sekolah Tidak Bersekolah lagi Sumber : Susenas 2008 98,54 1,46 84,03 15,97 56,40 43,60 11,23 88,77 Angka partisipasi sekolah secara umum mengalami penurunan pada tingkatan usia yang lebih tua yang diikuti dengan meningkatnya angka putus sekolah pada tiap tingkatan usia. Kenyataan ini dapat dilihat pada tabel 3.2. Angka putus sekolah terbesar adalah pada kelompok usia 19 24 tahun sebesar 88,77 persen, kelompok umur 16-18 tahun sebesar 43,60 persen, kelompok umur 13-15 tahun sebesar 15,97 persen dan kelompok umur 7-12 tahun sebesar 1,46 persen. Pada tingkatan usia Sekolah Dasar (7 12 tahun ) tidak ada yang tidak/ belum pernah sekolah. Hal ini menggambarkan bahwa anak-anak usia 7 12 tahun sudah/pernah sekolah. Jadi kesadaran pentingnya sekolah/mengenyam pendidikan dasar cukup baik di Kota Pekalongan. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 15

Namun demikian karena adanya satu dan lain hal menyebabkan tidak semua anak usia sekolah dapat melanjutkan pendidikan hingga jenjang pendidikan yang lebih tinggi, hal ini dapat terlihat pada tabel 3.3. Tabel 3.3. Angka Partisipasi Sekolah Menurut Jenis Sekolah Kota Pekalongan Tahun 2008 Angka Partisipasi Kasar Jenjang Jenis Kelamin Ratio Jumlah Pendidikan Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) GER (Gross Enrollment Ratio) SD SLTP SLTA 131,46 55,04 61,17 106,42 82,36 62,60 117,85 66,85 61,88 Angka Partisipasi Murni NER (Net Enrollment Ratio) SD SLTP SLTA 93,40 41,58 48,92 95,71 74,32 55,49 94,65 55,74 52,17 Sumber : Susenas 2008 Dilihat dari Angka Partisipasi menurut jenis sekolah, Angka Partisipasi Murni (APM) terjemahan dari Net Enrollment Ratio( NER ) untuk tingkat Sekolah Dasar cukup tinggi yaitu 94,65 yang berarti rata-rata dari tiap 100 anak usia SD (7 12 tahun), 95 anak diantaranya bersekolah di SD. Dengan demikian 5,35 persen anak usia 7 12 tahun sedang mengikuti sekolah yang lebih tinggi. Namun demikian APM untuk tingkat SLTP 55,74 persen dan APM tingkat SLTA 52,17 persen. Demikian pula dilihat dari Angka Partisipasi Kasar ( APK ) beberapa anak usia diatas 12 tahun masih bersekolah di tingkat SD, hal ini dapat tergambarkan pada Angka Partisipasi Kasar sebesar 117,85 persen. Untuk jenjang yang lebih tinggi Angka Tingkat Partisipasi Sekolah dapat dilihat pada tabel 3.3. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 16

3.3. Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan Secara spesifik kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkannya. Penduduk Kota Pekalongan usia 10 tahun keatas yang tidak mempunyai ijazah sebesar 18,44 persen. Berijazah SD sebesar 29,97 persen, berijazah SLTP sebesar 23,02 persen, berijazah SLTA 22,42 persen dan sisanya berijazah Diploma keatas. Tabel 3.4. Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Yang Tidak Bersekolah Lagi Menurut Ijazah yang Dimiliki Tahun 2008 Ijazah Yang Dimiliki Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) Tidak Punya Ijazah 17,26 19,67 18,44 SD sederajat 30,20 29,75 29,97 SLTP sederajat 24,02 21,99 23,02 SLTA sederajat 22,35 22,49 22,42 Diploma I/II/III 1,94 2,04 1,99 Diploma IV/S1/S2 4,23 4,06 4,16 Sumber : Susenas 2008 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 17

BAB IV KESEHATAN Untuk mencapai Indonesia Sehat Tahun 2010 maka pemerintah Kota Pekalongan telah berupaya untuk mencapai derajat kesehatan bagi masyarakat dengan berbagai macam program yang mengarah perbaikan kesehatan masyarakat. 4.1. Pelayanan Kesehatan Secara umum saat ini terlihat peningkatan jumlah sarana dan prasarana kesehatan yang diharapkan dapat ikut membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, diantaranya adalah dengan tersedianya tenaga kesehatan terdidik dan tempat-tempat pelayanan kesehatan. Tabel 4.1. Banyaknya Tenaga & Tempat Pelayanan Kesehatan di Kota Pekalongan Tahun 2006-2008 Tenaga & Tempat Pelayanan Tahun Kesehatan 2006 2007 2008 (1) (2) (3) (4) Dokter Bidan Puskesmas dan Pustu Posyandu Rumah Sakit R S Bersalin Rumah bersalin Sumber : Dinas Kesehatan Kota Pekalongan. 139 57 37 371 4 1 7 164 58 38 381 4 1 7 182 59 39 388 4 1 7 Secara absolut jumlah dokter di Kota Pekalongan mengalami penambahan jumlah dari 164 orang pada tahun 2007 menjadi 182 orang dokter pada tahun 2008. Pada tahun 2008 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 18

rasio antara jumlah penduduk dengan jumlah dokter yang ada saat itu adalah 1.505 yang berarti rata-rata jumlah pasien yang harus dilayani oleh seorang dokter adalah 1.505 orang. Bertambahnya jumlah dokter pada tahun ini dimungkinkan adanya mutasi masuk ke Kota Pekalongan. Dengan demikian beban seorang dokter tahun 2008 menjadi berkurang dibandingkan tahun lalu sebesar 1.658 orang. Sehingga dengan adanya penambahan jumlah dokter diharapkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat semakin tercukupi. Disamping tenaga terdidik, banyaknya sarana kesehatan seperti puskesmas dan posyandu juga diharapkan mampu ikut menunjang peningkatan derajat kesehatan masyarakat, khususnya masyarakat menengah ke bawah. Semakin bertambahnya kesadaran masyarakat Kota Pekalongan akan pentingnya memperhatikan perkembangan balita tercermin dari jumlah posyandu yang ada. 4.2. Keluhan Kesehatan Tercatat 42,14 persen dari 273.911 penduduk Kota Pekalongan hasil Susenas 2008 mengeluhkan kesehatannya. Berdasarkan jenis keluhannya, yang paling banyak dikeluhkan adalah pilek, batuk dan panas. Dimungkinkan hal ini terjadi karena kondisi alam yang disebabkan oleh cuaca yang tidak menentu ditunjang oleh kurangnya sistem kekebalan tubuh. Selain pilek, batuk dan panas, napas sesak/asma juga merupakan jenis penyakit yang banyak dikeluhkan penduduk. Beberapa jenis penyakit lain tidak banyak diderita masyarakat terbukti dengan kecilnya persentase masyarakat yang mengeluhkan kesehatannya dengan jenis penyakit tersebut (tabel 4.2). Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 19

Tabel 4.2. Penduduk yang Pernah Mengalami Keluhan Kesehatan Menurut Jenis Keluhan Kesehatannya Tahun 2008 Jenis Keluhan Kesehatan Persentase (1) (2) P a n a s B a t u k P i l e k Nafas Sesak/Asma D i a r e Sakit Kepala Berulang Sakit Gigi Lainnya 13,71 26,51 30,94 1,51 1,30 5,63 1,51 18,89 Sumber : Susenas 2008. 4.3. Balita Penolong kelahiran adalah salah satu indikator kesejahteraan rakyat, khususnya dilihat dari segi kesehatan ibu dan anak yang dilahirkannya. Dalam hal ini persalinan yang ditolong oleh tenaga medis seperti dokter atau bidan dianggap lebih baik dari dukun atau yang lainnya. Dari balita yang dilahirkan tahun 2008 penolong pertama proses kelahiran dilakukan oleh bidan sebesar 69,07 persen, dokter sebesar 18,98 persen dan sisanya ditolong oleh yang lain. Tingginya persentase kelahiran yang ditolong oleh tenaga medis membuktikan besarnya kesadaran masyarakat Kota Pekalongan dalam memperhatikan kesehatan ibu dan anak khususnya pada proses persalinan. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 20

Tabel 4.3. Persentase Balita menurut Penolong Kelahirannya Tahun 2008 Penolong Kelahiran Pertama Terakhir (1) (2) (3) D o k t e r Bidan Tenaga Medis Lain Dukun bersalin 18,98 69,07 0,58 6,77 18,41 74,11 0,58 0,58 Famili/keluarga 4,60 6,32 Jumlah 100.00 100.00 Sumber : Susenas 2008 Air Susu Ibu (ASI ) sebagai sumber makanan utama bayi berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi. Oleh karenanya jangka waktu pemberian ASI dapat mempengaruhi ketahanan dan kematangan sosial anak. Namun demikian karena suatu alasan tidak semua ibu dapat memberikan ASI pada anaknya. Hal ini dapat dilihat dari 19.991 balita yang ada di Kota Pekalongan pada tahun 2008, terdapat 98,27 persen diantaranya pernah diberi ASI, selebihnya tidak pernah diberi ASI. Dari semua balita yang mendapatkan ASI, terdapat balita mendapat asupan ASI hingga 1 tahun sebanyak 26,66 persen, yang mendapatkan asupan ASI 13 hingga 24 bulan sebesar 16,84 persen dan balita yang mendapatkan ASI lebih dari 24 bulan sebanyak 56,51 persen. Tabel 4.4. Persentase Umur Balita yang Pernah Diberi ASI Tahun 2008 Usia balita yang mendapatkan ASI Persentase (1) (2) 0 12 bulan 13-24 bulan > 24 bulan Sumber : Susenas 2008 26,66 16,84 56,51 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 21

Pada saat ini telah banyak ditemukan berbagai bentuk vaksin yang berguna untuk menambah kekebalan tubuh seseorang terhadap serangan penyakit. Vaksin biasanya diberikan pada balita sejak mulai dilahirkan hingga batas usia balita dalam bentuk imunisasi. Namun demikian, tidak semua orang tua menyadari manfaat dari imunisasi ini sehingga belum semuanya mengimunisasi balitanya. Dari 19.991 balita di Kota Pekalongan, 10,98 % diantara usia 0-12 bulan, 13,91 % usia 13-24 bulan, 7,36 % usia 25-36 bulan dan 2,58 % usia 37-48 bulan dan 1 % usia 49-59 bulan belum pernah mendapatkan imunisasi BCG yang semestinya mulai diberikan sejak anak baru lahir. Frekwensi pemberian imunisasi selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.5. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 22

Tabel 4.5. Persentase Umur Balita menurut Frekwensi Pemberian Imunisasi Tahun 2008 Umur balita (bulan) Jenis Imunisasi 0-12 13-24 25-36 37-48 49-59 BCG 0 kali 1 kali 2 kali 3 kali + DPT 0 kali 1 kali 2 kali 3 kali + POLIO 0 kali 1 kali 2 kali 3 kali + CAMPAK 0 kali 1 kali 2 kali 3 kali + HEPATITIS B 0 kali 1 kali 2 kali 3 kali + Sumber : Susenas 2008 10,98 89,02 25,83 24,16 8,78 41,23 19,77 28,03 8,78 43,42 71,97 28,03 28,55 25,84 8,78 36,83 13,91 86,09 13,90 16,57 10,43 59,10 16,56 3,48 66,06 20,86 79,14 27,81 27,00 45,19 7,36 92,64 12,26 9,24 4,91 73,59 2,45 11,69 4,91 80,95 14,72 85,28 9,81 19,05 71,14 2,58 97,42 2,58 7,13 2,58 87,71 2,58 1,97 2,58 92,87 7,74 92,26 5,16 12,29 2,58 79,97 1 9 1 5,00 85,00 1 5,00 85,00 15,00 85,00 15,00 1 75,00 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 23

BAB V KETENAGAKERJAAN Pertumbuhan ketenagakerjaan merupakan konsekuensi dari tingginya laju pertumbuhan penduduk. Dewasa ini bekerja tidak hanya diartikan sebagai sarana untuk pemenuhan kebutuhan hidup, tetapi juga merupakan sarana untuk meningkatkan status sosial dan harga diri seseorang. Selain itu diharapkan dengan bekerja seseorang tidak lagi menjadi beban bagi keluarga, masyarakat dan bangsa. 5.1. Penduduk Usia Kerja Dalam pengumpulan data ketenagakerjaan, BPS menggunakan batasan umur 15 tahun keatas dari semua penduduk untuk ditanyakan tentang kegiatan utama penduduk yang berumur 15 tahun keatas yang selanjutnya disebut sebagai usia kerja. Dari jawaban atas pertanyaan tentang kegiatan utama tersebut, Penduduk Usia Kerja dapat digolongkan kedalam Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Bagi mereka yang bekerja atau mencari pekerjaan disebut Angkatan Kerja. Selanjutnya mereka yang sekolah, mengurus rumah tangga atau mereka yang tidak melakukan kegiatan secara ekonomi digolongkan Bukan Angkatan Kerja. Angkatan kerja mengarah pada kelompok penduduk yang berada pada pasar kerja, yaitu penduduk yang berumur 15 tahun keatas yang siap terlibat dalam kegiatan ekonomi produktif. Mereka yang dapat diserap oleh pasar kerja dikategorikan sebagai bekerja, sedangkan yang tidak/belum diserap oleh pasar kerja, yaitu mereka yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan, dikategorikan sebagai penganggur (terbuka). Dalam kerangka ini, kesempatan kerja kemudian diartikan sebagai penduduk usia kerja yang dapat diserap oleh pasar kerja. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 24

Disisi lain mereka yang tidak terlibat dalam kegiatan ekonomi digolongkan sebagai bukan angkatan kerja, yaitu mereka yang kegiatan utamanya adalah mengurus rumah tangga, sekolah atau mereka yang tidak mampu melakukan kegiatan karena usia tua atau alasan fisik (cacat). Penduduk usia kerja adalah kelompok penduduk dengan batas usia 15 tahun keatas. Pada tahun 2008 jumlah penduduk Kota Pekalongan yang termasuk penduduk usia kerja 193.323 jiwa atau 70,58 persen dari total jumlah penduduk. Penduduk usia kerja berjenis kelamin laki-laki sebesar 93.116 orang dan perempuan sebesar 100.207 orang. Dari tabel 5.1. dapat dilihat angkatan kerja Kota Pekalongan sebesar 138.724 jiwa, dengan rincian penduduk yang bekerja sebesar 127.044 jiwa dan pencari kerja sebesar 11.680 jiwa. Sedangkan bukan angkatan kerja Kota Pekalongan tahun 2008 sebesar 54.599 jiwa dengan rincian sedang sekolah sebesar 15.483 jiwa, mengurus rumahtangga sebesar 32.357 jiwa dan lainnya sebesar 6.759 jiwa. Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun Keatas menurut Kegiatan Utama Tahun 2008 Kegiatan Utama Angkatan Kerja : Bekerja Mencari Kerja Bukan Angkatan Kerja : Sekolah Mengurus RT Lainnya Jumlah (1) (2) 138.724 127.044 11.680 54.599 15.483 32.357 6.759 J u m l a h 193.323 Sumber : Sakernas 2008 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 25

5.2.Angkatan Kerja Tabel 5.2. Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas menurut Kegiatan Utama Tahun 2007-2008 Kegiatan Utama Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 2007 2008 2007 2008 2007 2008 (1) (2) 3) (4) (5) (6) (7) Angkatan Kerja : Bekerja Mencari Kerja 71,33 6,55 77,36 7,69 45,35 6,25 54,90 4,51 57,09 6,74 65,72 6,04 Bukan Angkatan Kerja : Sekolah Mengurus RT Lainnya 8.13 5,56 9,43 7,41 2,55 4,98 7,77 34,19 6,44 8,56 29,92 2,12 7,63 23,40 5,14 8,01 16,74 3,50 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 76,88 85,05 51,60 59,40 63,83 71,76 Sumber : Sakernas 2008 Secara teknis penduduk usia kerja terbagi dalam 2 golongan yaitu golongan angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Tahun 2008 dari 193.323 penduduk usia kerja, 138.724 orang diantaranya tergolong sebagai angkatan kerja yaitu mereka yang mempunyai kegiatan utama bekerja dan mencari kerja. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) Kota Pekalongan tahun 2008 secara umum adalah 71,76 persen. Angka ini lebih besar dibandingkan dengan TPAK tahun 2007 sebesar 63,83 persen. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 26

5.3 Penduduk yang Bekerja Persentase penduduk Kota Pekalongan Tahun 2008 yang bekerja sedikit mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari 57,09 persen menjadi 65,72 persen. Jumlah pencari kerja sedikit mengalami penurunan sebesar 6,74 persen tahun 2007 menjadi 6,04 persen pada tahun 2008. Perubahan komposisi ketenagakerjaan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 5.3. Sebagian besar penduduk Kota Pekalongan bekerja di sektor industri. Hal ini tercermin pada tingginya persentase penduduk yang bekerja di sektor industri yaitu sebesar 37,14 persen. Selanjutnya sektor perdagangan merupakan pilihan kedua penduduk Kota Pekalongan dalam mencari mata pencaharian, yaitu sebesar 29,71 persen, kemudian sektor jasa merupakan sektor ke tiga terbesar sebagai mata pencaharian penduduk Kota Pekalongan. Tabel 5.3. Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2007 2008 Lapangan Pekerjaan Utama 2007 2008 (1) (2) (3) Pertanian Pertamb & Penggalian Industri Listrik, gas & Air Konstruksi Perdagangan Angkutan dan Komunikasi Keuangan Jasa 3,39 0,10 33,18 0,20 2,82 31,56 6,37 1,57 20,83 3,34 37,14 0,12 4,89 29,71 6,84 1,52 16,45 Sumber : Sakernas 2008 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 27

Ditinjau dari status pekerjaannya, lebih dari 50 persen penduduk yang bekerja berstatus sebagai buruh/karyawan, atau pekerja dibayar, baik sebagai pegawai negeri maupun sebagai karyawan swasta. Sedangkan penduduk yang berusaha sendiri sebesar 27,02 persen, berusaha dibantu buruh tidak tetap/tak dibayar sebesar 7,63 persen, berusaha dibantu buruh tetap sebesar 2,97 persen. Penduduk berstatus pekerja keluarga/pekerja tak dibayar sebesar 5,78 persen. Bila kita cermati pada tabel 5.4 maka dari 27,02 persen penduduk yang berusaha sendiri 28,08 persennya adalah penduduk perempuan. Sedangkan mereka yang berstatus berusaha dibantu buruh tidak tetap 5,89 persennya merupakan penduduk perempuan, sedang penduduk laki-laki sebesar 8,95 persen. Penduduk yang berstatus sebagai berusaha dibantu buruh tetap 4,47 persennya adalah laki-laki dan 0,99 persennya adalah perempuan. Sedangkan penduduk yang berstatus sebagai buruh/karyawan/pekerja dibayar 48,74 persennya adalah laki-laki dan 53,11 persennya adalah perempuan. Tabel 5.4. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Tahun 2008 Status Pekerjaan Utama Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) Berusaha sendiri Berusaha Dibantu Brh Tdk Tetap/tak dibayar Berusaha Dibantu Brh Tetap Buruh/Karyawan/Pekerja Dibayar Pekerja Tak Dibayar 26,21 8,95 4,47 48,74 2,85 28,08 5,89 0,99 53,11 9,67 27,02 7,63 2,97 50,62 5,78 Sumber : Sakernas 2008 Yang dimaksud dengan setengah pengangguran adalah penduduk yang bekerja kurang dari 35 jam dalam seminggu. Berdasarkan pengertian di atas maka setengah pengangguran pada tahun 2008 Kota Pekalongan sebesar 12,28 persen dari orang yang bekerja. Penduduk setengah Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 28

pengangguran didominasi oleh pekerja perempuan yaitu sebesar 17,11 persen dari perempuan yang bekerja dan setengah pengangguran laki-laki sebesar 8,62 persen dari jumlah pekerja laki-laki Sedang mereka yang bekerja diatas 35 jam dalam seminggu sejumlah 87,72 persen dengan rincian 91,38 persennya adalah laki-laki yang bekerja dan perempuan 82,89 persen dari perempuan yang bekerja. Tabel 5.5. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja Seminggu Tahun 2008 Jumlah Jam Jenis Kelamin Kerja Seminggu Laki-laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) 0 *) 1 9 10 24 25 34 Jumlah 35 44 45 59 60 + Jumlah 1,11 0,42 2,66 4,43 8,62 18,69 61,65 11,04 91,38 8,60 8,51 17,11 26,51 45,40 10,98 82,89 0,63 0,24 5,22 6,19 12,28 22,06 54,66 11,00 87,72 Sumber : Sakernas 2008 *) Sementara tidak bekerja. 5.4. Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Pekalongan pada tahun 2008 jumlah pencari kerja yang terdaftar pada tahun sebelumnya yaitu dari 3.493 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 29

orang menjadi 4.901 orang. Namun demikian tingkat pengangguran terbuka dirasakan masih tinggi yaitu sebesar 6,04 persen. Dari tabel 5.6 dapat diketahui bahwa persentase pencari kerja menurut pendidikan yang ditamatkan yang terdaftar pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi untuk tamatan Sarjana Muda dan Sarjana tahun 2008 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Sedangkan pencari kerja yang berijazah SD, SLTP dan SLTA pada tahun 2008 mengalami penurunan. Tabel 5.6. Persentase Pencari Kerja yang Mendaftar Pada Dinsosnakertrans Kota Pekalongan Menurut Tingkat Pendidikan Tahun Tingkat Pendidikan 2007 2008 (1) (2) (3) SD Sederajat 10,31 7,98 SLTP Sederajat SLTA Sederajat Sarjana Muda Sarjana Sum ber : Dinsosnakertrans Kota Pekalongan. 9,76 49,84 10,11 19,98 7,67 48,11 13,98 22,26 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 30

BAB VI PERUMAHAN Salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi untuk mencapai kesejahteraan adalah perumahan. Pemenuhan kebutuhan akan perumahan relatif sulit pemecahannya karena berbagai faktor yang saling berkaitan, diantaranya pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, kemampuan masyarakat yang terbatas dan pembiayaan pembangunan perumahan yang cukup besar. Sebagai salah satu kebutuhan dasar, fungsi rumah bukan hanya sebagai tempat berteduh atau berlindung saja, akan tetapi merupakan cerminan kehidupan masyarakat, karenanya perlu terwujudnya rumah sehat yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman. 6.1. Penguasaan Tempat Tinggal Tabel 6.1. Persentase Rumah Tangga Menurut Penguasaan Bangunan Tahun 2008 Status Penguasaan Bangunan Persentase (1) (2) Milik Sendiri Kontrak Sewa Bebas sewa Dinas Milik orang tua/famili Lainnya Sumber : Susenas 2008 66,45 3,15 1,16 1,66 0,17 27,24 0,17 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 31

Salah satu indikator kesejahteraan penduduk pada bidang perumahan adalah penguasaan tempat tinggal. Semakin banyak penduduk yang memiliki rumah sendiri berarti sebagian kemapanan penduduk dalam kehidupan sehari-hari sudah terpenuhi. Dari tabel 6.1 diketahui 66,45 persen penguasaan bangunan tempat tinggal di Kota Pekalongan tahun 2008 merupakan milik sendiri. Sedangkan milik orangtua/famili sebesar 27,24 persen, sisanya merupakan rumah tempat tinggal berstatus sewa, kontrak, bebas sewa dan lainnya. 6.2. Luas Lantai Luas rumah merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan rumah tangga. Idealnya sebuah rumah tangga menempati rumah dengan luas lantai minimal delapan kali jumlah anggota rumah tangga yang menempatinya. Hal ini merupakan salah satu syarat terpenuhinya kriteria sebuah rumah tangga untuk dapat dikategorikan dalam golongan keluarga sejahtera. Tabel 6.2. Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Tahun 2008 Luas Lantai (M2) Persen (1) (2) < 32 32-49 50-99 100-149 5,98 17,48 55,77 10,88 Sumber : Susenas 2008 150 + 9,89 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 32

Dari hasil Susenas 2008, tercatat rata-rata anggota rumah tangga Kota Pekalongan adalah 4 orang. Dengan demikian semestinya sebuah rumah tangga menempati rumah dengan luas minimal 32 m 2 untuk dapat dikategorikan sebagai keluarga sejahtera. Tabel 6.2. memperlihatkan masih ada 5,98 persen dari 67.675 rumah tangga yang menempati rumah dengan luas kurang dari 32 m 2. Rumah tangga yang menempati bangunan dengan luas lantai 32-49 m 2 sebanyak 17,48 persen, yang menempati bangunan dengan luas lantai 50-99 m 2 sebanyak 55,77 persen dan rumah tangga yang menempati bangunan tempat tinggal dengan luas lantai diatas 100 m 2 sebesar 20,77 persen. 6.3. Sumber Air Minum Tabel 6.3. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum Tahun 2008 Air kemasan Ledeng meteran Ledeng eceran Sumur bor/pompa Sumur terlindung Sumur tak terlindung Lainnya Sumber : Susenas 2008 Sumber Air Minum Persen (1) (2) 1,49 19,20 15,42 21,22 39,88 1,96 0,83 Air minum merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Karenanya sumber air minum menjadi penting artinya bagi pemenuhan kebutuhan rumah tangga yang berarti terpenuhinya salah satu unsur kesejahteraan. Secara umum masyarakat Kota Pekalongan masih menggunakan air tanah sebagai sumber air minum. Ini terbukti dengan banyaknya rumah tangga yang menggunakan sumur pompa/bor sebanyak 21,22 persen, sumur terlindung sebesar 39,88 persen dan sumur tak terlindung Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008 33