BAB I. PENDAHULUAN. penerimaan pemerintah (Nurcholis, 2006). Ada beberapa jenis desentralisasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik. Dilingkungan birokrasi juga telah dilakukan sejumlah inisiatif

BAB II LANDASAN TEORI. Pada instansi pemerintahan seperti KPP Pratama Sleman orientasi

[ IKM UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG ] Tahun 2015

[ SURVEI INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT ] Periode Tahun 2014

LAPORAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN PUBLIK BALAI VETERINER BANJARBARU

LAPORAN HASIL MONITORING DAN EVALUASI INDIKATOR KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) DI LINGKUNGAN BPTP BENGKULU

LAPORAN HASIL IKM INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT SATPAS POLRES MATARAM

LAPORAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT BALAI BESAR KERAJINAN DAN BATIK TAHUN 2015

LAPORAN HASIL IKM INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT SATPAS POLRES MATARAM BULAN JULI 2017

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT

LAPORAN SURVEY IKM BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN (BPPP) BANYUWANGI 2015

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 90 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Semua warga negara berhak mendapatkan jaminan kesehatan. Untuk

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP LAPAN TAHUN 2014

KABUPATEN PESISIR SELATAN

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya pendapatan, teknologi, dan pendidikan,

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. teknologi, konsumen, pemasok atau supplier, dan terutama persaingan).

BAB I PENDAHULUAN. Bank, Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT

LAPORAN HASIL PENYUSUNAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT SEMESTER II TAHUN 2017

Proposal Skripsi Manajemen Pemasaran

SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PADA KANTOR DINAS BINA MARGA KOTA BANJARMASIN

LAPORAN HASIL PENYUSUNAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT SEMESTER I TAHUN 2017

KATA PENGANTAR. Plt. Kepala Pusat PVTPP. Dr.Ir.Agung Hendriadi, M.Eng. NIP

LAPORAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) SEMESTER I TAHUN 2015 LINGKUP BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS II TARAKAN

LAPORAN TINDAK LANJUT ATAS HASIL INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) TAHUN 2015 PADA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KOTA BANDA

LAPORAN BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN LEMBANG SEMESTER I TAHUN 2017

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pelayanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1982) adalah cara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengetahui kuliatas pelayanan publik pembuatan Kartu Tanda Penduduk

BAB I PENDAHULUAN. sehinga dapat memberikan kualitas pelayanan prima terutama dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;

PENDAHULUAN. IKM - I 2016 Page 1

LAPORAN PEMANTAUAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) BBKP BELAWAN SEMESTER I TAHUN 2017

DESKRIPSI HASIL SURVEY INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN PENDIDIKAN DI STKS BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;

PENDAHULUAN. kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik (Mardiasmo,2002:2).

LAPORAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN PUBLIK PADA BALAI EMBRIO TERNAK CIPELANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN SOPPENG NOMOR : 05.1/SK-BP3KP/II/2016

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 32 TAHUN 2013 PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PENILAIAN IKM BPTU-HPT DENPASAR TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Sipil Kota Medan, sebagai suatu organisasi yang berorientasi pada pelayanan

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

IKATAN PEKERJA SOSIAL PROPESIONAL INDONESIA L A P O R A N SURVEI KEPUASAN PUBLIK TERHADAP PELAYANAN PENDIDIKAN DI STKS BANDUNG TAHUN 2016

BABl PENDAHULUAN. Pelaksanaan Otonomi Daerah yang telah digulirkan sejak tahun 2001

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain

KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : KEP/25/M.PAN/2/2004

BAB II KAJIAN TEORI. transformasi sumber-sumber ekonomi dari bentuk yang satu menjadi

GLOBAL HEALTH SCIENCE ISSN

LAPORAN HASIL SURVEY INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) BADAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA MAKASSAR TAHUN 2015 BPTPM KOTA MAKASSAR

Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor Keliling Oleh Dinas Perhubungan Komunikasi Dan Informatika di Kabupaten Ciamis. Nurholis.

LAPORAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT SEMESTER II TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. kepuasaan terhadap perusahaan yang dikelola tersebut. pengalaman pelanggan yang menyenangkan.

LAPORAN HASIL PENGUKURAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) SEMESTER 1 TAHUN 2017

BATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 78/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN PENGUKURAN INDEK KEPUASAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan (preventif) untuk meningkatkan kualitas hidup serta memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam menghadapi masyarakat pengguna jasa. Aparat birokrasi dalam

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KINERJA APARATUR PEMERINTAH KECAMATAN DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN UMUM

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seiring dengan dimulainya era reformasi pada tahun 1998, telah memberikan harapan bagi perubahan menuju perbaikan di

(INDEK KEPUASAN MASYARAKAT)

Sosialisasi dan Workshop Pelaksanaan Reformasi Birokrsi Daerah

LAMPIRAN KEPUTUSAN. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 63/KEP/M.PAN/7/2003, TANGGAL : 10 Juli 2003

I. PENDAHULUAN. Semenjak dikeluarkannya Undang-undang Pemerintah Daerah No. 22

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi obyektif menunjukkan bahwa penyelenggaraan pelayanan publik masih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keinginan dan harapan pelanggan dapat terpenuhi melalui produk yang dikonsumsi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi. Ini memberikan implikasi terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai hal yang melekat di dalamnya seperti kartu tanda penduduk atau

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik adalah pemberian pelayanan yang dilakukan oleh. tata cara dan aturan pokok yang telah ditetapkan.

Survei Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)

BAB III METODE PENELITIAN. di mana analisis diuraikan secara kualitatif ditambah sedikit perhitungan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang dihasilkan dari suatu sistem informasi. Informasi yang

BAB IV METODE PENELITIAN. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang dasar

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang ditandai dengan tidak adanya batas-batas negara (

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dan kebutuhan masyarakat Indonesia pada umumnya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan Laporan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Tentang Perizinan

DAFTAR INFORMASI PUBLIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dirasakan sangat penting, tidak hanya oleh pemerintah tapi juga oleh

BAB I PENDAHULUAN. otoriter juga dipicu oleh masalah ekonomi dan adanya perubahan sosial dalam

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Adanya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi global yang semakin maju membawa dampak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

dilaksanakan pada suatu lembaga layanan publik.

BAB 1 PENDAHULUAN. negara maupun masyarakat untuk melakukan regulasi kembali dalam

LAPORAN HASIL SURVEI PENGUKURAN INDEK KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN KONSEPTUAL. Menurut Kotler & Armstrong (2002), pemasaran online merupakan

Transkripsi:

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia mengalami perubahan sistem dari sentralisasi menjadi desentralisasi. Desentralisasi dapat diartikan sebagai pengalihan kewenangan tanggung jawab pengeluaran pemerintah dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, tetapi juga dapat diartikan sebagai pengalihan kewenangan di sisi penerimaan pemerintah (Nurcholis, 2006). Ada beberapa jenis desentralisasi menurut Simanjuntak (2001) yaitu desentralisasi politik, desentralisasi administratif, desentralisasi fiskal dan desentralisasi pasar. Desentralisasi politik bertujuan untuk memberi kekuasaan kepada masyarakat atau perwakilannya dalam pengambilan keputusan publik, desentralisasi administratif berusaha mendistribusikan kewenangan, tanggung jawab dan sumber keuangan dalam menyediakan jasa publik di antara berbagai tingkatan pemerintahan. Sedangkan, desentralisasi fiskal, menjadikan tanggung jawab keuangan sebagai komponen inti dan desentralisasi pasar/ekonomi adalah menggeser tanggung jawab fungsi publik ke sektor swasta. Pada pelaksanaannya, tuntutan untuk melakukan pemekaran daerah semakin marak seiring dengan regulasi pembentukan daerah otonom baru yang dianggap lebih mudah daripada waktu sebelumnya. Dimotivasi oleh PP No. 129 Tahun 2000 tentang Persyaratan, Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah memberikan ruang yang lebih leluasa bagi terbentuknya daerah otonomi baru. Ditambah pasal 6 ayat (1) dan (2) UU No, 22 Tahun 1999 menyebutkan bahwa daerah dapat dihapus dan digabung

2 dengan daerah lain dan daerah otonom dapat dimekarkan menjadi lebih dari satu daerah. Pemekaran kecamatan dipandang sebagai sebuah terobosan untuk mempercepat pembangunan melalui peningkatan kualitas dan kemudahan memperoleh pelayanan bagi masyarakat. Pemekaran kecamatan juga merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam memperpendek rentang kendali pemerintah dengan masyarakat sehingga dapat meningkatkan efektifitas penyelenggaraan pemerintah dan pengelolaan pembangunan serta melayani masyarakat dengan baik. Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah, kabupaten Pesisir Selatan sebagai salah satu daerah otonom selalu di tuntut untuk memberikan kesejahteraan kepada masyarakat, bangsa dan Negara yang mencerminkan lewat kinerja aparat pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada Masyarakat yang sesuai dengan perkembangan teknologi dan pertumbuhan serta peningkatan kebutuhan dasar masyarakat. Titik berat otonomi daerah saat ini adalah desa atau kecamatan, dimana pelayanan paling dekat dengan masyarakat dan secara langsung. Oleh karena itu, pelaksanaan pelayanan publik sangat penting untuk diperhatikan. Kecamatan adalah satu organisasi atau lembaga pada pemerintahan daearah yang bertanggungjawab kepada kepala daerah dan membantu kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan kebutuhan daerah (Widjaja, 2005). Pemekaran kecamatan merupakan suatu proses pemecahan dari satu kecamatan menjadi lebih dari satu kecamatan sebagai upaya kesejahteraan masyarakat. Suatu daerah dapat dimekarakan jika memenuhi instrumen sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang

3 Pemerintahan Daerah dan dipertegas dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri No.4 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Kecamatan. Untuk itu setiap daerah yang akan melakukan pemekaran harus memusatkan perhatian kepada kehidupan masyarakat yang lebih berkualitas dan lebih sejahterah. Sebab itu, pemanfaatan semua sumberdaya harus dioptimalkan, dan pemerintahan disemua tingkat harus bekerja optimal memperbaiki pelayanan publik. Kecamatan Ranah Ampek Hulu Tapan (RAHT) merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan, hasil pemekaran kecamatan Basa Ampek Balai Tapan yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Pesisir Selatan No. 8 Tahun 2012 tentang Pembentukan Kecamatan Ranah Ampek Hulu Tapan, maka pada tanggal 10 Oktober 2012 maka Kecamatan RAHT resmi dibentuk. Pembentukan Kecamatan Ranah Ampek Hulu Tapan ini didasarkan pada kenyataan semakin meningkatnya volume kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan, serta meningkatnya jumlah penduduk, dan banyaknya Nagari di Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan. Salah satu tujuan dibentuknya kecamatan RAHT adalah untuk memperlancar pembangunan, meningkatkan kesejahteraan dan pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan di bidang pelayanan. Sasaran strategis kecamatan RAHT sebagaimana yang dituangkan dalam Rencana Strategis (Renstra) SKPD Kecamatan RAHT Tahun 20 2015 yaitu (1) Tercapainya peran dan partisipasi masyarakat dalam berbagai bentuk kegiatan pembangunan. (2) Tercapainya masyarakat yang aman dan tertib dalam kehidupan bermasyarakat dan berpemerintahan. (3) Terlaksananya pembinaan pemerintahan nagari (4) Terlaksananya koordinasi lintas sektoral dalam wilayah kecamatan dan

4 (5) Tercapainya pelayanan yang prima. Oleh karena itu, melalui pemekaran wilayah ini diharapkan kecamatan RAHT akan mampu membawa harapan masyarakat untuk mendorong kepada peningkatan sosial ekonominya, yakni melalui percepatan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi serta mampu menghindari kesenjangan ekonomi masyarakatnya. Penetapan RAHT sebagai wilayah kecamatan baru, mengharuskan agar pemerintah RAHT mampu menjadi fasilitator, akselerator dan regulator dalam perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan, sehingga dapat lebih mendorong pangembangan usaha masyarakat/swasta, sekaligus juga menuntut perubahan sikap dan perilaku agar aparat kecamatan RAHT dapat melayani masyarakat dengan baik, untuk menggerakkan partisipasi aktif masyarakat, meningkatkan investasi swasta serta pemberdayaan masyarakat. Peran fungsi Kecamatan RAHT sebagai perpanjangan tangan Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan sangat strategis, dimana aparatur dapat langsung bersinggungan dengan kepentingan masyarakat. Gulo (2007) menyatakan bahwa tujuan dibentuknya pemekaran daerah adalah untuk : (1) Meningkatkan pelayanan dan kesejahteran kepada masyarakat, (2) Memperkokoh basis ekonomi rakyat, (3) Mengatur perimbangan keuangan daerah dan pusat, (4) Membuka peluang dan lapangan pekerjaan dan 5) Memberikan peluang daerah mendapatkan investor secara langsung. Menyikapi uraian di atas, maka peran dan fungsi kecamatan RAHT sebagai wilayah hasil pemekaran harus dan sebagai perpanjangan tangan harus dapat mengatur, menata diri, merencanakan pembangunan wilayahnya guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat yaitu melalui peningkatan

5 pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya saing daerah, dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan keadilan dan berkesinambungan. Disamping itu kecamatan RAHT juga harus dapat mengakomodir aspirasi masyarakat, menjadi fasilitator, akselerator dan regulator dalam perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan, sehingga dapat lebih mendorong pangembangan usaha masyarakat/swasta. Guna mencapati tujuan tersebut aparat pemerintah kecamatan RAHT harus melakukan perubahan sikap dan perilaku dalam melayani masyarakat, mengupayakan dan menggerakkan partisipasi aktif masyarakat, meningkatkan investasi swasta serta memberdayakan masyarakat guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan pada Pasal IV dijelaskan secara jelas kedudukan, tugas dan wewenang Camat salah satunya adalah melaksanakan pelayanan masyarakat. Artinya tugas dan fungsi kecamatan yang utama adalah sebagai penyelenggaraan pelayanan publik dari pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat khususnya pelayanan administrasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Kemudian dalam Keputusan MENPAN No. 63 Tahun 2004 dijelaskan bahwa pemberian pelayanan prima kepada masyarakat merupakan perwujudan dan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. Sinambela, (2006) menyatakan pelaksanaan pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara Negara. Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, aparatur pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, seperti penyediaan waktu kerja aparat yang benar-benar berorientasi pada pemberian pelayanan kepada masyarakat. Kinerja

6 pelayanan aparat birokrasi akan dapat maksimal apabila bila semua waktu dan konsentrasi aparat benar-benar tercurah untuk melayani masyarakat sebagai pengguna jasa. Dalam Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 74 Tahun 2009, juga dijelaskan bahwa sasaran yang hendak dicapai pemerintah Provinsi Sumetera Barat dalam meningkatkan pelayanan kepada publik tahun 2010-2014 adalah (1) Terlaksananya pelayanan publik kepada masyarakat sesuai dengan standar layanan yang ditetapkan. (2) Tercapainya transparansi dalam proses pelayanan publik. (3) Meningkatnya etos kerja, profesionalisme dan kompetensi aparatur. (4) Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam mendapatkan pelayanan publik. (5) Meningkatnya pengguna teknologi informasi dalam pemberian pelayanan publik. (6) Meningkatnya peran masyarakat terhadap penilaian kinerja aparatur pelayanan publik. Kecamatan RAHT merupakan salah satu SKPD yang berada dibawah Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Tupoksi Kecamatan, tugas utama kecamatan RAHT adalah sebagai penyelenggaraan pelayanan publik dari pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat khususnya pelayanan administrasi yang dibutuhkan oleh masyarakat, seperti pengurusan surat-surat yang berhubungan dengan pengurusan akte kelahiran, NA, IMB, SITU, Sertifikat Tanah, SKCK, SKU, KTP, Surat Keterangan Pindah, Surat Keterangan Penghasilan, Surat Keterangan Miskin dan lain-lain untuk dapat memperoleh hak-haknya. Jika berbagai macam urusan tersebut di atas memperoleh pelayanan yang tidak baik, maka warga masyarakat

7 akan merasa malas atau enggan berurusan dengan pemerintah, dengan sendiri warga merasa bahwa pemekaran yang telah diperjuangkannya merasa sia-sia. Syaukani, (2004) mengemukakan pelayanan yang baik adalah pelayanan terhadap publik menjadi titik strategis untuk membangun tata pemerintahan yang baik (good governance). Hal ini sejalan dengan pendapat Dwiyanto (2005) yang mengemukakan peningkatan kualitas pelayanan merupakan hal yang sangat penting dan tuntutan bagi setiap organisasi, maka seharusnya peran kecamatan sebagai penyelengara pelayanan harus dimaksimalkan, jangan dijadikan sebagai simbol untuk mendukung pemerintahan yang ada, tapi harus menjadi basis untuk memakmurkan rakyat. Berdasarkan pendapat di atas maka sistem pemberian pelayanan yang baik dapat dilihat dan besarnya sumber daya manusia yang dimiliki oleh birokrasi secara efektif didayagunakan untuk melayani kepentingan pelayanan. Idealisnya, segenap kemampuan dan sumber daya yang dimiliki oleh aparat kecamatan hanya dicurahkan atau dikonsentrasikat untuk melayani kebutuhan dan kepentingan masyarakat sebagai pengguna pelayanan. Kemampuan dan sumber daya aparat kecamatan sangat diperlukan agar orientasi pada pelayanan dapat dicapai. Menurut Parasuraman dan Berry dalam Tjiptono (2006) ada lima dimensi kualitas pelayanan yang dipakai untuk mengukur kualitas pelayanan yaitu: (1) Reliability, merupakan kemampuan untuk memberikan pelayanan sebagaimana yang dijanjikan secara tepat. Hal ini meliputi janji mengenai pelayanan yang baik, penanganan terhadap keberatan yang tepat dan cepat serta penggunaan komunikasi pasca pelayanan (misalnya, lewat kunjungan, kartu, surat, hubungan telepon, e-mail, atau olahraga bersama), (2) Responssiveness, yaitu kemauan untuk membantu dan

8 memberikan pelayanan yang baik pada pelanggan. Yaitu sejauh mana aktifitas pelayanan yang sudah diberikan atau dilakukan untuk memastikan kepuasan pelanggan. Dimensi ini menekankan pada perilaku personil yang memberi pelayanan untuk memperhatikan permintaan-permintaan, pertanyaan dan keberatan-keberatan dari para pelanggan. Oleh karena itu maka upaya yang termasuk di dalamnya terdiri dari kebijakan-kebijakan misalnya; mempekerjakan karyawan untuk lembur. (3) Assurance, yaitu dimensi kualitas pelayanan yang berfokus pada kemampuan untuk melahirkan kepercayaan dan keyakinan pada diri pelanggan. Yaitu pengetahuan dan keramahtamahan para karyawan serta kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan. (4) Empathy, yaitu aspek yang menekankan pada perlakuan konsumen sebagai individu. Salah satu contoh diantaranya adalah desain pelayanan terhadap konsumen (pemberian perhatian dengan sentuhan pribadi schingga dapat tepat memenuhi apa yang dibutuhkan oleh konsumen). (5) Tangibles, yaitu dimensi pelayanan yang berfokus pada elemenelemen yang merepresentasikan pelayanan secara fisik. Yaitu sesuatu yang nampak, sesuatu yang oleh pelanggan dapat diraba, dapat dicium, dapat dilihat serta dapat didengar. Oleh karena itu yang termasuk dalam aspek ini adalah; fasilitas (misal: arsitektur gedung kantor, warna, dekorasi, tempat parkir), lokasi (berkenaan dengan jarak yang sulit dijangkau atau tidak), peralatan (kandungan teknologi tinggi yang digunakan), personel (bentuk kontak yang dilakukan oleh karyawan dengan pelanggan), penampilan personel (misal: pakaian staf atau karyawan perusahaan), fisik material (misalnya: iklan di surat kabar, kartu bisnis, website), merek (simbol atau logo yang mudah dikenali dan mudah diingat oleh pelanggan).

9 Apabila kelima dimensi pelayanan tersebut terlaksan dan terpenuhi oleh para penyelenggara pelayanan dengan sendirinya masyarakat akan merasa puas. Dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: KEP/25PAN/2004 tentang Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM), terdapat 14 (empat belas) unsur yang relevan, valid dan reliable sebagai unsur minimal yang harus ada untuk dasar pengukuran indeks kepuasan masyarakat yang dapat diberlakukan untuk semua jenis pelayanan, yaitu : (1) Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan; (2) Persyaratan Pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya; (3) Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan tanggungjawabnya); (4) Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku; (5) Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan; (6) Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaiakan pelayanan kepada masyarakat; (7) Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggaraan yang dilayani; (8) Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani; (9) Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling

10 menghargai dan menghormati; (10) Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan; () Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan; (12) Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan; (13) Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan; dan (14) Keamanan Pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan. Saat ini kecamatan RAHT sudah berumut 3 tahun, yang menjadi persoalan adalah apakah dengan dilakukannya pemekaran kecamatan ini dapat memberikan pelayanan yang baik terhadap masyarakat, sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat, terutama pengaruh dalam bidang pelayanan dan kesejahteraan. Untuk itu penulis tertarik melakukan penelitian yang mengkaji tentang pemekaran yang dilakukan oleh Kecamatan RAHT Kabupaten Pesisir Selatan yang penulis tuangkan dalam bentuk tesis dengan judul : Tingkat Kepuasan Masyarakat terhadap Pelayanan Publik di Wilayah Kecamatan Pemekaran di Kecamatan Ranah Ampek Hulu Tapan Kabupaten Pesisir Selatan. 1.2. Perumusan Masalah Adapun permasalahan yang ingin dijawab melalui penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

11 1. Apa tujuan pelaksanaan pemekaran kecamatan RAHT? 2. Bagaimana pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah RAHT setelah dilakukanya pemekaran? 3. Bagaimana tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah RAHT setelah dilakukanya pemekaran? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan Tujuan pelaksanaan pemekaran kecamatan RAHT. 2. Menganalisis pelayanan publik yang dilakukan oleh aparat kecamatan RAHT setelah dilakukanya pemekaran. 3. Menganalisis tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah RAHT setelah dilakukanya pemekaran? 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam terutama daerah pemekaran serta kaitannya dalam memberikan pelayanan pada masyarakat. Studi ini diharapkan bermanfaat antara lain : 1. Manfaat akademis sebagai sumbangan keilmuan dan memperkaya teori pembangunan bidang sosial ekonomi terutama yang berhubungan dilakukannya pemekaran wilayah terkait dengan pemberian pelayanan kepada masyarakat. 2. Manfaat praktis untuk memberi sumbangan pemikiran dan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan dalam menyusun dan membuat kebijakan daerah khususnya yang berkaitan dengan upaya perbaikan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat agar lebih baik.

12 3. Sebagai masukan bagi peneliti yang akan datang dalam studi yang berhubungan dengan pemekaran wilayah dan pelayanan publik