KONFERENSI KASUS SEBAGAI TEKNIK PEMECAHAN MASALAH KONSELI. Kata kunci : konferensi; kasus; asas kerahasiaan; helper

dokumen-dokumen yang mirip
untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang tidak dapat dipecahkan di sekolah tersebut. Pada dasarnya pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Organisasi merupakan sebuah wadah berkumpulnya orang-orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dengan bimbingan yang benar akan berjalan baik dan terarah. Begitu juga

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada dalam rangka upaya

KINERJA KONSELOR SEKOLAH DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA KONSELOR SEKOLAH SE- KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN AKADEMIK 2012/2013

JURNAL STUDI TENTANG CIRI-CIRI KEPRIBADIAN KONSELOR SEKOLAH SISWA KELAS XI SMKN 3 BOYOLANGU TULUNGAGUNG

STUDI TENTANG PELAKSANAAN APLIKASI INSTRUMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP DAN SMA NEGERI KOTA SUMENEP

CONTEXT INPUT PROCESS PRODUCT (CIPP): MODEL EVALUASI LAYANAN INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan konseling merupakan bagian penting dalam pelaksanaan

BAB V PEMBAHASAN. 1. Aktivitas Program BK di MA Imam Syafi i Pakal Surabaya. Dalam proses Pendidikan, khususnya di sekolah, Mortensen dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING. By: Asroful Kadafi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia.

BAB I PENDAHULUAN. suatu sekolah dikatakan berhasil jika ia mendapatkan nilai yang bagus dan

Pendekatan dan Teknik Bimbingan dan Konseling. Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd

KERJASAMA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MENGEMBANGKAN CARA BELAJAR SISWA

Pendapat Siswa Tentang Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok

MODEL KONSELING (Untuk Peer-Counseling) PLPG Rayon 142

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang matang akan menciptakan generasi-generasi yang cerdas baik cerdas

wujud nyata penyelanggaraan layanan bimbingan dan konseling. Kegiatan bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar,

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan formal sebagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal sekarang sudah merupakan bagian yang integral dan tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini akan membahas tentang kendala pelaksanaan program bimbingan

UPAYA MENINGKATKAN KEMATANGAN PEMILIHAN KARIR MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PROBLEM SOLVING

KODE ETIK PSIKOLOGI. Bab V. Kerahasiaan Rekam dan Hasil Pemeriksaan Psikologi (Pasal 23-27) Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog.

MANAJEMEN PENANGANAN MASALAH SISWA (STUDI DI MTS MUHAMMADIYAH 3 AL-FURQAN BANJARMASIN) Husnul Madihah*

KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SD

ANALISIS KINERJA GURU PEMBIMBING DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Pengertian Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana

BAB II LANDASAN TEORI

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan siswa dalam belajar adalah memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik yang mempunyai latar belakang yang berbeda.

LAYANAN KONSELING DI SEKOLAH (KONSEP & PRAKTIK)

BAB I PENDAHULUAN. Peranan layanan konseling di sekolah-sekolah sangatlah penting bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL

SATUAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK SIKLUS I

I. PENDAHULUAN. A. Tujuan

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, membuat keputusan dan memecahkan masalah. Oleh karena itu, sekolah untuk mengarahkan remaja melalui bimbingan konseling.

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah.

BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam kehidupan manusia yang sehat, di manapun dan kapanpun mereka berada.

BAB IX DEFINISI, LANDASAN, DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING. bimbingan dan konseling, landasan-landasan bimbingan dan konseling, serta

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

Oleh: Suyanti. Kata kunci : Layanan Informasi, Penyimpangan perilaku, Studi kasus.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemampuan seseorang mengungkapkan pendapat sangat berkaitan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Program Bimbingan dan Konseling. pelayanan bimbingan dan konseling dalam periode tertentu.

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

BAB V PENUTUP. Berdasarkan data-data yang telah diperoleh dalam penelitian ini dan yang sudah

AUDIT MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF METODE LIGHTENING THE LEARNING CLIMATE UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN SIKAP TERHADAP BIMBINGAN KONSELING DENGAN TINGKAHLAKU BERKONSULTASI PADA SISWA SKRIPSI

INSTRUMEN PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING

PENGEMBANGAN INSTRUMEN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

PENDAMPINGAN KELOMPOK KONSELOR SEBAYA DI KOTA BATU

BAB II KAJIAN TEORITIS

ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN

TEKNIK & ETIKA DISKUSI ILMIAH.

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Profesional

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING. DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DI MTs NEGERI SURAKARTA 1 TAHUN 2007/2008

Volume 2 Nomor 3 September 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling

PARTISIPASI GURU BIDANG STUDY DALAM

BAB I PENDAHULUAN. muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya.

TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53).

BAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan antara siswa satu dengan lain, memiliki potensi untuk tumbuh

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan Kelompok dengan Teknik Symbolic Modeling a. Bimbingan Kelompok 1) Pengertian Bimbingan

BAB I PENDAHULUAN. (2008:28) mengemukakan guru sangat menentukan keberhasilan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang

KEMAMPUAN KONSELOR DALAM MENGELOLA KONSELING BEHAVIORAL MELALUI ALAT PENILAIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengaruh penting dalam kehidupan manusia. Misalnya lokasi, iklim,

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

KEPUTUSAN PENGURUS BESAR ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (PB ABKIN) Nomor: 010 Tahun 2006 Tentang

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai

PERSEPSI SISWA TENTANG LAYANAN INFORMASI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA YANG DIBERIKAN GURU BK SMAN 1 KUBUNG

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

ANGKET ANALISIS KEBUTUHAN SISWA

BAB XII PERAN PERSONEL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

KISI KISI UKG 2015 GURU BK/KONSELOR

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

TUGAS INSTRUMEN BIMBINGAN DAN KONSELING EVALUASI BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

Melin Pratikasari. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI. Unconditional Self-Acceptance (USA). USA yang timbul dari penilaian individu

Transkripsi:

KONFERENSI KASUS SEBAGAI TEKNIK PEMECAHAN MASALAH KONSELI Widada Universitas Negeri Malang E-mail: widada.fip@um.ac.id ABSTRAK Untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah yang komplek dan rumit diperlukan keterlibatan berbagai pihak, baik personil yang ada dalam sekolah itu sendiri, orang tua, maupun helper lain yang ada di luar sekolah. Konferensi kasus (case conference) merupakan sarana yang dapat diselenggarakan oleh sekolah dalam upaya untuk mendiskusikan bersama membantu siswa yang bermasalah (kasus) agar memperoleh penyeleseaian yang sebaik-baiknya. Dalam forum pertemuan atau rapat itu dimaksudkan untuk memperoleh data atau informasi tambahan dari peserta agar pemahaman terhadap kasus menjadi lebih komprehensif dan mendalam, mendapatkan masukan bagi kemungkinan pemecahan masalah, serta penanganan yang sesuai dengan kemampuan, wewenang, dan tanggungjawab masing-masing. Kata kunci : konferensi; kasus; asas kerahasiaan; helper Permasalahan yang dihadapi siswa di sekolah (konseli) kadangkala bersifat komplek, rumit. Komplek dalam arti bahwa masalah itu tidak bersifat tunggal melainkan di dalam diri siswa itu terdapat berbagai masalah yang kemungkinan antara satu dengan lainnya saling berhubungan, meskipun bisa pula tidak demikian. Sedangkan dikatakan rumit manakala masalah itu tidak tampak jelas ke permukaan, dan hanya bisa diketahui jika digali dengan cermat, teliti, hati-hati dan dengan sungguh-sungguh. Untuk membantu memecahkan masalah yang komplek dan rumit diperlukan pemahaman yang komprehensif dan mendalam. Pemahaman komprehansif itu merupakan pemahaman yang menyeluruh tentang diri konseli yang dapat dilakukan dengan jalan mengumpulkan data melalui berbagai macam teknik, serta dari sumber yang beragam pula. Penggunaan teknik dan sumber yang beragam ini memungkinkan 291

data menjadi saling melengkapi, dapat dilakukan cross check atau cek silang sehingga memungkinkan untuk mencapai akurasi yang tinggi. Sedangkan pemahaman mendalam itu berupa pemahaman yang mendetail, cermat dan teliti tentang keadaan konseli yang kita hadapi. Disamping memerlukan pemahaman yang komprehensif dan mendalam terhadap konseli, untuk membantu memecahkan masalahnya diperlukan pula keterlibatan pihak lain dalam penanganannya. Pihak lain itu misalnya orang tua, wali kelas, Kepala Sekolah, guru matapelajaran tertentu, bahkan bisa pula pihak lain itu merupakan personil di luar sekolah misalnya dokter, psikiater maupun helper lain yang ada di masyarakat. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh sekolah untuk dapat memperoleh data yang komprehensif, mendalam dan melibatkan berbagai pihak dalam penanganan terhadap konseli yang masalahnya komplek dan rumit (lazim disebut kasus) melalui case conference (konferensi kasus) di sekolah. Konferensi kasus adalah merupakan rapat atau pertemuan yang menghadirkan beberapa orang yang diperhitungkan dapat membantu memecahkan masalah konseli. Bantuan ini bisa berupa penyampaian data tentang konseli maupun bantuan yang berupa solusi atau konstribusi pemecahan masalah dan dimungkinkan pula sampai tahap penanganannya sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya masing-masing. Kurikulum SMU (1994), Sukardi ( 2010) menyatakan bahwa dalam konferensi kasus secara spesifik dibahas permasalahan yang dialami oleh siswa tertentu (kasus) dalam suatu forum diskusi yang melibatkan pihak-pihak terkait yang diharapkan dapat memberikan data dan keterangan lebih lanjut serta kemudahan-kemudahan bagi terpecahkannya permasalahan tersebut. Konferensi kasus diselenggarakan dengan bersifat terbatas dan tertutup. Jadi, rapat ini diselenggarakan untuk menjaring data serta alternatif pemecahan dalam menangani suatu permasalahan yang pada akhirnya terwujud konsep pemecahan yang bersifat konstruktif terhadap permasalahan siswa di sekolah. Dalam praktek penyelenggaraan program bimbingan dan konseling di sekolah konferensi kasus jarang dilakukan apalagi jika harus melibatkan banyak pihak. Dengan berbagai macam alasan seringkali muncul keengganan untuk melaksanakan konferensi 292

kasus ini, padahal jika dicermati manfaat yang didapat sangat besar bagi keberhasilan pemecahan maslah konseli. PEMBAHASAN Tujuan Konferensi Kasus Konferensi kasus diselenggarakan di sekolah dengan maksud untuk memperoleh masukan data yang bermanfaat bagi upaya melengkapi data yang telah ada, melakukan cek silang antar data agar terkumpul data yang akurat dan lebih lanjut juga dimaksudkan agar dicapai kesepakatan cara penanganan yang lebih baik bagi konseli. Tujuan konferensi kasus secara khusus antara lain: (1) untuk mendapatkan suatu konsesus dari para ahli dalam menafsirkan data atau informasi yang cukup memadai dan komprehensif tentang siswa atau kasus guna memudahkan pengambilan keputusan, (2) menetapkan cara yang terbaik untuk menangani kasus, (3) sebagai langkah awal dalam penetapan rujukan (referral) bila dibutuhkan bntuan di luar kemampuan dan tanggungjawab konselor dan, (4) adanya koordinasi dalam penanggulangan masalah oleh berbagai pihak yang berkepentingan (Sukardi, 2010). Berkaitan dengan tujuan diselenggarakan konferensi kasus ini Prayitno (2004) menyatakan bahwa konferensi kasus itu untuk kepentingan: (1) diperolehnya gambaran yang lebih jelas, mendalam dan menyeluruh tentang permasalah siswa; gambaran yang diperoleh itu lengkap dengan saling sangkut paut data atau keterangan yang satu dengan yang lain, (2) terkomunikasikannya sejumlah aspek permasalahan kepada pihk-pihak yang berkepentingan dan yang bersangkutan, sehingga penanganannya itu menjadi lebih mudah dan tuntas, dan (3) terkoordinasikannya penanganan masalah yang dimaksud sehinggaa upaya penanganan itu lebih efektif dan efisien. Peserta Konferensi Kasus Sesuai dengan tujuan dilaksanakan konferensi kasus, ialah untuk mencapai kesepakatan bersama bagi pemecahan masalah kasus maka pihak-pihak yang diundang atau dihadirkan dalam rapat itu haruslah pihak yang diperhitungkan memiliki sangkuit paut tentang masalah kasus maupun yang berkepentingan dengan penyelesaian masalah 293

serta memiliki kemampuan, wewenang dan tanggungjawab bagi penanganan masalah konseli. Beberapa pihak yang mutlak perlu dihadirkan ialah: Kepala Sekolah, konselor, wali kelas, guru mata pelajaran yang ada sangkut pautnya dengan masalah konseli, orang tua siswa, dan pihak lain seperti dokter, psikiater, psikolog maupun helper lain yang sekiranya kemampuan dan kewenangannya relevan dengan masalah yang sedang dibahas. Kepala sekolah, sebagai pimpinan sekolah memiliki tanggungjawab secara keseluruhan kegiatan yang ada di sekolah termasuk dalam penyelenggaraan rapat ini. Komitmen dan perhatiannya terhadap penyelenggaraan konferensi kasus merupakan hal yang sangat diperlukan bagi kelancaran dan keberhasilan dalam mencapai tujuan rapat. Seorang kepala sekolah yang menunjukkan tanggungjawab besar dalam hal ini, akan dapat membangkitkan semangat yang tinggi bagi para peserta rapat. Peranan kepala sekolah diwujudkan dalam mengundang rapat, membuka rapat, mengarahkan terhadap jalannya rapat, menghubungi pihak lain jika nanti dalam rapat hal itu diperlukan. Guru bimbingan dan konseling (Guru BK) atau konselor, sebagai seorang guru yang secara khusus ditugaskan untuk memberikan layanan bimbingan kepada siswa maka ia sebagai personil yang secara teknis menyiapkan dan melaksanakan konferensi kasus. Peranan yang sangat diperlukan dari seorang konselor di sekolah ialah menyiapkan data yang telah dimiliki oleh sekolah, menyampaikan kepada peserta rapat tentang permasalahan dan gejala yang tampak pada diri konseli, menyampaikan analisis sementara tentang keadaan konseli, penanganan yang telah dilakukan oleh sekolah melalui layanan bimbingan, konstribusi apa yang diharapkan dari para peserta bagi pemecahan masalah, dan kemungkinan memimpin rapat itu jika ditugaskan oleh kepala sekolah. Wali kelas, sebagai seorang guru yang ditugaskan untuk mem-bapak-i atau meng-ibu-i kelas tertentu dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun) dipandang memiliki data yang memadai tentang murid pada kelas yang diasuhnya itu. Seringnyaa ia mengadakan interaksi dengan murid melalui kegiatan mengajar, mengisi buku raport, buku pribadi, maupun kegiatan lainnya merupakan modal bagi pemahaman siswa yang sangat penting. Karena itu kehadirannya dipandang akan mampu 294

melengkapi data yang telah ada maupun dapat memberikan sumbangan pikiran bagi penyelesaian masalah konseli. Guru mata pelajaran, merupakan personil yang bertugas mengajarkan mata pelajaran tertentu maka ia memiliki data yang sangat penting serta catatan-catatan lain tentang anak. Ia memiliki media yang praktis untuk mengenal peserta didik melalui kontak saat ia mengajar. Frekuensi pertemuannya dengan siswa relatif sering, karena setiap minggu minimal sekali yakni saat mengajar, hal semacam ini jarang dimiliki oleh personil lain di sekolah. Kehadiran guru mata pelajaran tidak perlu seluruhnya, cukup dipilih mana diantara guru itu yang diduga relevan dengan masalah konseli. Misalnya dipilih guru yang kebetulan pelajarannya sering ditinggal siswa atau nilai siswa rendah dalam pelajarannya itu. Orang tua siswa, kehadirannya dalam konferensi kasus mutlak diperlukan karena mereka jelas memiliki banyak data tentang anaknya yang mungkin belum diketahui oleh pihak sekolah selama ini. Selain itu kehidupan anak di rumah justru jauh lebih banyak waktunya jika dibanding di sekolah dalam kesehariannya. Dalam sehari anak berada di sekolah hanya berkisar 8 sampai 9 jam saja, sisanya siswa hidup di lingkungan keluarga. Kerana itu penanganan masalah siswa itu jelas memerlukan sinergi yang baik antara sekolah dan rumah. Apa yang dilakukan oleh sekolah dan keluarga harus saling mendukung, saling melengkapi, dan bahu membahu, sehingga dengan demikian diharapkan akan dapat dicapai hasil maksimal bagi keberhasilan pemecahan masalah anak. Pihak keluarga tidak boleh cuci tangan, justru sebaliknya harus berpartisipasi aktif dalam konferensi kasus ini. Keterbukaannya dalam memaparkan data tentang anaknya yang mungkin selama ini dirahasiakan sangat membantu bagi kelengkapan data anaknya di sekolah, karena memang untuk penyelesaian masalah itu diperlukan pemahaman yang mendalam. Keraguan orang tua akan tersebar luaskannya data yang dianggap rahasia perlu dihilangkan oleh pemimpin rapat dengan meyakinkan bahwa asas kerahasiaan dalam rapat itu akan dipegang teguh oleh peserta rapat. Penanganan masalah itu juga memerlukan keterlibatan orang tua, dan anggota kelurga lainnya di rumah. Misalnya berupa dukungan maupun kemudahankemudahan yang disediakan oleh seluruh anggota keluarganya. 295

Personil lain seperti dokter, psikiater, psikolog mapun helper lain, kehadirannya diperlukan sesuai dengan relevansi antara kemampuan dan kewenangannya dengan masalah yang sedang dihadapi konseli. Dokter diperlukan, bilamana masalah konseli itu ada hubungannya dengan penyakit pisik. Psikiater yakni seorang dokter spesialis penyakit jiwa perlu didatangkan dalam rapat apabila kasus yang di bahas berkaitan dengan gangguan jiwa. Psikolog sebagai ahli ilmu jiwa bisa pula dihadirkan manakala dibutuhkan keahliannya dalam menjelaskan dan mengukur aspekaspek kejiwaan seperti tentang inteligensi, bakat, kepribadian. Demikian pula helper lainnya akan diperlukan kehadirannya sesuai dengan keahlian helper itu dalam menangani masalah konseli. Penyelenggaraan Konferensi Kasus untuk Memecahkan Masalah Konseli Sebagai suatu kegiatan pertemuan atau rapat maka dalam konferensi kasus yang terlebih dahulu harus dilakukan ialah menentukan peserta yang akan dihadirkan, kemudian selanjutnya mengundangnya. Secara formal undangan ini dilakukan oleh sekolah yakni oleh Kepala Sekolah. Persiapan lain yang harus dilakukan oleh sekolah khususnya guru bimbingan ialah menyiapkan data maupun catatan-catanan lain tentang anak untuk bahan diskusi. Bila sudah tiba saatnya melakukan konferensi kasus, maka rapat itu sebaiknya dibuka dan diarahkan secara umum oleh kepala sekolah selaku penanggung jawab. Selanjutnya secara teknis pemimpin rapat bisa diserahkan kepada konselor. Dengan berbekal pemahaman tentang keadaan kasus dan beberapa bahan yang telah disiapkan maka konselor menstruktur pertemuan itu sedemikian rupa sehingga arah pertemuan menjadi jelas. Para peserta menjadi tahu apa yang diharapkan dari kehadirannya maupun apa yang menjadi tujuan serta tugas dan tanggungjawabnya masing-masing. Dalam pertemuan itu koselor perlu membangun persepsi dan tujuan bersama dengan arahan: (1) tidak menekankan pada nama dan identitas siswa yang permasalahannya sedang dibahas melainkan dipusatkan pada pembahasan masalahnya itu sendiri, (2) tujuan pertemuan pada umumnya, dan semua pembicaraan pada khususnya ialah semata-mata untuk kepentingan perkembangan dan kehidupan konseli; semua isi pembicaraan ialah untuk kebahagiaan konseli, (3) semua pembicaraan 296

dilakukan secara terbuka, tetapi tidak membicarakan hal-hal yang negatif tentang diri siswa yang bersangkutan; permasalah siswa disoroti secara obyektif dan tidak ditafsirkan secara negatif atau mengarah kepada hal-hal yang merugikan siswa, (4) penafsiran data dan rencana-rencana kegiatan dilakukan secara rasional, sistematik, dan ilmiah, dan (5) semua pihak berpegang teguh pada asas kerahasiaan, semua isi pembicaraan terbatas hanya untuk keperluan pada saat pertemuan itu saja, dan tidak boleh keluar (Prayitno, 1999). Semua hal di atas harus ditekankan sejak awal pertemuan agar para peserta dapat memahami dan mengambil bagian secara aktif dalam pertemuan itu. Asas kerahasiaan hendaknya memperoleh penekanan yang lebih karena hal ini menyangkut kepercayaan konseli dan orang tua terhadap pelaksanaan bimbingan pada umumnya dan khususnya penyelenggaraan konferensi kasus. Bilamana asas kerahasiaan ini dilanggar oleh peserta rapat maka dikhawatirkan akan mengganggu bagi penanganan selanjutnya dan juga berpengaruh terhadap pelaksanaan bimbingan di sekolah. Dalam hal ini masalah yang dihadapi oleh siswa tidak akan diberitahukan kepada orang lain yang tidak berkepentingan. Segala sesuatu yang didapat dalam rapat itu semuanya bersifat rahasia. Tentang asas kerahasiaan ini lebih lanjut Prayitno (2004) menyatakan asas ini merupakan asas kunci dalam usaha bimbingan dan konseling. Jika asas ini benar-benar dilaksanakan, maka penyelenggara atau pemberi bimbingan akan mendapatkan kepercayaan dari semua pihak, terutama penerima bimbingan yakni konseli sehingga mereka akan mau memanfaatkan jasa bimbingan dan konseling dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, jika konselor tidak dapat memegang asas kerahasiaan dengan baik, maka hilanglah kepercayaan konseli, sehingga akibatnya pelayanan bimbingan tidak memperoleh tempat di hati konseli, mereka takut untuk meminta bantuan, sebab mereka khawatir masalah dan diri mereka akan menjadi bahan gunjingan. Bilamana hal ini terjadi, maka tamatlah riwayat pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah yang tidak memperoleh kepercayaan siswa-siswanya. Bilamana penstrukturan telah selesai dilaksanakan, maka segera konselor memaparkan gejala yang nampak pada diri konseli, menyajikan data yang dimilikinya, mengemukakan hasil analisis sementara yang telah dilakukannya. Penyampian ini diperlukan untuk memberikan rangsangan bagi peserta untuk berpartisipasi lebih lanjut 297

dalam konferensi kasus, baik untuk melengkapi data maupun untuk memecahkan masalah siswa. Materi pokok yang dibahas dalam konferensi kasus ialah segenap hal yang menyangkut permasalahan yang dialami oleh siswa (kasus) yang bersangkutan. Permasalahan itu didalami dan dianalisis dari berbagai segi, baik rincian masalahnya, sebab-sebab, dan sangkut-pautnya antara berbagai hal yang ada didalamnya, maupun berbagai kemungkinan pemecahannya serta faktor-faktor penunjangnya (Prayitno, 2001). Kepada para peserta diberi kesempatan untuk menambah keterangan yang dimilikinya yang berhubungan dengan konseli. Tidak tertutup pula kemungkinan para peserta memberikan penolakan atau sanggahan atas data yang telah dipaparkan oleh konselor maupun dari anggota peserta lainnya. Hal inilah yang dikatakan sebagai cek silang bagi pemahaman terhadap siswa. Terjadinya sanggahan dari para peserta tidak perlu dirisaukan akan menimbulkan debat berkepanjangan, manakala di bagian awal telah terbentuk komitmen para peserta untuk bersama-sama membantu memecahkan masalah konseli. Justru sebaliknya adanya cek silang ini akan lebih memfokuskan perhatian peserta terhadap permasalahan kasus yang sedang dibahas. Wawasaan para ahli yang relevan dengan masalah konseli perlu didengar bersama. Hal ini akan mempertajam pandangan para peserta baik dalam menganalisis maupun dalam merumuskan pemecahan masalah. Para ahli yang didatangkan sekali lagi amat tergantung dari relevansi keahliannya dengan kasus yang sedang didiskusikan. Pembahasan lebih lanjut, setelah itu ialah mendiskusikan tentang kemungkinan pemecahan masalah yang tepat bagi kasus atas dasar hasil analisis yang telah dibuat bersama. Sumbangan pemikiran bagi pemecahan masalah yang diberikan oleh para peserta diramu untuk dijadikan kesepakatan bersama. Untuk dapat memadukan pemikiran yang datang dari peserta dengan latar belakang yang beragam bukanlah pekerjaan yang mudah, karena itu diperlukan kelihaian konselor untuk mengakomodasi serta merumuskan dengan cara yang cerdas dan bijaksana. Dalam tahap ini ditentukan pula apa yang harus dilakukan oleh peserta rapat dalam penanganan kasus tersebut. Apa yang menjadi tugas dan tanggungjawab kepala sekolah, wali kelas, konselor, maupun guru mata pelajaran. Demikian pula apa yang menjadi tugas dan tanggungjawab orang tua, maupun helper lainnya. 298

Bagian akhir dalam konferensi kasus ialah pembuatan kesimpulan bersama atas hasil diskusi. Isi kesimpulan ini berupa rumusan masalah, kemungkinan cara pemecahannya, personil yang terlibat dalam melakukan penanganan kasus, kapan waktu dilaksanakan penanganan itu. Dalam Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah (1994), Widada (2016) disarankan prosedur pelaksanaan konferensi kasus seperti berikut ini. Konselor sebagai penyelenggara pertemuan menjelaskan tujuan konferensi kasus dan menguraikan secara garis besar kasus yang hendak dibicarakan itu. Selanjutnya mengarahkan pembicaraan sehingga seluruh peserta dapat mengemukakan data/keterangan yang mereka ketahui dan mengembangkan pikiraan untuk memecahkan permasalahan siswa yang kasusnya sedang dibicarakan. Hasil yang diharapkan dari konferensi kasus yang sukses ialah bilamana konselor memperoleh data tambahan yang amat berarti bagi pemecahan masalah siswa, dan terbangunnya komitmen seluruh peserta pertemuan untuk menyokong upaya penyelesaian masalah siswa itu. Seluruh hasil pertemuan dicatat dan didokumentasikan secara rapi oleh konselor dan sebanyakbanyaknya dipergunakan untuk menunjang jenis-jenis layanan pemecahan masalah siswa yang bersangkutan (misalnya layanan konseling perorangan, pembelajaraan, dan konseling kelompok). Hasil konferensi kasus diintegrasikan ke dalam himpunan data pribadi siswa. PENUTUP Untuk membantu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi oleh seorang konseli seringkali memerlukan keterlibatan berbagai pihak baik pihak yang ada di internal sekolah maupun yang di luar sekolah. Terlebih jika masalah itu dipandang rumit dan komplek. Menyelenggarakan sebuah pertemuan bersama yang dinamakan konferensi kasus untuk membahas kasus yang sedang dihadapi siswa menjadi teknik yang cukup memberikan harapan bagi terselesaikannya masalah konseli. Penyelenggaraan konferensi kasus menjadi tanggung jawab Kepala Sekolah yang secara teknis bisa diserahkan kepada konselor. Sedangkan langkah-langkah dalam konferensi kasus melalui: (1) pembukaan, (2) pemaparan data siswa dan penanganan yang telah dilakukan oleh konselor, (3) pemberian kesempatan kepada peserta 299

konferensi untuk menyampaikan data baik bersifat melengkapai maupun pemberian koreksi, (4) merumuskan masalah konseli, (5) diskusi tentang jalan keluar atas permasalahan siswa, (6) merumuskan bimbingan apa yang akan diberikan serta siapa yang harus melakukan tindakan bimbingan dimaksud, dan terakhir (7) penutupan konferensi. DAFTAR RUJUKAN Depdikbud. (1994). Kurikulum SMU: Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Ditjendikdasmen. Depdikbud. (1994). Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Buku IV Pelayanan Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Ditjendikdasmen. Prayitno, E. A., & Amti, E. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. Sukardi, D. K. (2010). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta. Widada & Hidayah, N. [T.Th.] Manajemen Bimbingan dan Konseling, Bahan Pelatihan Manajemen Pendidikan Bagi Kepala SMU se Indonesia di Surabaya Tahun 1999, Naskah tidak dipublikasikan. Widada. (2016). Bimbingan dan Konseling Pekembangan sebagai Paradigma Baru antara Harapan dan Tantangan, Makalah disampaikan pada Forum Guru BK SMA/SMK Muhammadiyah Malang. 300