BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM. yang tidak sesuai minat, bakat dan kemampuan, merupakan pekerjaan yang sangat

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN. fungsi yang menghasilkan nilai tegas, namun hal ini akan menyebabkan data

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM. sistem yang ada, diperlukan suatu penggambaran aliran-aliran informasi dari

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM. sistem yang ada, diperlukan suatu penggambaran aliran-aliran informasi dari

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN. tersebut menghasilkan data yang sangat banyak dalam waktu cepat dan dibiarkan

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM. evaluasi terhadap sistem pendukung keputusan untuk menentukan Guru-guru

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. evaluasi terhadap Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan STMIK Terbaik Di

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM. Indonesia I cabang Belawan masih bersifat manual, yaitu surat-surat bukti

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan permasalahan,

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III METODE PENELITIAN. dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Ajaran 2014/2015. Perangkat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN. bidang perbankan yang berbadan hukum yang mempunyai Unit Usaha dibidang

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN. serta dilengkapi sarana dan prasarana yang optimal dalam kegiatan belajar

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN BIDAN DI DESA MENGGUNAKAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM. yang terjadi sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya.

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN. Penyaluran Kartu K3 sudah dimulai sejak Rendahnya tingkat

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM. Analisa masalah dilakukan guna mengetahui masalah-masalah yang terkait

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN. Proses yang sedang berjalan dalam pencarian lokasi Stokis dan sub stokis

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

Gambar 4.1 Gambar Use Case Diagram

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM. sample oleh Sales Personal Girl yang berada di stand penjulan untuk menanyakan

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM. serta melakukan evaluasi terhadap perancangan program aplikasi service

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

Transkripsi:

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Masalah Pemilihan Kualitas busa springbed ini masih dilakukan secara manual dan tidak efisiensi baik dari segi waktu maupun biaya. Proses pemilihan Kualitas busa springbed memerlukan waktu yang lama dikarenakan tidak adanya aplikasi yang menampilkan data tersebut sehingga sulit untuk mengambil keputusan atas pemilihan Pori-pori busa springbed yang baik. Pada sistem yang lama, Produsen springbed melakukan penyimpanan data di ketik di micsosoft excel yang mengakibatkan pencarian data yang lama. Tidak adanya database untuk menyimpan data sehingga menyulitkan produsen springbed dalam mencari data. III.2. Penerapan Metode Perhitungan manual Metode Analisis Hirarki Proses (AHP) dalam pemilihan Kualitas busa springbed adalah sebagai berikut : 1. Input busa digunakan untuk memasukan data busa yang akan digunakan. 2. Input data kriteria penilaian berfungsi untuk memasukkan data kriteria dan sub kriteria seleksi (tes) yang digunakan untuk user/admin beserta bobot nilai kriteria dan sub kriteria yang telah ditentukan berdasarkan perhitungan AHP. Proses penilaian yang dilakukan pertama kali adalah memasukkan data kriteria penilaian beserta sub kriteria yang telah ditetapkan oleh Admin/user.

3. Mendefinisikan masalah Pada langkah ini masalah yang ada pada kualitas busa adalah adanya perbedaan kriteria dari masing-masing user. Untuk menentukan kualitas terlebih dahulu kita harus menentukan kriteria dan subkriteria kualitas. Tabel III.1. Kriteria Penilaian Tekstur 40% lebih penting karena harus ada pada busa A1= Lembut 50% karena kualitas tekstur busa yang baik harus lembut A2= Kasar 30% karena menjadi pendukung kualitas tekstur kedua A3= Sangat Kasar 20% karena menjadi pendukung kualitas tekstur ketiga Pori-pori 30% sedikit lebih penting karena busa harus berpori B1- Ukuran Pori-pori 50% karena menjadi pendukung kualitas pori pertama B2- Jumlah Pori-pori 30% karena menjadi pendukung kualitas pori kedua B3- Jarak Pori-pori 20% karena menjadi pendukung kualitas pori ketiga Elastisitas 20% penting karena kualitas busa didukung elastisitasnya C1- Ketahanan 50% karena kualitas elastis busa dilihat dari ketahanan C2- Tingkat kekuatan 30% karena menjadi pendukung kualitas elastic kedua C3- Jarak elastis 20% karena menjadi pendukung kualitas elastic ketiga Ketebalan 10% sedikit penting karena menjadi faktor pendukung kualitas busa D1- Tinggi 50% karena kualitas ketebalan dilihat dari tingginya D2- Panjang 30% karena menjadi pendukung kualitas ketebalan kedua D3- Lebar 20% karena menjadi pendukung kualitas ketebalan ketiga 4. Membuat struktur hierarki Berdasarkan definisi masalah diatas dapat kita gambarkan struktur hirarki permasalahan sebagai berikut: Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Memilih Kualitas Busa Springbed Tekstur Pori-pori Elastisitas Ketebalan A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D3 D3 Gambar III.1.Struktur Hierarki SPK Penerapan Metode AHP Untuk Memili Kualitas Busa Springbed

5. Input data kriteria penilaian berfungsi untuk memasukkan data kriteria dan sub kriteria kualitas yang digunakan untuk suatu pemilhan beserta bobot nilai kriteria dan sub kriteria yang telah ditentukan berdasarkan perhitungan AHP. Proses penilaian yang dilakukan pertama kali adalah memasukkan data kriteria penilaian beserta sub kriteria yang telah ditetapkan oleh admin. Langkah yang harus dilakukan dalam menentukan prioritas kriteria adalah sebagai berikut : a. Membuat matrik perbandingan berpasangan Pada tahap ini dilakukan penilaian perbandingan antara satu kriteria dengan kriteria yang lain. Cara pengisian elemen matriks pada tabel : 1. Elemen a[i,i] = 1 dimana i = 1,2,...,n (n=4) 2. Elemen matriks segitiga atas sebagai input 3. Elemen matriks segitiga bawah mempunyai rumus a[j,i] = 1/a[i,j] untuk i j 4. Hasil penilaian kriteria dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel III.2. Skala Perbandingan INTENSITAS KEPENTINGAN DEFINISI 1 Kedua elemen sama pentingnya 2 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya 4 Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya 5 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya 9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya 2, 4, 6, 8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan Reciprocal Jika elemen A1 memiliki salah satu angka di atas dibandingkan elemen A2, maka A2 memiliki nilai kebalikannya ketika dibandingkan dengan elemen A1. Sumber : Kusrini, 2007 : 134

Dua elemen yang sama penting akan menghasilkan angka 1, sedangkan pada dua elemen akan berlaku aksioma reciprocal, artinya jika elemen A1 dinilai 2 kali lebih penting daripada elemen A2 akan dinilai sebaliknya daripada elemen A1, yaitu ½. Tabel III.3. Matrik perbandingan berpasangan dari Kriteria Goal Tekstur Poripori Elastisitas Ketebalan Tekstur 1 2 3 4 Pori-pori 0,5 1 0,66 0,5 Elastisitas 0,33 1,5 1 0,75 Ketebalan 0,25 2 1,33 1 Jumlah 2,08 6,5 5,99 6,25 b. Menghitung normalisasi matriks 1. Menjumlahkan tiap kolom Tekstur = 1 + 0,5 + 0,33 + 0,25 = 2,08 Pori-pori = 2 + 1 + 1,5 + 2 = 6 Elastisitas = 3 + 0,66 + 1 + 1,33 = 5,99 Ketebalan = 4 + 0,5+ 0,75 + 1 = 6,25 2. Tiap cell dari kolom dibagi berdasarkan hasil (1) Tabel III.4. Tiap cell dari kolom dibagi berdasarkan hasil (1) Goal Tekstur Pori-pori Elastisitas Ketebalan Tekstur ½,08=0,48 2/6=0,33 3/5,99=0,50 4/6,25=0,64 Pori-pori 0,5/2,08=0,24 1/6=0,16 0,66/5,99=0,11 0,5/6,25=0,08 Elastisitas 0,33/2,08=0,15 1,5/6=0,25 1/5,99=0,16 0,75/6,25=0,12 Ketebalan 0,25/2,08=1=0,12 2/6=0,33 1,33/5,99=0,22 1/6,25=0,16 Jumlah 1,11 1,07 0,99 1

3. Menghitung total priority value (TPV) Menghitung total priority value (TPV) untuk mendapatkan bobot subkriteria. Pada tahapan ini penentuan bobot kriteria diperoleh dari pembagian nilai dari masing-masing jumlah baris dengan jumlah kriteria Σbaris/n, dimana n = jumlah kriteria adalah 4, sehingga didapat tabel sebagai berikut: Tabel III.5. Bobot Kriteria Kriteria TPV (Σ baris/4) Hasil Tekstur 1,11/4 0,2775 Pori-pori 1,07/4 0.2675 Elastisitas 0,99/4 0.2475 Ketebalan 1/4 0.25 4. Menghitung uji konsistensi Setelah diperoleh bobot kriteria, kita dapat menghitung konsistensi rasio apakah nilai tersebut konsisten atau tidak. Langkah dalam menentukan konsistensi rasio adalah sebagai berikut: a. Nilai eigen diperoleh dari hasil perkalian TPV dengan Σkolom Tabel III.6. Nilai Eigen Kriteria TPV ΣKolom λmax Tekstur 0,2775 1,11 0.308025 Pori-pori 0.2675 1,07 0.286225 Elastisitas 0.2475 0,99 0.245025 Ketebalan 0.25 1 0,25 Σ 1.089275

b. Menghitung Konsistensi Indeks Max n 1 Dimana : N = Consistency Index = banyaknya elemen yang dibandingkan λmaks = Eigen value maksimum 1.089275 4 1 1.089275 3 0.3630916667 Setelah mendapat nilai konsistensi indeks, selanjutnya menghitung nilai konsistensi rasio untuk melihat konsistensi nilai. Perhitungan konsistensi rasio dihitung berdasarkan rumus CR RI Dimana : CR RI = Consistency Ratio = Consistency Index = Random Index Tabel III.7. Tabel Random Consistency Index N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 RI 0 0 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49 0.3630916667 CR 0.90 CR 0.40

1. Tekstur a. Membuat matrik perbandingan berpasangan Tabel III.8. Matrik perbandingan berpasangan dari Tekstur Goal Lembut Kasar Sangat Kasar Lembut 1 2 3 Kasar 0,5 1 0,66 Sangat Kasar 0,33 1,5 1 Jumlah 1,83 4.5 4,66 b. Menghitung normalisasi matriks 1. Menjumlahkan tiap kolom Lembut = 1 + 0,5 + 0,33 = 1,83 Kasar = 2 + 1 + 1,5 = 4,5 Sangat Kasar = 3 + 0,66 + 1 = 4,66 2. Tiap cell dari kolom dibagi berdasarkan hasil (1) Tabel III.9. Tiap cell dari kolom dibagi berdasarkan hasil (1) Goal Lembut Kasar Sangat Kasar Lembut 1/1,83=0,54 2/4,5=0,44 ¾,66=0,64 Kasar 0,5/1,83=0,27 1/4,5=0,22 0,66/4,66=0,14 Sangat Kasar 0,33/1,83=0,18 1,5/4,5=0,33 1/4,66=0,21 Jumlah 0,99 0,99 0,99 3. Menghitung total priority value (TPV) Menghitung total priority value (TPV) untuk mendapatkan bobot subkriteria. Pada tahapan ini penentuan bobot criteria diperoleh dari pembagian nilai dari masing-masing jumlah baris dengan jumlah kriteria Σbaris/n, dimana n = jumlah kriteria adalah 3, sehingga didapat tabel sebagai berikut:

Tabel III.10. Bobot Tekstur Kriteria TPV (Σ baris/3) Hasil Lembut 0,99/3 0.33 Kasar 0,99/3 0.33 Sangat Kasar 0,99/3 0.33 4. Menghitung uji konsistensi Setelah diperoleh bobot kriteria, kita dapat menghitung konsistensi rasio apakah nilai tersebut konsisten atau tidak. Langkah dalam menentukan konsistensi rasio adalah sebagai berikut: 5. Menghitung nilai eigen (λmax) Nilai eigen diperoleh dari hasil perkalian TPV dengan Σkolom Tabel III.11. Nilai Eigen Tekstur Kriteria TPV ΣKolom λmax Lembut 0.33 0,99 0.3267 Kasar 0.33 0,99 0.3267 Sangat Kasar 0.33 0,99 0.3267 Σ 0,9801 6. Menghitung Konsistensi Indeks Max n 1 Dimana : N λmaks = Consistency Index = banyaknya elemen yang dibandingkan = Eigen value maksimum 0,9801 3 1

0,9801 2 0,49 Setelah mendapat nilai konsistensi indeks, selanjutnya menghitung nilai konsistensi rasio untuk melihat konsistensi nilai. Perhitungan konsistensi rasio dihitung berdasarkan rumus CR RI Dimana : CR RI = Consistency Ratio = Consistency Index = Random Index 2. Pori-pori 0,49 CR 0.58 CR 0,84 a. Membuat matrik perbandingan berpasangan Tabel III.12. Matrik perbandingan berpasangan dari Pori-pori Goal Ukuran Pori-pori Jumlah Pori-pori Jarak Pori-pori Ukuran Pori-pori 1 2 3 Jumlah Pori-pori 0,5 1 0,66 Jarak Pori-pori 0,33 1,5 1 Jumlah 1,83 4.5 4,66 b. Menghitung normalisasi matriks 1. Menjumlahkan tiap kolom Ukuran Pori-pori = 1 + 0,5 + 0,33 = 1,83 Jumlah Pori-pori = 2 + 1 + 1,5 = 4,5

Jarak Pori-pori = 3 + 0,66 + 1 = 4,66 2. Tiap cell dari kolom dibagi berdasarkan hasil (1) Tabel III.13. Tiap cell dari kolom dibagi berdasarkan hasil (1) Goal Ukuran Poripori Jumlah Pori-pori Jarak Pori-pori Ukuran Pori-pori 1/1,83=0,54 2/4,5=0,44 ¾,66=0,64 Jumlah Pori-pori 0,5/1,83=0,27 1/4,5=0,22 0,66/4,66=0,14 Jarak Pori-pori 0,33/1,83=0,18 1,5/4,5=0,33 1/4,66=0,21 Jumlah 0,99 0,99 0,99 3. Menghitung total priority value (TPV) Menghitung total priority value (TPV) untuk mendapatkan bobot subkriteria. Pada tahapan ini penentuan bobot criteria diperoleh dari pembagian nilai dari masing-masing jumlah baris dengan jumlah kriteria Σbaris/n, dimana n = jumlah kriteria adalah 3, sehingga didapat tabel sebagai berikut: Tabel III.14. Bobot Pori-pori Kriteria TPV (Σ baris/3) Hasil Ukuran Pori-pori 0,99/3 0.33 Jumlah Pori-pori 0,99/3 0.33 Jarak Pori-pori 0,99/3 0.33 4. Menghitung uji konsistensi Setelah diperoleh bobot kriteria, kita dapat menghitung konsistensi rasio apakah nilai tersebut konsisten atau tidak. Langkah dalam menentukan konsistensi rasio adalah sebagai berikut: 5. Menghitung nilai eigen (λmax) Nilai eigen diperoleh dari hasil perkalian TPV dengan Σkolom

Tabel III.15. Nilai Eigen Pori-pori Kriteria TPV ΣKolom λmax Ukuran Pori-pori 0.33 0,99 0.3267 Jumlah Pori-pori 0.33 0,99 0.3267 Jarak Pori-pori 0.33 0,99 0.3267 Σ 0,9801 6. Menghitung Konsistensi Indeks Max n 1 Dimana : N λmaks = Consistency Index = banyaknya elemen yang dibandingkan = Eigen value maksimum 0,9801 3 1 0,9801 2 0,49 Setelah mendapat nilai konsistensi indeks, selanjutnya menghitung nilai konsistensi rasio untuk melihat konsistensi nilai. Perhitungan konsistensi rasio dihitung berdasarkan rumus CR RI Dimana : CR = Consistency Ratio = Consistency Index

RI = Random Index 3. Elastisitas 0,49 CR 0.58 CR 0,84 a. Membuat matrik perbandingan berpasangan Tabel III.16. Matrik perbandingan berpasangan dari Elastisitas Goal Ketahanan Tingkat kekuatan Jarak elastis Ketahanan 1 2 3 Tingkat kekuatan 0,5 1 0,66 Jarak elastis 0,33 1,5 1 Jumlah 1,83 4.5 4,66 b. Menghitung normalisasi matriks 1. Menjumlahkan tiap kolom Ketahanan = 1 + 0,5 + 0,33 = 1,83 Tingkat kakuatan= 2 + 1 + 1,5 = 4,5 Jarak elastis = 3 + 0,66 + 1 = 4,66 2. Tiap cell dari kolom dibagi berdasarkan hasil (1) Tabel III.17. Tiap cell dari kolom dibagi berdasarkan hasil (1) Goal Ketahanan Tingkat kekuatan Jarak elastis Ketahanan 1/1,83=0,54 2/4,5=0,44 ¾,66=0,64 Tingkat kekuatan 0,5/1,83=0,27 1/4,5=0,22 0,66/4,66=0,14 Jarak elastis 0,33/1,83=0,18 1,5/4,5=0,33 1/4,66=0,21 Jumlah 0,99 0,99 0,99

3. Menghitung total priority value (TPV) Menghitung total priority value (TPV) untuk mendapatkan bobot subkriteria. Pada tahapan ini penentuan bobot criteria diperoleh dari pembagian nilai dari masing-masing jumlah baris dengan jumlah kriteria Σbaris/n, dimana n = jumlah kriteria adalah 3, sehingga didapat tabel sebagai berikut: Tabel III.18. Bobot Elastisitas Kriteria TPV (Σ baris/3) Hasil Ketahanan 0,99/3 0.33 Tingkat kekuatan 0,99/3 0.33 Jarak elastis 0,99/3 0.33 4. Menghitung uji konsistensi Setelah diperoleh bobot kriteria, kita dapat menghitung konsistensi rasio apakah nilai tersebut konsisten atau tidak. Langkah dalam menentukan konsistensi rasio adalah sebagai berikut: 5. Menghitung nilai eigen (λmax) Nilai eigen diperoleh dari hasil perkalian TPV dengan Σkolom Tabel III.19. Nilai Eigen Elastisitas Kriteria TPV ΣKolom λmax Ketahanan 0.33 0,99 0.3267 Tingkat kekuatan 0.33 0,99 0.3267 Jarak elastis 0.33 0,99 0.3267 Σ 0,9801 6. Menghitung Konsistensi Indeks Max n 1

Dimana : N λmaks = Consistency Index = banyaknya elemen yang dibandingkan = Eigen value maksimum 0,9801 3 1 0,9801 2 0,49 Setelah mendapat nilai konsistensi indeks, selanjutnya menghitung nilai konsistensi rasio untuk melihat konsistensi nilai. Perhitungan konsistensi rasio dihitung berdasarkan rumus CR RI Dimana : CR RI = Consistency Ratio = Consistency Index = Random Index 0,49 CR 0.58 CR 0,84

4. Ketebalan a. Membuat matrik perbandingan berpasangan Tabel III.20. Matrik perbandingan berpasangan dari Ketebalan Goal Tinggi Panjang Lebar Tinggi 1 2 3 Panjang 0,5 1 0,66 Lebar 0,33 1,5 1 Jumlah 1,83 4.5 4,66 b. Menghitung normalisasi matriks 1. Menjumlahkan tiap kolom Ketahanan = 1 + 0,5 + 0,33 = 1,83 Tingkat kakuatan= 2 + 1 + 1,5 = 4,5 Jarak elastis = 3 + 0,66 + 1 = 4,66 2. Tiap cell dari kolom dibagi berdasarkan hasil (1) Tabel III.21. Tiap cell dari kolom dibagi berdasarkan hasil (1) Goal Tinggi Panjang Lebar Tinggi 1/1,83=0,54 2/4,5=0,44 ¾,66=0,64 Panjang 0,5/1,83=0,27 1/4,5=0,22 0,66/4,66=0,14 Lebar 0,33/1,83=0,18 1,5/4,5=0,33 1/4,66=0,21 Jumlah 0,99 0,99 0,99 3. Menghitung total priority value (TPV) Menghitung total priority value (TPV) untuk mendapatkan bobot subkriteria. Pada tahapan ini penentuan bobot criteria diperoleh dari pembagian nilai dari masing-masing jumlah baris dengan jumlah kriteria Σbaris/n, dimana n = jumlah kriteria adalah 3, sehingga didapat tabel sebagai berikut:

Tabel III.22. Bobot Ketebalan Kriteria TPV (Σ baris/3) Hasil Tinggi 0,99/3 0.33 Panjang 0,99/3 0.33 Lebar 0,99/3 0.33 4. Menghitung uji konsistensi Setelah diperoleh bobot kriteria, kita dapat menghitung konsistensi rasio apakah nilai tersebut konsisten atau tidak. Langkah dalam menentukan konsistensi rasio adalah sebagai berikut: 5. Menghitung nilai eigen (λmax) Nilai eigen diperoleh dari hasil perkalian TPV dengan Σkolom Tabel III.23. Nilai Eigen Ketebalan Kriteria TPV ΣKolom λmax Tinggi 0.33 0,99 0.3267 Panjang 0.33 0,99 0.3267 Lebar 0.33 0,99 0.3267 Σ 0,9801 6. Menghitung Konsistensi Indeks Max n 1 Dimana : N λmaks = Consistency Index = banyaknya elemen yang dibandingkan = Eigen value maksimum 0,9801 3 1

0,9801 2 0,49 Setelah mendapat nilai konsistensi indeks, selanjutnya menghitung nilai konsistensi rasio untuk melihat konsistensi nilai. Perhitungan konsistensi rasio dihitung berdasarkan rumus CR RI Dimana : CR RI = Consistency Ratio = Consistency Index = Random Index 0,49 CR 0.58 CR 0,84 Untuk selanjutnya nilai dari masing-masing bobot kriteria dan subkriteria dapat dimasukan ke penilaian busa springbed untuk menentukan busa yang sesuai dengan kriteria masing-masing jenis springbed. Contoh Kasus Tabel III. 24. Nilai Busa Nama Busa Kriteria Nilai Tekstur 53 A1= Lembut 50 A2= Kasar 80 Busa A A3= Sangat Kasar 30 Pori-pori 49 B1- Ukuran Pori-pori 56 B2- Jumlah Pori-pori 57 B3- Jarak Pori-pori 34

Busa B Elastisitas 78 C1- Ketahanan 90 C2- Tingkat kekuatan 89 C3- Jarak elastis 56 Ketebalan 56 D1- Tinggi 67 D2- Panjang 45 D3- Lebar 56 Tekstur 8 A1= Lembut 9 A2= Kasar 8 A3= Sangat Kasar 6 Pori-pori 9 B1- Ukuran Pori-pori 6 B2- Jumlah Pori-pori 7 B3- Jarak Pori-pori 9 Elastisitas 8 C1- Ketahanan 9 C2- Tingkat kekuatan 8 C3- Jarak elastis 6 Ketebalan 5 D1- Tinggi 7 D2- Panjang 5 D3- Lebar 6 Tabel III. 25. Hasil Perhitungan Tekstur Nama Lembut Kasar Sangat Kasar Jumlah Busa 80* 0,84 30* 0,84 50 * 0,84 =42 134,4 A =67,2 =25,2 Busa 8* 0,84 9 * 0,84 =7,56 6* 0,84 =5,04 19,32 B =6,72 Nama Busa A Busa B Tabel III. 26. Hasil Perhitungan Pori-pori Ukuran Poripori Pori-pori pori Jumlah Jarak Pori- Jumlah 57* 0,84 34* 0,84 56 * 0,84 =47,04 123,48 =47,88 =28,56 7* 0,84 6 * 0,84 =5,04 9* 0.84 =7,56 18,48 =5,88

Nama Busa A Busa B Tabel III. 27. Hasil Perhitungan Elastisitas Tingkat Ketahanan Jarak elastis kekuatan 89 * 0.84 56 * 0.84 90 * 0.84 =75,6 =74,76 =47,04 Jumlah 197,4 9 * 0,84 =7,56 8* 0,84 =6,72 6* 0,84 =5,04 19,32 Tabel III. 28. Hasil Perhitungan Ketebalan Nama Tinggi Panjang Lebar Jumlah Busa 56 * 0.84 67 * 0.84 =67,84 45 * 0.84 =37,8 152,68 A =47,04 Busa 7 * 0,84 =5,88 5* 0,84 =4,2 6* 0,84 =5,04 15,12 B Tabel III.29. Tabel Priority Global Goal Tekstur Poripori Akhir Hasil Keterangan Elastisitas Ketebalan Busa A 134,4 123,48 197,4 152,68 151,99 Kualitas Baik Busa B 19,32 18,48 19,32 15,12 18,06 Kualitas Buruk III.3. Desain Sistem Merupakan gambaran dari sistem yang akan dibangun. Sebagai contoh adalah rancangan antarmuka, rancangan masukan, rancangan keluaran dan lainlain. III.3.1. Use Case Diagram. Use Case diagram dari Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Memilih Kualitas Busa Springbed dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Memilih Kualitas Busa Springbed Busa Admin Form Login Kriteria Form Penilaian Hasil Proses User Proses AHP Analisis Penilaian Hasil Proses Gambar III.2. Use Case Diagram Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Memilih Kualitas Busa Springbed III.3.2 Class Diagram Class Diagram dari Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Memilih Kualitas Busa Springbed dapat dilihat pada gambar dibawah ini

TBusa Kriteria 1 KodeBusa=Varchar(5) NamaBusa=Varchar(30) WarnaBusa=Varchar(30) UkuranBusa=Varchar(30) +Add Busa +Edit Busa +Drop Busa 1 KodeKriteria=Varchar(5) KelompokKriteria=Varchar(30) NamaKriteria=Varchar(30) Nilai=Int(3) +Add Kriteria +Edit Kriteria +Drop Kriteria Penilaian NoPenilaian=Varchar(10) KodeBusa=Varchar(5) 1 +Add Penilaian +Edit Penilaian +Drop Penilaian Detail Penilaian n n IdDetail=int(5) NoPenilaian=Varchar(10) KodeKriteria=Varchar(5) Nilai=int(5) +Add Detail Penilaian +Edit Detail Penilaian +Drop Detail Penilaian n Gambar III.3. Class Diagram Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Memilih Kualitas Busa Springbed III.3.3. Activity Diagram Activity Diagram dari Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Memilih Kualitas Busa Springbed adalah sebagai berikut : 1. Activity Diagram Data Login Adapun Activity Diagram form data login dapat dilihat pada gambar dibawah ini. ADMIN SISTEM Masukkan User Name dan Pasword Cek User Name dan Password Salah Benar Pesan : user Name dan Password Salah Tampil Menu Gambar III.4. Diagram Activity Login

2. Activity Diagram Data Admin Adapun Activity Diagram form data Admin dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Mulai Tampil Form Input Admin Ya Baru Tidak Edit? No Input Data Input Admin Yes Ubah Data Hapus? yes Yes Simpan? No Simpan Batal No Hapus Data 3. Activity Diagram Data Busa Gambar III.5. Diagram Activity Form Admin Adapun Activity Diagram form data busa dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Mulai Tampil Form Busa Ya Baru Tidak Edit? No Input Data Busa Yes Ubah Data Hapus? yes Yes Simpan? No Simpan Batal No Hapus Data Gambar III.6. Diagram Activity Busa

4. Activity Diagram Data Kriteria Adapun Activity Diagram form data kriteria dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Mulai Tampil Form Kriteria Penilaian Ya Baru Tidak Edit? No Input Data Kriteria Penilaian Yes Ubah Data Hapus? yes Yes Simpan? No Simpan Batal No Hapus Data Gambar III.7. Diagram Activity Kriteria 5. Activity Diagram Data Penilaian Adapun Activity Diagram form data penilaian dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Mulai Tampil Form Penilaian Ya Baru Tidak Edit? No Input Data Penilaian Yes Ubah Data Hapus? yes Yes Simpan? No Simpan Batal No Hapus Data Gambar III.8. Diagram Activity Penilaian

6. Activity Diagram Laporan Adapun Activity Diagram Laporan dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Mulai Tampil Form Laporan Busa Ya Laporan Busa Tidak Penilaian Ya Laporan Analisis Penilaian Tidak Hasil Analisis Gambar III.9. Diagram Activity Laporan III.3.4. Sequence Diagram Sequence Diagram dari Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Memilih Kualitas Busa Springbed adalah sebagai berikut : 1. Sequence diagram Login Ke Sistem Form Login Cek user Data User Menu Utama Data User Admin 1:Akses() 2:User Name, Password() 3:User Name, Password() 4. Membuka Menu Utama Gambar III.10. Sequence diagram Login Ke Sistem

2. Sequence diagram proses input Admin Form Menu Admin Form Admin Konfirmasi Data user Admin 1: Akses() 2: Form Admin() 3: Menekan Tombol Tambah atau Edit Data Admin() 4: Memasukkan Data Admin() 5: Menekan Tombol Simpan() 6: Memilijh Data Admin() 7:Hapus () 8:Tampil() Gambar III.11. Sequence diagram proses input data Admin 3. Sequence diagram proses input kriteria Form Menu kriteria Form kriteria Konfirmasi Data kriteria Admin 1: Akses() 2: menekan tombol menu kriteria 3: Menekan Tombol Tambah atau Edit Data kriteria() 4: Memasukkan Data kriteria() 5: Menekan Tombol Simpan() 6: Memilijh Data kriteria() 7:Hapus () 8:Tampil() Gambar III.12. Sequence diagram proses input data kriteria

4. Sequence diagram proses input busa Form menu busa Form busa Konfirmasi Data busa Admin 1: Akses() 2: menekan tombol menu busa 3: Menekan Tombol Tambah atau Edit Data busa() 4: Memasukkan Data busa() 5: Menekan Tombol Simpan() 6: Memilijh Data busa() 7:Hapus () 8:Tampil() Gambar III.13. Sequence diagram proses input data Busa 5. Sequence diagram proses input penilaian Form menu penilaian Form penilaian Konfirmasi Data penilaian Data Kriteria Data Busa User 1: Akses() 2: menekan tombol menu penilaian 3: Menekan Tombol Tambah atau Edit Data penilaian() 4: Memasukkan Data penilaian() 5: Menekan Tombol Simpan() 6: Memilijh Data penilaian() 7:Hapus () 8:Tampil() Gambar III.14. Sequence diagram proses input data penilaian

6. Sequence diagram proses AHP Form Menu Proses AHP Form Proses AHP Konfirmasi Data Hasil AHP Data Penilaian Data Kriteria Data Busa User 1: Akses() 2: menekan tombol menu proses AHP() 3. Mendefenisikan Masalah() 4: Membuat Matrix Perbandingan() 5: Menghitung Normalisasi Mtarix() 5: Membagi Tiap Cell() 5: Menghitung TPV, Eigen dan Konsistensi() Tampil Tampil Hasil Akhir Hasil Akhir Hasil Akhir Gambar III.15. Sequence diagram proses AHP 7. Sequence diagram Cetak Laporan Form Menu Laporan Form Laporan Laporan Data Busa Data Kriteia Data Hasil Prose AHP User 1: Akses() 2: Memilih menu Laporan 3:Meminta Laporan() 5:Menerima Laporan() 4: Cetak Laporan() Gambar III.16. Sequence diagram Cetak Laporan

III.3.5. Desain Database Database adalah sekumpulan data operasional yang saling berhubungan dengan redudansi minimal, yang digunakan secara bersama oleh beberapa aplikasi. Database diterapkan untuk mengatasi masalah pengolahan data dengan cara konvensional, yaitu jika struktur data di rubah, program harus disesuaikan dan jika ada duplikasi file, sulit untuk memelihara integritas data. 1. Normalisasi Pada tahap ini lakukan normalisasi agar menghasilkan tabel / file yang akan digunakan sebagai penyimpan data minimal 3NF. Bentuk tidak normal dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel III.30. Bentuk Unnormal KODE BUSA NAMA BUSA WARNA BUSA 0001 Busa A Putih UKURAN BUSA 120 x 180 cm KRITERIA NILAI Tekstur 1 Pori-pori 2 Elastisitas 3 Ketebalan 4 a. First Normal Form (1NF) Untuk menjadi 1NF suatu table harus memenuhi dua syarat. Syarat pertama tidak ada kelompok data atau field yang berulang. Syarat kedua harus ada primary key (PK) atau kunci unik, atau kunci yang membedakan satu bari dengan baris yang lain dalam satu table. Pada dasarnya sebuah table selamat tidak ada kolom yang sama merupakan bentuk table dengan 1NF. Bentuk normal pertama berdasarkan kasus diatas dapat dilihat pada table di bawah ini

Tabel III.31. Bentuk First Normal Form (1NF) KODE BUSA NAMA BUSA WARNA BUSA 0001 Busa A Putih 0001 Busa A Putih 0001 Busa A Putih 0001 Busa A Putih UKURAN BUSA 120 x 180 cm 120 x 180 cm 120 x 180 cm 120 x 180 cm KRITERIA NILAI Tekstur 1 Pori-pori 2 Elastisitas 3 Ketebalan 4 b. Second Normal Form (2NF) Untuk menjadi 2NF suatu table harus berada dalam kondisi 1NF dan tidak memilik partial dependencies. Partial dependencies adalah suatu kondisi jika atribut non kunci (Non PK) tergantung sebagian tetapi bukan seluruhnya pada PK. Bentuk normal kedua berdasarkan kasus diatas dapat dilihat pada table di bawah ini. Tabel III.32. Bentuk Second Normal Form (2NF) Busa WARNA UKURAN KODE BUSA NAMA BUSA BUSA BUSA 0001 Busa A Putih 120 x 180 cm Tabel III.33. Bentuk Second Normal Form (2NF) Kriteria KODE KRITERIA 0001 Tekstur 0002 Pori-pori 0003 Elastisitas 0004 Ketebalan KRITERIA

Tabel III.34. Bentuk Second Normal Form (2NF) Penilaian NO PENILAIAN KRITERIA NILAI 2001 Tekstur 100 2001 Pori-pori 100 2001 Elastisitas 100 2001 Ketebalan 100 c. Third Normal Form (3NF) Untuk menjadi 3NF suatu table harus berada dalam kondisi 2NF dan tidak memilik transitive dependencies. Transitive dependencies adalah suatu kondisi dengan adanya ketergantunga fungsional antara 2 atau lebih atribut non kunci (Non PK). Bentuk normal ketiga berdasarkan kasus diatas dapat dilihat pada table di bawah ini Tabel III.35. Bentuk Third Normal Form (3NF) WARNA UKURAN KODE BUSA NAMA BUSA BUSA BUSA 0001 Busa A Putih 120 x 180 cm KODE KRITERIA 0001 Tekstur 0002 Pori-pori 0003 Elastisitas 0004 Ketebalan KRITERIA NO KODE KODE PENILAIAN BUSA KRITERIA NILAI 2001 0001 0001 100 2001 0001 0002 100 2001 0001 0003 100 2001 0001 0004 100

2. Desain Tabel Untuk perancangan table Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Memilih Kualitas Busa Springbed dapat dilihat dibawah ini: a. Tabel Data Kriteria Tabel kriteria digunakan untuk menampung record data kriteria keseluruhan. Struktur Tabel kriteria dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Tabel III.36. Data Kriteria Field Name Type Size Indexed Description Kodekriteria Kelompokkriteria Namakriteria Nilai Varchar Varchar Varchar Int 5 30 30 3 Yes - - - Kode kriteria Kelompok kriteria Nama criteria Nilai b. Tabel Busa Tabel busa digunakan untuk menampung record data busa keseluruhan. Struktur Tabel busa dapat dilihat pada gambar dibawah Tabel III.37. Busa Field Name Type Size Indexed Description KodeBusa NamaBusa Warna Ukuran Varchar Varchar Varchar Varchar 5 30 30 30 Yes - - - Kode Busa Nama Busa Warna Ukuran c. Tabel Penilaian Tabel Penilaian digunakan untuk menampung record data penilaian. Struktur Tabel Penilaian dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Tabel III.38. Penilaian Field Name Type Size Indexed Description NoPenilaian Varchar 10 Yes No Penilaian KodeBusa Varchar 5 -- Kode Busa d. Tabel Detail Penilaian Tabel detail Penilaian digunakan untuk menampung record data detail penilaian. Struktur tabel detail penilaian dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Tabel III.39. Detail Penilaian Field Name Type Size Indexed Description iddetail NoPenilaian KodeKriteria Int Varchar Varchar 5 10 5 Yes - - Id detail No Penilaian Kode Kriteria Nilai Int 5 - Nilai III.3.6. Desain User Interface Desain User Interface dari Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Memilih Kualitas Busa Springbed adalah sebagai berikut : 1. Rancangan Form Menu Utama. Form Menu Utama merupakan tampilan awal pada saat aplikasi dijalankan. Bentuk rancangan form menu utama dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Admin Proses Laporan Exit Data Kriteria Penilaian Busa Data Busa Sprngbed Proses AHP Penilaian Data Manajemen Admin Hasil Proses AHP Login Admin Logout Gambar III.17. Rancangan Form Menu Utama

2. Rancangan Form Login Admin Rancangan Form login merupakan halaman untuk memasukkan user name dan password administrator. Bentuk rancangan Form login admin dapat dilihat pada gambar dibawah ini. User Name : Password : SIMPAN BATAL Gambar III.18. Rancangan Form Login 3. Rancangan Form Busa Form busa merupakan form untuk memasukkan data busa. Bentuk Rancangan Form busa dapat dilihat pada gambar dibawah ini. INPUT DATA BUSA SPRINGBED Kode Busa : Nama Busa : Warna Busa : Ukuran Busa : Kode Nama Busa Warna Busa Ukuran Busa ADD EDIT DELETE EXIT Gambar III.19. Rancangan Input Data Busa

4. Rancangan Form Kriteria Penilaian Form Kriteria Penilaian merupakan form untuk memasukkan data Kriteria Penilaian. Bentuk Rancangan Form Kriteria Penilaian dapat dilihat pada gambar dibawah ini. FORM INPUT KRITERIA PENILAIAN Kode Kriteria : Nama Kriteria : Kelompok Kriteria : Nilai Kriteria : KODE KRITERIA SUB KRITERIA NILAI ADD EDIT DELETE EXIT Gambar III.20. Rancangan Input Data Kriteria Penilaian 5. Form Penilaian Form penilaian merupakan form untuk memasukkan data Penilaian. Bentuk rancangan form penilaian dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

ANALISA PENILAIAN BUSA SPRINGBED No Analisis : Kode Busa : Nama Busa : KODE KELOMPOK KRITERIA NILAI KODE KELOMPOK KRITERIA NILAI TAMBAH BATAL NO KODE BUSA NAMA BUSA WARNA BUSA UKURAN Nama Busa BARU BATAL SIMPAN EDIT HAPUS EXIT Gambar III.21. Rancangan Input Data Analisis Penilaian 6. Rancangan Form Data Admin Rancangan Form data admin merupakan halaman untuk memasukkan data admin. Bentuk Rancangan Form data admin dapat dilihat pada gambar dibawah ini. INPUT DATA ADMIN User Name : Password : Nama Lengkap : Status : User Name Password Nama Lengkap Status ADD EDIT DELETE EXIT Gambar III.22. Rancangan Form Admin

7. Rancangan Form Proses Rancangan Form proses merupakan halaman untuk melakukan proses perangkingan menggunakan Metode AHP. Bentuk Rancangan Form proses dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Proses Perhitungan AHP Daftar nilai busa kode Nama Busa kode Kelompok Kriteria Nama kriteria Nilai Tiap Celldari kolom dibagi berdasarkan hasil (1) Kriteria Tekstur Pori-pori Elastisitas Ktebalan Skala Perbandingan ketrgori Tekstur Pori-pori Elastisitas Ktebalan Tpv kriteria Kriteria TPV Eigen Tpv sub k.elastisitas Kriteria TPV Eigen Matriks berpasangan kriteria Kriteria Tekstur Pori-pori Elastisitas Ktebalan Tpv sub k.tekstur Kriteria TPV Eigen Tpv sub k.ketebalan Kriteria TPV Eigen Cetak Hasil Tpv sub k.pori2 Kriteria TPV Eigen Consistency index Consistensi Index Consistensi Ratio Keluar Gambar III.23. Rancangan Form Proses dan Hasil Keputusa 8. Laporan Busa Laporan busa merupakan form untuk menampilkan data busa. Bentuk laporan busa dapat dilihat pada gambar dibawah ini. LAPORAN BUSA Kode Busa : 9999 Nama Busa : xxxxxxxxxxxxxxxx Warna Busa : xxxxx Ukuran Busa : 99 x99 cm Kode Busa Nama Busa Warna Busa Ukuran Busa Xxxxx Xxxxx Xxxxx Xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx Gambar III.24. Rancangan Laporan Busa

9. Laporan Analisis Penilaian Laporan analisa penilaian merupakan form untuk menampilkan data analisa penilaian. Bentuk laporan analisa penialaian dapat dilihat pada gambar dibawah ini. LAPORAN ANALISA PENILAIAN Nama Kelompok Kriteria Analisis Kriteria Xxxxx Xxxxx Xxxxx Nilai Xxxxx xxxxx xxxxx Xxxxx xxxxx Gambar III.25. Rancangan Laporan Analisis Penilaian 10. Laporan Hasil Analisis penilaian LAPORAN DATA HASIL ANALISIS PENILAIAN Kode Nama Poripori Tekstur Elastisitas Ketebalan Busa Busa xxxxx xxxxx 99.99 99.99 99.99 99.99 Nilai Akhir 99.99 Keterangan xxxxxx xxxxx xxxxx 99.99 99.99 99.99 99.99 99.99 xxxxxx Gambar III.26. Rancangan Laporan Hasil Analisis