PENGGUNAAN BAP DAN NAA TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) SECARA IN-VITRO

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

UJI KONSENTRASI IAA (INDOLE ACETIC ACID) DAN BA (BENZYLADENINE) PADA MULTIPLIKASI PISANG VARIETAS BARANGAN SECARA IN VITRO

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO

MULTIPLIKASI EMBRIO SOMATIS ANGGREK VANDA DENGAN MENGGUNAKAN BAP (Benzil Amino Purine) DAN TARAF KONSENTRASI GLUKOSA

INTERAKSI BAP DAN NAA TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN ANGGREK VANDA SECARA IN-VITRO

III. METODE PENELITIAN A.

RESPON PERTUMBUHAN MERISTEM KENTANG (Solanum tuberosuml) TERHADAP PENAMBAHAN NAA DAN EKSTRAK JAGUNG MUDA PADA MEDIUM MS

PENGARUH 2.4 D DAN BAP TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

PERTUMBUHAN TANAMAN BUAH NAGA (Hylocereus undatus L.) YANG DIBERIKAN BERBAGAI KONSENTRASI NAA (Napthalen Acetic Acid) SECARA IN VITRO

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Riau-Pekanbaru

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Fakultas

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan

in. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Fisiologi dan Kultur Jaringan

PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DAN GROWMORE PADA PERTUMBUHAN TANAMAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis)

PENGGANDAAN TUNAS KRISAN MELALUI KULTUR JARINGAN MULTIPLICATION OF CRISAN BUD THROUGH TISSUE CULTURE. Yekti Maryani 1, Zamroni 1

INDUKSI TUNAS TIGA AKSESI Stevia rebaudiana Bertoni PADA MEDIA MS DENGAN PENAMBAHAN BAP DAN IAA SECARA IN VITRO

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN

ORGANOGENESIS TANAMAN BAWANG MERAH (ALLIUM ASCALONICUM L.) LOKAL PALU SECARA IN VITRO PADA MEDIUM MS DENGAN PENAMBAHAN IAA DAN BAP ABSTRACT

PENDAHULUAN. stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Frageria x ananasa var

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengatnatan terhadap parameter saat muncul tunas setelah dianalisis. Saat muncul tunas (hari)

MULTIPLIKASI EKSPLAN ANTHURIUM (Anthurium sp.) DENGAN PEMBERIAN BENZIL AMINO PURIN (BAP) DAN INDOLE ACETIC ACID (IAA) SECARA KULTUR JARINGAN

Pembuatan Larutan Stok, Media Kultur Dan Sterilisasi Alat Kultur Jaringan Tumbuhan. Nikman Azmin

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN BAP (Benzil Amino Purin) DAN NAA (Naftalen Asam Asetat) TERHADAP MORFOGENESIS DARI KALUS SANSEVIERIA (Sansevieria cylindrica)

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl.

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

III. METODE PENELITIAN A.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

PENGARUH PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK Dendrobium phalaenopsis Fitzg TERHADAP PEMBERIAN IBA DAN KINETIN SECARA IN VITRO

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

PENGARUH PEMBERIAN HORMON NAFTALEN ACETYL ACYD (NAA) DAN KINETIN PADA KULTUR JARINGAN NANAS BOGOR (Ananas comosus (L.) Merr.) cv.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi. Sebagai buah segar,

Pengaruh Jenis Eksplan dan Komposisi Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Induksi Kalus Pada Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten.

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang

METODOLOGI PENELITIAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hidup, terkontaminasi dan eksplan Browning. Gejala kontaminasi yang timbul

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas

INDOLE ACETID ACID (IAA) VARIATION ON BARANGAN BANANA S BUD GROWTH (Musa acuminata L. AAA triploid.) IN IN VITRO CULTURE

INDUKSI TUNAS PISANG ROTAN [Musa sp. ( AA Group.)] DARI EKSPLAN BONGGOL ANAKAN DAN MERISTEM BUNGA SECARA IN VITRO

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai macam tanaman hias. Pengembangan komoditi tanaman hias dilakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH IAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN NILAM (Pogestemon cablin Benth) IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain. Selain itu, kencur juga dapat digunakan sebagai salah satu bumbu

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika, tepatnya

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Induk Hortikultura Gedung Johor Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat eksperimen karena pada penelitian menggunakan kontrol yaitu

LAPORAN BIOTEKNOLOGI KULTUR ORGAN_by. Fitman_006 LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN. Kultur Organ OLEH : FITMAN D1B

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum) Anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) merupakan anggrek yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium terpadu Kultur jaringan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

Pengaruh Retardan dan Aspirin dalam Menginduksi Pembentukan Umbi Mikro Kentang (Solanum tuberosum) Secara In Vitro

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERKEMBANGAN PISANG RAJA NANGKA (Musa sp.) SECARA KULTUR JARINGAN DARI EKSPLAN ANAKAN DAN MERISTEM BUNGA

RESPON REGENERASI EKSPLAN KALUS KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) TERHADAP PEMBERIAN NAA SECARA IN VITRO

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan salah satu buah yang digemari oleh sebagian besar penduduk

PERBANYAKAN IN VITRO PISANG BARANGAN (Musa paradisiaca Var. Sapientum L.) PADA MEDIA MURASHIGE DAN SKOOG DENGAN PENAMBAHAN BENZYLAMINOPURIN

I. PENDAHULUAN. Pisang (Musa paradisiacal Linn) merupakan jenis buah yang paling umum

PENGARUH NAA DAN BAP TERHADAP INISIASI TUNAS MENGKUDU (Morinda citrifolia) SECARA IN VITRO ABSTRAK

MICROPROPAGATION OF Jatropha curcas

TISSUE CULTURE OF MUSK LIME

Imam Mahadi, Sri Wulandari dan Addarwida Omar Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru ABSTRACT

BAB 3 BAHAN DAN METODA

Perbanyakan Tunas Mikro Pisang Rajabulu (Musa AAB Group) dengan Eksplan Anakan dan Jantung

PENGARUH HORMON IAA DAN BAP TERHADAP PERBANYAKAN TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L.) SECARA IN VITRO

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman panili termasuk famili Orchidaceae, yang terdiri dari 700 genus

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitaian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

Oleh : PINAWATI Pembimbing Milda Ernita, SSi, MP dan Dra. Zaharnis, M.Si ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial

MULTIPLIKASI PROPAGULA PISANG BARANGAN (Musa paradisiaca L.) DARI BERBAGAI JUMLAH TUNAS, DALAM MEDIA MS YANG DIBERI BAP PADA BERBAGAI KONSENTRASI

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor yaitu:

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KONSENTRASI BAP TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS ANTHURIUM (Anthurium andraeanum Linden) PADA BEBERAPA MEDIA DASAR SECARA IN VITRO

Kajian Awal : Respon Eksplan Nodus dalam Inisiasi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) dalam Medium MS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan BAP dan 2,4-D pada Percobaan Induksi Mata Tunas Aksilar Aglaonema Pride of Sumatera Secara In Vitro

Transkripsi:

Jurnal Dinamika Pertanian Volume XXVIII Nomor 2 Agustus 2013 (83 90) ISSN 0215-2525 PENGGUNAAN BAP DAN NAA TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) SECARA IN-VITRO The Using of BAP and NAA on Explant Growth of Dragon Fruit (Hylocereus costaricensis) in-vitro Suparaini, Maizar dan Fathurrahman Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau, Jl. Kaharuddin Nasution 113, Pekanbaru 28284 Riau Telp: 0761-72126 ext. 123, Fax: 0761-674681 [Diterima Juni 2013; Disetujui Agustus 2013] ABSTRACT This research was conducted to examine the effect of BAP and NAA interactionally and individually on explant growth of dragon fruit in-vitro. The research was carried out at the Biotechnology Laboratory Faculty of Agriculture Riau Islamic University Pekanbaru. The experiment used the completely randomized design with two factors. The first factor was BAP concentration (B) with four treatments: B0 (0 ppm), B1 (2 ppm), B2 (4 ppm), and B3 (6 ppm). The second factor was NAA concentration (N) with four treatments: N0 (0 ppm), N1 (0.5 ppm), N2 (1.0 ppm), and N3 (1.5 ppm), so it was obtained 16 combination and 3 treatments. The observed parameter included age of shoot emergence, shoot number, and shoot height. As a result, the interaction use BAP ad NAA had effect on age of shoot emergence with BAP concentration of 4 ppm and 1,0 ppm. By using BAP only affected on the age of shoot emergence, percentage of explant life, and shoot height with BAP concentration of 4 ppm. Furthermore, the using NAA only had an effect on age of shoot emergence, shoot number and shoot height with concentration of 1.0ppm. Key words: Explant, Dragon Fruit, BAP, NAA, In-vitro ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara interaksi dan tunggal antara pemberian zat pengatur tumbuh BAP dan NAA terhadap pertumbuhan eksplan buah naga secara in vitro. Penelitian telah dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau Pekanbaru. Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) secara faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor yang pertama yaitu faktor B (konsentrasi BAP) dengan empat taraf perlakuan diantaranya: B0 (0 ppm), B1 (2 ppm), B2 (4 ppm) dan B3 (6 ppm). Faktor kedua adalah faktor N (konsentrasi NAA) dengan empat taraf perlakuan, diantaranya: N0 (0 ppm), N1 (0,5 ppm), N2 (1,0 ppm), N3 (1,5 ppm), sehingga diperoleh 16 kombinasi perlakuan dan 3 ulangan. Parameter yang diamati: umur muncul tunas, persentase hidup eksplan, jumlah tunas, dan tinggi tunas. Dari hasil penelitian, secara interaksi penggunaan BAP dan NAA berpengaruh terhadap umur muncul tunas dengan konsentrasi BAP 4 ppm dan NAA 1,0 ppm. Penggunaan BAP secara tunggal berpengaruh terhadap umur muncul tunas, persentase hidup eksplan dan tinggi tunas dengan konsentrasi BAP 4 ppm. Penggunaan NAA secara tunggal berpengaruh terhadap umur muncul tunas, jumlah tunas dan tinggi tunas dengan konsentrasi 1,0 ppm. Kata Kunci: Eksplan Buah Naga, BAP, NAA, In-vitro PENDAHULUAN Buah naga (Hylocereus costaricensis) merupakan pendatang baru di dunia buahbuahan tanah air. Tanaman buah naga berasal dari Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Buah naga bentuknya eksotik, aromanya harum, dan rasanya manis membuat buah kaktus madu tersebut semakin mendapat tempat tersendiri dihati pecinta buah-buahan di Indonesia. Buah naga mulai dikenal luas di 83

Dinamika Pertanian Agustus 2013 Indonesia awal tahun 2000-an yang saat itu buah naga masih didatangkan dari Thailand (Hardjadinata, 2010). Daerah Indonesia hingga kini sudah mengembangkan tanaman buah naga ialah Pasuruan, Jember, Mojokerto, dan Jombang. Daerah pertama kali menanam tanaman buah naga adalah Pasuruan ke arah Tosari, daerah desa Pohgading, kecamatan Pasrepan. Buah naga memiliki khasiat untuk manusia, diantaranya sebagai penyeimbang kadar gula darah, pencegah kanker usus, pengurangan kolestrol, pelindung kesehatan mulut, pencegahan pendarahan, dan obat keluhan keputihan. Adanya khasiat tersebut disebabkan oleh kandungan nutrisi dalam buahnya yang sangat mendukung kesehatan tubuh manusia. Adapun kandungan nutrisi buah naga yaitu: kadar gula 13-18 briks, air 90,20%, karbohidrat 11,5 gr, asam 0,139 gr, protein 0,53 gr, serat 0,71 gr, kalsium 134,5 mg, fosfor 8,7 mg, magnesium 60,4 mg, vitamin C 9,4 mg (Kristanto, 2008). Keberhasilan budidaya buah naga diawali dengan menyiapkan bibit yang baik berkualitas tinggi. Bibit yang sehat serta bebas hama dan penyakit merupakan beberapa ciri bibit berkualitas tinggi. Bibit yang demikian akan menghasilkan tanaman yang berkualitas dengan hasil yang optimal. Teknik kultur jaringan tanaman merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan menumbuh kembangkan bagian tanaman, baik berupa sel, jaringan atau organ dalam kondisi aseptic secara in-vitro. Teknik ini dicirikan dengan kondisi kultur yang aseptik, penggunaan media kultur buatan dengan kandungan nutrisi lengkap dan ZPT (zat pengatur tumbuh), serta kondisi ruang kultur yang suhu dan pencahayaannya terkontrol (Yusnita, 2003). Zat Pengatur Tumbuh pada tanaman adalah senyawa Organik bukan hara, yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat merubah proses fisiologi tumbuhan (Zulkarnain, 2009). Hormon auksin di dalam tubuh tanaman dihasilkan oleh pucukpucuk batang, pucuk-pucuk cabang dan ranting yang menyebar luas ke dalam seluruh tubuh tanaman. Penyebar luasan auksin ini arahnya dari atas ke bawah hingga sampai pada titik tumbuh akar, melalui jaringan pembuluh tipis (floem) atau jaringan parenkhim (Hendaryono, 1994). Sitokinin merupakan senyawa pengganti adenin yang meningkatkan pembelahan sel dan fungsi pengaturan pertumbuhan. Sitokoinin berperan dalam memacu pembelahan sel, pembentukan organ, pembesaran sel dan organ, pencegahan kerusakan klorofil, pembentukan kloroplas, pembukaan dan penutupan stomata, serta perkembangan mata tunas dan pucuk (Harjadi, 2009). Hasil penelitian Yusnita (2005), dengan perlakuan Benzyl adenin (BA) dan NAA untuk pembentukan tunas nenas diperoleh jumlah tunas tertinggi yaitu 6,5 tunas per eksplan pada konsentrasi BA 2 mg/l dan panjang tunas tertinggi yaitu 3,8 cm pada perlakuan tanpa BA. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau Perhentian Marpoyan Pekanbaru. Waktu Penelitian selama empat bulan mulai dari Maret sampai Juni 2011. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah eksplan buah naga yang telah dikulturkan selama tiga bulan di Laboratorium Bioteknologi Universitas Islam Riau, tepung agar, komposisi media MS, gula, BAP, NAA, aquades, alkohol, sabun cuci, spritus, kertas tisu, karet gelang, plastik buram, kertas label dan formalin. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah laminar air flow cabinet, autoclave, timbangan analitik, hygrometer, erlemeyer, gelas ukur, gelas piala, petridish, pengaduk kaca, pinset, scapel, lampu bunsen, hand sprayer, pisau, ph meter, timer, botol kultur, kompor gas, panci berlapis enamel, lemari penyimpan bahan kimia, tabung reaksi, AC ( air conditioner), labu ukur, gunting, rak kultur, kulkas, mistar/penggaris, ember plastik dan perlengkapan pencucian. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah pemberian BAP (B) yang terdiri dari 4 taraf dan faktor kedua adalah pemberian NAA (N) yang terdiri dari 4 taraf dan 16 kombinasi perlakuan dengan 3 kali ulangan sehingga diperoleh 48 unit percobaan. Faktor B adalah pemberian BAP terdiri dari 4 taraf perlakuan yaitu: B0 = Tanpa pemberian BAP, B1= BAP 2 ppm, B2 = BAP 4 ppm, B3 = BAP 6 ppm dan Faktor N adalah pemberian NAA terdiri dari 4 taraf perlakuan yaitu: N0 = 84

Penggunaan BAP dan NAA Terhadap Pertumbuhan Eksplan Buah Naga (Hylocereus costaricensis) Secara In-vitro Tabel 1. Rerata Umur Muncul Tunas Eksplan Buah Naga dengan Pemberian Berbagai Konsentrasi BAP dan NAA (hari) Konsentrasi BAP Konsentrasi NAA (ppm) (ppm) N0 (0) N1 (0,5) N2 (1,0) N3 (1,5) Rerata B0 (0) 41,33 i 38,83 hi 38,00 gh 36,50 fgh 38,66 c B1 (2) 35,66 fg 34,00 ef 32,66 de 31,16 cd 33,37 b B2 (4) 29,83 bc 27,50 ab 25,50 a 26,00 a 27,20 a B3 (6) 27,16 ab 26,50 a 26,33 a 27,00 a 26,74 a Rerata 33,49 c 31,70 b 30,62 a 30,16 a KK = 2,87 % BNJ B & N = 1,00 BNJ B/N = 2,75 Angka-angka pada baris dan kolom yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji lanjut BNJ pada taraf 5%. Tanpa pemberian NAA, N1 = NAA 0,5 ppm, N2 = NAA 1 ppm, N3 = NAA 1,5 ppm. HASIL DAN PEMBAHASAN Umur Muncul Tunas Hasil pengamatan terhadap parameter umur muncul tunas eksplan buah naga menunjukan bahwa perlakuan secara interaksi penggunaan berbagai konsentrasi BAP dan NAA berpengaruh nyata terhadap umur muncul tunas eksplan buah naga, begitu juga dengan perlakuan secara tunggal. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa secara interaksi umur muncul tunas eksplan buah naga memberikan hasil terbaik pada perlakuan B2N2 (BAP 4 ppm dan NAA 1,0 ppm) yaitu 25,50 hari. Dan yang paling lambat mengeluarkan tunas yaitu B0N0 (tanpa pember ian BAP dan NAA) yaitu 41,33 hari. Hal ini disebabkan karena pada konsentrasi yang rendah BAP dan NAA memberikan efek yang positif terhadap pertumbuhan eksplan buah naga, begitu juga sebaliknya pemberian BAP dan NAA yang berlebihan memberikan efek negatif pada eksplan bahkan dapat menyebabkan tidak tumbuhnya eksplan. Perlakuan BAP secara tunggal telah memberikan hasil terbaik pada B2 (BAP 4 ppm) yaitu 27,20 hari, sedangkan umur muncul tunas terlama terdapat pada perlakuan tanpa pemberian BAP (B0) yaitu 38, 66 hari. Hal ini dikarenakan BAP berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tunas. Sesuai dengan pernyataan George dan Sherrington (1984) mengemukakan bahwa inisiasi tunas dan akar ditentukan oleh konsentrasi sitokinin dan auksin yang diberikan ke dalam media dan interaksinya dengan sitokinin atau auksin endogen yang dikandung oleh eksplan. Ditambahkan juga oleh Simatupang (1996) menyatakan bahwa adanya sitokinin dalam kultur in vitro mempunyai peran sebagai perangsang tunas. Sesuai dengan pendapat Wetherell (1992) menyatakan bahwa sitokinin mempunyai peran yang penting untuk propagasi secara in vitro, yaitu mendorong pembelahan sel dalam jaringan yang dibuat eksplan dan mendorong pertumbuhan tunas. Pemberian NAA secara tunggal menunjukkan perlakuan terbaik terdapat pada N2 (NAA 1,0 ppm) yaitu 30,62 hari Hal ini dikarenakan NAA adalah sejenis hormon auksin yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru karena auksin terdapat pada pucuk-pucuk tunas muda atau pada jaringan meristem di pucuk, hormon auksin juga berfungsi untuk merangsang daya kerja akar sehingga dapat memenuhi kebutuhan makanan untuk pertumbuhan tunas. Gambar 1. Perlakuan B2N2 BAP 4 ppm, NAA 1 ppm saat umur 27 HST. Persentase Hidup Eksplan Hasil pengamatan terhadap persentase hidup eksplan buah naga, setelah dilakukan analisis sidik ragam menunjukan bahwa secara interaksi penggunaan berbagai konsentrasi BAP dan NAA tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase hidup eksplan buah naga. Namun, pemberian perlakuan berbagai konsentrasi BAP secara tunggal memperlihatkan 85

Dinamika Pertanian Agustus 2013 Tabel 2. Rerata Persentase Hidup Eksplan Buah Naga dengan Pemberian Berbagai Konsentrasi BAP dan NAA (%) Konsentrasi BAP Konsentrasi NAA (ppm) (ppm) N0 (0) N1 (0,5) N2 (1,0) N3 (1,5) Rerata B0 (0) 66,66 83,33 83,33 83,33 79,16 b B1 (2) 83,33 83,33 91,66 91,66 87,49 a B2 (4) 83,33 100,00 100,00 91,66 93,74 a B3 (6) 91,66 100,00 100,00 91,66 95,83 a Rerata 81,24 91,66 93,74 89,57 KK = 8,3 % BNJ B = 12,96 Angka-angka pada baris dan kolom yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji lanjut BNJ pada taraf 5%. pengaruh yang nyata terhadap persentase hidup eksplan buah naga. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa interaksi pemberian BAP dan NAA tidak berpengaruh nyata terhadap persentase hidup eksplan buah naga, namun perlakuan pemberian berbagai konsentrasi BAP memperlihatkan pengaruh yang nyata dimana perlakuan terbaik terdapat pada B2 (konsentrasi BAP 4 ppm) yaitu 93,74%. Dari hasil pengamatan diatas, dapat dilihat bahwa pemberian berbagai konsentrasi BAP (benzyl amino purin) mempengaruhi persentase tumbuh eksplan buah naga karena BAP merupakan sitokinin turunan adenin yang paling aktif dalam proses pembelahan sel dan memacu pertumbuhan tunas sehingga mempengaruhi persentase hidup eksplan. Menurut wong (1986), pemberian BAP lebih konsisten dari pada kinetin, pemberian BAP sebesar 10-15 mg/l mampu menekan multiplikasi tunas dan pembentukan akar. Sedangkan menurut penelitian Sukma (1994) bahwa dihasilkan jumlah tunas yang terbentuk pada 4 kultivar pisang dengan pembelahan IAA dan BAP. Rozen (2002) mengemukakan hal yang berbeda yaitu tanpa penambahan penambahan ZPT eksogen (BAP) telah mampu menginduksi pembentukan tunas baru. Hal ini disebabkan kandungan sitokinin endogen yang ada dalam eksplan buah naga masih tersedia. Namun, kandungan ZPT endogen ini belum dimanfaatkan oleh eksplan sehingga harus diberikan ZPT dari luar untuk mengaktifkan pemanfaatan ZPT oleh eksplan buah naga sehingga dengan diberikannya BAP ini dapat mempengaruhi persentase hidup eksplan buah naga. Pierik et al. (1984) mengemukakan bahwa sitokinin berperan dalam memacu pertumbuhan dan perkembangan tanaman, khususnya meng-induksi tunas adventif. Jumlah Tunas Hasil pengamatan terhadap parameter jumlah tunas eksplan buah naga, setelah dilakukan analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan secara interaksi penggunaan berbagai konsentrasi BAP dan NAA tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah tunas eksplan buah naga. Namun, pemberian perlakuan berbagai konsentrasi BAP dan NAA secara tunggal memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah tunas eksplan buah naga. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa interaksi pemberian BAP dan NAA perlakuan terbaik terdapat pada B3 (BAP 6 ppm) yaitu 1,62 buah. Tabel 3. Rerata Jumlah Tunas Eksplan Buah Naga dengan Pemberian Berbagai Konsentrasi BAP dan NAA (buah) Konsentrasi BAP Konsentrasi NAA (ppm) (ppm) N0 (0) N1 (0,5) N2 (1,0) N3 (1,5) Rerata B0 (0) 1,31 1,34 1,36 1,36 1,34 d B1 (2) 1,40 1,46 1,51 1,48 1,46 c B2 (4) 1,49 1,62 1,62 1,57 1,57 b B3 (6) 1,57 1,59 1,68 1,63 1,62 a Rerata 1,44 c 1,50 b 1,54 a 1,51 a KK = 2,1 % BNJ B & N = 0,03 Angka-angka pada baris dan kolom yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji lanjut BNJ pada taraf 5%. 86

Penggunaan BAP dan NAA Terhadap Pertumbuhan Eksplan Buah Naga (Hylocereus costaricensis) Secara In-vitro Tabel 4. Rerata Tinggi Tunas Eksplan Buah Naga dengan Pemberian Berbagai Konsentrasi BAP dan NAA (cm) Konsentrasi BAP Konsentrasi NAA (ppm) (ppm) N0 (0) N1 (0,5) N2 (1,0) N3 (1,5) Rerata B0 (0) 1,00 1,09 1,12 1,18 1,10 c B1 (2) 1,20 1,27 1,38 1,45 1,32 b B2 (4) 1,42 1,50 1,58 1,56 1,52 a B3 (6) 1,47 1,53 1,56 1,55 1,53 a Rerata 1,27 c 1,35 b 1,41 a 1,43 a KK = 3,2 % BNJ B & N = 0,04 Angka-angka pada baris dan kolom yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji lanjut BNJ pada taraf 5%. Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa pemberian berbagai konsentrasi BAP mempengaruhi jumlah tunas eksplan buah naga karena BAP merupakan sitokinin turunan adenin yang paling aktif dalam proses pembelahan sel dan memacu pertumbuhan tunas-tunas baru sehingga mempengaruhi jumlah tunas eksplan. Pemberian NAA secara tunggal telah menunjukkan perlakuan terbaik terdapat pada N2 (NAA 1,0 ppm) yaitu 1,54 buah. Hal ini dikarenakan NAA adalah sejenis hormon auksin yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru karena auksin terdapat pada pucuk-pucuk tunas muda atau pada jaringan meristem di pucuk, hormon auksin juga berfungsi untuk merangsang daya kerja akar sehingga dapat memenuhi kebutuhan makanan untuk perbanyakan jumlah tunas. Tingginya respon eksplan pada parameter jumlah tunas terhadap perlakuan BAP dan NAA menunjukkan reaksi eksplan terhadap pemberian zat pengatur tumbuh dalam bentuk apapun. Hal ini sesuai dengan pendapat Abidin (1995) yang mengemukakan bahwa pemberian zat pengatur tumbuh harus disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dengan mengikuti konsentrasi anjuran, kemudian jika diberikan secara berlebihan dapat menghambat pertumbuhan tanaman bahkan dapat menjadi racun yang merugikan eksplan. Tinggi Tunas Hasil pengamatan terhadap parameter jumlah tunas eksplan buah naga, setelah dilakukan analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan secara interaksi penggunaan berbagai konsentrasi BAP dan NAA tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah tunas eksplan buah naga. Namun, pemberian perlakuan berbagai konsentrasi BAP dan NAA secara tunggal memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah tunas eksplan buah naga. Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa interaksi pemberian BAP dan NAA tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas eksplan buah naga, namun perlakuan pemberian berbagai konsentrasi BAP memperlihatkan pengaruh yang nyata dimana perlakuan terbaik terdapat pada B2 (BAP 4 ppm) yaitu 1,52 cm. Dari semua perlakuan tersebut memperlihatkan perbedaan yang nyata dengan perlakuan kontrol B0 (tanpa pemberian BAP) yang hanya 1,10 cm. Pemberian berbagai konsentrasi BAP mempengaruhi tinggi tunas eksplan buah naga karena BAP merupakan sitokinin turunan adenin yang paling aktif dalam proses pembelahan sel dan memacu perkembangan tunas sehingga mempengaruhi tinggi tunas eksplan. Pemberian BAP sebanyak 4 ppm ternyata telah mampu meningkatkan tinggi tanaman. Dengan kadar tersebut pembelahan pembelahan dan pembesaran sel yang terjadi pada jaringan meristem dapat terus ditingkatkan aktifitasnya. Tunas yang sedang memanjang tidak memerlukan subsidi ZPT eksogen karena kandungan sitokinin dalam jaringan telah mencukupi untuk pertumbuhan. Dengan demikian, hasil pengamatan pada penelitian ini menunjukkan bahwa untuk pertambahan panjang tunas masih membutuhkan zat pengatur tumbuh dari luar, ini terjadi karena fitohormon yang dihasilkan tanaman belum mencukupi untuk pertambahan panjang tunas eksplan (Salisburry dan Ross, 1992). Gunawan (1998) mengemukakan berha - silnya pertumbuhan tunas selain ditentukan oleh jenis dan kadar karbon pertumbuhan juga 87

Dinamika Pertanian Agustus 2013 bergantung pada sumber jaringan serta kadar medium hara. Tingginya kemampuan jaringan untuk tumbuh, tergantung pada kemampuan auksin dan sitokinin yang ditambahkan ke dalam media untuk merubah zat pengatur tumbuh endogen dalam sel. Gambar 2. Eksplan Buah Naga Umur 3 Bulan Perlakuan B3N2 (BAP 6 ppm dan NAA 1 ppm) Menghasilkan Ratarata 1,63 Tunas. Gambar 3. Eksplan Buah Naga Perlakuan B2N2 A (BAP 4 ppm dan NAA 1 ppm) dengan Tinggi Rata-rata 1,58 cm, yang Diukur pada Akhir Penelitian. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara interaksi penggunaan BAP ( Benzyl Amino-Purin) dan NAA (Naphtalene Acetic Acid) berpengaruh nyata terhadap parameter umur muncul tunas dengan konsentrasi pemberian yang terbaik pada perlakuan B2N2 (pemberian BAP dengan Konsentrasi 4 ppm dan NAA dengan konsentrasi 1,0 ppm) yaitu 25,50 hari, sedangkan parameter pengamatan lainnya tidak berpengaruh nyata. 2. Penggunaan BAP ( Benzyl Amino-Purin) secara tunggal berpengaruh nyata terhadap parameter umur muncul tunas, persentase hidup eksplan dan tinggi tunas dengan perlakuan terbaik pada B2 (BAP dengan konsentrasi 4 ppm) adalah 27,20 hari, 93,74%, dan 1,52 cm. Sedangkan jumlah tunas dengan perlakuan terbaik B3 (BAP dengan konsentrasi 6 ppm) adalah 1,62 buah. 3. Penggunaan NAA ( Naphtalene Acetic Acid) secara tunggal berpengaruh nyata terhadap parameter umur muncul tunas, jumlah tunas dan tinggi tunas dengan perlakuan terbaik pada N2 (NAA dengan konsentrasi 1,0 ppm) adalah 30,62 hari, 1,54 buah, 1,41 cm. DAFTAR PUSTAKA Gunawan. 1998. Teknik Kultur Jaringan. Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. IPB. Bogor. Harjadi, S. S. 2009. Zat Pengatur Tumbuh. Penebar Swadaya, Jakarta. Hardjadinata, S. 2010. Budidaya Buah Naga Super Red Secara Organik. Penebar Swadaya, Jakarta. Hendaryono, D. P. S. dan A. Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Kanisius, Yogyakarta. Kristanto, D. 2008. Buah Naga Pembudidayaan Dipot dan di Kebun. Penebar Swadaya, Jakarta. Simatupang, S. 1996. Pengaruh Penambahan Sitokinin dan Asam Naftalen Asetat pada Media Murashige dan Skoog Terhadap Perkembangan Eksplan Asparagus. J. Hort. 6(2): 105 108. Pierik, R. L. M., H. H. M. Stoegmans, and J. A. J. van Der Mays. 1984. Planlet Formation and Callus Tissue of Anthurium andreanum Lind. Sci. Hort J. 2: 193-198. Rozen, N. 2002. Inisiasi Kalus Eksplan Melinjo (Gnetum gnemon L) pada Berbagai Konsentrasi Arang Aktif, BAP, dan NAA Secara In-Vitro. Stigma 10 (1): 26 30. Sukma, D. 1994. Pengaruh IAA dan BAP Terhadap Perbanyakan Tunas Mikro Pisang Mas (Musa acuminate AA. Grup) 88

Penggunaan BAP dan NAA Terhadap Pertumbuhan Eksplan Buah Naga (Hylocereus costaricensis) Secara In-vitro Pisang Ambon dan Pisang Barangan (Musa acuminate L.AAA Grup) dan Raja Bulu ( Musa paradisiacal LAAB Grup) Secara In-Vitro. Skripsi Jurusan Budidaya Pertanian. IPB. Bogor. Wong, W. C. 1986. In vitro Propogation of Banana ( Musa spp). Initiation, Proliferation and Development of Shoot-tip Cultures on Defined Media Media Martinus Nijh off Publishers. Netherlands. Yusnita, 2005. Pengaruh Benzyl Adenin (BA) dan NAA Terhadap Tunas Nenas. Jurnal Agro Tropika, 4 (2): 6-10. Yusnita. 2003. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien. Agromedia Pustaka, Jakarta. Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman. Bumi Aksara, Jakarta. 89

Dinamika Pertanian Agustus 2013 90