SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI DAN OPERASI PENGERING EFEK RUMAH KACA

METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

I. PENDAHULUAN. tersedia di pasaran umum (Mujumdar dan Devhastin, 2001) Berbagai sektor industri mengkonsumsi jumlah energi berbeda dalam proses

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya ikan laut Indonesia pada tahun 2006 sebesar 4,8 juta ton dan

III. METODE PENELITIAN. dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL UJI UNJUK KERJA

A. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

V. PERCOBAAN. alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai

JENIS-JENIS PENGERINGAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

BAB V. ALIRAN UDARA DALAM ALAT PENGERING ERK

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2015, bertempat di

RANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI PROTOTIPE ALAT PEMANAS UDARA PENGERING CENGKEH

RANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI PROTOTIPE ALAT PEMANAS UDARA PENGERING CENGKEH

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i1 (1-10)

UJI PERFORMANSI ALAT PENGERING EFEK RUMAH KACA (ERK) TIPE RAK DENGAN PEMANAS TAMBAHAN PADA PENGERINGAN KERUPUK UYEL

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

SIMULASI RANCANGAN MESIN PENGERING EFEK RUMAH KACA TIPE TEROWONGAN UNTUK PENGERINGAN KOMODITI HASIL PERTANIAN

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu

Analisis Pengeringan Sawut Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Menggunakan Pengering Efek Rumah Kaca (ERK)

SKRIPSI PERANCANGAN DAN UJI ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) TIPE COUNTER FLOW

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

BAB IV KAJIAN CFD PADA PROSES ALIRAN FLUIDA

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA

Radiasi ekstraterestrial pada bidang horizontal untuk periode 1 jam

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA

Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

UJI PERFOMANSI ALAT PENGERING RUMPUT LAUT TIPE KOMBINASI TENAGA SURYA DAN TUNGKU BERBAHAN BAKAR BRIKET

II. TINJAUAN PUSTAKA

AGROTECHNO Volume 1, Nomor 1, April 2016, hal

Lingga Ruhmanto Asmoro NRP Dosen Pembimbing: Dedy Zulhidayat Noor, ST. MT. Ph.D NIP

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERNYATAAN... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR...

Dyah Wulandani dan Leopold Oscar Nelwan Dep. Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB ABSTRAK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. kolesterol sehingga dapat mencegah penyakit darah tinggi (hipertensi) dan aman

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam

PENGEMBANGAN SISTEM PENGERING KELOM GEULIS BERBASIS MIKROKONTROLER DENGAN DUA SISI BERPEMANAS PIPA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. pemanenan, perontokan, pengeringan dan penggilingan. Tiap-tiap tahapan ini

PENGOLAHAN PRODUK PASCA PANEN HASIL PERIKANAN DI ACEH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

Teknologi pengeringan bed fluidasi (fluidized Bed)

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap

ALAT PENGERING HASIL - HASIL PERTANIAN UNTUK DAERAH PEDESAAN DI SUMATERA BARAT

METODOLOGI PENELITIAN

DESAIN SISTEM KENDALI SUHU DAN RH BERBASIS LOGIKA FUZZY PADA PENGERINGAN BIJI PALA (Myristica sp.) ERK HYBRID

PENGUJIAN THERMAL ALAT PENGERING PADI DENGAN KONSEP NATURAL CONVECTION

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu

METODOLOGI PENELITIAN

Politeknik Negeri Sriwijaya

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi

Unjuk kerja Pengering Surya Tipe Rak Pada Pengeringan Kerupuk Kulit Mentah

PENGUJIAN PERFORMANSI MESIN PENGERING TENAGA SURYA DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR BERSIRIP DAN PRODUK YANG DIKERINGKAN CABAI MERAH

TEST OF PERFOMANCE ERK HYBRID DRYER WITH BIOMASS FURNACE AS ADDITIONAL HEATING SYSTEM FOR NUTMEG SEED (Myristica sp.) DRYING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Proses pengolahan simplisia di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar I-1

PENGERINGAN JAGUNG (Zea mays L.) MENGGUNAKAN ALAT PENGERING DENGAN KOMBINASI ENERGI TENAGA SURYA DAN BIOMASSA

METODOLOGI PENELITIAN

LAJU PENGERINGAN KAPULAGA MENGGUNAKAN ALAT PENGERING EFEK RUMAH KACA DENGAN BANTUAN TUNGKU BIOMASSA

Kinerja Pengeringan Chip Ubi Kayu

KARAKTERISTIK PENGERINGAN COKLAT DENGAN MESIN PENGERING ENERGI SURYA METODE PENGERINGAN THIN LAYER

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

Transkripsi:

VII. SIMPULAN UMUM Berdasarkan serangkaian penelitian yang telah dilakukan dan hasil-hasil yang telah dicapai, telah diperoleh disain pengering ERK dengan biaya konstruksi yang optimal dan dapat memberikan performansi yang sesuai kebutuhan pengguna, serta menghasilkan produk kering yang bermutu tinggi. Secara kuantitatif hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK Optimisasi biaya konstruksi pengering ERK untuk cengkeh telah dilakukan dalam penelitian dan menghasilkan delapan skenario disain dengan biaya konstruksi yang optimal. Kedelapan skenario disain tersebut adalah: 1. Skenario 1 adalah pengering ERK dengan biaya konstruksi optimum Rp 5.595.000,- dengan ukuran bangunan 2.5 m x 2.5 m x 2.4 m, di dalamnya terdapat 8 tumpukan rak, masing-masing rak berukuran 1.7 m x 1.7 m, untuk mengeringkan cengkeh dengan kapasitas 142 kg, membutuhkan plat absorber dari bahan plat seng dicat warna hitam pudar (tidak mengkilat) seluas 3.36 m 2, dan penukar panas dari pipa besi dengan luas pindah panas sebesar 1.4 m 2. Kipas dengan daya 90 W mampu untuk menghasilkan kecepatan lokal di atas produk sebesar 0.04 m/dt. Untuk mempertahankan suhu pengeringan pada 50 o C, selain energi dari matahari dengan tingkat radiasi 500 W/m 2 pada siang hari, pada malam harinya dibutuhkan bahan bakar arang sebagai energi tambahan dengan laju pembakaran 1.2 kg/jam. Dengan mencapai kadar air akhir 12 % bb dalam waktu 35.7 jam (Lampiran III-6). 2. Skenario 2 adalah pengering dengan biaya konstruksi optimum Rp 10.570.000,- mengkilat) seluas 5.12 m 2, dan penukar panas dari pipa besi dengan luas pindah panas sebesar 5.4 m 2. Kipas dengan daya 243 W mampu untuk menghasilkan kecepatan lokal di atas produk sebesar 0.04 m/dt. Dengan tingkat radiasi surya sebesar 500 W/m 2, pada siang hari, maka suhu pengeringan yang dihasilkan adalah 50 o C. Sedangkan pada malam hari bahan bakar arang digunakan sebagai energi tambahan dengan laju pembakaran 4.8 kg/jam. Dengan mencapai kadar air akhir 12 % bb dalam waktu 35.7 jam (Lampiran III-7). 3. Skenario 3 adalah pengering ERK dengan biaya konstruksi optimum Rp 21.261.000,- dengan ukuran bangunan 5.4 m x 5.4 m x 2.4 m, di dalamnya terdapat 8 tumpukan rak, masing-masing rak berukuran 4.6 m x 4.6 m, untuk mengeringkan cengkeh dengan kapasitas 1042 kg, membutuhkan plat absorber dari bahan plat seng dicat warna hitam pudar (tidak mengkilat) seluas 8 m 2, dan penukar panas dari pipa besi yang dicat warna hitam pudar -

17 m 2. Kipas dengan daya 656 W mampu untuk menghasilkan kecepatan lokal di atas produk sebesar 0.04 m/dt. Untuk mempertahankan suhu pengeringan pada 50 o C, selain energi dari matahari dengan tingkat radiasi 500 W/m 2 pada siang hari, pada malam harinya dibutuhkan bahan bakar arang sebagai energi tambahan dengan laju pembakaran 15 kg/jam. Dengan mencapai kadar air akhir 12 % bb dalam waktu 35.7 jam (Lampiran III-8). 4. Skenario 4 adalah pengering ERK dengan biaya konstruksi optimum Rp 10.123.000,- 1.2 m 2. Kipas dengan daya 247 W mampu untuk menghasilkan kecepatan lokal di atas produk sebesar 0.04 m/dt. Untuk mempertahankan suhu pengeringan pada 45 o C, selain energi dibutuhkan bahan bakar arang sebagai energi tambahan dengan laju pembakaran 1.1 kg/jam. hingga mencapai kadar air akhir 12 % bb dalam waktu 50 jam (Lampiran III-2). 5. Skenario 5 adalah pengering ERK dengan biaya konstruksi optimum Rp 10.416.000,- 3.6 m 2. Kipas dengan daya 245 W mampu untuk menghasilkan kecepatan lokal di atas produk sebesar 0.04 m/dt. Untuk mempertahankan suhu pengeringan pada 48 o C, selain energi dibutuhkan bahan bakar arang sebagai energi tambahan dengan laju pembakaran 3.3 kg/jam. hingga mencapai kadar air akhir 12 % bb dalam waktu 40.7 jam (Lampiran III-9). 6. Skenario 6 adalah pengering ERK dengan biaya konstruksi optimum Rp 11.275.000,- 18.4 m 2. Kipas dengan daya 235 W mampu untuk menghasilkan kecepatan lokal di atas produk sebesar 0.04 m/dt. Untuk mempertahankan suhu pengeringan pada 60 o C, selain energi

dibutuhkan bahan bakar arang sebagai energi tambahan dengan laju pembakaran 8.5 kg/jam. hingga mencapai kadar air akhir 12 % bb dalam waktu 35.7 jam (Lampiran III-10). 7. Skenario 7 adalah pengering ERK dengan biaya konstruksi optimum Rp 11.114.000,- 7.6 m 2. Kipas dengan daya 380 W mampu untuk menghasilkan kecepatan lokal di atas produk sebesar 0.05 m/dt. Untuk mempertahankan suhu pengeringan pada 50 o C, selain energi dibutuhkan bahan bakar arang sebagai energi tambahan dengan laju pembakaran 6.7 kg/jam. hingga mencapai kadar air akhir 12 % bb dalam waktu 28.6 jam (Lampiran III-11). 8. Skenario 8 adalah pengering ERK dengan biaya konstruksi optimum Rp 11.756.000,- 9.7 m 2. Kipas dengan daya 547 W mampu untuk menghasilkan kecepatan lokal di atas produk sebesar 0.06 m/dt. Untuk mempertahankan suhu pengeringan pada 50 o C, selain energi dibutuhkan bahan bakar arang sebagai energi tambahan dengan laju pembakaran 8.5 kg/jam. hingga mencapai kadar air akhir 12 % bb dalam waktu 23.8 jam (Lampiran III-12). Kedelapan skenario di atas merupakan disain optimal, sesuai dengan kondisi pengeringannya. Petani, pedagang pengumpul cengkeh atau pengguna lainnya dapat memilih salah satu dari kedelapan disain tersebut di atas. Apabila diinginkan kondisi yang berbeda, seperti adanya perubahan cuaca, sehingga intensitas radiasi matahari turun, suhu pengeringan atau kapasitas massa cengkeh yang berbeda, maka model optimisasi yang telah dibangun dapat digunakan untuk menghitung besarnya biaya konstruksi pengeringan yang optimum sesuai dengan kondisi yang diinginkan. Berdasarkan perbandingan biaya konstruksi pada berbagai kapasitas, perubahan kapasitas produk yang dikeringkan sangat mempengaruhi biaya konstruksi optimum. Perubahan suhu atau kecepatan pada kapasitas yang sama tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap biaya konstruksi optimum.

7.2. PERFORMANSI PENGERING ERK UNTUK PENGERINGAN CENGKEH Berdasarkan uji coba pengeringan cengkeh, untuk kasus penggunaan pengering ERK berukuran 3.6 m x 3.6 m x 2.4 m, yang dibangun sesuai dengan hasil optimisasi dapat disimpulkan bahwa, percobaan menggunakan suhu operasi pengeringan sebesar 48 o C memberikan hasil terbaik, dilihat dari segi efisiensi pengunaan energi maupun mutu cengkeh kering. Energi tambahan dari pembakaran arang kayu diperlukan untuk mempertahankan suhu pengeringan 48 o C. Untuk mendapatkan efisiensi pengeringan yang lebih, maka disarankan untuk mengeringkan dalam kapasitas penuh sesuai dengan hasil optimisasi, yaitu 386 kg. Apabila cuaca cerah dengan tingkat radiasi surya mendekati rata-rata radiasi surya di Indonesia 562.5 W/m 2, penggunaan bahan bakar biomassa dilakukan pada sore hari mulai pukul 15.00 hingga malam dan keesokan harinya sampai pukul 9.00. Namun jika cuaca mendung atau hujan, penggunaan bahan bakar biomassa dilakukan sepanjang waktu pengeringan. Penggunaan kipas secara kontinyu dilakukan pada hari pertama pengeringan sepanjang siang dan malam. Pada hari selanjutnya kipas dinyalakan secara intermitten dengan pola; hidup selama 3.5 jam dan mati selama 1 jam. Pengering ERK untuk pengeringan cengkeh memiliki efisiensi 19 % dengan konsumsi energi sebesar 14.7 MJ/kg uap air. Melalui uji mutu cengkeh diperoleh kesimpulan bahwa, dengan pengering ERK dihasilkan cengkeh kering mutu I dan II. 7.3. SIMULASI ALIRAN UDARA DI DALAM RUANG PENGERING ERK Melalui simulasi aliran udara di dalam pengering ERK telah diperoleh disain tata letak inlet, outlet dan kipas yang tepat sehingga dapat menghasilkan keseragaman suhu, RH dan kecepatan aliran udara di dalamnya. Dengan menerapkan dimensi pengering yang telah diperoleh dari perhitungan optimisasi skenario-3 (yaitu pengering ERK dengan dimensi bangunan 3.6 x 3.6 x 2.4 m 3 ). Dua buah inlet masing-masing berukuran 0.1 m x 1 m pada ketinggian 1.4 m. Dua buah outlet masing-masing berukuran 0.2 m x 0.8 m pada ketinggian 0.8 m pada dinding yang berseberangan dengan inlet. Tiga buah kipas dengan diameter masing-masing 0.2 m digunakan sebagai perata udara pengering. Kipas 1 (kipas bawah) terletak 0.2 m di depan penukar panas pada ketinggian 0.4 m dari lantai bangunan dengan daya 100 W. Kipas 2 (kipas tengah) terletak di tengah bangunan di atas rak paling atas dengan daya 40 W. Kipas 3 (kipas atas) terletak di atas penukar panas pada ketinggian 1.8 m sejajar dengan posisi rak paling atas (rak 8) dengan daya 100 W. Penukar panas seluas 1.2 m 2 terletak 0.2 m dari dinding pada ketinggian 0.4 m dari lantai pengering. Suhu yang dihasilkan pada seluruh rak sebesar 45.4 o C dengan nilai ragam sebesar 1.6 o C, dan nilai rata-rata kecepatan 0.05 m/dt dengan nilai ragam 0.03 m/dt. Pada malam hari disarankan hanya menggunakan kipas bawah untuk meratakan suhu dan kecepatan udara. Kipas tengah dan kipas atas sebaiknya tidak dinyalakan. Dengan kondisi

tersebut, maka diperoleh nilai rata-rata suhu pada seluruh rak sebesar 43.2 o C dengan nilai ragam sebesar 2.2 o C, dan nilai rata-rata kecepatan 0.17 m/dt dengan nilai ragam 0.02 m/dt. 7.4. ANALISIS BIAYA Berdasarkan analisis biaya dapat disimpulkan bahwa pengering ERK layak digunakan untuk usaha pengeringan cengkeh oleh petani maupun pedagang pengumpul. Secara umum, bagi petani, usaha perkebunan cengkeh dan pengeringan cengkeh menggunakan pengering ERK menguntungkan. Keuntungan akan lebih besar lagi apabila luas lahan yang dimilikinya semakin besar. Bagi pedagang pengumpul, penggunaan pengering ERK memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan lamporan, dan semakin besar kapasitas produk yang dikeringkan akan semakin menguntungkan. Bagi pedagang pengumpul, pengeringan cengkeh dengan pengering ERK berkapasitas 386 kg dapat memberikan keuntungan rata-rata sebesar 8.9 juta rupiah per tahun. Dengan modal awal pada tahun ke-1 sebesar 265 juta rupiah, pada tahun ke-2 usaha ini sudah dapat mengembalikan modal.