DAFTAR PUSTAKA. Amos, M.D., Basic Atomic Absorption Spectroscopy, Varian Techtron Pty Ltd, Springvale, Australia,

dokumen-dokumen yang mirip
Bab III Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2. Titrasi Permanganometri. Selasa, 6 Mei Disusun Oleh: Yeni Setiartini. Kelompok 3: Fahmi Herdiansyah

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III Metodologi Penelitian

BAB IV. HASIL PENGAMATAN dan PERHITUNGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA

METODOLOGI PENELITIAN

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Larutan Standar KmnO4 dan Penetapan Campuran Fe 2+ dan Fe 3+. B. TUJUAN PERCOBAAN Pada akhir percobaan mahasiswa dapat

TITRASI REDUKSI OKSIDASI OXIDATION- REDUCTION TITRATION

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

Desikator Neraca analitik 4 desimal

BAB III METODE PENELITIAN


BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) Banyumas 53171

PENGUJIAN AMDK. Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

Lampiran 1. Prosedur Analisis

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

KEGUNAAN KITOSAN SEBAGAI PENYERAP TERHADAP UNSUR KOBALT (Co 2+ ) MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

PERBAIKAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI FARMASI MENGGUNAKAN KOAGULAN BIJI KELOR (Moringa oleifera Lam) DAN PAC (Poly Alumunium Chloride)

Metode titrimetri dikenal juga sebagai metode volumetri

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

2. Analisis Kualitatif, Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II)

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEREDUKSI Na 2 S 2 O 3 DAN K 2 C 2 O 4 PADA ANALISA KADAR TOTAL BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

ISSN : AGRITEPA, Vol. II, No.2, Januari Juni 2016

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 BAHAN DAN METODE. - Buret 25 ml pyrex. - Pipet ukur 10 ml pyrex. - Gelas ukur 100 ml pyrex. - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex

Pupuk super fosfat tunggal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Untuk mengetahui kadar Fe (II) yang terkandung dalam sampel dengan menggunakan titrasi oksidimetri.

HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)

STUDI GANGGUAN KROM (III) PADA ANALISA BESI DENGAN PENGOMPLEKS 1,10-FENANTROLIN PADA PH 4,5 SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-TAMPAK

BAB III METODE PENELITIAN

Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

3 METODOLOGI PENELITIAN

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

SOAL KIMIA 1 KELAS : XI IPA

KIMIA KUANTITATIF. Makalah Titrasi Redoks. Dosen Pembimbing : Dewi Kurniasih. Disusun Oleh : ANNA ROSA LUCKYTA DWI RETNONINGSIH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I KECEPATAN REAKSI. Kelompok V : Amir Hamzah Umi Kulsum

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

PENGAMBILAN SAMPEL AIR

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KIMIA KUALITATIF

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo yaitu SMPN 1 Gorontalo, SMPN 2 Gorontalo, SMPN 3 Gorontalo,

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENENTUKAN KONSENTRASI LARUTAN H 2 SO 4 DAN KONSENTRASI LARUTAN CH 3 COOH DENGAN TITRASI ASAM BASA (ASIDI-ALKALIMETRI)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa

Kelas : XI IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Senin, 23 Mei 2016 Mata pelajaran : Kimia Waktu : WIB

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

Transkripsi:

DAFTAR PUSTAKA Al-khalili, R.S; Sutherland, J.P.; folkard, G.K, (1997) : Filtration with A Natural Coagulant dalam pickford,j.(ed.), proceeding of the 23 th WEDC Conference in Durgan,south Africa,water and sanitation for all : partner ship and innovations.uk, 143-145. Amdani, K., (24) : Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa oliefera) Sebagai koagulan dalam Proses Koagulasi Limbah Cair industri karet, Jurnal Penelitian Universitas Sumatra Utara. Amos, M.D., Basic Atomic Absorption Spectroscopy, Varian Techtron Pty Ltd, Springvale, Australia,162-166. Cohen, J.M & Hanna, S.A., (1971) : Coagulation and Flocculation, Water Quality Treatment, 3 th ed, The American water Works Association Inc, USA, 379-387. Darmono, (1995) : Logam Dalam Sistem Biologi Mahluk Hidup, UI Press, Jakarta, 14 pp. Dian, L., (198) : Usaha memperbaiki kwalitas air minum di pedesaan dengan menggunakan biji dari moringa oliefera Lam (kelor) Dian Desa bekerja sama dengan OXFAM. Yokjakarta. Donald W., Herbert E, Klei, (1979) : Wastewater Treatment, Enyglewood Cliffs, 57-468. Duke, J.A., (1998) : Hand book of Energy crops, Unpublished, http://www.hort.purdue/new corp/duke energy/moringa oliefera html. di akses tanggal 2 oktober 27. Efendi, (23) : Telaah Kualitas Air, Penerbit Karnisius, Yokjakarta, 59, 162, 165. Ezeamuzie, I.C., (1996) : Anti in flammatory Effects of moringa oliefera Root extract, Int. J. Pharm. 34. (3), http://www.swets.nl/sps/journals/ijp 343.html#anchor 919299,1996, Di akses tanggal 2 Oktober 27. FG Winarno Senior scientist M-Brio Biotekindo, Biji Kelor Untuk Membersihkan Air Sungai, http:/www.ampl.or.id/detail/detail11.php?tp = Artikel&jns = wawasan & kode = 1574, Di akses tanggal 1 November 27. Jason J.Evans, (2) : Turbidimetric Analysis of water and wastewater Using a Spectrofluorimeter, J. Chem Edu, 77. (12).

Kharistya. Teknologi Tepat Guna, http://kharistya.wordpress.com/26/11/9/ teknologi-tepat-guna-penjernihan-air-dengan-biji-kelor-moringa-oleifera, Di akses tanggal 13 November 27. Larry D And Joseph, (1982) : Process Chemistry For Water And Wastewater Treatment, Enyglewood Cliffs, New Jerse, 143-149. Marganof, (23) : Potensi Limbah Udang Sebagai Penyerap Logam Berat (Timbal, Kadmium Dan Tembaga) Di Perairan, Jurnal Penelitian Institut Pertanian Bogor. Pontius, Frederick W., (199) : Water Quality And Treatment, A Handbook of Community Water Supplies, 4 th Ed, McGraw-Hill Book Company, 689-694. Price, (1993) : M.L.ECHO Technical Note A-5 The Moringa Tree, http://www.xc.org/echo/tnmoring.htm, Di akses tanggal 2 Oktober 27. Pulunga, H., (27) : Proses Pengolahan limbah cair Tahu Dengan Koagulasi Alami, Makalah Ilmiah dalam PIT PERMI 27. Sajidu, S. M. I, Hendri, E. M. T, (26) : ph dependence of sorption of Cd 2+,Zn 2+, Cu 2+ and Cr 3+ on crude water and sodium choloride extrak of Moringa Stenoprtala and Moringa Oliefera, Afr. J. Biotecnol, 5. (4). Sugandhi, A.dkk, (1994) : Keanekaragaman Hayati di Indonesia. Kantor MENLH & Konsorsium Nasional Untuk Pelestarian Hutan dan alam Indonesia. Jakarta, 39. Sukmawati, R., (1996) : Memanfaatkan Koagulan Al 2 SO 4, FeSO 4, dan FeCl 3 sebagai kolektor ion-ion logam Cd 2+, Cu 2+, Pb 2+ Dalam Air, Tesis ITB. Suriawirya, U, Dosen Senior IPB, http://keris.blog.ie./25/3/15/manfaat-daunkelor, Di akses tanggal 3 November 27. Sutherland, J.P.,moringa olifera Lam., http://www.le.ac.uk/engineering/staff/sutherland/moringa/moringa.htm, di akses tanggal 11 November 27. Sutherland, J.P., Folkard, G.K., Mtawali, M.A.,Grant,W.D, (1994) : Moringa Oliefera as a natural Coagulant, proceedingof 2 th WEDC Conference Affordable water supply and sanitiation. pickford, J. (ed) Colombo, Srilanka, 297-299. Totok Sutrino dkk (26) : Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta, Hal 3,37,38. Underwood, 1996 : Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi kelima. Erlangga. Jakarta. 41

Watson, L & Dauwitz, M.J, (1997) : The family of flowering plants moringceae, http://www.keil.unkans.edu/delta. Di akses tanggal 18 Oktober 27. 42

LAMPIRAN A HASIL UJI EFEKTIFITAS BIOKOAGULAN KELOR (Moringa oleifera) TERHADAP PENURUNAN KONSENTRASI KEKERUHAN A.1 Hasil Uji Pendahuluan A.1.1 Pengukuran Penurunan Kekeruhan dengan Variasi ph tanpa Penambahan Kelor Absorbansi.5.45.4.35.3.25.2.15.1.5 y =.48x -.52 R 2 =.991 2 4 6 8 1 12 Kekeruhan (NTU) Gambar A.1. Kurva larutan standar kekeruhan Tabel A.1 Penurunan kekeruhan dengan variasi ph tanpa penambahan kelor sampel ph Absorbansi Kekeruhan % penurunan 1 1.3423 7.22 29.78 1 2.3942 81.5 18.95 1 3.4847 99.9.1 1 4.4842 99.8.2 1 5.4828 99.5.5 1 6.4838 99.7.3 1 7.4828 99.5.5 1 8.477 98.3 1.7 1 9.399 82.5 17.95

A.1.2 Pengukuran Efektifitas Kelor (Moringa oleifera) dalam Menurunkan Kekeruhan pada Variasi ph Absorbansi 1.9.8.7 y =.46x +.94.6 R 2 =.9928.5.4.3.2.1 5 1 15 2 25 Kekeruhan (NTU) Gambar A.2 Kurva larutan standar kekeruhan Tabel A.2 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan kekeruhan pada variasi ph sampel kelor ph Absorbansi Kekeruhan % Penurunan 1 5 3.3169 66.847 33.153 1 5 4.2774 58.26 41.74 1 5 5.3188 67.257 32.743 1 5 6.3213 67.81 32.19 1 5 7.3254 68.77 31.293 1 5 8.3149 66.43 33.597 44

A.1.3 Pengukuran Efektifitas Kelor (Moringa oleifera) dalam Menurunkan Kekeruhan pada Biokoagulan 1-1 ppm Absorbansi 1.9.8.7.6.5.4.3.2.1 y =.46x +.55 R 2 =.9956 5 1 15 2 25 Kekeruhan (NTU) Gambar A.3 Kurva larutan standar kekeruhan Tabel A.3 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan kekeruhan pada konsentrasi biokoagulan 1-1 ppm sampel kelor Absorban Kekeruhan (e) kekeruhan % penurunan 3 1.461 99.22 198.43 33.985 3 2.4591 98.69 197.217 34.261 3 3.4544 97.587 195.174 34.942 3 4.4527 97.217 194.435 35.188 3 5.4479 96.174 192.348 35.884 3 6.4474 96.65 192.13 35.956 3 7.4426 95.22 19.43 36.652 3 8.4343 93.218 186.435 37.855 3 9.4226 9.674 181.348 39.55 3 1.4175 89.565 179.13 4.29 45

A.1.4 Pengukuran Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam Menurunkan Kekeruhan pada Biokoagulan 1-5 ppm Absorbansi 1.9.8.7.6.5.4.3.2.1 y =.46x +.65 R 2 =.9952 5 1 15 2 25 Kekeruhan (NTU) Gambar A.4 Kurva standar larutan kekeruhan Tabel A.4 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan kekeruhan pada konsentrasi biokoagulan 1-5 ppm sampel kelor Absorbansi Kekeruhan(e) kekeruhan % penurunan 3 1.4189 89.652 179.34 4.232 3 2.3571 76.217 152.435 49.188 3 3.344 64.761 129.522 56.826 3 4.2769 58.783 117.565 6.812 3 5.2123 44.739 89.478 7.174 46

A.1.5 Pengukuran Efektifitas Kelor (Moringa oleifera) dalam Menurunkan Kekeruhan pada Biokoagulan 1. -5. ppm ABSORBANSI 1.9.8.7.6.5.4.3.2.1 5 1 15 2 25 KONSENTRASI KEKERUHAN (NTU) y =.47x +.74 R2 =.9957 Gambar A.5 Kurva larutan standar kekeruhan Tabel A.5 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan kekeruhan pada konsentrasi biokoagulan 1-1. ppm sampel kelor Absorbansi Kekeruhan(e) kekeruhan % penurunan 3 1.821 15.894 31.787 89.44 3 2.55 1.127 2.255 93.248 3 4.1464 29.574 59.149 8.284 3 6.258 53.319 16.638 64.454 3 7.4126 86.213 172.425 42.525 3 8.4888 12.425 24.851 31.716 3 9.5249 11.16 22.213 26.595 3 1.6379 134.149 268.297 1.567 47

A. 2 Parameter Penelitian A.2.1 Penentuan ph optimum Absorbansi 1.9.8.7.6.5.4.3.2.1 y =.47x +.74 R2 =.9957 5 1 15 2 25 kekeruhan (NTU) Gambar A.6 Kurva larutan standar kekeruhan Tabel A.6 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan kekeruhan pada variasi ph ph Absorbansi Kekeruhan % penurunan sampel kelor 3 2 3.139 2.532 93.156 3 2 4.956 18.766 93.745 3 2 5.197 21.766 92.745 3 2 6.1175 23.426 92.191 3 2 7.131 26.16 91.298 48

A.2.2 Penentuan jumlah koagulan optimum 1.9.8.7 Absorbansi.6.5.4.3.2.1 y =.47x +.5 R2 =.9973 5 1 15 2 25 kekeruhan (NTU) Gambar A.7 Kurva standar larutan kekeruhan Tabel A.7 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan kekeruhan pada konsentrasi biokoagulan 1-4 ppm sampel kelor Absorbansi kekeruhan % penurunan 3 1.1498 31.766 89.411 3 125.131 2.681 99.16 3 15.23 4.213 98.596 3 175.496 1.447 96.518 3 2.955 2.213 93.262 3 225.1342 28.447 9.518 3 25.1431 3.34 89.887 3 275.2365 5.213 83.262 3 3.2377 5.468 83.177 3 325.2418 51.34 82.887 3 35.2518 53.468 82.177 3 375.2727 57.9149 8.695 3 4.2751 58.425 8.525 49

Absorbansi 1.9.8.7.6.5.4.3.2.1 y =.46x +.21 R 2 =.9914 5 1 15 2 25 Kekeruhan (NTU) Gambar A.8 Kurva standar larutan kekeruhan Tabel A.8 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan kekeruhan pada konsentrasi biokoagulan 15-145 ppm sampel kelor Absorbansi kekeruhan % penurunan 3 15.1489 27.84 9.732 3 11.86 12.956 95.681 3 115.292 1.783 99.46 3 12.316 2.34 99.232 3 125.327 2.543 99.152 3 13.331 2.63 99.123 3 135.331 2.63 99.123 3 14.382 3.739 98.754 3 145.43 4.196 98.61 5

A.2.3 Perlakuaan variasi konsentrasi sampel Absorbansi 1.9.8.7.6.5.4.3.2.1 5 1 15 2 25 kekeruhan (NTU) y =.46x +.55 R2 =.9956 Gambar A.9 Kurva standar larutan kekeruhan Tabel A.9 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dengan variasi konsentrasi Sampel 1-1 ppm sampel kelor Absorbansi kekeruhan % penurunan 1 115.896 18.283 81.717 2 115.496 9.587 95.27 3 115.146 1.978 99.341 4 115.318 5.717 98.571 5 115.3457 73.956 85.29 6 115.4327 92.869 84.522 7 115.5168 111.152 84.121 8 115.7227 155.913 8.511 9 115 1.517 227.435 74.729 1 115 1.466 317.5 68.25 51

Absorbansi 1.9.8.7 y =.47x +.99.6 R 2 =.9957.5.4.3.2.1 5 1 15 2 25 Kekeruhan (NTU) Gambar A.1 Kurva standar larutan kekeruhan Tabel A.1 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dengan variasi konsentrasi sampel 2-3 ppm Absorbansi kekeruhan % penurunan sampel kelor 2 115.559 9.787 95.16 21 115.55 9.596 95.431 22 115.521 8.979 95.919 23 115.498 8.489 96.39 24 115.457 7.617 96.826 25 115.125.553 97.234 26 115.424 6.915 97.34 27 115.42 6.447 97.612 28 115.381 6. 97.857 29 115.117.383 99.868 3 115.239 2.979 99.7 52

LAMPIRAN B HASIL UJI EFEKTIFITAS BIOKOAGULAN KELOR (Moringa oleifera) TERHADAP PENURUNAN KONSENTRASI ION BESI B. 1 Hasil Uji Pendahuluan B.1.1 Pengukuran Penurunan Ion Logam Besi dengan Variasi ph tanpa Penambahan Kelor.6.5 Absorbansi.4.3.2 y =.618x -.561 R 2 =.9947.1 2 4 6 8 1 12 Fe (ppm ) Gambar B.1 Kurva standar larutan ion besi Tabel B.1 Penurunan konsentrasi logam ion besi dengan variasi ph tanpa penambahan kelor sampel ph Absorbansi besi % penurunan 1 1.561 9.985.146 1 2.561 9.985.146 1 3.556 9.94.955 1 4.555 9.888 1.116 1 5.556 9.94.955 1 6.54 9.872 1.278 1 7.515 9.872 1.278 1 8.382 7.89 29.11 1 9.273 5.325 46.747 1 1.197 4.95 59.45 53

B.1.2 Pengukuran Efektifitas Kelor (Moringa oleifera) dalam Menurunkan Ion Besi pada Variasi ph.3.25.2 Absorbansi.15.1 y =.314x -.466 R 2 =.9941.5 2 4 6 8 1 12 Fe Gambar B.2 Kurva standar larutan ion besi Tabel B.2 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan konsentrasi ion besi pada variasi ph sampel kelor ph Absorbansi besi % penurunan 1 1 1.138 5.879 41.21 1 1 2.127 5.529 44.713 1 1 3.65 3.554 64.459 1 1 4.47 2.981 7.191 1 1 5.19 2.89 79.18 54

B.1.3 Pengukuran Efektifitas Kelor (Moringa oleifera) dalam Menurunkan Ion Besi pada Biokoagulan 1-1 ppm.3.25.2 Absorbansi.15.1 y =.32x -.37 R 2 =.9978.5 2 4 6 8 1 12 Fe Gambar B.3 Kurva standar larutan ion besi Tabel B.3 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan konsentrasi ion besi pada konsentrasi biokoagulan 1-1 ppm sampel kelor Absorbansi besi % penurunan 1 1.22 8.51 14.9 1 3.216 8.377 16.225 1 5.214 8.311 16.887 1 7.212 8.245 17.55 1 9.28 8.113 18.874 1 1.27 8.79 19.25 55

B.1.4 Pengukuran Efektifitas Kelor (Moringa oleifera) dalam Menurunkan Ion Besi dengan Menggunakan Biokoagulan 1-5 ppm.35.3.25 Absorbansi.2.15.1 y =.35x -.592 R 2 =.9964.5 2 4 6 8 1 12 Fe Gambar B.4 Kurva standar larutan ion besi Tabel B.4 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan konsentrasi ion besi dengan menggunakan konsentrasi biokoagulan 1-5 ppm sampel kelor Absorbansi besi % penurunan 1 1.223 8.63 19.371 1 2.162 6.32 36.8 1 3.143 5.777 42.228 1 4.61 3.434 65.657 1 5.43 2.92 7.8 56

B.1.5 Pengukuran Efektifitas Kelor (Moringa oleifera) dalam Menurunkan Ion Besi dengan Menggunakan Biokoagulan 1-5 ppm.4.35.3 Absorbansi.25.2.15 y =.39x -.31 R 2 =.9963.1.5 2 4 6 8 1 12 Fe Gambar B.5 Kurva standar larutan ion besi Tabel B.5 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan konsentrasi ion besi dengan menggunakan konsentrasi biokoagulan 1-5 ppm sampel kelor Absorbansi besi % penurunan 1 1.51 2.12 78.974 1 2.47 2. 8. 1 3.93 3.18 68.25 1 4.145 4.513 54.872 1 5.156 4.795 52.51 57

B. 2 Parameter Penelitian B.2.1 Penentuan ph Optimum.3.25.2 Absorbansi.15.1 y =.314x -.466 R 2 =.9941.5 2 4 6 8 1 12 Fe Gambar B.6 Kurva standar larutan ion besi Tabel B.6 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan konsentrasi ion besi pada variasi ph sampel kelor ph Absorbansi besi % penurunan 1 1 1.138 5.879 41.21 1 1 2.127 5.529 44.713 1 1 3.65 3.554 64.459 1 1 4.47 2.981 7.191 1 1 5.19 2.89 79.18 58

B.2.2 Penentuan Jumlah Koagulan Optimum 1.2 1.8 Absorbansi.6.4 y =.1178x -.47 R 2 =.9943.2 2 4 6 8 1 Fe (ppm ) Gambar B.7 Kurva standar larutan ion besi Tabel B.7 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan konsentrasi ion besi pada konsentrasi biokoagulan 1-3 ppm Absorbansi % penurunan sampel kelor besi 1 1.21 2.15 78.947 1 125.6.449 95.5 1 15.61.917 9.831 1 175.139 1.579 84.21 1 2.186 1.978 8.221 1 225.234 2.385 76.146 1 25.265 2.648 73.514 1 275.293 2.886 71.137 1 3.327 3.175 68.251 59

1.2 1 Absorbansi.8.6.4 y =.1186x -.487 R 2 =.994.2 2 4 6 8 1 Fe (ppm ) Gambar B.8 Kurva standar larutan ion besi Tabel B.8 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan konsentrasi ion besi pada konsentrasi biokoagulan 1-15 ppm sampel kelor Absorbansi besi % penurunan 1 1.22 2.114 78.862 1 15.79 1.77 89.233 1 11.53.858 91.425 1 115.31.672 93.28 1 12.22.596 94.39 1 125.3.436 95.641 1 13.8.478 95.219 1 135.15.537 94.629 1 14.28.647 93.533 1 145.45.79 92.99 1 15.6.917 9.835 6

B.2.3 Perlakuaan Variasi Sampel 1.2 1 Absorbansi.8.6.4 y =.1228x -.83 R 2 =.9925.2 2 4 6 8 1 Fe Gambar B.9 Kurva standar larutan ion besi Tabel B.9 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan konsentrasi ion besi dengan variasi konsentrasi sampel 1-1 ppm sampel kelor Absorbansi besi % penurunan 1 125.44.34 96.58 2 125.47.59 97.68 3 125.49.75 97.53 4 125.5.83 97.923 5 125.49.75 98.52 6 125.5.83 98.616 7 125.49.75 98.93 8 125.49.75 99.64 9 125.45.42 99.53 1 125.93.433 95.668 61

LAMPIRAN C HASIL UJI EFEKTIFITAS BIOKOAGULAN KELOR (Moringa oleifera) TERHADAP PENURUNAN KONSENTRASI ION MANGAN C. 1 Hasil Uji Pendahuluan C.1.1 Pengukuran Penurunan Ion Mangan dengan Variasi ph tanpa Penambahan Kelor 1.2 1.8 Absorbansi.6.4 y =.1114x -.121 R 2 =.9935.2 2 4 6 8 1 12 Mn Gambar C.1 Kurva standar larutan ion mangan Tabel C.1 Penurunan konsentrasi ion mangan dengan variasi ph tanpa penambahan kelor sampel ph Absorbansi Mangan % penurunan 1 1.992 9.983.171 1 2.991 9.974.26 1 3.992 9.983.171 1 4.993 9.992.81 1 5.993 9.992.81 1 6.991 9.974.26 1 7.991 9.974.26 1 8.981 9.884 1.158 1 9.868 8.87 11.31 1 1.774 8.26 19.74 62

C.1.2 Pengukuran Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam Menurunkan Ion Mangan pada Variasi ph.35.3.25 Absorbansi.2.15.1 y =.35x -.592 R 2 =.9964.5 2 4 6 8 1 12 Mn Gambar C.2 Kurva standar larutan ion mangan Tabel C.2 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan konsentrasi ion mangan pada variasi ph sampel kelor ph Absorbansi mangan % penurunan 1 1 1.19 2.234 77.657 1 1 2.19 2.234 77.657 1 1 3.16 2.149 78.514 1 1 4.17 2.177 78.229 1 1 5.17 2.177 78.229 1 1 6.13 2.63 79.371 1 1 7.17 2.177 78.229 1 1 8.16 2.149 78.514 63

C.1.3 Pengukuran Efektifitas Kelor (Moringa oleifera) dalam Menurunkan Ion Mangan pada Biokoagulan 1-1 ppm 1.2 1 Absorbansi.8.6.4 y =.1114x -.1221 R 2 =.9928.2 2 4 6 8 1 12 Mn Gambar C.3 Kurva standar larutan ion mangan Tabel C.3 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan konsentrasi ion mangan pada konsentrasi biokoagulan 1-1 ppm sampel kelor Absorbansi mangan % penurunan 1 2.773 8.35 19.65 1 3.765 7.963 2.368 1 4.763 7.945 2.548 1 5.759 7.99 2.97 1 6.756 7.882 21.176 1 7.751 7.838 21.625 1 8.749 7.82 21.84 1 9.748 7.811 21.894 1 1.744 7.775 22.253 64

C.1.4 Pengukuran Efektifitas Kelor (Moringa oleifera) dalam Menurunkan Ion Mangan dengan Menggunakan Biokoagulan 1-5 ppm 1.2 1.8 Absorbansi.6.4 y =.152x -.543 R 2 =.9918.2 2 4 6 8 1 12 Mn Gambar C.4 Kurva standar larutan ion mangan Tabel C.4 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan konsentrasi logam mangan dengan menggunakan konsentrasi biokoagulan 1-5 ppm sampel kelor Absorbansi mangan % penurunan 1 1.759 7.731 22.69 1 2.635 6.552 34.477 1 3.57 5.336 46.644 1 4.391 4.233 57.671 1 5.253 2.921 7.789 65

C.1.5 Pengukuran Efektifitas Kelor (Moringa oleifera) dalam Menurunkan Ion Mangan dengan Menggunakan Biokoagulan 1-5 ppm 1.9.8.7 Absorbansi.6.5.4.3.2.1 y =.122x -.771 R 2 =.9926 2 4 6 8 1 12 Mn Gambar C.5 Kurva standar larutan ion Tabel C.5 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan konsentrasi ion mangan dengan menggunakan konsentrasi biokoagulan 1-5 ppm sampel kelor Absorbansi mangan % penurunan 1 1.13 2.26 79.736 1 2.94 1.674 83.258 1 3.157 2.291 77.94 1 4.285 3.543 64.569 1 5.321 3.895 61.47 66

C. 2 Parameter Penelitian C.2.1 Penentuan ph optimum 1.2 1.8 Absorbansi.6.4 y =.171x -.648 R 2 =.991.2 2 4 6 8 1 12 Mn Gambar C.6 Kurva standar larutan ion mangan Tabel C.6 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan konsentrasi ion mangan pada variasi ph sampel kelor ph Absorbansi mangan % penurunan 1 2 1.131 1.828 81.718 1 2 2.137 1.884 81.158 1 2 3.141 1.922 8.784 1 2 4.143 1.94 8.598 1 2 5.133 1.847 81.531 1 2 6.116 1.688 83.119 1 2 7.148 1.987 8.13 1 2 8.132 1.838 81.624 67

C.2.2 Penentuan jumlah koagulan optimum 1.2 1.8 Absorbansi.6.4 y =.1226x +.372 R 2 =.9918.2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Mn Gambar C.7 Kurva standar larutan ion mangan Tabel C.7 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan konsentrasi logam mangan pada konsentrasi biokoagulan 1-3 ppm sampel kelor Absorbansi mangan % penurunan 1 1.286 2.29 79.76 1 125.121.684 93.165 1 15.234 1.65 83.948 1 175.24 1.654 83.458 1 2.244 1.687 83.132 1 225.26 1.817 81.827 1 25.262 1.834 81.664 1 275.269 1.891 81.93 1 3.314 2.258 77.423 68

1.2 1 Absorbansi.8.6.4 y =.1228x +.398 R 2 =.9925.2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Mn Gambar C.8 Kurva standar larutan ion mangan Tabel C.8 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan konsentrasi ion mangan pada konsentrasi biokoagulan 1-15 ppm sampel kelor Absorbansi mangan % penurunan 1 1.289 2.29 79.76 1 15.88.393 96.75 1 11.87.384 96.156 1 115.98.474 95.261 1 12.119.645 93.55 1 125.121.661 93.388 1 13.147.873 91.27 1 135.156.946 9.537 1 14.18 1.1417 88.583 1 145.21 1.386 86.14 1 15.236 1.598 84.23 69

C.2.3 Perlakuaan variasi konsentrasi sampel 1.2 1 Absorbansi.8.6.4.2 y =.1221x +.417 R 2 =.9918 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Mn Gambar C.9 Kurva standar larutan ion mangan Tabel C.9 Efektifitas kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan konsentrasi ion mangan dengan variasi konsentrasi sampel 1-1 ppm sampel kelor Absorbansi mangan % penurunan 1 11.58.133 86.65 2 11.73.256 87.183 3 11.84.346 88.452 4 11.89.387 9.315 5 11.89.387 92.252 6 11.89.387 93.544 7 11.79.35 95.636 8 11.48.52 99.355 9 11.92.412 95.423 1 11.121.649 93.55 7

LAMPIRAN D PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA KOLOID Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Kimia Kelas / Semester : XI IPA / 2 Alokasi Waktu : 3 x 35 menit A. STANDAR KOMPETENSI : Menjelaskan sistem koloid dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. B. KOMPETENSI DASAR : Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan seharihari. C. MATERI Partikel koloid tidak dapat diamati dengan mikroskop biasa, namun beberapa partikel koloid dapat dideteksi dengan mikroskop elektron. Suspensi kasar, koloid dan larutan sejati dapat dibedakan dari diameter partikelnya yaitu, - Suspensi kasar : diameter partikel lebih besar dari 1-1 - Koloid : partikelnya antara 1-7 dan 1-9. - Larutan Sejati : diameter molekul atau ion kurang 1-9 m. Sistem koloid cair dapat digolongkan dalam dua kelompok yaitu : a. Sol liofil, yaitu sol yang stabil dan tidak mengalami koagulasi oleh larutan garam, contoh : sabun, kanji, gelatin b. Sol liofob, jika medium pendespersinya air, contoh sol emas besi hidroksida 71

Beberapa Sifat koloid : 1. Sifat Koligatif Sifat koloid dapat dipelajari dengan tekanan osmotik. 2. Sifat Optik Partikel koloid dapat menghamburkan cahaya, peristiwa ini disebut sebagai efek tindall. 3. Sifat kinetik a. Gerak Brown b. Partikel koloid berfusi lambat c. Sedimentasi 4. Sifat listrik Permukaan partikel koloid mempunyai muatan disebabkan oleh pengionan atau penyerapan muatan. Untuk mengimbangi muatan ini terjadi penarikan muatan berlawanan dari larutan, sehingga suatu partikel koloid mempunyai lapisan rangkap listrik. 5. Koagulasi Peristiwa pengendapan atau penggumpalan koloid disebut koagulasi. Koagulasi dapat terjadi dengan : a. Mencampurkan dua sol yang berbeda muatan b. Elektroforesis. Pada elektroforesis muatan sol dinetralkan pada elektroda dan sol mengendap c. Pemanasan. Beberapa sol seperti belerang dan perak halida dapat dikoagulasi dengan pemanasan d. Penambahan elektrolit. 6. Koloid Pelindung Sol liofil biasanya lebih stabil terhadap elektrolit. Oleh karena itu suatu sol liofil seperti gelatin biasanya digunakan untuk mencegah atau memperlambat pengendapan suatu sol hidrofob jika ditambahkan elektrolit. Pengaruh in disebut proteksi dan gelatin disebut koloid pelindung. 72

7. Adsorpsi Oleh karena partikel koloid sangat kecil maka permukaannya luas, sehingga daya adsorbsinya besar. Adsorbsi adalah proses melekatnya suatu zat pada permukaan padatan atau cairan. D. TUJUAN Dari percobaan yang dilakukan, siswa diharapkan : 1. Mempunyai kemampuan dalam menginterpretasikan sifat-sifat koloid berdasarkan hasil pengamatan. 2. Mempunyai keterampilan dalam menggunakan alat-alat laboratorium pada umumnya. E. ALAT DAN BAHAN 1. Alat : - Neraca Analitis - Beaker Glass 1 liter - Blender - Pipet ukur - Gelas ukur - Botol semprot - Spatula - Jar test - Gelas Kimia - Buret - Erlenmeyer - Spektronik-2 - Pipet tetes - Labu ukur 2. Bahan : - Aquades - Air keruh - Biji kelor - NH 4 OH - HCl - Hidrazin Sulfat - Heksametilentetramin - Fe SO 4 7 H 2 O - Fenantrolin - KMNO 4 - H 3 PO 4 - Na Oksalat - KIO 3 - Air yang mengandung logam besi - Air yang mengandung logam mangan 73

F. PROSEDUR KERJA A. Persiapan Koagulan Di pilih biji kelor (Moringa oleifera) yang digunakan adalah buah yang telah tua, berwarna coklat tua dan kering. Bijinya dikeluarkan dan dipilih yang tidak kisut, dikumpulkan dan disimpan di tempat yang kering. Biji yang digunakan sebagai bioflokulan dikupas dan dihaluskan dengan blender kemudian diayak supaya diperoleh ukuran diameter yang sama Ditimbang sesuai konsentrasi yang diperlukan B. Pembuatan larutan Standar Kekeruhan Larutan standar kekeruhan ini digunakan satuan Nephelometric Turbidity Unit (NTU) yang dibuat dengan tahap-tahap : Di buat larutan I-Larutan 1 gr Hidrazin sulfat (NH 2 ) 2 HSO 4 dalam aquades, kemudian diencerkan hingga volumenya mencapai 1 ml didalam labu ukur. Dibuat larutan II larutkan 1 gr heksametilentetramin (CH 2 ) 6 H 4 dalam aquades kemudian diencerkan hingga volumenya mencapai 1 ml didalam labu ukur. Di campurkan 5 ml larutan I dengan 5 ml larutan II biarkan selama 24 jam pada suhu kamar supaya bercampur rata. Larutan ini memiliki kekeruhan dengan konsentrasi 4 NTU. Larutan standar di encerkan menjadi beberapa variasi konsentrasi kekeruhan. Analisis absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 45 nm. Dengan data yang ada di buat grafik standar. Dibuat persamaan liniernya. 74

C. Proses Koagulasi untuk Menurunkan Kekeruhan dengan Biji Kelor Kedalam gelas piala dimasukan larutan sampel air keruh sebanyak 1 Liter. Kedalam larutan tersebut di tambahkan NH 4 OH atau HCl hingga didapatkan ph optimum (4). kedalam gelas piala ditambahkan biji kelor kira-kira 115 dilakukan pengadukan selama 5 menit dengan kecepatan 1 rpm dilakukan pengadukan selama 1 menit dengan kecepatan 6 rpm mengunakan alat jar test diamkan selama 1 jam Analisis kadar kekeruhan dengan menggunakan spektrofotometer D. Analisa Kadar Kekeruhan Pipet filtrat hasil koagulasi yang telah didiamkan. Analisis kadar kekeruhan dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 45 nm. Catat absorbansinya bandingkan dengan standar yang dilakukan. E. Pembuatan larutan Standar Besi Ditimbang dengan teliti 24,89 mg FeSO 4. 7H 2 O kemudian dilarutkan dengan Aqua dm hingga 5 ml, larutan mempunyai konsentrasi Fe 1 ppm. Larutan standar di encerkan menjadi beberapa variasi konsentrasi kekeruhan. Tambahkan 5 ml larutan Hidroksilamonium 1%. ph disesuaikan menjadi 3-6 dengan menambahkan Natrium asetat. Tambahkan 4 ml larutan 1,1 Fenantrolina. Larutan dicampur selama 5-1 menit. Analisis absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 515 nm. Dengan data yang ada di buat grafik standar. Dibuat persamaan liniernya. 75

F. Proses Koagulasi untuk Menurunkan Logam Besi dengan Biji Kelor Kedalam gelas piala dimasukan larutan sampel air yang mengandung ion besi sebanyak 1 Liter. Kedalam larutan tersebut ditambahkan NH 4 OH atau HCl hingga didapatkan ph optimum (5). kedalam gelas piala ditambahkann biji kelor jumlah biji kelor 125. Dilakukan Pengadukan selama 5 menit dengan kecepatan 1 rpm. Dilakukan pengadukan selama 1 menit dengan kecepatan 6 rpm mengunakan alat jar test. Lalu diamkan selama 1 jam. Analisis kadar besi dengan menggunakan metode titrimetri atau spektrofotometer. G. Analisis kadar Besi 1. Metode Titrimetri : Titrimetri logam besi dengan oksidator KMnO 4,1 N. Pipet larutan sampel sebanyak 25 ml dan masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 25 ml. Titrasi larutan secara perlahan dengan KMnO 4, dan pada saat terbentuk warna kuning dalam larutan (warna Fe 3+ ) tambahkan 3 ml H 3 PO 4 85%. Lanjutkan titrasi hingga terbentuk warna merah muda pada larutan (sekitar 25-3 detik). Dicatat volume titrant yang diperlukan untuk mencapai titik akhir titrasi. Lakukan duplo. 76

2. Metode Spektrofotometri Pipet 1 filtrat hasil koagulasi yang telah didiamkan. Tambahkan 5 ml larutan Hidroksilamonium 1%. ph disesuaikan menjadi 3-6 dengan menambahkan Natrium asetat. Tambahkan 4 ml larutan 1,1 Fenantrolina. Larutan dicampur selama 5-1 menit. Analisis kadar besi dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 515 nm. Catat absorbansinya bandingkan dengan standar yang dilakukan. H. Pembuatan larutan Standar Mangan Ditimbang dengan teliti 15,38 mg MnSO 4. H 2 O lalu dilarutkan dengan Aqua dm hingga 5 ml, larutan mempunyai konsentrasi Mn 1 ppm. Larutan standar di encerkan menjadi beberapa variasi konsentrasi kekeruhan. Tambahkan 2-5 ml larutan asam nitrat 1 : 3. Larutan di didihkan selama 1-2 menit untuk mengusir oksida-oksida nitrogen. Tambahkan,5 1 ammonium presulfat. Larutan di didihkan1-2 menit untuk mengoksidasi senyawa karbon dan menguraikan kelebihan persulfat. Tambahkan 5-1 ml asam phospat dan,5 kalium periodat. Larutan di didihkan selama 1 menit. Larutan dibiarkan panas 5 1 menit. Larutkan di biarkan dingin dan diencerkan hingga 25 ml. Analisis absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 545 nm. Dengan data yang ada di buat grafik standar. Dibuat persamaan liniernya. 77

I. Proses Koagulasi untuk Menurunkan Logam Mangan dengan Biji Kelor Kedalam gelas piala dimasukan larutan sampel air yang mengandung logam mangan sebanyak 1 Liter. Kedalam larutan tersebut ditambahkan NH 4 OH atau HCl hingga didapatkan ph optimum (6). Kemudian kedalam gelas piala ditambahkann biji kelor jumlah biji kelor 11. Dilakukan Pengadukan selama 5 menit dengan kecepatan 1 rpm. Dilakukan pengadukan selama 1 menit dengan kecepatan 6 rpm mengunakan alat jar test. Diamkan selama 1 jam. Analisis kadar mangan dengan menggunakan metode titrimetri atau spektrofotometer. J. Analisis Kadar Mangan Titrimetri logam Mangan dengan Oksidator KMnO 4,1 N. Larutan sampel sebanyak 1 ml dipipet dan dimasukan kedalam labu Erlenmeyer. Larutan ditambahkan 5 ml asam Oksalat,1 N dan 5 ml asam sulfat 2 M lalu letakkan sebuah corong pendek dalam mulut labu. Larutan di didihkan berlahan sampai tidak ada lagi partikel-partikel hitam tertinggal. Larutan di dinginkan lalu di lakukan titrasi kelebihan oksalat dengan kalium permanganat,1 N standar. Hitung banyaknya Natrium oksalat yang terpakai habis dalam reaksi. Dicatat volume titrant yang diperlukan untuk mencapai titik akhir titrasi. Lakukan duplo. 78

Metode Spektrofotometri Di pipet 1 ml sampel hasil koagulasi.. Tambahkan 2-5 ml larutan asam nitrat 1 : 3. Larutan di didihkan selama 1-2 menit untuk mengusir oksida-oksida nitrogen. Tambahkan,5 1 ammonium presulfat. Larutan di didihkan1-2 menit untuk mengoksidasi senyawa karbon dan menguraikan kelebihan persulfat. Tambahkan 5-1 ml asam phospat dan,5 kalium periodat. Larutan di didihkan selama 1 menit. Larutan dibiarkan panas 5 1 menit. Larutkan di biarkan dingin dan diencerkan hingga 25 ml. Analisis absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 545 nm. Catat absorbansinya bandingkan dengan standar yang dilakukan. K. PERHITUNGAN Metode Titrimetri Jumlah ekivalen Oksidator = Jumlah ekivalen Reduktor Sehingga : dimana : V 1 M 1 n 1 V 2 M 2 n 2 V 1 x M 1 x n 1 = V 2 x M 2 x n 2 = Volume reduktor = Kemolaran reduktor = Perubahan bilangan oksidasi reduktor = Volume oksidator = Kemolaran oksidator = Perubahan bilangan oksidasi oksidator Reaksi : 2MnO 2 + H 2 C 2 O 4 + 2H + Mn 2+ + 2CO 2 + 2H 2 O 5Fe 2+ - + MnO 4 + 8H + 5Fe 3+ + Mn 2+ + 4H 2 O Metode Spektrofotometri Kadar kekeruhan ditentukan dengan menggunakan persamaan linier dari standar : 79

Y = a. x + c a = xi. yi 2 xi a = konsentrasi y = absorbansi L. HASIL PENGAMATAN Proses koagulasi untuk menurunkan kekeruhan dengan biji kelor Berat kelor yang digunakan : Volume sampel yang digunakan : ml Tabel Pengamatan Proses koagulasi untuk menurunkan kekeruhan dengan biji Kelor Sebelum penambahan kelor Setelah penambahan kelor Analisis kadar Kekeruhan λ = Persamaan linier standar : Absorbansi sampel : kekeruhan : Proses Koagulasi untuk menurunkan logam besi dengan biji Kelor Berat kelor yang digunakan : 8

Volume sampel yang digunakan : ml Tabel Pengamatan Proses koagulasi untuk menurunkan kekeruhan dengan biji kelor Sebelum penambahan kelor Setelah penambahan kelor Analisis kadar Kekeruhan Metode Spektrofotometri λ = Persamaan linier standar : Absorbansi sampel : kekeruhan : Tabel Hasil Perhitungan Kadar Ion Fe 2+ dengan KMnO 4 D a t a Hasil Perhitungan 1. Volume awal KMnO 4 (ml) pada buret 2. Volume akhir KMnO 4 (ml) pada buret 3. Molaritas KMnO 4 4. mmol KMnO 4 yang digunakan 5. mmol Fe 2+ Proses Koagulasi untuk menurunkan logam mangan dengan biji kelor Berat kelor yang digunakan : Volume sampel yang digunakan : ml 81

Tabel Pengamatan Proses koagulasi untuk menurunkan kekeruhan dengan biji kelor Sebelum penambahan kelor Setelah penambahan kelor Analisis kadar Kekeruhan Metode Spektrofotometri λ = Persamaan linier standar : Absorbansi sampel : kekeruhan : Tabel Hasil Perhitungan Kadar Ion Mn 2+ dengan KMnO 4 D a t a Hasil Perhitungan 1. Volume awal KMnO 4 (ml) pada buret 2. Volume akhir KMnO 4 (ml) pada buret 3. mmol Natrium Oksalat 4. Molaritas KMnO 4 5. mmol KMnO 4 yang digunakan 6. mmol Na Oksalat sisa 7. mmol Mn 2+ 82

M. PEMBAHASAN/DISKUSI N. KESIMPULAN O. PERTANYAAN 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan efek tyndall dan gerak brown. 2. Jelaskan sifat saling mengkoagulasi dari koloid. 3. Sebutkan beberapa sistem koloid yang dapat dijumpai dalam kehidupan seharihari. DAFTAR PUSTAKA 1. Achmad Hiskia. 21. Penuntun Belajar kimia dasar. Edisi Kedua. Penerbit PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. 2. Underwood, 1996. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi kelima. Erlangga. Jakarta. 3. Vogel. 1978. Buku teks Analisis kuantitatif Anorganik. Edisi keempat. Penerbit buku Kedokteran. Jakarta. 83

Lampiran E Dia Alir Penelitian Pada penelitian dilakukan Penentuan ph optimum untuk penurunan kekeruhan dengan biji kelor seperti yang terlihat pada gambar III.1. Biji kelor Dihaluskan Serbuk biji kelor Koloid 3 NTU 2 2 2 2 2 2 Dalam1 liter aqua dm Data kadar + masing-masing NH 4 OH sampai ph 3,4,5,6,7,8 Dilakukan pengadukan cepat 5 menit lalu pengadukan lambat 1 menit Didiamkan 2 jam,ambil filtrat Analisis Gambar E.1 Penentuan ph optimum penurunan kekeruhan dengan biji kelor 84

Pada penelitian dilakukan Penentuan jumlah koagulan untuk menurunkan kekeruhan dengan biji kelor seperti yang terlihat pada gambar berikut : Biji kelor Dihaluskan Serbuk biji kelor Masing-masing Koloid 3 NTU Dalam1 L aqua dm 1.5 1.1 1.15 1.2 1.25 1.3 1.35 1.4 1.45 1.5 + masing-masing NH 4 OH sampai ph optimum (ph 6 ) Dilakukan pengadukan cepat 5 menit lalu pengadukan lambat 1 menit Didiamkan 2 jam,ambil filtrat Analisis Data kadar Gambar E.2 Penentuan jumlah koagulan untuk menurunkan kekeruhan dengan biji kelor 85

Pada penelitian dilakukan Penentuan Kapasitas koagulan untuk penurunan kekeruhan dengan biji kelor seperti yang terlihat pada gambar berikut : Biji kelor Koloid dengan kekeruhan 2 NTU 3 NTU 4 NTU 5 NTU 6 NTU 7 NTU 8 NTU 9 NTU 1NTU Serbuk biji kelor Dalam1L aqua dm + masing-masing NH 4 OH sampai ph optimum (ph 6 ) Dilakukan pengadukan cepat 5 menit lalu pengadukan lambat 1 menit Didiamkan 2 jam,ambil filtrat Analisis Data kadar Gambar E.3 Penentuan Kapasitas koagulan untuk penurunan kekeruhan dengan biji kelor 86

Pada penelitian dilakukan penentuan ph optimum untuk adsorpsi Fe dengan biji kelor seperti yang terlihat pada gambar berikut : Biji kelor Dihaluskan Logam Fe 1 mg Serbuk biji kelor 1 1 1 1 1 Dalam1 liter aqua dm + masing-masing NH 4 OH sampai ph 1,2,3,4,5 Dilakukan pengadukan cepat 5 menit lalu pengadukan lambat 1 menit Didiamkan 2 jam, Diambil filtrat Analisis Data kadar Gambar E.4 Penentuan ph optimum adsorpsi logam Fe dengan biji kelor 87

Pada penelitian dilakukan Penentuan jumlah koagulan untuk adsorpsi logam Fe dengan biji kelor seperti yang terlihat pada gambar berikut : Biji kelor Dihaluskan Serbuk biji kelor Masing-masing Logam Fe 1 mg Dalam 1 L aqua dm 1. 1.5 1.1 1.15 1.2 1.25 1.3 1.35 1.4 1.45 + masing-masing NH 4 OH sampai ph optimum (ph 5 ) Dilakukan pengadukan cepat 5 menit lalu pengadukan lambat 1 menit Didiamkan 2 jam,ambil filtrat Analisis Data kadar Gambar E.5 Penentuan jumlah koagulan untuk adsorpsi logam Fe dengan biji kelor 88

Pada penelitian dilakukan Penentuan Kapasitas koagulan untuk adsorpsi logam Fe dengan biji kelor seperti yang terlihat pada gambar berikut : Biji kelor Larutan logam Fe Serbuk biji kelor 1 ppm 2 ppm 3 ppm 4 ppm 5 ppm 6 ppm 7 ppm 8 ppm 9 ppm 1ppm Dalam1L aqua dm Data kadar + masing-masing NH 4 OH sampai ph optimum (ph 5 ) Dilakukan pengadukan cepat 5 menit lalu pengadukan lambat 1 menit Didiamkan 2 jam,ambil filtrat Analisis Gambar E.6 Penentuan Kapasitas koagulan untuk adsorpsi logam Fe dengan biji kelor 89

Pada penelitian dilakukan Penentuan ph optimum untuk adsorpsi Mn dengan biji kelor seperti yang terlihat pada gambar berikut : Biji Kelor Dihaluskan Serbuk biji kelor Logam Mn 1 mg Dalam1L aqua dm 2 grm 2 grm 2 grm 2 grm 2 grm 2 grm 2 grm 2 grm Data kadar + masing-masing NH 4 OH sampai ph 1,2,3,4,5,6,7,8 Dilakukan pengadukan cepat 5 menit lalu pengadukan lambat 1 menit Didiamkan 2 jam,ambil filtrat Analisis Gambar E.7 Penentuan ph optimum adsorpsi logam Mn dengan biji kelor 9

Pada penelitian dilakukan Penentuan jumlah koagulan untuk adsorpsi logam Fe dengan biji kelor seperti yang terlihat pada gambar berikut Biji kelor Dihaluskan Serbuk biji kelor Masing-masing Logam Mn 1 mg Dalam1 L aqua dm 1. 1.5 1.1 1.15 1.2 1.25 1.3 1.35 1.4 1.45 + masing-masing NH 4 OH sampai ph optimum (ph 6 ) Dilakukan pengadukan cepat 5 menit lalu pengadukan lambat 1 menit Didiamkan 2 jam,ambil filtrat Analisis Data kadar Gambar E.8 Penentuan jumlah koagulan untuk adsorpsi logam Mn dengan biji kelor 91

Pada penelitian dilakukan Penentuan Kapasitas koagulan untuk adsorpsi logam Fe dengan biji kelor seperti yang terlihat pada gambar berikut : Larutan logam Mn 1 ppm 2 ppm 3 ppm 4 ppm 5 ppm 6 ppm 7 ppm 8 ppm 9 ppm 1ppm Biji kelor Serbuk biji kelor Dalam1L aqua dm + masing-masing NH 4 OH sampai ph optimum (ph 6 ) Dilakukan pengadukan cepat 5 menit lalu pengadukan lambat 1 menit Didiamkan 2 jam,ambil filtrat Analisis Data kadar Gambar E.9 Penentuan Kapasitas koagulan untuk adsorpsi logam Mn dengan biji kelor 92