Diterima: 7 Januari 2009; Disetujui: 20 November 2009

dokumen-dokumen yang mirip
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN PALABUHANRATU JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

TEKNO EKONOMI KAPAL GILLNET DI KALIBARU DAN MUARA ANGKE JAKARTA UTARA LUSI ALMIRA KALYANA

KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN KEJAWANAN CIREBON JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA ANTON

Lampiran 1 Posisi beberapa bagian konstruksi kapal

STUDI KELAYAKAN UKURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU NELAYAN DI PELABUHAN NELAYAN (PN) GRESIK MENGGUNAKAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (BKI)

Analisis Perbandingan Perhitungan Teknis Dan Ekonomis Kapal Kayu Pelayaran Rakyat Menggunakan Regulasi BKI Dan Tradisional

ANALISA TEKNIS KM PUTRA BIMANTARA III MENURUT PERATURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU BKI

MOHAMMAD IMRON C INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS PERI KANAN. Oleh : KARVA IlMIAH

3 METODOLOGI. Gambar 9 Peta lokasi penelitian.

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kapal Perikanan

PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK KONSTRUKSI KAPAL PERIKANAN BERDASAR PERATURAN KLASIFIKASI DAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU BKI 1996

BULETIN PSP ISSN: X Volume XIX No. 3 Edisi Desember 2011 Hal

KONSTRUKSI KAPAL GILLNET (KM. KARUNIA NUSANTARA) DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN PIDIE ACEH DAVID DAMAYANA

KERAGAAN KONSTRUKSI KM PSP 01 DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT VIONA MAULIDIA

STUDIES ON THE USE OF WOOD ON FRAME IN TANJUNG BAKAU S VILLAGE RANGSANG S SUB-DISTRICT REGENCY OF KEPULAUAN MERANTI PROVINCE OF RIAU

KAPAL KAYU LAMINASI TUNA LONG LINE 40 GT Dl GALAWGAN KAPAL PT PE N SAMODERA BESAR CABANG UJ

KAPAL KAYU LAMINASI TUNA LONG LINE 40 GT Dl GALAWGAN KAPAL PT PE N SAMODERA BESAR CABANG UJ

DESAIN DAN STUDI KONSTRUKSI KAPAL PURSE SEINE BERMATERIAL KAYU DIPELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) LAMPULO

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Teknis dan Ekonomis Pembangunan Kapal Ikan Menggunakan Laminasi Hybrid Antara Bambu Ori dengan Kayu Sonokembang dengan Variasi Arah Serat

Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka Belitung

Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka belitung

Analisis Kekuatan Kapal Bambu Laminasi dan Pengaruhnya Terhadap Ukuran Konstruksi dan Biaya Produksi

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ALTERNATIF PENGGUNAAN GADING BAJA PADA PEMBANGUNAN KAPAL KAYU 30 GT

STUDI MODERNISASI INDUSTRI KAPAL RAKYAT DI JAWA TIMUR

Bentuk baku konstruksi kapal pukat cincin (purse seiner) GT

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2010, hlm ISSN

PEMBANGUNAN KAPAL PERIKANAN DI GALANGAN KAPAL TRADISIONAL KALIMANTAN SELATAN (DEVELOPMENT OF FISHING VESSEL SHIPYARD IN TRADITIONAL SOUTH KALIMANTAN)

Studi Teknis Ekonomis Pengaruh Variasi Sambungan Terhadap Kekuatan Konstruksi Lunas, Gading dan Balok Geladak Berbahan Bambu Laminasi

Bentuk baku konstruksi kapal rawai tuna (tuna long liner) GT SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional

ANALISA UKURAN KONSTRUKSI KAPAL DI GALANGAN KAPAL KOTA BAGANSIAPI-API MENGGUNAKAN PERATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA KAPAL KAYU 1996

TEKNO-EKONOMI PEMBANGUNAN KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL RAKYAT DI DESA GEBANG, CIREBON, JAWA BARAT

KAJIAN PENGGUNAAN PROGRAM APLIKASI DESAIN KAPAL TRADISIONAL PADA GALANGAN KAPAL KAYU DI KABUPATEN BATANG

Desain dan parameter hidrostatis kasko kapal fiberglass tipe pukat cincin 30 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa Sulawesi Utara

ALTERNATIF DESAIN KAPAL IKAN DI WILAYAH PERAIRAN PUGER - KABUPATEN JEMBER

KAJIAN DIMENSI DAN MODEL SAMBUNGAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU PRODUKSI GALANGAN RAKYAT DI KABUPATEN BULUKUMBA

KAJIAN TEKNIS DAN KARAKTERISTIK KAPAL LONGLINE DI PERAIRAN PALABUHAN RATU

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Kajian rancang bangun kapal ikan fibreglass multifungsi 13 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa Sulawesi Utara

KARAKTERISTIK DIMENSI UTAMA KAPAL PERIKANAN PUKAT PANTAI (BEACH SEINE) DI PANGANDARAN

4 Penyetelan gading {gading utuh). KESIMPULAJi

BAB I PENDAHULUAN. PENDAHULUAN MT SAFINA SYUMADHANI Tanker 3600 BRT I - 1 PROGRAM STUDI D III TEKNIK PERKAPALAN PROGRAM DIPLOMA FAKULTAS TEKNIK

HUBUNGAN ANTARA BENTUK KASKO MODEL KAPAL IKAN DENGAN TAHANAN GERAK Relationship Between Hull Form of Fishing Vessel Model and its Resistance

KONTRUKSI KAPAL PERIKANAN DAN UKURAN-UKURAN UTAMA DALAM PENENTUAN KONSTRUKSI KAPAL

Rancang Bangun Kapal Gill Net Monofilament di Nagari Katiagan Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat

BAB V MIDSHIP AND SHELL EXPANSION

DESAIN DAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP CUMI-CUMI KM. CAHAYA ALAM TIGA DI GALANGAN KAPAL PT. PROSKUNEO KADARUSMAN MUARA BARU, JAKARTA UTARA

KARAKTERISTIK DIMENSI UTAMA KAPAL PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LEMPASING PROVINSI LAMPUNG

Dl DAERAH KABUPATEN CIREBON

DESAIN KAPAL TANKER 3500 DWT

TINGKAT KEAKURATAN KONSTRUKSI GADING-GADING KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL UD. SEMANGAT UNTUNG DI DESA TANAH BERU, BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN

KARAKTERISTIK DIMENSI UTAMA KAPAL PERIKANAN PUKAT PANTAI (BEACH SEINE) DI PANGANDARAN

PERHITUNGAN BUKAAN KULIT SHELL EXPANTION

Jurnal Perikanan dan Kelautan p ISSN Volume 6 Nomor 2. Desember 2016 e ISSN Halaman :

Identification of Fishing Vessels Used Kurau Fishermen in the District Bantan Bengkalis, Riau. Abstact By Syaifuddin, Jonny Zain, Polaris

BAB V SHELL EXPANSION

DESAIN DAN KONSTRUKSI KAPAL BOUKE AMI (KM VARIA KARUNIA) DI GALANGAN KAPAL PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA DIDI JANUARDY

KAPAL GILL NET Dl IWDRAMAYU

TEKNOLOGI PEMBANGUNAN KAPAL KAYU TRADISIONAL DI TANAHBERU KABUPATEN BULUKUMBA

Studi Modernisasi Industri Kapal Rakyat di Jawa Timur

BAB V RENCANA BUKAAN KULIT (SHEEL EXPANSION) Beban sisi geladak dihitung menurut rumus BKI 2006 Vol II Sect.

RASIO DIMENSI UTAMA DAN STABILITAS STATIS KAPAL PURSE SEINE TRADISIONAL DI KABUPATEN PINRANG

ANALYSIS CONSTRUCTION LONG LINER 5 GT IN COUNTRYSIDE BAY OF PAMBANG SUB-PROVINCE OF BEGKALIS PROVINSI RIAU

TINGKAT PEMANFAATAN MATERIAL KAYU PADA PEMBUATAN GADING-GADING DI GALANGAN KAPAL RAKYAT UD

Analisis Teknis Dan Ekonomis Penggunaan Bambu Ori Dengan Variasi Umur Untuk Pembuatan Kapal Kayu

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL

5. KAJIAN DAN PEMBAHASAN

Bentuk baku konstruksi pukat tarik lampara dasar

Bentuk baku konstruksi pukat hela arad

EVALUASI PERBANDINGAN DRAFT KAPAL IKAN FIBERGLASS DAN KAYU BERDASARKAN SKENARIO LOADCASE, STUDI KASUS KAPAL IKAN 3GT

Bentuk baku konstruksi pukat tarik cantrang

ESTIMASI KAPASITAS DAN TITIK BERAT PADA PEMBUATAN KAPAL JARING TRADISIONAL DI GALANGAN KAPAL BAGAN SIAPIAPI KABUPATEN ROKAN HILIR MENGGUNAKAN SOFTWARE

ALBACORE ISSN Volume I, No 2, Juni 2017 Hal BENTUK LINGGI HALUAN KAPAL PENANGKAP IKAN (KURANG DARI 30 GT)

HALAMAN JUDUL HALAMAN SURAT TUGAS

Z = 10 (T Z) + Po C F (1 + )

PENGEMBANGAN STRUKTUR ALTERNATIF KAPAL PUKAT CINCIN di NANGGROE ACEH DARUSALAM NUSA SETIANI TRIASTUTI

TINGKAT KEAKURATAN KONSTRUKSI GADING-GADING KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL UD. SEMANGAT UNTUNG DI DESA TANAH BERU, BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN

BAB V BUKAAN KULIT (SHELL EXPANSION)

BIDANG STUDI INDUSTRI PERKAPALAN JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN:

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

PEMBERDAYAAN PENGRAJIN KAPAL KAYU DI KABUPATEN BATANG DENGAN KKN-PPM TEMATIK

PERBANDINGAN HASIL RANCANGAN BALING-BALING PADA METODE CROUCH DAN METODE BP-δ UNTUK KAPAL IKAN 30 GT

Karakteristik Desain Kapal Perikanan Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat, Bangka Belitung

Bab XII. Spesifikasi Teknis dan Gambar

PERENCANAAN KAPAL IKAN UNTUK NELAYAN DAERAH TEGAL

PENETAPAN BENTUK KAPAL NELAYAN BERBAHAN DASAR PLASTIK HIGH DENSITY POLYETHYLENE DIPERAIRAN SELAT MALAKA

Kesesuaian ukuran soma pajeko dan kapalnya di Labuan Uki Kabupaten Bolaang Mongondow

Keywords: Agam regency, contribution, fisheries sector, Tiku fishing port

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Peta lokasi penelitian

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

PROSES PEMBUATAN RANGKA KAYU SEBAGAI TULANG PADA PERAHU NELAYAN BERBAHAN KOMPOSIT

SKRIPSII FAKULTAS INSTITUT 2008

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan 2.2 Komponen Biaya Produksi Kapal Perikanan

Transkripsi:

KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL IKAN DI PPI MUARA ANGKE JAKARTA UTARA DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA Dimension Appropriatness of Some Construction Parts of Woodden Fishing Vessels at PPI Muara Angke North Jakarta Towards Indonesian Classification Beareau Standard Oleh: Bramantyas Febriyansyah 1*, Mohammad Imron 2, dan Budhi H. Iskandar 2 Diterima: 7 Januari 2009; Disetujui: 20 November 2009 ABSTRACT The purpose of this research is to know dimension size of some construction parts of fishing boat in Muara Angke Fishing Landing Port (PPI Muara Angke, North Jakarta) and to know its compliment to the rule of Indonesian Classification Beareau (BKI). The method of case study and simple statistic are applied in this research. The result shows that from 17 (seventeen) samples of fishing boat mostly do not comply with the BKI rules. Boat builder mostly used their own method that has given from previous generation to build a boat compare to using BKI rules as standard. Key words: compliment, dimension size, fishing boat construction ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ukuran konstruksi beberapa bagian kapal ikan di PPI Muara Angke, Jakarta Utara dan mengetahui kesesuaiannya dengan nilai yang ditetapkan Biro Klasifikasi Indonesia. Metode studi kasus dan statistik sederhana digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan dari 17 sampel kapal ikan secara umum tidak memenuhi aturan konstruksi yang ditetapkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). Para pembuat kapal lebih mengutamakan pengalaman dalam menentukan ukuran bagian-bagian konstruksi kapal. Kata kunci: kesesuaian, ukuran, konstruksi kapal ikan 1. PENDAHULUAN Kapal ikan pada umumnya dibangun oleh galangan kapal modern dan galangan kapal tradisional. Sebagian besar kapal ikan di Indonesia dibangun oleh galangan kapal tradisional yang pembangunannya tanpa dilengkapi perencanaan dan syarat-syarat umum yang ditentukan. Pembangunan kapal tersebut tanpa menggunakan gambar-gambar desain seperti general arrangement, lines plan dan deck profile construction sebagai salah satu syarat teknis yang harus dipenuhi. Hal ini terjadi karena 1 Staff Purchasing PT Sugar Group Companies 2 Dept. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK, IPB * Korespondensi: bram_febri@yahoo.co.id proses pembangunan berdasarkan pada pengetahuan yang turun-temurun. Kapal tersebut juga tidak dilengkapi dengan perhitunganperhitungan hidrostatik, stabilitas dan lain sebagainya. Secara umum tahapan dalam pembuatan kapal kayu adalah pemasangan lunas, linggi haluan dan buritan, gading-gading, balok geladak, galar, kulit luar dan geladak (Pasaribu, 1985). Pemerintah menetapkan Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) sebagai lembaga yang bertugas mengawasi pembangunan kapal. Badan Kesesuaian Ukuran Beberapa Bagian Konstruksi Kapal Ikan di PPI Muara Angke... 177

ini berwenang untuk menetapkan ukuran konstruksi kapal yang diperbolehkan dan cara-cara penyambungan konstruksi kapal. Akan tetapi pembuat kapal seringkali mengalami kesulitan untuk mendapatkan ukuran yang sesuai dengan yang ditetapkan BKI, sehingga pada akhirnya diambil ukuran yang mendekati ukuran yang ditetapkan BKI. Para nelayan di Indonesia mayoritas masih tradisional dan menggunakan ilmu yang diturunkan oleh para pendahulunya untuk membuat kapal. Pembuatan kapal secara tradisional inilah yang diduga tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh BKI. Penulis menganggap bahwa penelitian ini sangat perlu dilakukan. Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi BKI selaku badan yang menentukan standar bagi kapal ikan yang ada di Muara Angke pada khususnya, yang mungkin terlalu tinggi dalam menetapkan standar karena BKI menggunakan standar yang sama yang berlaku di luar negeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur ukuran penampang beberapa bagian konstruksi kapal ikan sampel di PPI Muara Angke Jakarta Utara, dan mengetahui kesesuaian ukuran penampang beberapa bagian konstruksi kapal ikan sampel di PPI Muara Angke Jakarta Utara dengan standar yang ditetapkan Biro Klasifikasi Indonesia. 2. METODOLOGI Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif-numerik-komparatif. Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan pengukuran kapal secara langsung dan wawancara dengan pemilik kapal. Studi pustaka digunakan sebagai data penunjang. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran (deskriptif) tentang ukuran penampang konstruksi kapal di PPI Muara Angke, Jakarta Utara. Pengolahan data secara numerik sesuai aturan perhitungan oleh BKI dan analisa data dibandingkan (komparatif) dengan nilai patokan desain dan konstruksinya (ukuran dari Biro Klasifikasi Indonesia). Metode pengambilan data yang digunakan adalah teknik purposive sampling, dimana sampel yang diambil berdasarkan syarat yang ditentukan, yaitu kapal dalam keadaan memungkinkan untuk diukur secara fisik. Dalam hal ini, diambil contoh kapal yang diukur dengan memperhatikan ukuran kapal sebagai strata yang diperhatikan dalam populasi kapal di PPI Muara Angke. Data-data yang diperoleh diolah secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel. Setelah itu dilakukan analisis dengan pembandingan antara data primer dan data sekunder secara komparatif. Data sekunder dijadikan sebagai pedoman bagi data primer untuk menentukan kesesuaian ukuran penampang pada konstruksi kapal. Angka Penunjuk (Scantling Number) Penetapan scantling number berdasarkan pada rencana daerah pelayaran kapal yang diteliti dan ditetapkan Kapal-kapal yang diteliti merupakan kapal yang beroperasi di perairan lokal. Kapal tersebut termasuk dalam perairan lokal karena ukuran kapal yang terbatas dan daerah pelayarannya tidak lebih dari 50 mil jarak terdekat ke pelabuhan perlindungan atau jarak dari pantai (BKI, 2007). BKI menetapkan angka petunjuk yang digunakan dalam penentuan ukuran bagianbagian konstruksi. Angka penunjuk tersebut diperoleh dari persamaan: L (B/3+D) dan persamaan B/3+D, dimana L = panjang kapal, B = lebar kapal dan D = tinggi kapal (BKI, 1996). Angka penunjuk inilah yang menentukan ukuran bagian konstruksi kapal berdasarkan tabel yang dibuat Nilai ukuran konstruksi yang sudah ditetapkan oleh BKI, menjadi sebuah nilai minimal yang harus dipenuhi dalam suatu pembangunan kapal. Jika nilai ukuran konstruksi suatu kapal dibawah nilai minimal yang disyaratkan BKI, berarti bagian konstruksi tersebut tidak sesuai dengan standar minimal yang ditetapkan BKI. Sebuah konstruksi dengan nilai ukuran konstruksi diatas standar minimal yang disyaratkan BKI, berarti bagian konstruksi tersebut sesuai dengan standar minimal yang ditetapkan BKI. Kesesuaian ukuran dapat dihitung pula dengan menggunakan rumus: Kesesuaian ukuran rata rata rata hasil rata BKI 100% Berdasarkan perhitungan diatas, untuk ukuran konstruksi yang paling sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh BKI senilai 100% pada kesesuaiannya. Nilai ukuran konstruksi yang dibawah 100% dianggap tidak sesuai berdasarkan standar minimal yang disyaratkan Adapun nilai ukuran konstruksi yang diatas 100% dianggap telah sesuai berdasarkan syarat minimal yang disyaratkan Hasil penelitian dilengkapi dengan diagram histogram, dimaksudkan agar lebih jelas dalam pengamatan tentang perbandingan hasil penelitian yang didapat dengan nilai standar minimal yang ditetapkan BKI. Pembahasan penelitian dilengkapi dengan diagram radar, dimaksudkan agar lebih jelas dalam sebaran perbedaan dari selisih nilai ukuran konstruksi hasil penelitian dengan nilai standar dari BKI. 178 Kesesuaian Ukuran Beberapa Bagian Konstruksi Kapal Ikan di PPI Muara Angke...

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Bagian-bagian konstruksi yang diteliti merupakan konstruksi kapal berdasarkan peraturan Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) yang terdiri atas: 1) lunas luar, 2) lunas dalam, 3) linggi haluan, 4) linggi buritan, 5) galar balok, 6) galar kim, 7) gading-gading, 8) balok geladak, 9) wrang, 10) pondasi mesin, 11) kulit luar, dan 12) pagar. BKI berwenang untuk menetapkan ukuran kerangka kapal, cara-cara penyambungan dan ukuran konstruksi pada kapal. Seringkali untuk mendapatkan ukuran yang ditetapkan BKI, nelayan mengalami kesulitan dan pada akhirnya diambil yang mendekati ukuran yang ditentukan BKI tersebut. 3.1 Lunas Luar pada Gambar 1 terlihat bahwa nilai luas penampang yang dibuat perajin di Muara Angke lebih besar daripada nilai syarat luas penampang yang ditentukan Ukuran luas penampang lunas luar pada kapal yang dibuat oleh perajin di Muara Angke diperoleh rata-rata luas penampang lunas luar sebesar 81.764,71 mm 2, sedangkan untuk ukuran luas penampang lunas luar yang ditetapkan BKI diperoleh ratarata luas penampang lunas luar sebesar 53.141,18 mm 2. Terdapat selisih 28.623,53 mm 2 dengan presentase kesesuaian sebesar 153,86% antara ukuran yang ditetapkan oleh BKI dengan ukuran yang dibuat oleh perajin. Sehingga ukuran lunas luar pada kapal di Muara Angke memenuhi syarat yang ditetapkan 3.2 Lunas Dalam pada Gambar 2 terlihat bahwa nilai syarat luas penampang yang ditetapkan oleh BKI lebih besar daripada nilai luas penampang dari kapal yang dibuat oleh perajin di Muara Angke. Ukuran luas penampang lunas dalam yang ditetapkan BKI diperoleh rata-rata luas penampang lunas dalam sebesar 44.555,88 mm 2, sedangkan untuk ukuran luas penampang lunas dalam pada kapal yang dibuat oleh perajin di Muara Angke diperoleh rata-rata sebesar 16.970,59 mm 2. Terdapat selisih 27.585,29 mm 2 dengan presentase kesesuaian sebesar 38,09% antara ukuran yang ditetapkan Maka ukuran lunas dalam pada kapal di Muara Angke tidak memenuhi syarat yang ditetapkan 3.3 Linggi Haluan pada Gambar 3 terlihat bahwa nilai syarat luas penampang yang ditetapkan oleh BKI lebih besar dari luas penampang yang dibuat oleh para perajin kapal di Muara Angke. Ukuran luas penampang linggi haluan yang ditetapkan BKI diperoleh rata-rata sebesar 70.339,71 mm 2, sedangkan untuk ukuran luas penampang linggi haluan pada kapal yang dibuat oleh perajin di Muara Angke diperoleh rata-rata sebesar 51.176,47 mm 2. Terdapat selisih 19.163,24 mm 2 dengan presentase kesesuaian sebesar 72,76% antara ukuran yang ditetapkan oleh BKI dengan ukuran yang dibuat oleh perajin. Maka ukuran linggi haluan pada kapal di Muara Angke tidak memenuhi syarat yang ditetapkan 3.4 Linggi Buritan pada Gambar 4 terlihat bahwa nilai luas penampang linggi buritan dari kapal yang dibuat oleh perajin di Muara Angke lebih besar daripada nilai syarat luas penampang yang ditentukan Ukuran luas penampang linggi buritan pada kapal yang dibuat oleh perajin di Muara Angke diperoleh rata-rata sebesar 88.235,29 mm 2, sedangkan untuk ukuran luas penampang linggi buritan yang ditetapkan BKI diperoleh rata-rata sebesar 73.856,69 mm 2. Terdapat selisih 14.378,6 mm 2 dengan presentase kesesuaian sebesar 119,47% antara ukuran yang ditetapkan oleh BKI dengan ukuran yang dibuat oleh perajin. Maka ukuran linggi buritan pada kapal di Muara Angke memenuhi syarat yang ditetapkan 3.5 Galar Balok pada Gambar 5 terlihat bahwa nilai syarat luas penampang yang ditentukan oleh BKI lebih besar daripada nilai luas penampang dari kapal yang dibuat oleh perajin di Muara Angke. Ukuran luas penampang galar balok yang ditetapkan BKI diperoleh rata-rata sebesar 24.888,24 mm 2, sedangkan untuk ukuran luas penampang galar balok pada kapal yang dibuat oleh perajin di Muara Angke diperoleh rata-rata sebesar 11.176,47 mm 2. Terdapat selisih 13.711,76 mm 2 dengan presentase kesesuaian sebesar 44,91% antara ukuran yang ditetapkan oleh BKI dengan ukuran yang dibuat oleh perajin. Maka ukuran galar balok pada kapal di Muara Angke tidak memenuhi syarat yang ditetapkan oleh BKI. 3.6 Galar Kim pada Gambar 6 terlihat bahwa nilai syarat luas penampang yang ditentukan oleh BKI lebih besar daripada nilai luas penampang dari kapal yang dibuat oleh perajin di Muara Angke. Uku- Kesesuaian Ukuran Beberapa Bagian Konstruksi Kapal Ikan di PPI Muara Angke... 179

ran luas penampang galar kim yang ditetapkan BKI diperoleh rata-rata luas penampang galar kim sebesar 14.689,41 mm 2, sedangkan untuk ukuran luas penampang galar kim pada kapal yang dibuat oleh perajin di Muara Angke diperoleh rata-rata sebesar 11.176,47 mm 2. Terdapat selisih 3.512,94 mm 2 dengan presentase kesesuaian sebesar 76,09% antara ukuran yang ditetapkan oleh BKI dengan ukuran yang dibuat oleh perajin. Maka ukuran galar kim pada kapal di Muara Angke tidak memenuhi syarat yang ditetapkan 3.7 Gading-gading pada Gambar 7 terlihat bahwa nilai luas penampang kapal yang dibuat oleh perajin di Muara Angke lebih besar daripada nilai syarat luas penampang yang ditetapkan Ukuran luas penampang gading-gading pada kapal yang dibuat oleh perajin di Muara Angke diperoleh rata-rata sebesar 21.682,35 mm 2, sedangkan untuk ukuran luas penampang gadinggading yang ditetapkan BKI diperoleh rata-rata sebesar 11.750 mm 2. Terdapat selisih 9.932,35 mm 2 dengan presentase kesesuaian sebesar 184,53% antara ukuran yang ditetapkan oleh BKI dengan ukuran yang dibuat oleh perajin. Maka ukuran gading-gading pada kapal di Muara Angke memenuhi syarat yang ditetapkan 3.8 Balok Geladak pada Gambar 8 terlihat bahwa nilai syarat tinggi yang ditetapkan oleh BKI lebih besar daripada nilai luas penampang dari kapal yang dibuat oleh perajin di Muara Angke. Ukuran luas penampang balok geladak yang ditetapkan BKI diperoleh rata-rata sebesar 26.623,53 mm 2, sedangkan untuk ukuran luas penampang balok geladak pada kapal yang dibuat oleh perajin di Muara Angke diperoleh rata-rata sebesar 22.970,59 mm 2. Terdapat selisih 3.652,94 mm 2 dengan presentase kesesuaian sebesar 86,28% antara ukuran yang ditetapkan oleh BKI dengan ukuran yang dibuat oleh perajin. Maka ukuran balok geladak pada kapal di Muara Angke tidak memenuhi syarat yang ditetapkan 3.9 Wrang Diagram perbandingan tinggi pada pada Gambar 9 terlihat bahwa nilai syarat tinggi yang ditetapkan oleh BKI lebih besar daripada nilai tinggi dari kapal yang dibuat oleh perajin di Muara Angke. Ukuran tinggi wrang yang ditetapkan BKI diperoleh rata-rata sebesar 194,41 mm sedangkan untuk ukuran tinggi wrang pada kapal yang dibuat oleh perajin di Muara Angke diperoleh rata-rata sebesar 145,29 mm. Terdapat selisih 49,12 mm dengan presentase kesesuaian sebesar 74,74% antara ukuran yang ditetapkan oleh BKI dengan ukuran yang dibuat oleh perajin. Maka ukuran wrang pada kapal di Muara Angke tidak memenuhi syarat yang ditetapkan 3.10 Kulit Luar pada Gambar 10 terlihat bahwa nilai syarat tinggi yang ditetapkan oleh BKI lebih besar daripada nilai luas penampang dari kapal yang dibuat oleh perajin di Muara Angke. Ukuran luas penampang kulit luar yang ditetapkan BKI diperoleh rata-rata sebesar 32.289,41 mm 2, sedangkan untuk ukuran luas penampang kulit luar pada kapal yang dibuat oleh perajin di Muara Angke diperoleh rata-rata sebesar 10.323,53 mm 2. Terdapat selisih 21.965,88 mm 2 dengan presentase kesesuaian sebesar 31,97% antara ukuran yang ditetapkan oleh BKI dengan ukuran yang dibuat oleh perajin. Maka ukuran kulit luar pada kapal di Muara Angke tidak memenuhi syarat yang ditetapkan oleh BKI. 3.11 Pondasi Mesin pada Gambar 11 terlihat bahwa nilai luas penampang kapal yang dibuat oleh perajin di Muara Angke lebih besar daripada nilai syarat luas penampang yang ditetapkan Ukuran luas penampang pondasi mesin pada kapal yang dibuat oleh perajin di Muara Angke diperoleh rata-rata sebesar 83.676,47 mm 2, sedangkan untuk ukuran luas penampang pondasi mesin yang ditetapkan BKI diperoleh ratarata sebesar 65.701,47 mm 2. Terdapat selisih 17.975 mm 2 dengan presentase kesesuaian sebesar 127,36% antara ukuran yang ditetapkan oleh BKI dengan ukuran yang dibuat oleh perajin. Maka ukuran pondasi mesin pada kapal di Muara Angke memenuhi syarat yang ditetapkan 3.12 Pagar Diagram perbandingan tebal pagar pada Gambar 12 terlihat bahwa nilai syarat tinggi yang ditetapkan oleh BKI lebih besar daripada nilai tebal dari kapal yang dibuat oleh perajin di Muara Angke. Ukuran tebal kulit luar yang ditetapkan BKI diperoleh rata-rata sebesar 43,82 mm, sedangkan untuk ukuran tebal kulit luar pada kapal yang dibuat oleh perajin di Muara Angke diperoleh rata-rata sebesar 38,82 mm. Terdapat selisih 5 mm dengan presentase kesesuaian sebesar 88,59% antara ukuran yang 180 Kesesuaian Ukuran Beberapa Bagian Konstruksi Kapal Ikan di PPI Muara Angke...

Gambar 1 lunas luar. Gambar 2 lunas dalam. Gambar 3 linggi haluan. Gambar 4 linggi buritan. Gambar 5 galar balok. Kesesuaian Ukuran Beberapa Bagian Konstruksi Kapal Ikan di PPI Muara Angke... 181

Gambar 6 galar kim. Gambar 7 gading-gading. Gambar 8 balok geladak. Gambar 9 Diagram perbandingan tinggi wrang. Gambar 10 kulit luar. 182 Kesesuaian Ukuran Beberapa Bagian Konstruksi Kapal Ikan di PPI Muara Angke...

Gambar 11 pondasi mesin. Gambar 12 Grafik perbandingan tebal pagar. ditetapkan oleh BKI dengan ukuran yang dibuat oleh perajin. Maka ukuran kulit luar pada kapal di Muara Angke tidak memenuhi syarat yang ditetapkan 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan selama di lapangan yang dibandingkan dengan ketentuan syarat yang ditetapkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia mengenai kesesuaian ukuran beberapa bagian konstruksi kapal ikan di PPI Muara Angke Jakarta Utara, dapat diambil kesimpulan: 1) Secara umum, ukuran bagian konstruksi kapal ikan di PPI Muara Angke, Jakarta Utara tidak memenuhi aturan yang ditetapkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia, 2) Bagian konstruksi yang tidak sesuai atau lebih rendah dari aturan BKI yaitu linggi haluan (72,76%), lunas dalam (38,09%), galar balok (44,91%), galar kim (76,09%), wrang (74,74%), balok geladak (86,28%), kulit luar (31,97%) dan pagar (88,59%), 3) Bagian konstruksi yang sesuai atau lebih besar dari aturan BKI yaitu lunas luar (153,86%), linggi buritan (119,47%), gadinggading (184,53%) dan pondasi mesin (127,36%). Pengrajin kapal kayu beranggapan bahwa bagian lunas luar, linggi haluan,gadinggading dan pondasi mesin merupakan bagian yang sangat penting dari suatu kapal. 4.2 Saran Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada pihak-pihak terkait dalam penetapan standar ukuran yang diterapkan bagi kapal ikan di Indonesia. Sebaiknya Biro Klasifikasi Indonesia menetapkan standar ukuran berdasarkan kondisi perairan yang sering dilalui kapal-kapal ikan Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Biro Klasifikasi Indonesia. 1996. Peraturan Konstruksi Kapal Kayu. www.klasifikasi- Indonesia.com [25 Maret 2009]. Biro Klasifikasi Indonesia. 1996. Peraturan Konstruksi Kapal Kayu. Jakarta. Biro Klasifikasi Indonesia. 2007. Peraturan Klasifikasi dan Survey Jilid 1. Jakarta. Brown, K. 1957. Kapal-kapal Kayu untuk Perikanan Laut. Terjemahan. Soewito Wirosoegito. Jawatan Perikanan Laut. Jakarta. Fyson J. 1985. Design of Small Fishing Vessel. Rome : FAO of The United Natio. 320P. Iskandar, BH. dan Pujiati. 1995. Keragaman Teknis Kapal Perikanan di Beberapa Wilayah di Indonesia. Laporan Penelitian (tidak dipublikasikan). Bogor: Jurusan PSP, FPIK, IPB. Kesesuaian Ukuran Beberapa Bagian Konstruksi Kapal Ikan di PPI Muara Angke... 183

Nomura, M dan T. Yamazaki. 1977. Fishing Techniques. Tokyo: Japan International Cooperation Agency. 206P. Pasaribu BP, AU. Ayodhyoa, DR. Monintja, VP. Siregar. 1984. Pengembangan Kapal Ikan. Makalah Seminar. Bogor: IPB. Soegiono, Soeweify, dan Sukotco. 2005. Kamus Teknik Perkapalan. Surabaya: Airlangga University Press. 184 Kesesuaian Ukuran Beberapa Bagian Konstruksi Kapal Ikan di PPI Muara Angke...