BAB I PENDAHULUAN. 1 Kategorial bisa digolongkan berbagai macam, misalnya kategorial usia (anak, remaja, pemuda, dewasa, lansia),

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai penyelengaraan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82

BAB I PENDAHULUAN UKDW

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

Evaluasi Kuesioner Pembangunan Jemaat GKI Blimbing

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Permasalahan

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm.

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

RINGKASAN HASIL SURVEI, 24 JULI 2016

BAB V PENUTUP. Bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil. penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan yang. diambil kemudian menjadi dasar penyusunan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. 2. Permasalahan

PROGRAM KERJA KOMISI LANJUT USIA ( LANSIA ) GKI SUMUT MEDAN TAHUN 2016

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan penelitian dan analisa yang telah penulis lakukan maka ada beberapa hal

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

UKDW. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?, Bandung, Penerbit Mizan, 1999, p. 101

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I. Pendahuluan UKDW

Bab I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut juga berimbas kepada Gereja. Menurut Tata Gereja GKJ, Gereja adalah

BAB I PENDAHULUAN. sejarah misi terdahulu di Indonesia yang dikerjakan oleh Zending Belanda, orang

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran.

Bab I Pendahuluan. LASILING, pada tanggal 20 dan 21 September 2005.

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

Bab I PENDAHULUAN. Ada beberapa definisi untuk kata gereja. Jika kita amati, definisi pertama

BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta:

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. : Gereja Kristen Indonesia Sulung Bajem

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

I.1. PERMASALAHAN I.1.1.

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat tidak dapat

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

Pentingnya peran saksi dalam pernikahan (Suatu tinjauan terhadap pendampingan saksi nikah di jemaat GMIT Efata Benlutu)

UKDW. Bab I. Pendahuluan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Hanna, 2004, p Prapti Nitin, Buku Lustrum ke-25 Panti Wreda Hanna dalam Pendampingan Para Lanjut Usia di Panti Wreda

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Permasalahan. I.1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

PRESENTASI HASIL PENELITIAN JEMAAT GKI KEBAYORAN BARU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses dan pemaknaan tentang arti perkawinan itu sendiri selama pasangan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang Permasalahan. Gereja Kristen Protestan di Bali, yang dalam penulisan ini selanjutnya disebut

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia.

BAB I

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam hal mensosialisasikan peraturan-peraturan hukum yang

BAB 5. Penutup. (GBKP Lau Buluh), semi kota (GBKP Pancur Batu) dan juga jemaat kota (GBKP Km 7

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

PERNIKAHAN DAN RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan. Edisi 55, Fakultas Teologi UKDW, Yogyakarta, 1999, hal

DAFTAR ISI 1. PENETAPAN PERATURAN POKOK

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pelayanan Konseling Pastoral Di GKP Jemaat Cimahi Tanpa Pendeta Jemaat

BAB I PENDAHULUAN. hal.1. 1 Dalam artikel yang ditulis oleh Pdt. Yahya Wijaya, PhD yang berjudul Musik Gereja dan Budaya Populer,

BAB I PENDAHULUAN. menaklukkan Jayakarta dan memberinya nama Batavia 1. Batavia dijadikan sebagai

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB IV TINJAUAN TERHADAP PERUBAHAN MINAT MELAYANI DARI PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kebijakan mutasi tenaga pendeta di GPM. Sesuai dengan data vikariat tahun 2013 yang

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dalam rangka pembinaan kategorial 1, gereja senantiasa memberikan program-program pembinaan. Begitu juga dengan kategorial status pernikahan, yang ditujukan bagi jemaat dewasa yang telah hidup berkeluarga atau bisa disebut sebagai kategori pasutri, gereja berusaha memberikan berbagai macam pembinaan bagi para pasangan suami istri. 2 Dalam pembinaan tersebut, orang tidak sekedar dibantu untuk mempelajari ilmu, tetapi ilmu yang dipraktekkan. Para pasutri tidak dibantu untuk mendapatkan pengetahuan, tetapi pengetahuan yang harus dijalankan. Dalam pembinaan, orang terutama dilatih untuk bisa mengenal diri mereka sendiri, yaitu kemampuan mereka yang harus dikembangkan, agar mereka bisa memanfaatkannya dalam kehidupan rumah tangga mereka. Oleh karena itu, dalam pembinaan unsur yang pokok adalah orang bisa mendapatkan sikap atau attitude, dan kecakapan atau skill. 3 Salah satu program pembinaan bagi para pasangan yang saat ini marak dilakukan oleh gereja-gereja adalah program pembinaan yang disebut Marriage Encounter (ME). ME adalah program pembinaan pasutri dengan melakukan weekend atau pertemuan di akhir pekan. Dalam pertemuan tersebut para pasangan pasutri dibina untuk mengenal diri mereka sendiri dan diri pasangannya, sehingga mereka bisa saling mengenal satu dengan yang lainnya. Dalam rangka pembinaan itulah, maka GKI Ngupasan juga mengadakan pembinaan pasutri semacam ME dengan nama retreat pasutri, yang kemudian dilanjutkan dengan bina lanjut pasutri. Program retreat pasutri dan bina lanjut pasutri GKI Ngupasan mulai diadakan pada tahun 1999. 4 Segala persiapan untuk membuat program tersebut telah diupayakan. Dimulai pada bulan Januari 1999 GKI Ngupasan mengundang tim dari Gereja Katholik Santo Antonius, Kota Baru, Yogyakarta. Tim ini diundang untuk memimpin acara Mariage Encounter (ME), 1 Kategorial bisa digolongkan berbagai macam, misalnya kategorial usia (anak, remaja, pemuda, dewasa, lansia), kategorial profesi (mahasiswa, pengusaha, dsb), kategorial status pernikahan (menikah, lajang, janda/duda), dan seterusnya. 2 Hasil wawancara dengan beberapa Pengurus Pasutri GKI di lingkup GKI Klasis Yogya (GKI Ngupasan, GKI Gejayan, GKI Klaten) 3 A. Mangunharjana, Pembinaan, Arti Dan Metodenya, (Kanisius, Yogyakarta, 1986), h.11 4 Hasil wawancara dengan Pengurus Retreat Pasutri GKI Ngupasan 1

yang saat itu diikuti oleh 20 pasangan Pasutri GKI Ngupasan. Dimulai dari 20 pasangan Pasutri inilah tim pendamping retreat pasutri GKI Ngupasan terbentuk. 5 Kemudian, dengan alasan ingin memiliki ME ala GKI, dan juga kerinduan yang begitu dalam dari pasangan Pdt. John Then 6 dan para pasutri yang telah mengikuti ME tersebut, mereka mencari informasi GKI mana yang telah memiliki program ME. Dari hasil pencarian informasi tersebut, akhirnya didapat informasi bahwa GKI Pondok Indah, Jakarta telah memiliki program semacam ME dengan nama retreat pasutri. Pada bulan April 1999 pasangan Pdt. John Then diutus untuk mengikuti retreat pasutri GKI Pondok Indah, Jakarta. Keikutsertaan pasangan Pdt. John Then pada retreat pasutri GKI Pondok Indah, Jakarta adalah dalam rangka menimba ilmu agar GKI Ngupasan bisa menyelenggarakan retreat pasutri sendiri. Pada bulan Oktober 1999, GKI Ngupasan menyelenggarakan retreat pasutri dan bina lanjut angkatan yang pertama. Tim pendamping pasutri angkatan pertama ini sebagian besar adalah para pasutri yang telah mengikuti ME pada bulan Januari 1999, dengan dibantu oleh beberapa tim pendamping pasutri dari GKI Pondok Indah, Jakarta. Sampai dengan tahun 2005 berarti sudah ada 7 angkatan retreat pasutri dan bina lanjutnya. 2. PERMASALAHAN Saat ini retreat pasutri GKI Ngupasan menjadi program tetap yang diadakan oleh Majelis Jemaat GKI Ngupasan setiap 1 tahun sekali. Pelaksanaannya sendiri dipercayakan kepada Komisi Dewasa GKI Ngupasan, dan dikelola oleh 1 tim. Bagaimana program ini direspon oleh anggota jemaat dan simpatisan GKI Ngupasan? Hal ini dapat dilihat dari jumlah peserta retreat pasutri dari angkatan pertama tahun 1999 sampai dengan angkatan ke tujuh tahun 2005 sebagai berikut: 7 Angkatan Tahun 1999 Tahun 2000 Tahun 2001 Jumlah Peserta 21 Pasang Pasutri 17 Pasang Pasutri 20 Pasang Pasutri 5 Sebagian besar dari 20 pasangan Pasutri yang mengikuti ME pada bulan Januari 1999 menjadi Tim Pembina Pasutri sampai saat ini. 6 Pdt. John Then adalah salah satu dari tiga Pendeta Jemaat GKI Ngupasan, Yogyakarta. Beliau memulai pelayanan di GKI Ngupasan dari tahun 1992 7 Arsip Tim Pengurus Retreat Pasutri GKI Ngupasan 2

Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 Total 16 Pasang Pasutri 13 Pasang Pasutri 11 Pasang Pasutri 19 Pasang Pasutri 117 Pasang Pasutri Melihat data jumlah peserta retreat pasutri GKI Ngupasan dibandingkan dengan jumlah Pasutri anggota GKI Ngupasan yang berkisar mencapai angka 500 pasang, maka tentu tidak sebanding, karena jumlah total pasutri yang telah mengikuti program retreat pasutri dalam kurun waktu 7 tahun hanya berjumlah 117 pasang. Walaupun untuk ideal peserta retreat pasutri tiap angkatan hanya berjumlah maksimal 25 pasang, 8 dari data yang diperoleh tetap saja tidak mencapai batas maksimalnya. Kemudian, program retreat pasutri yang diadakan selama 3 hari 2 malam juga tidak berhenti sampai di situ saja. Follow up dari program pembinaan tersebut adalah program bina lanjut pasutri selama 5 kali pertemuan. Program bina lanjut inipun kurang direspon dengan baik oleh para peserta retreat pasutri, karena selama ini yang mengikuti bina lanjut tidak lebih dari separuh tiap angkatannya, kecuali angkatan tahun 1999 yaitu 100% peserta retreat pasutri mengikuti bina lanjutnya. Maka, permasalahan yang muncul adalah: 1. Mengapa program retreat pasutri kurang direspon oleh para pasangan pasutri anggota GKI Ngupasan? 2. Mengapa acara bina lanjut kurang direspon oleh para pasutri yang telah mengikuti retreat pasutri? 3. Bagaimana membuat suatu program bagi pengembangan pembinaan pasutri di GKI Ngupasan? Hal-hal di ataslah yang akan penyusun angkat dalam skripsi ini. Sehingga, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, penulisan skripsi ini diberi judul: 8 Hasil wawancara dengan Tim Pengurus Retreat Pasutri GKI Ngupasan 3

RESPON PARA PASUTRI ANGGOTA GKI NGUPASAN TERHADAP RETREAT PASUTRI DAN BINA LANJUT PASUTRI Judul ini diangkat dengan suatu harapan agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Dengan demikian, akan diperoleh suatu gambaran yang jelas mengapa program retreat pasutri dan bina lanjutnya kurang direspon oleh para pasutri anggota jemaat GKI Ngupasan, dan bagaimana mengatasinya. 3. TUJUAN PENULISAN Skripsi ini ditulis dengan tujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pada permasalahan di atas, yaitu: 1. Untuk menggali bagaimana respon pasutri terhadap retreat pasutri GKI Ngupasan. 2. Untuk menggali bagaimana respon pasutri terhadap acara bina lanjut. 3. Untuk memberikan masukkan bagaimana mengembangkan pembinaan pasutri di GKI Ngupasan, serta menggali model pembinaan pasutri yang tepat sesuai kultur jemaat GKI Ngupasan, sehingga mendapatkan respon yang baik dan positif dari anggota jemaat. 4. METODE PENULISAN Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah deskriptif analitis. Dalam arti, akan diuraikan pokok-pokok pembahasan yang disertai dengan analisis dan tanggapan penyusun berdasarkan data-data dan temuan-temuan yang ada di lapangan, sehingga uraian yang diberikan bisa semakin jelas. Untuk pengumpulan data, selain dengan studi literatur atau bahan bacaan yang berkaitan dengan judul skripsi maupun permasalahannya, penyusun mencari data dengan mengadakan penelitian lapangan dengan metode kuesioner. Kuesioner tersebut dibagikan kepada para pasutri anggota GKI Ngupasan dengan kriteria sebagai berikut: 1. Peserta retreat pasutri GKI Ngupasan mulai angkatan pertama sampai angkatan terakhir (angkatan tahun 1999 sampai dengan tahun 2005), dengan kriteria: 4

a. Pasutri yang mengikuti pertemuan bina lanjut sebanyak 5 kali (100%) = 10 b. Pasutri yang mengikuti pertemuan bina lanjut sebanyak 4 kali (80%) = 3 c. Pasutri yang mengikuti pertemuan bina lanjut sebanyak 3 kali (60%) = 2 d. Pasutri yang mengikuti pertemuan bina lanjut sebanyak 2 kali (40%) = 2 e. Pasutri yang mengikuti pertemuan bina lanjut sebanyak 1 kali (20%) = 2 f. Pasutri yang sama sekali tidak mengikuti bina lanjut (0%) = 1 Sehingga total yang telah mengikuti retreat pasutri adalah sebanyak 20. 2. Para pasangan pasutri Anggota GKI Ngupasan yang sama sekali belum pernah mengikuti program retreat pasutri sebanyak 27. Selain mencari data dengan membagikan kuesioner dengan kriteria seperti dalam 2 point di atas, penyusun juga mencari data dengan cara mengadakan wawancara dengan tim pengurus retreat pasutri GKI Ngupasan. 5. SISTEMATIKA PENULISAN Supaya skripsi ini bisa dibaca dengan baik, serta semua pemikiran-pemikiran dan permasalahan-permasalahan yang ada bisa dipahami secara runtut, teratur, dan jelas, maka dibuatlah sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini penyusun menguraikan tentang latar belakang permasalahan, permasalahan, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penyusunan. 5

BAB II PEMBINAAN PASUTRI DI GKI NGUPASAN DAN RESPON PARA PASUTRI Bab ini menguraikan mengenai pembinaan pasutri yang telah dilakukan oleh GKI Ngupasan, yaitu retreat pasutri dan bina lanjut pasutri. Di dalamnya akan diuraikan mengenai siapa yang bertanggung jawab, tujuannya, serta sasarannya. Juga akan diuraikan mengenai hasil penelitian penyusun selama 5 minggu, sehingga dari hasil penelitian tersebut akan didapat respon dari para Pasutri anggota GKI Ngupasan mengenai program retreat pasutri pasutri dan bina lanjut pasutri di GKI Ngupasan. BAB III ANALISIS TERHADAP RETREAT PASUTRI DAN BINA LANJUT PASUTRI YANG DIRESPON RENDAH OLEH JEMAAT Bab ini berisi tinjauan-tinjauan teoritis mengenai program retreat pasutri dan bina lanjut pasutri yang direspon rendah oleh anggota jemaat. Di dalamnya diuraikan mengenai faktor budaya jemaat, bagaimana mengkomunikasikan dan mensosialisasikan sebuah program pembinaan, dan juga bagaimana idealnya SDM tim pembina program. Diharapkan dari analisa teoritis ini didapat suatu referensi bagi program retreat pasutri dan bina lanjut pasutri yang ada di GKI Ngupasan. BAB IV : USULAN BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBINAAN PASUTRI DI GKI NGUPASAN Melalui bab ini akan disintesakan antara hasil yang didapat dari penelitian penyusun dengan analisa di bab III. Dari sana muncul usulan-usulan bagi pengembangan program pembinaan pasutri di GKI Ngupasan, sehingga di masa-masa yang akan datang program tersebut bisa berkembang dan harapannya bisa direspon dengan baik oleh para pasutri anggota GKI Ngupasan. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Ini adalah merupakan bab penutup atau bab terakhir dari penulisan skripsi ini, di mana di dalamnya dikemukakan suatu kesimpulan dari pembahasan-pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Dengan demikian muncul saran-saran bagi pengembangan pasutri dalam konteks jemaat, GKI Ngupasan, GKI secara sinodal, dan juga gereja pada umumnya. 6