3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pendekatan Penelitian Besarnya potensi sumberdaya laut Kabupaten Halmahera Utara dan masih tingginya tingkat kemiskinan masyarakat pesisir terutama nelayan menjadi alasan pemerintah pusat menunjuk daerah tersebut sebagai penerima dan pelaksana Program PEMP sejak tahun 2004. Dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan kesadaran untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya laut, penguatan kelembagaan ekonomi dan pengembangan usaha produktif masyarakat. Kecamatan Tobelo merupakan salah satu kecamatan yang melaksanakan dan memanfaatkan program tersebut sejak tahun 2004. Dalam upaya mewujudkan tujuan pelaksanaan program PEMP tersebut dibentuk dan dilibatkan berbagai lembaga, seperti DKP Kabupaten, LEPP-M3, KM, TPD dan KMP. Setiap lembaga memiliki fungsi dan peranan masing-masing yang saling melengkapi, sehingga terbentuk saling ketergantungan dan sinergisme dalam pelaksanaan program PEMP. Optimalisasi pelaksanaan dan pencapaian tujuan program PEMP sangat tergantung pada peranan dan kinerja kelembagaan PEMP. Dengan demikian perlu dilakukan suatu analisis kelembagaan secara partisipatif yang melibatkan pemangku kepentingan masing-masing lembaga yang terlibat dalam program PEMP tersebut. Analisis kelembagaan tersebut meliputi: 1). evaluasi peranan dan kinerja kelembagaan; 2). analisis keberlanjutan kelembagaan; dan 3). identifikasi strategi penguatan kelembagaan tersebut. Penelitian Analisis Kelembagaan Program PEMP di Kecamatan Tobelo merupakan penelitian survei atau observasi. Penelitian survei ini dilakukan dengan pendekatan partisipatif yaitu melibatkan stakeholder lembaga-lembaga yang terlibat lansung dalam pelaksanaan program PEMP, antara lain: DKP Kabupaten, LEPP-M3, KM, TPD dan KMP. Pendekatan partisipatif dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi dari para pelaku secara langsung sehingga dapat mengurangi bias atau lebih sesuai dengan kenyataan. Penelitian ini di
22 tujukan untuk: 1). mengevaluasi peranan dan kinerja kelembagaan PEMP; 2). menentukan keberlanjutan kelembagaan PEMP; dan 3). Mengidentifikasi strategi penguatan kelembagaan PEMP. Dengan demikian diharapkan kedepan dapat di jadikan refrensi atau bahan untuk pengambilan kebijakan dalam pemberdayaan masyarakat terutama penguatan kelembagaan masyarakat Kecamatan Tobelo (Gambar 6). PELAKSANAAN PROGRAM PEMP DI TOBELO MENINGKATKAN PARTISIPASI PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGEMBANGAN USAHA EKONOMI KELEMBAGAAN PROGRAM PEMP DKP LEPP-M3 KM TPD KMP ANALISIS KELEMBAGAAN Secara Partisipatif EVALUASI PERANAN DAN KINERJA Wawancara & Kuisioner ANALISIS KEBERLANJUTAN LEMBAGA RAPFISH STRATEGI PENGUATAN LEMBAGA Matrik SWOT Gambar 6 Kerangka pendekatan penelitian 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian Analisis Kelembagaan Program PEMP di Kecamatan Tobelo ini dilakukan di Kecamatan Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Propinsi Maluku Utara. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan Juni s/d November tahun 2009 (Lampiran 1). 3.3 Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Secara garis besar data yang dikumpulkan sebagai berikut (Tabel 1).
23 Tabel 1 Jenis dan sumber data penelitian Jenis Data Data Sumber Data Sekunder Demografi Wilayah BPS Kecamatan dan Kabupaten Data Perikanan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Penelitian terdahulu yang terkait Internet dan Perpustakaan Primer Persepsi Pemangku Kepentingan: Kondisi Kelembagaan PEMP Dokumen atau Arsip lembaga Hasil wawancara dan Peranan Kelembagaan Kuisisoner Hasil Observasi Kinerja Kelembagaan PEMP 3.4 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan studi pustaka melalui media internet maupun pustaka. Pengumpulan data dan informasi primer dilakukan secara partisipatif dengan metode observasi, kuisioner dan wawancara. Penentuan responden dilakukan dengan sengaja (purposive sampling), yaitu pemilihan responden yang didasarkan atas pengetahuan dan kedudukannya di kelembagaan PEMP, dalam hal ini adalah pengurus lembaga (2 orang perlembaga), antara lain: DKP Halmahera, LEPP-M3, KM, TPD, dan KMP. Setiap koresponden diminta untuk menilai peranan dan kinerja kelembagaan program PEMP berdasarkan atribut yang disajikan. Penilaian terhadap atribut mengacu pada sistem skor yang dilakukan DKP (2007) dalam mengevaluasi program PEMP pada tingkat kabupaten/kota diseluruh Indonesia dengan menggunakan skor 0 s/d 100. Proses penilaian terdiri dari 2 tahap, yaitu: 1). penilaian atribut berdasarkan penting (skor 100) dan tidak penting (0); 2). Penilaian berdasarkan baik (100) atau buruk (0) kondisi atribut saat ini. Penilaian terhadap pengaruh satu atribut terhadap atribut lain dalam satu faktor dengan menggunakan skor 1 s/d 5, dimana skor 1 jika tidak berpengaruh dan 5 sangat berpengaruh. 3.5 Analisis Data 3.5.1 Analisis kondisi peranan dan kinerja kelembagaan Penilaian kondisi peranan dan kinerja kelembagaan PEMP di Kecamatan Tobelo didasarkan pada indikator-indikator peranan dan kinerja yang diacu dari Laporan Evaluasi PEMP tahun 2006. Penilaian ini meliputi dua aspek yaitu nilai
24 penting indikator dan kondisi indikator saat ini. Nilai penting adalah tingkat kepentingan indikator menurut responden terhadap suatu indikator, sedangkan kondisi saat ini merupakan tingkat kinerja kelembagaan terhadap suatu indikator. Status penilaian peranan dan kinerja kelembagaan di bagi menjadi 5 kategori, sebagai berikut (Tabel 2): Tabel 2 Kategori peranan kelembagaan Program PEMP Status Peranan & Kinerja Interval Skor Nilai Penting Kondisi Saat Ini 0,00 20,00 Sangat Tidak Penting Buruk >20,00 40,00 Tidak Penting Tidak Optimal >40,00 60,00 Cukup Penting Cukup Optimal >60,00 80,00 Penting Optimal >80,00 100,00 Sangat Penting Sangat Optimal Sumber : DKP (2006) 3.5.2 Analisis keberlanjutan kelembagaan Metode yang digunakan dalam analisis keberlanjutan kelembagaan program PEMP ini adalah menggunakan metode Rapid Appraisal for Fisheries (RAPFISH) yang dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan. RAPFISH adalah teknik untuk mengevaluasi keberlanjutan sumberdaya (perikanan) secara komprehensif berdasarkan atribut/indikator yang mudah untuk di-skoring (Fauzi, 2002). Perhitungan RAPFISH dihitung manual menggunakan program Excel. Penentuan tingkat keberlanjutan kelembagaan mengacu pada DKP (2007) yang mengkategorikan nilai Sustainable Indeks Criteria (SIC) menjadi 5 kategori, sebagai berikut (Tabel 3). Tabel 3 Kategori keberlanjutan kelembagaan Program PEMP SIC Status 0,00 20,00 Buruk >20,00 40,00 Kurang >40,00 60,00 Cukup Baik >60,00 80,00 Baik >80,00 100,00 Sangat Baik Sumber : DKP (2006) 3.5.3 Analisis kondisi internal dan eksternal kelembagaan Analisis kondisi internal dan ekternal kelembagaan PEMP di Kecamatan Tobelo menggunakan metode internal factors analysis summary (IFAS) dan eksternal factors analysis summary (EFAS). penilaian dengan metode ini
25 didasarkan pada nilai penting suatu atribut/indikator dan pengaruh atribut tersebut terhadap atribut yang laian dalam satu faktor (Marimin, 2008). Proses penilaian tersebut sebagai berikut: 1) Pengelompokkan atribut kedalam 4 faktor, yaitu kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Pengelompokkan atribut kedalam faktor kekuatan dan kelemahan didasarkan pada nilai atau status kondisi saat ini, dimana atribut yang memiliki status Buruk s/d Kurang optimal/kurang baik masuk faktor kelemahan, sedangkan atribut dengan status Optimal/baik s/d sangat optimal/sangat baik masuk faktor kekuatan. 2) Penilaian atribut pada masing-masing faktor berdasarkan nilai penting (bobot), pengaruh (rating). Nilai penting berkisar antara 0 (tidak penting) s/d 100 (sangat penting), sedangkan Nilai pengaruh atau rating berkisar antara 1 (tidak berpengaruh) s/d 5 (sangat berpengaruh). Dilakukan penghitungan skor berdasarkan perkalian antara nilai penting/bobot dengan pengaruh/rating. 3) Atribut yang memiliki skor tertinggi merupakan atribut kunci dalam sutau faktor. 3.5.4 Analisis strategi penguatan kelembagaan Penentuan strategi penguatan kelembagaan menggunakan metode Strength Weakness Oppourtunity Threats (SWOT). Penentuan strategi dengan metode SWOT didasarkan pada kombinasi kondisi internal (Kekuatan dan Kelemahan) dengan kondisi eksternal (Peluang dan Ancaman). Kombinasi tersebut dibuat dalam matrik SWOT (Tabel 4). Berdasarkan kombinasi tersebut maka dihasilkan 4 kelompok strategi, yaitu Strategi Kekuatan-Peluang (KP), Strategi Kekuatan- Ancaman (KA), Strategi Kelemahan-Peluang (LP) dan Strategi Kelemahan- Ancaman (LA) (Marimin, 2008). Tabel 4 Model matriks analsis SWOT IFAS Kekuatan (K) Kelemahan (L) EFAS Peluang (P) Strategi K-P Strategi L-P Ancaman (A) Strategi K-A Strategi L-A