II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Stroberi berasal dari benua Amerika, jenis stroberi pertama kali yang ditanam di

PENGARUH PENGGUNAAN EDIBLE COATING TERHADAP SUSUT BOBOT, ph, DAN KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK BUAH POTONG PADA PENYAJIAN HIDANGAN DESSERT ABSTRAK

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam pola makan sehat bagi kehidupan manusia. Sebagaimana al-qur an. menjelaskan dalam surat Abbasa (80) :

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. tidak rata karena mata tunas dan warna daging dari putih hingga kuning

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya kita dapat mempelajari dan bersyukur kepadanya. Kekayaan yang

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman terung belanda berbentuk perdu yang rapuh dengan

TINJAUAN PUSTAKA. dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pati bahan edible coating berpengaruh terhadap kualitas stroberi (Fragaria x

I. PENDAHULUAN. dan Asia adalah Fragaria chiloensis L. Spesies stroberi lain yang lebih

kerusakan, dan dapat menurunkan kualitas dari buah-buahan.

KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

TINJAUAN PUSTAKA Pisang Raja Bulu

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap

TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga

I. PENDAHULUAN. ketersediaan air, oksigen, dan suhu. Keadaan aerobik pada buah dengan kadar

II. TINJAUAN PUSTAKA. residu Muangthai Pak. Jambu ini ditemukan pada tahun 1991 di District Kao

sebesar 15 persen (Badan Pusat Statistik, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Tingkat konsumsi buah-buahan cenderung meningkat dari tahun ke

I. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung

Tabel 1. Pola Respirasi Buah Klimakterik dan Non Klimakterik Jeruk (blanko: 24,5 ml) Warna Hijau kekuningan (+) Hijau kekuningan (++)

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN Interaksi Bahan dan Teknologi Pengemasan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2)

PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu jenis buah yang akhir-akhir ini populer adalah buah naga. Selain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. buah dan sayuran. Salah satunya adalah buah tomat (Lycopersicon esculentum

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGANTAR. Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta

KULIAH KE VIII EDIBLE FILM. mampu membuat kemasan edible yang dapat diaplikasikan pada bahan pangan.

PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Kombinasi Protein Koro Benguk dan Karagenan Terhadap Karakteristik Mekanik (Kuat Tarik dan Pemanjangan)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belimbing terdiri atas dua jenis, yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB Ι PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai macam umbi-umbian dapat dipergunakan sebagai sumber. kalori/karbohidrat, salah satunya adalah singkong. Singkong kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pulau Jawa sebesar ton (Badan Pusat Statistik, 2014).

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan salah satu tanaman yang cukup penting di Indonesia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman,

TINJAUAN PUSTAKA. pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya

PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR. Cara-cara penyimpanan meliputi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI)

mempengaruhi atribut kualitas dari produk tersebut (Potter, 1986). Selama proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Es krim adalah salah satu makanan kudapan berbahan dasar susu

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura.

I. TINJAUAN PUSTAKA. Biji-bijian pada umumnya mempunyai bagian-bagian utama, yaitu :

PENGARUH SUHU TERHADAP KADAR VITAMIN C PADA PEMBUATAN TEPUNG TOMAT

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurul Alfiah, 2013

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan salah satu jenis buah segar yang disenangi masyarakat. Pisang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tomat termasuk buah klimaterik dimana terjadi peningkatan proses

TINJAUAN PUSTAKA. Terung belanda (Cyphomandra betacea) termasuk keluarga Solanaceae

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Anonim (2011), produksi tomat Indonesia dari tahun 2008 hingga tahun

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura khususnya buah-buahan. Buah-buahan mempunyai banyak manfaat.

I. PENDAHULUAN. tahun. Menurut data FAO (2008), pada tahun konsumsi kentang. di Indonesia adalah 1,92 kg/kapita/tahun.

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan penghasil komoditi pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman adalah salah satu industri yang. agar produk akhir yang dihasilkan aman dan layak untuk dikonsumsi oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Buah pisang tergolong buah klimakterik. Di samping harganya yang masih

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tomat

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN

penyakit kardiovaskuler (Santoso, 2011).

PENDAHULUAN. Permen jelly merupakan makanan semi basah yang biasanya terbuat dari

BAB I PENDAHULUAN. makanan dari kerusakan. Kemasan makanan di masa modern sudah

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Salah satu genus umbi-umbian yaitu genus Dioscorea atau

PEMANFAATAN BUAH PISANG KLUTHUK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN BUAH STROBERI (Fragaria x annanassa) PADA CAMPURAN MEDIA TANAM TANAH LIAT DAN PASIR

PENANGANAN PASCA PANEN

I. PENDAHULUAN. saji kaya protein yang bersumber dari bahan pangan hewani, memengaruhi

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stroberi Stroberi merupakan salah satu buah-buahan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Daya pikatnya terletak pada warna merah yang mencolok pada buah dengan bentuk yang mungil, menarik serta rasa asam manis yang segar. Buah stroberi selama pertumbuhan dan perkembangannya selalu mengalami perubahan, dimana perubahan itu diawali dari keadaan muda, tua (mature), masak (ripening), layu (senesen), hingga pembusukkan. Pemanenan (pemetikan) buah stroberi dapat dilakukan setelah 14 hari bunga mekar atau ketika 3 bulan setelah tanam, umumnya pada umur tersebut buah sudah tua dan warnanya sebagian besar sudah merah. Kriteria buah yang tepat untuk dipanen adalah besarnya persentase warna merah pada buah. Stroberi berasal dari Amerika dan dibudidayakan dengan baik di daerah Amerika Utara dan Amerika Selatan. Ada beberapa jenis stroberi diantaranya stroberi jenis Fragaria virginiana terkenal akan rasanya sedangkan jenis Fragaria chiloensis terkenal dengan ukuran besarnya. Stroberi pertamakali dibudidayakan di Indonesia adalah jenis Fragaria vesca L. Tanaman stroberi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi Subdivisi : Spermatophyta : Angiospermae

7 Kelas Keluarga Genus : Dicotyledonae : Rosaceae : Fragaria Spesies : Fragaria spp (Prihatman, 2000). Buah stroberi bagus untuk kesehatan tubuh. Manfaat dari buah stroberi adalah sebagai berikut : (1) asam ellagic yang dikandungnya dapat membantu melumpuhkan kerja aktif kanker, (2) merendahkan kadar kolesterol, (3) membantu menghaluskan kulit, (4) mencegah penyakit stroke, (5) menurunkan tekanan darah, dan (6) menurunkan resiko diabetes. Kandungan buah stroberi dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini : Tabel 1. kandungan buah stroberi 144 g bahan Komponen Nilai Unit Air 132 g Energi 43 kal Protein 0,88 g Total lipid 0,53 g Karbohidrat 10,1 g Serat 3,3 g Kalsium 20 mg Besi 0,55 mg Magnesium 14 mg Fosfor 27 mg Sodium 1,44 mg Vitamin C 82 mg Sumber: Harianingsih, 2010

8 2.2 Fisiologi Pasca Panen Dwidjoseputro (1992) menyatakan bahwa fisiologi pasca panen adalah suatu ilmu yang mempelajari atau mencari keterangan-keterangan mengenai kehidupan produk hasil pertanian setelah dipanen. Pasca panen adalah suatu penanganan buah segar yang dimulai dari bahan setelah dipanen sampai siap untuk dipasarkan atau digunakan oleh konsumen. Tujuan dari penanganan pasca panen pada buah dan sayur adalah untuk menekan tingkat kehilangan hasil panen sayur dan buah (Pujimulyani, 2012). Ahmad (2013) menyatakan bahwa penanganan pasca panen bertujuan untuk mempertahankan kualitas produk. Buah dan sayuran mempunyai arti penting sebagai sumber mineral dan beberapa vitamin terutama vitamin C dan vitamin A. Vitamin merupakan komponen penting di dalam bahan pangan walaupun terdapat dalam jumlah sedikit. Vitamin dapat dikelompokan dalam 2 golongan. Golongan pertama vitamin yang larut didalam lemak yaitu A,D, E, dan K, sedangkan golongan keduanya vitamin yang larut di dalam air yaitu vitamin C dan golongan vitamin B kompleks. Vitamin C mudah hilang selama pengolahan dan penyimpanan, juga mudah mengalami kerusakan karena oksidasi terutama pada suhu tinggi. Buah dan sayur yang banyak mengandung vitamin C antara lain jeruk, tomat, dan cabe hijau (Winarno, 1980). Buah dan sayuran segar merupakan jaringan hidup, karena setelah dipanen mereka masih melakukan serangkaian proses fisiologi untuk memperoleh energi yang digunakan untuk bertahan hidup. Sebagai jaringan hidup mereka terus menerus

9 berubah sebagai reaksi dengan lingkungan tetapi perubahan-perubahan ini yang akan membawa produk pada fase penuaan berujung dengan perombakan jaringan hingga jaringan itu mati (Ahmad, 2013). Proses fisiologi tersebut merupakan proses pematangan organ pada buah. Proses pematangan merupakan suatu rangkaian proses perubahan warna, cita rasa dan tekstur yang terjadi sampai keadaan atau kondisi organ panenan tersebut diterima oleh konsumen untuk dikonsumsi ataupun diolah. Proses pematangan atau pemasakan buah berkaitan erat dengan aktivitas respirasi dan fotosisntesis dari tiap tanaman. Pematangan biasanya meningkatkan jumlah gulagula sederhana yang memberi rasa manis, penurunan asam-asam organik dan senyawa fenolik yang mengurai masam dan kenaikan zat atsiri yang memberi rasa khas pada buah (Pantastico, 1989). Menurut Pujimulyani (2012) pada saat pematangan buah-buahan, terjadi perubahan zat penyusun antara lain perubahan karbohidrat, protein, lemak dan perubahan cita rasa maupun asam organik. Sayur-sayuran yang mengalami respirasi dengan cepat berarti pembongkaran senyawa penyusunya seperti pati, lemak dan protein juga terjadi secara cepat (Pujimulyani, 2012). Menurut Winarno dan Aman (1981) respirasi merupakan suatu proses metabolisme dengan cara menggunakan oksigen dalam pembakaran senyawa makromolekul seperti karbohidrat, protein, dan lemak yang menghasilkan CO 2, air dan elektron-elektron. Laju respirasi tergantung pada konsentrasi O 2 dan CO 2 yang ada didalam udara. Laju respirasi dipengaruhi oleh tingkat kemasakan buah dan jenis buah. Buah yang masak sesudah dipanen memiliki pola respirasi yang berbeda dengan buah yang

10 masak dipohon. Laju respirasi pada buah klimaterik mengalami peningkatan secara cepat setelah buah dipanen, sedangkan buah non klimaterik mempunyai kecepatan respirasi yang berangsur-angsur turun. Pemuncakan laju respirasi pada buah klimaterik terjadi saat buah akan matang dan menurun setelah matang. Sedangkan pola respirasi pada buah non klimaterik tidak ada peningkatan laju respirasi pada saat matang (Pujimulyani, 2012). Pada pasca panen atau saat penyimpanan, buah dapat mengalami susut fisik (penurunan bobot buah), susut kualitas (terjadi perubahan bentuk, warna, dan tekstur buah), serta susut nilai gizi (penurunan kadar asam organik dan vitamin) (Tranggono dan Sutardi, 1990). Susut bobot terjadi karena hilangnya komponen air dan volatil lainnya pada proses respirasi (penguapan air, gas dan energi) dan transpirasi (terlepasnya air dalam bentuk uap air) selama masa penyimpanan (Alsuhendra, 2011). 2.3 Edible Coating Dalam mempertahankan kualitas buah dapat dilakukan dengan metode teknologi kemasan edible packaging. Edible packaging yaitu salah satu pengemas yang dapat dimakan serta dapat mencegah difusi oksigen, karbodioksida, dan uap air. Ada 2 jenis edible packaging yaitu berbentuk lapisan (edible coating) dan lembaran (edible film) (Krochta, 1992 dalam Alsuhendra, 2011). Menurut Ghaouth, (1991) dalam Harianingsih (2010) edible coating merupakan pemberian lapisan tipis pada buah yang bertujuan untuk menghambat keluarnya gas, uap air dan menghindari kontak dengan oksigen yang dapat merusak mutu buah dan

11 proses pemasakan buah dapat dihambat. Edible coating adalah salah satu metode yang digunakan untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan mutu buah-buah yang disimpan pada suhu ruang (Pantastico, 1989). Edible coating mampu mencegah kehilangan air dari dalam buah sehingga susut bobot pada buah yang diberi edible coating relatif rendah. Lapisan yang diberikankan pada buah tidak berbahaya jika dikonsumsi. Edible coating merupakan pelapis yang baik terhadap air dan oksigen serta dapat mengendalikan laju respirasi, sehingga banyak digunakan untuk pengemasan produk buah-buahan segar dan produk pangan lainnya, seperti daging, ayam beku, sosis, produk hasil laut dan pangan semi basah (Julianti, 2007 dalam Alsuhendra, 2011). Edible coating dapat dibentuk dari tiga jenis bahan yang berbeda yaitu hidrokoloid lipida, dan komposit. Menurut Krochta (1992) dalam Harianingsih (2010) ada beberapa teknik dalam mengaplikasikan pelapis pada buah adalah sebagai berikut: 1. Pengolesan (brushing) yaitu dilakukan dengan cara mengoles edible coating pada produk. 2. Pembungkusan (casting) yaitu buah dikemas (dibungkus) dengan lapisan film (edible film). 3. Penyemprotan (spraying) yaitu produk disemprot dengan pelapis (coating) secara merata, hasil yang didapat lebih tipis dari pada pencelupan. 4. Pencelupan (dipping) yaitu teknik ini dilakukan dengan menyelupkan produk pada larutan edible coating.

12 Komponen penyusun edible coating terdiri dari berbagai jenis bahan alami yang mudah didapat, yaitu hidrokoloid, lipid, dan komposit. Bahan-bahan ini sangat baik digunakan sebagai penghambat perpindahan gas, meningkatkan kekuatan struktur, dan menghambat penyerapan zat- zat volatil sehingga efektif untuk mencegah oksidasi lemak pada produk pangan. 2.4 Karagenan Sebagian besar wilayah Indonesia adalah perairan yang memiliki hasil berlimpah salah satu hasil lautnya yaitu rumput laut. Rumput laut sudah umum dikenal dan diolah dalam berbagai bentuk, misalnya dibuat lalapan, acar, puding, manisan, tepung karagenan serta bahan untuk obat-obatan. Komposisi kimia rumput laut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi kimia rumput laut per 100 g bahan Komposisi Nilai Unit Air 19,01 g Protein 4,17 g Lemak 9,54 g Karbohidrat 42,59 g Abu 14,18 g Serat kasar 10,51 g Sumber: Pujimulyani (2012) Menurut Winarno (1990) karagenan merupakan polisakarida yang berantai lurus berupa molekul galaktan. Hambleton (2009) dalam Santoso (2013) menyatakan karagenan merupakan senyawa hidrokoloid yang terdiri dari tiga tipe yaitu kappa, iota, dan lambda. Tipe karagenan yang paling banyak dalam aplikasi pangan adalah

13 kappa karagenan. Salah satu sifat dari karagenan adalah mampu mengubah cairan menjadi padatan atau menjadi gel yang bersifat reversible hal inilah menyebabkan banyak yang mengunakan tepung karagenan, baik dalam industri pangan maupun industri non pangan (Wenno, 2009 dalam Bunga, dkk., 2013). Karagenan dapat diperoleh dari alga merah, salah satu jenisnya adalah dari kelompok Euchema sp. Karagenan larut dalam air tapi membutuhkan panas agar bisa mencapai kondisi kelarutan yang sempurna suhu yang dibutuhkan yaitu 50-80 C (tergantung pada kation pembentuk gelnya) (Pujimulyani, 2012). Daya kelarutan karagenan pada berbagai media pelarut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kelarutan karagenan dalam berbagai media pelarut Media Kappa Iota Lamda Air panas larut diatas 60 C larut diatas 60 C larut Air dingin Garam Na larut, garam K, Ca tidak larut garam na larut, garam ca mendispersi thixo-tropik larut Suhu panas larut larut larut Suhu dingin Garam Na, K,Ca Tidak larut larut tidak larut tapi mengembang Larutan Gula pekat Panas, larut Sukar larut larut Larutan garam pekat Tidak larut panas Larut panas larut Sumber: Moraino (1971) dalam Pujimulyani (2012) Karagenan telah banyak dimanfaatkan dalam industri farmasi, kosmetika, pangan dan non pangan. Dalam industri pangan karagenan digunakan sebagai stabilisator pada es krim, pembentuk gel pada jeli dan puding serta sebagai edible coating. Dalam bidang

14 pertanian karagenan digunakan pada pasca panen buah sebagai edible coating maupun edible film (pelapis) buah (Meyer, 1959 dalam Handito, 2011). Pujimulyani ( 2012) menyatakan pada pembuatan karamel karagenan digunakan untuk meningkatkan kehalusan dan tekstur yang menarik. Tekstur karagenan di dalam dessert dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4.Tekstur karagenan pada suhu panas dan dingin Tipe karagenan Pada suhu panas Pada suhu dingin Kappa gel lunak sampai kuat lembut dan creamy Iota gel elastik semi gel Lamda bukan pembentuk gel Cair Sumber: Descamps (1978) dalam Pujimulyani (2012) Kappa karagenan dan iota karagenan memiliki sifat termoreversibel. Pada kondisi panas, polimer karagenan berupa kumparan-kumparan acak yang teratur, sedangkan pada kondisi dingin polimer karagenan membentuk jaringan tiga dimensi berbentuk double helik. Pendinginan lebih lanjut akan menyebabkan terjadinya pengaturan rantai double helik sehingga akan membentuk struktur gel. Sifat khusus yang dimiliki karagenan yaitu reaktifitasnya terhadap molekol protein. Kemampuan gelasi karagenan kappa dan iota tergantung pada perbandingan antara iota dan kappa karagenan, sedangkan lamda karagenan tidak memiliki kemampuan untuk membentuk gelasi (Winarno, 1990).

15 2.5 Gliserol Gliserol merupakan salah satu plasticizer, yang biasa digunakan dalam pembuatan edible. Gliserol merupakan plasticizer yang ditambahkan dalam pembuatan edible sehingga dapat menghasilkan edible yang lebih fleksibel dan halus. Gliserol mengandung molekul hidrofilik yang relatif kecil dan mudah disisipkan diantara rantai polimer bahan dasar. Kondisi tersebut menyebabkan modifikasi struktural molekul-molekul penyusun edible. Molekul gliserol akan mengganggu kekompakan polimer-polimer bahan dasar dengan menurunkan interaksi intermolekul dan meningkatkan mobilitas polimer sehingga memperbaiki fleksibilitas dan extensibilitas edible. Kondisi tersebut menyebabkan perubahan sifat mekanik edible (Fatma, 2015). Berdasarkan hasil penelitian Sanjaya dan Puspita (2013) semakin banyak gliserol yang ditambahkan maka sifat bioplastik akan semakin elastis.