BAB I PENDAHULUAN. karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan industri baik dari segi manufaktur maupun jasa. Salah satu strategi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan

BAB I PENDAHULUAN. Industri Kecil Menengah (IKM). Sektor industri di Indonesia merupakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tingginya tingkat pengangguran di Indonesia sampai saat ini adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bisa mengurangi tingkat pengangguran. Selain UMKM ada juga Industri

BAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pergeseran era pertanian ke era industrialisasi dan semakin majunya era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP PENDAPATAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

minimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo.

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun masehi, berkembang melalui penemuan mesin-mesin

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Pada awalnya seperti diketahui, kegiatan perekonomian hanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari

BAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga

BAB 1. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... xvi DAFTAR GAMBAR... xvii DAFTAR LAMPIRAN.. xix

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia terlahir dengan karunia berupa kecerdasan. Kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif atau industri kreatif. Perkembangan industri kreatif menjadi

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. keempat, yaitu industri ekonomi kreatif (creative economic industry). Di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Istilah industri pada Industri Kreatif menimbulkan banyak penafsiran,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, industri kreatif dibagi menjadi 15 subsektor, diantaranya: mode,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat serta pengaruh perekonomian global. pemerintah yaitu Indonesia Desain Power yang bertujuan menggali

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan bisnis di era globalisasi ini mendorong banyak individu

SKRIPSI. Oleh : SANDRA DODY TRISNA B

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 yang memberikan dampak sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelesaikan masalah kesenjangan sosial ekonomi dimasyarakat. Sektor

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia industri saat ini, penggunaan teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. Memasuki tahun 2004 akan dimulainya era perdagangan bebas diwilayah kawasan Asia

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin sulitnya keadaan perekonomian dunia saat ini yang diakibatkan krisis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diproduksi di berbagai daerah di Indonesia dengan motif yang berbedabeda.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

Assalaamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Om Swastiastu.

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas.industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial budaya antar negara.

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

cenderung terbuka dan menganut proses pembelajaran. Analisis lingkungan eksternal bisnis dari sebuah perusahaan sangat bagus

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dengan cara menghasilkan dan memberdayakan kemampuan berkreasi

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

Perkembangan Industri Kreatif

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB I PENDAHULUAN. ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan

6 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 104 Saran 105 DAFTAR PUSTAKA 106 LAMPIRAN 111 RIWAYAT HIDUP

Strategi Pemasaran Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1

BAB I PENDAHULUAN. sebagai industri gelombang ke-4 setelah pertanian, industri dan teknologi

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Profil PT.Bonli Cipta Sejahtera

BAB I PENDAHULUAN. pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

III. METODOLOGI KAJIAN

Menuju Revolusi Ketiga Sains Teknologi:

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan

BAB I DESKRIPSI SWOT TIAP KOMPONEN

Bab I Pendahuluan. 1 Ratih Purbasari_

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang dialami oleh bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang tentunya tidak akan dan tidak dapat mengasingkan diri

Menjadikan Bogor sebagai Kota yang nyaman beriman dan transparan

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. Gambar 1.1 Gelombang Perekonomian Dunia. (sumber:

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang

Kajian Kebijakan Inovatif Daerah Untuk Mendorong Ekonomi Kreatif Berbasis Kerakyatan di Provinsi Riau

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

ANALISIS KESIAPAN INDUSTRI KREATIF MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) (Studi Kasus Industri Blangkon di Serengan Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan strategi pemasaran untuk mengenalkan produk besi baja pada

PEMBINAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH MELALUI PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan

BAB I PENDAHULUAN. Tengah. Salah satunya yang terkenal industri sangkar burung di kecamatan Jebres

KERJASAMA INTERNASIONAL PERGURUAN TINGGI: Pengalaman di Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia menyadari bahwa ekonomi kreatif memiliki peran penting

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Memasuki era perekonomian global, setiap negara memperkuat pilarpilar

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi negara merupakan suatu hal yang sangat penting karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih baik untuk dicapai sehingga menjadi indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara.tuntutan dunia global yang begitu dinamis semakin menurunkan daya saing pelaku usaha nasional yang selama ini masih bergelut dengan kompleksitas permasalahan- permasalahan internal. Indonesia menganut keterbukaan ekonomi dan kerja sama pertukaran barang dan jasa untuk mengoptimalkan manfaat ekonomi yang kita miliki untuk kemajuan bangsa akan tetapi negara Indonesia tidak menganut perdagangan bebas dalam artian tidak satupun produk yang dapat diperdagangkan lintas border secara bebas. Hal-hal yang mampu menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi dalam konteks perekonomian yang terbuka yaitu perdagangan internasional yaitu ekspor dan impor serta aliran modal masuk dari asing, sehingga pendapatan nasional dari suatu perekonomian terbuka, peranan ekspor dan impor menjadi hal yang penting untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi. Indonesia telah menghadapi pasar bebas ASEAN atau ASEAN Free Trade Area (AFTA) sehingga pada kondisi tersebut maka Indonesia yang merupakan salah satu pasar yang besar akan menjadi incaran para pengusaha 1

2 negara ASEAN dan sebaliknya bahwa negara-negara ASEAN dapat menjadi target sasaran pasar bagi para pengusaha Indonesia. Hal ini merupakan ancaman sekaligus peluang untuk pengusaha Indonesia maka dari itu Indonesia perlu meningkatkan daya saing dengan memunculkan pengusaha-pengusaha baru yang produktif dan kreatif untuk meningkatkan perekonomian daerah dan mengurangi pengangguran yang ada di Indonesia. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sendiri dibentuk bertujuan untuk meningkatkan stabilitas perekonomian dikawasan ASEAN serta diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah dibidang ekonomi antar negara ASEAN. Dampak terciptanya MEA yaitu terciptanya aliran pasar bebas bagi negara-negara di ASEAN, arus bebas jasa, arus bebas investasi, arus tenaga kerja terampil dan arus bebas modal. Pangsa pasar yang ada di Indonesia adalah 250 juta orang sedangkan pangsa pasar yang ada di ASEAN sejumlah 625 juta orang yang bisa disasar oleh Indonesia sehingga kesempatan memasuki pasar lebih luas, Ekspor dan impor dapat dilakukan dengan biaya lebih murah, tenaga kerja di Negaranegara lain di ASEAN dapat bekerja bebas di Indonesia dan sebaliknya (sumber: Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Kementrian Keuangan 12 Februari 2015). Dalam upaya mempersiapkan diri menghadapi MEA pemerintah harus segera merumuskan dan menetapkan langkah-langkah strategis dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholder), pelaku usaha termasuk perbankan dan akademisiuntuk bekerjasama dalam bidang keilmuan yang lebih fokus untuk menangani masalah internal yang sering terjadi didunia industri yang

3 mana Industri Kecil Menengah (IKM) sangat perlu diberikan perhatian yang lebih. Mengingat banyak sekali industri kreatif seperti IKM kesenian batik dan kerajinan tangan contoh seperti yang ada di Kota Surakarta Indonesia mayoritas masih menggunakan sistem usaha secara tradisional dengan tenaga manusia secara langsung (material handling) sehingga tidak memperhatikan tingkat efesiensi dan efektifitas pada aktifitas usahanya. Maka hal tersebut tentunya akan menjadi sebuah ancaman bagi pemilik IKM tersebut apabila kreatifitas dan inovasinya sangat minim karena mengingat adanya pasar bebas MEA. MEA akan menjadi kesempatan yang baik karena hambatan perdagangan akan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut berdamapak pada peningkatan ekspor yang pada akhirnya akan meningkatkan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia. Dalam hal ini competition risk akan muncul dengan banyaknya produk dan jasa dari luar secara bebas keluar masuk yang akan mengalir dalam jumlah banyak ke Indonesia, apabila daya saing Indonesia melemah dengan negara lain akan mengancam industri lokal dalam bersaing dengan produk luar negeri yang jauh berkualitas. Mengutip dari situs resmi voice of Indonesia terkait kesiapan menjelang pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015 Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengatakan kesiapan Indonesia baru mencapai 81%. Capaian Indonesia pada fase ketiga tersebut menempati posisi ke-6 dari 10 anggota negara ASEAN. Indonesia harus lebih serius dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Dikatakan ada 3 hal penting yang masih menjadi masalah serius di Indonesia yaitu biaya produksi di Indonesia masih lebih mahal jika dibandingkan

4 dengan negara ASEAN lainnya, kedua yaitu permasalahan infrastruktur dan terakhir mengenai kesiapan Indonesia dibidang jasa (sumber: voice of Indonesia- RRI.CO.ID, diakses kamis 16 april 2015). Di Indonesia sendiri banyak sekali kota-kota yang memiliki industriindustri kreatif berpotensial, salah satunya yaitu Kota Surakarta Indonesia adalah salah satu kawasan di wilayah Provinsi Jawa Tengah yang sangat potensial menghadapai persaingan ketat dengan masyarakat anggota negara ASEAN. Kota Surakarta memiliki subsektor usaha dari 15 industri kreatif (periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, fesyen, video, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan computer dan piranti lunak, televisi dan radio, riset dan pengembangan, kuliner). Mengutip dari situs resmi Kementrian Perindustrian Indonesia, Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Euis Saedah mengatakan bahwa industri kreatif adalah kegiatan usaha yang fokus pada kreasi dan inovasi. UK DCMS Task Force 1998 menyebut Industri kreatif itu sendiri berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut (Sumber: Wikipedia diakses 16 april 2015), namun karena kurangnya perhatian kerjasama dari pihak-pihak bersangkutan potensi industri kreatif di Kota Surakarta kurang maksimal dimanfaatkan dan dikembangkan. Mengingat pengetahuan tentang industri kreatif yang kurang mengakibatkan para pelaku usaha industri kreatif di Kota Surakarta khususnya

5 Kelurahan Sondakan Kecamatan Laweyan belum sepenuhnya tertata dengan maksimal. Pada saat ini Kelurahan Sondakan Kecamatan Laweyan Kota Surakarta akan menghadapi pasar bebas ASEAN dimana harus mengintegrasikan pasar dari seluruh hasil produksi IKM fesyen batik di Kelurahan tersebut dengan kerjasama antara pemerintah, pelaku usaha dan akademisi untuk lebih siap menghadapi daya saing pasar internasional yang dapat menjadi ancaman atau sebaliknya menjadi peluang khususnya untuk perekonomian Kelurahan Sondakan Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. 1.2 Perumusan Masalah Hasil penjabaran latar belakang diatas dapat diambil masalah-masalah yang muncul pada penelitian ini, seperti yang kita ketahui dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan terjadi transformasi pergerakan bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil dan arus modal yang lebih bebas. Fesyen batik merupakan industri kreatif yang dominan di Kelurahan Sondakan Kecamatan Laweyan Kota Surakarta, sehingga peluangnya sangat besar untuk ikut serta menghadapi MEA. Maka dari itu perlu dilakukan analisis mengenai kesiapan industri kreatif di Kelurahan Sondakan Kecamatan Laweyan Kota Surakarta khususnya dibidang fesyen batik dalam rangka menghadapi MEA. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini selain bertujuan untuk mengidentifikasi pemetaan profil industri fesyen batik atau roadmap industri kreatif Kota Surakarta Kecamatan

6 Laweyan Kelurahan Sondakan, tujuan yang ingin dicapai lainnya yaitu sebagai berikut: 1. Mengetahui profil usaha subsektor industri kreatif fesyen batik di Kelurahan Sondakan Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. 2. Menggambarkan bagaimana kesiapan pelaku usaha subsektor industri kreatif fesyen batik dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di Kelurahan Sondakan Kecamatan Laweyan Kota Surakarta dengan Analisis SWOT yaitu faktor-faktor kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), ancaman (threats). 3. Mengetahui prioritas alternatif strategi IKM fesyen batik di Kelurahan Sondakan Kecamatan Laweyan Kota Surakarta dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). 1.4 Manfaat Penelitian Dengan kegiatan penelitian pemetaan atau pembuatan roadmap industri kreatif Kota Surakarta Kecamatan Laweyan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) bermanfaat untuk pihak-pihak yang terkait, antara lain: 1. Pelaku Usaha (entrepreneur) a. Pelaku usaha dapat mengetahui informasi tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). b. Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan acuan untuk melakukan langkah-langkah perbaikan dalam upaya meningkatkan kinerja industri

7 kreatif, dan mengetahui peluang untuk lebih kreatif dan inovatif dalam pengembangan bisnis menghadapi Masyarakatat Ekonomi ASEAN (MEA). 2. Pemerintah a. Dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam aspek-aspek yang direncanakan pemerintah dalam menyusun strategi mengembangkan industri kreatif di Kota Surakarta. b. Dapat digunakan sebagai referensi untuk mengetahui industri kreatif yang ada di Kota Surakarta Kecamatan Laweyan. 3. Studi penelitian a. Sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian yang ruang lingkupnya lebih spesifik oleh para akademisi selanjutnya. b. Dapat menjadi bahan pembelajaran oleh para instansi pendidikan atau pihak-pihak yang terkait. 1.5 Batasan Masalah Dalam penelitian ini agar tujuan dapat tercapai sesuai yang diharapkan maka perlu adanya pembatasan masalah diantaranya sebagai berikut: 1. Penelitian ini hanya berfokus pada subsektor industri kreatif fesyen batik dan IKM fesyen batik yang masih produktif di Kelurahan Sondakan Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. 2. Data yang diambil dengan proses kuesioner yaitu profil umum, analisis kesiapan industri kreatif fesyen batik menghadapi MEA dan faktor-faktor

8 SWOT (kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities) dan ancaman (threats)) di Kelurahan Sondakan Kecamatan Laweyan Kota Surakarta 3. Penelitian ini hanya membahas tentang kesiapan industri kreatif dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di Kelurahan Sondakan Kecamatan LaweyanKota Surakarta. 4. Penelitian dilakukan pemilihan kriteria aspek strategi dan pengolahan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). 1.6 Sistematika Penulisan Agar penelitian ini mudah dipahami maka penulisannya dibagi dalam tahap-tahap dimana satu bab dengan bab yang lainnya merupakan suatu rangkaian yang saling melengkapi. Oleh karena itu sistematika penulisannya adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pengantar permasalahan agar pemahaman terhadap masalah yang terkait mudah dipahami. Dimana didalam bab ini ini berisikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini merupakan pebahasan teori-teori maupun metode yang mendukung dan tinjauan pustaka yang digunakan sebagai

9 landasan untuk pemecahan masalah yang bersumber dari buku, jurnal-jurnal ilmiah dan referensi lainnya. Landasan teori sendiri terdiri dari ekonomi kreatif, industri kreatif dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) serta menggunakan metode analisis SWOT (kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities) dan ancaman (threats)). Analisis SWOT ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats) untuk mengukur kesiapan IKM dalam menghadapi MEA. Kemudian melakukan pemilihan prospek keberlangsungan IKM dengan memprioritaskan strategi perusahaan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisikan tentang uraian tahap-tahap mengenai cara mengumpulkan data dengan studi pendahuluan, identifikasi dan perumusan masalah, merumuskan batasan masalah dan tujuan penelitian. Selain itu observasi dan verifikasi data di lapangan yang dipadupadankan dengan data sekunder dan data primer (kuesioner, wawancara, dan dokumentasi) yaitu melaksanakan penelitian dan menganalisanya yang digunakan sebagai pemecahan masalah yang dilengkapi dengan kerangka flowchartdan analisis SWOT sehingga akan didapatkan suatu solusi yang layak sesuai dengan tinjauan

10 penelitian dan didapatkan prioritas strategi perusahaan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Didalam bab ini menyajikan tentang keseluruhan hasil penelitian yaitu dari pengumpulan data diperoleh dari data sekunder dan data primer (kuesioner, wawancara dan dokumentasi), kemudian dilanjutkan dengan pengolahan datanya dengan metode analisis SWOT kemudian pemilihan prioritas strategi dengan metode AHP dan hasilnya yang berupa analisa statistika deskriptif terhadap datadata kuisoner yang diperoleh dari objek penelitian. BAB V PENUTUP Bab ini adalah kesimpulan dari hasil penelitian yang dianalisa dari hasil data yang telah diolah dan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat dan sebagai bahan pertimbangan instansi yang terkait. DAFTAR PUSTAKA