Tidak terjadi perubahan kebijakan pada saat penelitian dilakukan RUANG LINGKUP PENELITIAN
Software Vensim Simulasi Daya Saing Rantai Nilai Sistem Dinamik Pemodelan Sistem Klaster Industri Makro ergonomi INPUT PROCESS Stakeholder Klaster Industri IKM Minyak Atsiri Kondisi dan kebijakan eksisting terkait Klaster Industri IKM Minyak Atsiri Identifikasi dan Pemodelan Klaster Industri IKM Minyak Atsiri OUTPUT Rekomendasi kebijakan IKM Minyak Atsiri
kumpulan/kelompok perusahaan-perusahaan dan institusi yang terkait dalam suatu bidang tertentu dan yang berdekatan secara geografis (Porter, 1998) kelompok yang terdiri dari beberapa industri terkait baik secara horisontal maupun vertikal dan institusi pendukung lainnya yang saling berinteraksi untuk menciptakan nilai tambah baik secara individu maupun bersama-sama dalam rangka meningkatkan daya saing baik ditingkat nasional maupun global (Partiwi, 2011)
Porter (1990) mengembangkan model berlian yang memberikan kerangka determinan keunggulan daya saing suatu bangsa yang sering dirujuk dan dianggap sebagai pemicu atau menjadi kerangka dasar dalam model atau pendekatan klaster industri.
Indikator yang digunakan untuk melihat faktor yang mempengaruhi daya saing internasional SUPPLY SIDE (a) modal dasar, (b) ukuran perusahaan, (c) struktur kepemilikan, (d) spesialisasi, (e) penganekaragaman, (f) keluaran, (g) nilai tambah, (h) biaya tenaga kerja, (i) aset tetap, (j) produktifitas, (k) cakupan ekspor, (l) ketergantungan impor, (m) FDI dan cakupan ekspor, (n) faktor intensitas, (o) teknologi DEMAND SIDE (a) nilai ekspor, (b) pangsa di pasar dunia, (c) impor, (d) Intra industry trade, (e) keunggulan komparatif (RCA), (f) dinamisme ekspor, (g) struktur pasar impor dunia, (h) struktur persaingan dunia.
Keunggulan kompetitif tidak dapat dipahami hanya dengan melihat suatu perusahaan secara keseluruhan, tetapi terdiri dari berbagai aktivitas yang dilakukan suatu perusahaan, mulai dari perencanaan, produksi, pemasaran, pengiriman, dan dukungan terhadap hasil produknya (Porter, 1983). analisis rantai nilai dapat digunakan untuk memahami keunggulan kompetitif secara lebih baik. Inbound Logistics Operations Outbond Logistics Marketing and Sales Services Procurement Human Resource Development PROFIT MARGIN Technology Development Infrastructure
Makro-ergonomi didefinisikan sebagai top-down dari sistem sosioteknikal yang diterapkan dalam perancangan sistem kerja dan memanfaatkan hasilnya dalam perancangan human-job, human-machine, dan humansoftware interface (Hendrick & Kleiner, 2001) Pedoman Makro-ergonomi Participatory Design Joint Design Deskripsi Desain didukung oleh partisipasi karyawan sepanjang proses desain. Subsistem personel dan subsistem teknologi dikembangkan secara simultan. Human-centered Design Fungsi manusia dan pekerjaan dalam sistem kerja merupakan pertimbangan prioritas dalam keputusan untuk mengalokasikan kerja pada pekerja atau perangkatnya. Prinsip ergonomi diaplikasikan untuk menyesuaikan pekerjaan dengan sumber daya manusia. Systems Design Karakteristik sosioteknik pada organisasi (subsistem personel, subsistem teknologi, struktur organisasi, dan lingkungan eksternal) harus dievaluasi dan diintegrasikan dalam proses desain pada sistem kerja.
Dalam makro-ergonomi, desain organisasi dan faktor manajemen dapat dipahami dengan lebih baik melalui konteks sistem sosioteknik. Sistem sosioteknik merupakan sebuah teori yang menyatakan bahwa lokasi kerja yang efektif memiliki optimisasi bersama antara sistem sosial dan teknologi, dan bahwa kelompok kerja harus memiliki otonomi yang cukup untuk mengontrol variabel kunci dalam proses kerja.
1. Identifikasi stakeholder klaster industri. 2. Identifikasi peran dan fungsi masing-masing stakeholder dalam pencapaian tujuan klaster industri. 3. Optimalisasi peran dan fungsi stakeholder klaster industri. 4. Perumusan visi, misi dan tujuan, strategi berikut program dalam pengembangan klaster industri secara partisipatoris.
pendekatan sistem merupakan salah satu cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhankebutuhan sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif.
TAHAP HASIL Pendefinisian Masalah Deskripsi Sistem Model Simulasi Desain Kebijakan Pemahaman Verifikasi Kepastian Kebijakan Forester (1968) mendefinisikan sistem dinamik sebagai investigasi dari karakteristik umpan balik suatu sistem dan kegunaan modelnya adalah untuk memperbaiki organisasi dan kebijakan.
Proses simulasi model dapat dibagai ke dalam 5 tahap seperti berikut ini. a. Membangun model konseptual dari sistem atau permasalahan b. Membangun model simulasi. c. Verifikasi dan validasi model. d. Melakukan desain eksperimen dengan menggunakan model yang sudah dibangun e. Menampilkan eksperimen dan menganalisa hasilnya.
dapat menggambarkan konsep, sebuah dokumen yang menirukan, meneliti, dan mengoptimalkan model sistem dinamis. model digambarkan melalui causal loop diagram berdasarkan variabel-variabel yang telah diidentifikasi sebelumnya oleh pembuat model. pembangunan simulasi model lebih fleksibel dan sederhana. dapat memperlihatkan tingkah laku dari model tersebut, sehingga dapat diteliti bagaimana model menjalani proses, serta melihat penyebab dan penggunaan suatu variabel.