Perumusan Masalah Dalam Analisis Kebijakan : Lanjutan

dokumen-dokumen yang mirip
KEBIJAKAN PUBLIK Kuliah 4

PENDAHULUAN Latar Belakang

Problem Pelaksanaan dan Penanganan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setelah kebutuhan primer. Salah satu perkembangan teknologi

DEfiNISI KEBIJAKAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebagai Kota yang telah berusia 379 tahun, Tanjungbalai memiliki struktur

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kuliah-1 KONSEP DASAR ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK. 3/7/2016 Marlan Hutahaean

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang akan datang berada pada situasi turbulen dan kompetitif. Hal ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap. 1. Peran UMKM terhadap Perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. lebih tinggi. Di lain segi istilah tersebut bertujuan untuk menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. pada provinsi Jawa Tengah. Menurut laporan hasil ujian nasional SMP tahun

P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat perkembangan pembangunan

Bentuk-bentuk Analisis Kebijakan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membahas mengenai hasil yang ingin dicapai. Selanjutnya, dengan tercapainya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang

PERUMUSAN PERMASALAHAN PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. lahirnya paket undang-undang di bidang keuangan negara, yaitu undang-undang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan. Seperti diketahui, negara

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan

BAB III ANALISIS SWOT KEBIJAKAN DESENTRALISASI PENDIDIKAN DI INDONESIA

Ekonomi Politik Penyerahan Fasum dan Fasos Oleh Pengembang Perumahan Kepada Pemerintah Kota Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

I. PENDAHULUAN. Apabila kita membicarakan tentang pembangunan daerah maka akan erat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya otonomi daerah. Sebelum menerapkan otonomi daerah,

Topik : Pengertian Kebijakan Publik Pentingnya Kebijakan Publik Studi Kebijakan Publik

KUNCI KEBERHASILAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN

10Pilihan Stategi Industrialisasi

Kuliah Ke-9. Marlan Hutahaean

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang. fundamental dalam hubungan Tata Pemerintah dan Hubungan Keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan menyebabkan terjadinya regional disparity. Oleh karena itu, pedesaan haruslah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maksimalisasi laba tetapi lebih kepada publik service orientif (Suhayati,2009).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sejak otonomi daerah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara

I. PENDAHULUAN. Menghadapi dan memasuki persaingan dunia kerja sekarang ini diperlukan SDM

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dampak

BAB I PENDAHULUAN. Era persaingan global menuntut pendidikan yang berkualitas. Pendidikan

BAB V PENUTUP. pemerintahan daerah masih cukup rendah. Komitmen Pemkab Sleman baru hanya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. semua pihak. Keinginan untuk mewujudkan good government merupakan salah

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1999 terjadi reformasi institusi kehutanan yang diformalisasikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

INOVASI PELAYANAN PUBLIK. Lamongan, 7 Juni 2017 BIRO ORGANISASI SETDA PROV. JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahkan manusia tidak akan bertahan hidup. Demikian juga dalam sebuah

SISTEM EKONOMI INDONESIA. Ilmu Hubungan Internasional Semester III

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Berkembangnya isu di masyarakat yang menggambarkan kegagalan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. pergeseran. Penyusunan kebijakan publik tidak lagi murni top down, tetapi lebih

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi diawal 1998 dapat dikatakan tonggak perubahan bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. suatu fenomena di Indonesia. Tuntutan demokrasi ini menyebabkan aspek

Dr. Mardiyono: Kualitas Otonomi Daerah dari Perspektif Autopoiesis

BAB I PENDAHULUAN. khususnya kebutuhan akan pendidikan sebagai suatu investasi. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. fisik/fasilitas fisik (Rustiadi, 2009). Meier dan Stiglitz dalam Kuncoro (2010)

PENDAHULUAN. Tantangan utama negara-negara di seluruh dunia bukan lagi isu perang dingin. Melainkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Surat Terbuka Untuk Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo dan Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla

BAB I PENDAHULUAN. masalah, kendala, dan keterbatasan yang menyebabkan gagal, kurang berhasil atau

Laporan Kegiatan Diskusi Memahami Metoda Social Network Analysis 1

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

BAB I PENDAHULUAN. karena entitas ini bekerja berdasarkan sebuah anggaran dan realisasi anggaran

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki demi kemajuan suatu bangsa. Salah

BAB I PENDAHULUAN. daerah, maka semakin besar pula diskreasi daerah untuk menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perubahan dalam penerapan standar akuntansi. akuntansi pemerintah menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun

PROBLEM OTONOMI KHUSUS PAPUA Oleh: Muchamad Ali Safa at

BAB I PENDAHULUAN. periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,61 persen.

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

I. PENDAHULUAN. publik, penilaian kinerja juga bermanfaat untuk: meningkatkan efisiensi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAKORNIS KOPERASI & UKM, KERJASAMA, PROMOSI DAN INVESTASI SE-KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. dewan melainkan juga dipengaruhi latar belakang pendidikan dewan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hasil pertanian. Jumlah penduduk Idonesia diprediksi akan menjadi 275 juta

Transkripsi:

Kuliah 5 Perumusan Masalah Dalam Analisis Kebijakan : Lanjutan 1

Pendahuluan Syarat untuk memecahkan masalah yang rumit tidak sama dengan syarat untuk memecahkan masalah yang sederhana. Masalah yang sederhana memungkinkan analis menggunakan metode-metode konvensional. Sebaliknya, masalah yang rumit menuntut analis untuk mengambil bagian aktif dalam mendefinisikan hakekat dari masalah itu sendiri. 2

Kreativitas dalam Merumuskan Masalah Kriteria untuk menentukan keberhasilan perumusan masalah juga berbeda dari yang digunakan untuk menilai keberhasilan dalam memecahkan masalah. Pemecahan masalah yang berhasil mengharuskan para analis memperoleh solusisolusi teknis yang benar untuk masalah-masalah yang diformulasikan secara jelas. Sebaliknya, perumusan masalah yang berhasil mengharuskan bahwa para analis mendapatkan solusi-solusi untuk masalah-masalah yang kabur dan sulit didefinisikan. 3

4

Empat Tahap yang saling Tergantung dalam Perumusan Masalah Kebijakan Pengenalan Masalah (Problem Sensing) Pencarian/Identifikasi Masalah (Problem Search) Definisi Masalah (Problem Definition) Spesifikasi Masalah (Problem Specification) 5

Empat Tahap yang saling Tergantung dalam Perumusan Masalah Kebijakan Pencarian/ Identifikasi Masalah Pengenalan Masalah Definisi Masalah Spesifikasi Masalah 6

Mekanisme Kerja (1) Apapun masalahnya, seorang analis perlu memahami Situasi Masalah (Problem Situation) yg mendasari munculnya masalah. Situasi masalah dapat ditelusuri dengan melakukan pengenalan masalah (Problem sensing) Analis menginventarisir cara pandang yang muncul dari berbagai kelompok terhadap masalah kebijakan. 7

Mekanisme Kerja (2) Tahap berikutnya analis menyusun Meta masalah (Meta Problem). Hal ini dilakukan dengan menelusuri atau mencari/meneliti munculnya masalah (Problem search). Tujuan dari setiap alternatif masalah harus ditetapkan. Meta masalah dilakukan karena rumitnya masalah kebijakan, yang disebabkan beragamnya pandangan aktor terhadap suatu masalah. 8

Mekanisme Kerja (3) Tahap berikutnya analis melakukan konseptualisasi /definisi masalah (Problem definition) yang pada akhirnya akan menemukan Masalah Substantif (Substantive Problem). Cara lain adalah melalui inventarisasi atau menilai/mengkritik tiap-tiap cara pandang dari pelaku kebijakan terhadap meta masalah. Hasil kritik ini digunakan untuk memilih dan menetapkan cara pandang mana yang terbaik (dimata analis), untuk kemudian digunakan sebagai pijakan dalam perumusan masalah. 9

Mekanisme Kerja (4) Setelah substansi masalah dapat ditemukan, analis melakukan spesifikasi masalah (Problem Specification), dengan tujuan untuk menghasilkan sebuah rumusan masalah atau masalah formal (Formal problem). Tahap ini adalah sebagai puncak aktivitas perumusan masalah. 10

Tahapan Situasi Masalah Meta Masalah (Bagaimana kita memanadang kekurangmampuan aparat desa menyelenggarakan pelayanan publik) Ilustrasi Tahapan Masalah Ilustrasi Pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 yang ditindaklanjuti dengan PP No. 72 tentang Desa ternyata tidak ada/kurang adanya penekanan pada pelayanan publik di desa. 1. Agenda reformasi pelayanan publik seolah-olah hanya sampai pada tingkat kabupaten. 2. Belum ada perubahan yang signifikan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Desa khususnya pelayanan publik di Desa, karena ada anggapan bahwa pembangunan desa berarti pembangunan fisik. 3. Ada kecenderungan pemerintah kabupaten tidak serius dalam pemberdayaan Pemerintahan Desa (membiarkan desa tidak mempunyai kemampuan) padahal penduduk kabupaten sekitar 70% lebih bertempat tinggal di desa. Masalah Substantif (Bagaimana kondisi riil kemampuan pelayanan publik oleh aparat desa) Masalah Formal (Harus dijabarkan secara kualitatif tingkat pelayanan publik aparat desa) 1. Dari aspek finansial bahwa pemerintah daerah sudah merasa bahwa pembiayaan alokasi dana untuk desa cukup besar, tetapi hasil dari penyelenggaraan pemerintahan desa tidak optimal, pelayanan publik di desa belum mengarah ke pelayanan prima. 2. Dari aspek politis bahwa penyelenggaraan pemerintahan desa tidak dapat dipisahkan dari pemerintahan kabupaten, karena keberhasilan pemerintahan kabupaten juga tergantung dari berhasil tidaknya penyelenggaraan pemerintahan desa dalam pelayanan publik. 3. Dari aspek psikologi bahwa semakin desa mandiri maka kesejahteraan masyarakat desa akan lebih meningkat, kesejahteraan masyarakat desa meningkat, maka kesejahteraan tingkat kabupaten juga meningkat. Dengan berdasar pada situasi masalah, meta masalah, dan masalah substantif sebagaimana diuraikan di atas, maka perlu dirumuskan, bagaimana kebijakan pemerintah daerah yang efektif dalam membangun pelayanan publik di desa. 11

Contoh Perumusan Masalah (1) 49,8 persen penduduk Indonesia miskin dengan pendapatan di bawah US $ 2 per kapita per hari. 31.1 persen penduduk Indonesia (73,7 juta) dalam kondisi hampir miskin dengan pendapatan antara US $1,55 - $2 per kapita per hari. 12

Contoh Perumusan Masalah (2) 56% (Jawa dan Madura) sampai 94% (Papua) penduduk miskin tinggal di pedesaan dan hidup dari sektor pertanian. Terjadi kesenjangan akses pada pendidikan, layanan kesehatan dan air bersih antara penduduk tidak miskin dan penduduk miskin. 13

14

Error Type III Memilih meta problem yang salah dan kurang mempertimbangkan cara pandangan para pelaksana. Contoh: Kegagalan Program IDT; Memilih worldview, idiologi dan mitos yang tidak cocok dalam memformulasikan meta problem; Contoh: Globalisasi; Memilih model yang salah. 15

Howard Raiffa Kesalahan tipe III dirumuskan sebagai berikut : salah satu paradigma yang paling populer dalam... Matematika menerangkan kasus di dalam mana seorang peneliti menerima atau menolak apa yang dikenal dengan hipotesis nol. Pada pelajaran awal statistik mahasiswa belajar bahwa dia harus terus-menerus menyeimbangkan antara membuat kesalahan tipe I (yaitu, menolak hipotesis nol yang benar), dan kesalahan tipe II (yaitu, menerima hipotesis nol yang salah)... Sementara para praktisi juga terlalu sering membuat kesalahan tipe III : memecahkan masalah yang salah. 16