Laporan Provinsi 509 Menara Keagungan Limboto Menara ini dibangun tahun 2001 dan berlokasi di Limboto, ibu kota Kabupaten. Menara Kea gungan yang menjadi kebanggaan ma syarakat ini memiliki daya tarik tersendiri untuk wisatawan. Keramahan penduduk akan melengkapi perjalanan Anda ke tempat ini. Dengan menggunakan lift, Anda dapat menelusuri lima lantai yang tersedia, sambil menikmati pemandangan alam dan Danau Limboto dari puncak ketinggian 65 meter.
510 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Profil Ibu : Luas Wilayah : 11.257 km 2 Jumlah Penduduk : 1,04 juta Kepadatan Penduduk : 99 jiwa/km 2 PDRB/Kapita 2) : Rp 3,3 juta IPM : 65.17 Angka Pengangguran 3) : 4.18% Koefisien Gini 4) : 0,437 2014 Profil Jumlah Rumah Tangga Miskin : 128.912 Jumlah Penduduk Miskin : 544.825 Angka : 46,1% Keparahan : 43,68% Indeks : 0,201 Karakter Perbandingan 91,0% 27,3% 88,7% 26,0% 75,2% 20,9% 99.912 29.000 74,7% 42,3% 17,2% 8,3% 432.573 112.252 55,4% 29,2% 44,5% 40,7% 31,3% 0,247 IKM 0,119 Keterangan Simbol RT Miskin Persentase Penduduk Miskin Penduduk Miskin IKM Keparahan Indeks Keterangan 1) Semua perhitungan kecuali pada jumlah penduduk miskin IKM menggunakan standar rumah tangga 2) PDRB/kapita tanpa Migas 3) Data Agustus 2014 4) Data 2013
Laporan Provinsi 511 Peta Provinsi 2013 POHUWATO 18 GORONTALO UTARA 14 22 48 BOALEMO GORONTALO KOTA GORONTALO 14 21 BONE BOLANGO Keterangan RT Miskin (%) >50 40-50 30-40 20-30 <20 n.a. Jumlah RT Miskin (dalam ribu) Keterangan Simbol Karakteristik Akses air bersih Sanitasi Pembantu Kelahiran Gizi Seimbang Anak Balita Partisipasi Sekolah Melek Huruf Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Bahan Bakar untuk Memasak Sumber Penerangan Kondisi Atap Lantai Dinding Kepemilikan Aset Rumah
512 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Analisis Profil Provinsi, yang merupakan provinsi hasil pemekaran dari Provinsi Sulawesi Utara, termasuk salah satu daerah yang terbentuk pada awal pelaksanaan otonomi daerah di era Reformasi. Potret masyarakat dalam hal kemiskinan multidimensi cenderung membaik dalam kurun waktu 2012-2014. Hal ini ditunjukkan dari menurunnya hampir semua indikator kemiskinan ini. Hanya saja, keparahan kemiskinan multidimensi meningkat pada tahun 2013. Pada tahun 2014, rumah tangga miskin tercatat sekitar 129.000 rumah tangga. Jumlah ini lebih kecil dari tahun sebelumnya yang mencapai 137.000 rumah tangga. Seiring dengan berkurangnya rumah tangga miskin, jumlah penduduk miskin di provinsi ini juga turun dari 607.000 jiwa menjadi sekitar 545.000 jiwa. Dalam setahun terakhir tersebut, penduduk miskin telah bekurang sekitar 10,3 persen. Menurunnya Indeks lebih didorong oleh turunnya angka kemiskinan. Keparahan kemiskinan yang meningkat pada 2013, bisa terkompensasi oleh penurunan angka kemiskinan yang relatif tinggi sehingga indeks kemiskinan pada tahun tersebut bisa tetap melanjutkan tren menurun. Pada tahun berikutnya, penurunan Indeks didorong oleh menurunnya angka kemiskinan dan keparahan kemiskinan. Angka Angka kemiskinan multidimensi Provinsi memiliki pola yang konstan, yakni terus menurun dalam kurun waktu 2012-2014. Sementara angka kemiskinan moneter cenderung berfluktuasi. Pernah meningkat pada 2013, tetapi kemudian kembali turun pada tahun berikutnya. Pada 2012, angka kemiskinan multidimensi mencapai 58,8 persen. Hal ini berarti bahwa sekitar enam dari sepuluh rumah tangga di provinsi ini tergolong miskin Tabel 1 Profil 2012-2014 Keterangan Jumlah Rumah Tangga Miskin Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Angka (%) Keparahan (%) Indeks 2012 2013 2014 + + + 116.112 36.529 152.641.47 103.870 33.043 136.913 99.912 29.000 128.912 504.510 162.360 666.870 454.877 152.342 607.219 432.573 112.252 544.825 67,8 41,2 58,7 59,1 37,1 51,7 55,4 29,2 46,1 44,9 42,6 44,3 42,9 41,9 42,6 44,5 40,7 43,7 0,305 0,175 0,261 0,253 0,156 0,220 0,247 0,119 0,201
Laporan Provinsi 513 multidimensi. Kondisi masyarakat terus membaik pada 2013 dan kemudian berlanjut pada tahun berikutnya. Kondisi ini ditunjukkan dari angka kemiskinan yang terus menurun, yakni 51,7 persen pada 2013. Pada 2014, telah kurang dari separuh rumah tangga di provinsi ini yang tergolong miskin multidimensi. Sementara itu, angka kemiskinan moneter bergerak mengikuti pola huruf U terbalik. Pada 2013, angka kemiskinan moneter meningkat menjadi 18,01 persen. Tahun sebelumnya, tercatat sekitar 17,22 persen. Kemudian, pada 2014, angka kemiskinan tersebut menurun menjadi 17,41 persen. Angka ini tetap masih lebih tinggi dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya. Selama periode 2012-2014, pergerakan angka kemiskinan multidimensi, baik di tingkat provinsi maupun tingkat nasional, memperlihatkan pola pergerakan yang serupa. Angka kemiskinan di provinsi ini, baik di perdesaan maupun di perkotaan, terus menurun sepanjang tiga tahun tersebut. Pola inilah yang membuat angka kemiskinan bisa turun cukup tinggi dalam waktu dua tahun. Sebagaimana halnya di tingkat nasional, angka kemiskinan di wilayah perdesaan di Provinsi lebih tinggi daripada wilayah perkotaan. Pada 2014, sekitar 55,4 persen rumah tangga di perdesaan dikategorikan miskin multidimensi. Sementara di perkotaan tercatat hanya sekitar 29,2 persen. Hal ini menunjukkan tingginya konsentrasi angka kemiskinan di perdesaan. Dalam hal tren, angka kemiskinan di perdesaan dan perkotaan sama-sama terus menurun dalam kurun waktu tiga tahun tersebut. Angka kemiskinan perdesaan di Provinsi berkurang lebih dari 12 persen selama dua tahun. Serupa dengan perdesaan, angka kemiskinan di perkotaan juga bergerak turun dalam tingkat yang sama. Kondisi tersebut mendorong turunnya angka kemiskinan multidimensi hingga lebih dari 12 persen dalam kurun waktu dua tahun. Penurunan ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan penurunan angka kemiskinan multidimensi nasional yang sekitar 5 persen. Namun, angka kemiskinan masih tetap lebih tinggi daripada angka kemiskinan nasional. Kondisi serupa berlaku untuk angka kemiskinan desa dan kota. Keparahan Dalam hal keparahan, kemiskinan multidimensi Provinsi belum memiliki pola yang ajek. Setelah turun pada 2013, keparahan kemiskinan kembali meningkat pada tahun berikutnya. Dalam kisaran yang sempit, keparahan kemiskinan provinsi ini semakin tinggi pada tahun 2014, tetapi masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan Grafik 1 Perbandingan Angka dengan Angka Moneter (%)
514 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 keparahan kemiskinan tahun 2012. Meningkatnya keparahan kemiskinan di perdesaan menjadi faktor pendorong meningkatnya keparahan kemiskinan pada tahun 2014. Meski pada saat yang sama keparahan kemiskinan di perkotaan justru menurun, penurunan keparahan kemiskinan di perkotaan ini masih lebih kecil daripada kenaikan keparahan kemiskinan di perdesaan. Akibatnya, keparahan kemiskinan provinsi terdorong naik. Di perdesaan, keparahan kemiskinan pada 2013 turun dari 44,9 persen menjadi 42,9 persen. Namun, tahun berikutnya, keparahan kemiskinan di wilayah ini kembali naik menjadi 44,5 persen. Hal yang berbeda terjadi di perkotaan, keparahan kemiskinan justru menurun pada tahun 2014. Hal tersebut menunjukkan adanya perbedaan pergeseran dalam persoalan-persoalan kemiskinan multidimensi antara masyarakat perdesaan dan perkotaan di Provinsi. Indeks Meski keparahan kemiskinannya berfluktuasi, indeks kemiskinan Provinsi terus menurun selama periode 2012-2014. Kondisi ini terjadi di perdesaan dan perkotaan. Secara umum, penurunan indeks kemiskinan provinsi ini lebih didorong oleh menurunnya angka kemiskinan multidimensi. Faktor yang sama juga terjadi di perdesaan. Sementara di perkotaan, penurunan indeks Grafik 2 Angka (%) Menurut - 2012 2013 2014 Grafik 3 Keparahan (%) Menurut - 2012 2013 2014
Laporan Provinsi 515 kemiskinan didorong oleh menurunnya angka kemiskinan dan keparahan kemiskinan multidimensi. Meski sama-sama terus menurun, laju penurunan indeks kemiskinan di perdesaan dan perkotaan tidaklah sama. Di perdesaan, penurunan indeks kemiskinan terbesar selama periode 2012-2014 terjadi pada 2013. Indeks tersebut berkurang 0,048 titik poin dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara itu, penurunan indeks kemiskinan terbesar di perkotaan justru terjadi pada 2014. Hal tersebut memperlihatkan bahwa perubahan yang terjadi tidak selalu merata antara desa dan kota. Perbedaan laju pergerakan indeks kemiskinan yang tidak sama antara perdesaan dan perkotaan memberikan dampak kepada indeks kemiskinan provinsi secara keseluruhan. Pada 2013, penurunan indeks kemiskinan lebih didorong oleh turunnya indeks kemiskinan di perdesaan. Sementara pada 2014, penurunan indeks terutama didorong oleh menurunnya indeks kemiskinan di perkotaan. Di tingkat nasional, Indeks berada di peringkat ke-10 tertinggi. Artinya, dari sisi kemiskinan multidimensi, tingkat kesejahteraan masyarakat provinsi ini sebenarnya relatif masih buruk. Provinsi ini masih tertinggal dibandingkan dengan dua tetangganya, yakni Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Pun, dibandingkan dengan indeks kemiskinan nasional selama kurun waktu 2012-2014, indeks kemiskinan masih lebih tinggi. Serupa dengan daerah lain pada umumnya, Indeks kota di Provinsi merupakan yang terendah., yang merupakan ibu kota provinsi dan sekaligus satu-satunya kota di provinsi ini, memiliki indeks kemiskinan sebesar 0,119. Indeks ini hanya sekitar separuh dari indeks kabupaten yang ada di Provinsi. Indeks lima kabupaten di tergolong relatif merata. Yang terendah ialah Kabupaten Pohuwatu, dengan indeks sebesar 0,224. Sementara yang tertinggi ialah Kabupaten Boalemo, dengan indeks sebesar 0,271. Bersama-sama dengan Kabupaten, Kabupaten Boalemo merupakan dua daerah dengan Indeks yang lebih tinggi daripada indeks kemiskinan provinsi. Kedua kabupaten yang terletak di pesisir selatan ini pada awalnya merupakan satu daerah otonom. Kemudian, pada 1999, Kabupaten Boalemo berdiri menjadi daerah otonom sendiri. Kesimpulan dan Rekomendasi Kesimpulan Sekitar satu dasawarsa silam, Provinsi menjadi acuan pembangunan se- Grafik 4 Indeks Menurut -
516 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 ktor pertanian, khususnya budidaya jagung, di Indonesia. Pertanian di provinsi yang dimekarkan dari Sulawesi Utara pada tahun 2000 ini dianggap sebagai sebuah kisah sukses optimalisasi sumber daya perdesaan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Sektor ini bahkan bisa menjadi stimulus yang mendorong kegiatan ekonomi lokal di berbagai sektor lainnya bisa berjalan. Pada masa itu, revitalisasi pertanian menjadi strategi umum untuk meningkatkan kesejahteraan petani, meningkatkan daya saing produk pertanian serta menjaga kelestarian sumber daya pertanian. Kebijakan ini menjadikan sektor pertanian sebagai sektor unggulan yang menjadi tumpuan dalam memacu peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani, sekaligus menjadi penggerak utama pembangunan ekonomi daerah. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan sektor pertanian tidak bisa lagi secepat sebelumnya. Konsep agropolitan, yang dahulu menjadi roh dari pembangunan pertanian tidak lagi berjalan optimal. Selain itu, kebijakan saat ini lebih berorientasi pada pembangunan industri berskala besar dan penerapan teknologi tinggi. Memang, tidak ada yang salah dengan hal ini. Yang menjadi persoalan ialah sektor pertanian yang menjadi penopang kesejahteraan masyarakat luas cenderung terabaikan. Akibatnya, pengentasan masyarakat dari jerat kemiskinan kini relatif melambat. Posisi awal provinsi ini memang masih lebih buruk dibandingkan rata-rata nasional. Hampir separuh dari populasi penduduk di Provinsi dikategorikan miskin multidimensi. Oleh karena sebagian besar dari mereka tinggal di perdesaan, upaya pengentasan kemiskinan multidimensi menjadi lebih berat. Sanitasi, sumber penerangan, sumber air bersih, dan sumber bahan bakar untuk memasak menjadi faktor yang mendominasi karakteristik kemiskinan multidimensi. Keempat indikator tersebut terus mewarnai karakteristik kemiskinan multidimensi provinsi ini. Kondisi ini mengindikasikan belum tertanganinya persoalan-persoalan terkait dengan standar kualitas hidup hingga kini. Hanya sekitar satu dari sepuluh penduduk di provinsi ini yang dapat mengakses sumber penerangan yang sesuai standar. Demikian pula halnya dengan kondisi sanitasi, sumber air bersih, dan bahan bakar untuk memasak. Masih cukup banyak penduduk yang belum mampu mengakses layanan terkait perumahan yang layak tersebut. Sementara itu, persoalan-persoalan lainnya, meski relatif kecil, juga tidak bisa diabaikan karena terkait langsung dengan kondisi pendidikan dan kesehatan masyarakat. Sebagai contoh, pada 2014, penduduk yang tidak melek huruf tercatat masih relatif tinggi. Hal ini perlu jadi perhatian agar persoalan yang terkait dengan literasi ini tidak berlarut-larut. Rekomendasi Pemerintah Provinsi sebenarnya memiliki komitmen kuat untuk menyejahterakan masyarakatnya sesuai dengan visi dan misi kepala daerah untuk memprioritaskan program, yakni kesehatan dan pendidikan gratis, infrastruktur, serta ekonomi kerakyatan. Terkait dengan kebijakan tersebut, pemerintah provinsi perlu mengidentifikasi wilayah-wilayah dengan kondisi kemiskinan multidimensi yang terparah. Misalnya, Kabupaten dan Boalemo, sebagai daerah dengan indeks kemiskinan tertinggi di Provinsi, merupakan daerah yang perlu mendapatkan dukungan dari pemerintah provinsi dan pusat dalam mengimplementasikan program-program penanggulangan kemiskinan. Penanggulangan kemiskinan multidimensi di Provinsi perlu diarahkan terutama pada peningkatan akses listrik dan air bersih bagi rumah tangga miskin. Selain itu, beberapa persoalan lain yang juga perlu diperhatikan ialah persoalan sanitasi di lingkungan rumah tinggal, serta akses terhadap bahan bakar untuk memasak yang layak, terutama bagi rumah tangga miskin. Kemudian, perluasan dan peningkatan kualitas gizi bagi anak balita juga perlu menjadi prioritas pemerintah untuk membantu rumah tangga miskin terbebas dari kemiskinan multidimensi. Hingga saat ini pemerintah telah menyiapkan berbagai program kebijakan untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat Provinsi. Salah satunya adalah rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) di Kabupaten Pohuwatu dan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Kabupaten Utara. Selain itu, pelaksanaan program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) di provinsi ini telah meliputi beberapa kabupaten/kota. Dengan memperhatikan permasalahan utama yang dialami oleh rumah tangga miskin, upaya penanggulangan kemiskinan multidimensi di provinsi ini perlu diarahkan sebagai berikut: 1) Peningkatan infrastruktur listrik di Kabupaten, Boalemo, Bone Bolango, dan Pohuwato. 2) Perbaikan sanitasi dan akses air bersih di Kabupaten, Boalemo, Bone Bolango, dan Pohuwato. 3) Peningkatan infrastruktur dan distribusi gas untuk memasak di Kabupaten, Boalemo, Bone Bolango, dan Pohuwato. Laporan Provinsi 517
518 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Lampiran 1 Jumlah RT Miskin menurut Dimensi dan Indikator 2012-2014 2012 2013 2014 Indikator + + + 106.088 28.517 134.605 94.443 25.355 119.797 91.428 22.874 114.302 83.622 27.056 110.678 78.399 26.127 104.526 72.044 24.874 96.918 40.190 8.513 48.703 33.938 7.286 41.223 31.066 4.112 35.178 47.466 16.969 64.435 40.055 15.921 55.976 40.845 13.737 54.581 21.251 5.438 26.689 16.517 4.333 20.850 18.718 3.391 22.109 18.359 3.762 22.121 12.156 1.956 14.112 25.795 1.141 26.936 25.831 12.084 37.915 20.594 11.338 31.932 24.697 8.804 33.501 110.152 30.802 140.954 95.020 28.348 123.368 91.729 25.531 117.260 108.990 28.463 137.452 92.765 23.180 115.945 82.955 13.392 96.347 21.564 2.283 23.847 13.769 1.615 15.385 10.396 277 10.673 20.307 15.734 36.040 20.109 14.770 34.879 21.188 19.129 40.317
Laporan Provinsi 519 Lampiran 2 Menurut Kabupaten/ 2012 Kode KABUPATEN/KOTA Jumlah RT Miskin Angka (%) Keparahan (%) Indeks 7501 Kab. Boalemo 23.648 68,3 43,3 0,296 7502 Kab. 53.932 64,5 46,0 0,297 7503 Kab. Pohuwato 19.717 61,2 44,4 0,272 7504 Kab. Bone Bolango 22.274 62,5 42,8 0,267 7505 Kab. Utara 18.670 69,3 45,3 0,314 7571 14.401 30,8 40,9 0,126 75 GORONTALO 152.641 Lampiran 3 Menurut Kabupaten/ 2013 Kode KABUPATEN/KOTA Jumlah RT Miskin Angka (%) Keparahan (%) Indeks 7501 Kab. Boalemo 21.764 63,4 42,7 0,271 7502 Kab. 48.449 56,9 43,8 0,249 7503 Kab. Pohuwato 17.667 53,5 41,9 0,224 7504 Kab. Bone Bolango 21.248 56,6 40,5 0,229 7505 Kab. Utara 14.123 51,8 43,9 0,227 7571 13.662 28,7 41,4 0,119 75 GORONTALO 136.913
520 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Lampiran 4 Karakteristik 2012-2014 Lampiran 5 Jumlah RT Miskin menurut Karakteristik 2012 (Ribu) KABUPATEN/ KOTA Jumlah RT Miskin Dimensi Kesehatan Dimensi Pendidikan Dimensi Standar Kualitas Hidup Kab. Boalemo Kab. Kab. Pohuwato Kab. Bone Bolango Kab. Utara 23,6 20,3 16,0 9,3 9,3 4,0 3,4 3,7 21,9 23,6 3,3 4,4 53,9 48,1 41,0 17,8 23,0 11,5 9,6 15,0 51,3 47,4 10,8 10,4 19,7 17,2 12,3 6,7 9,2 3,2 5,1 4,6 17,8 19,6 1,8 3,2 22,3 19,8 18,3 4,2 8,6 2,6 1,5 4,9 21,0 19,7 3,9 6,7 18,7 17,5 13,6 7,8 7,7 4,0 2,0 3,7 17,8 16,5 3,7 3,9 14,4 11,6 9,5 2,8 6,6 1,4 0,4 6,0 11,2 10,6 0,3 7,4 GORONTALO 153 135 111 49 64 27 22 38 141 137 24 36
Laporan Provinsi 521 Lampiran 6 Jumlah RT Miskin Menurut Karakteristik 2013 (Ribu) KABUPATEN/ KOTA Jumlah RT Miskin Dimensi Kesehatan Dimensi Pendidikan Dimensi Standar Kualitas Hidup Kab. Boalemo 21,8 19,2 15,0 7,6 7,9 2,8 3,7 4,0 20,0 21,7 3,5 2,9 Kab. Kab. Pohuwato Kab. Bone Bolango Kab. Utara 48,4 43,3 38,3 16,8 19,1 9,5 6,3 11,7 44,7 38,8 5,8 11,1 17,7 14,6 12,2 7,1 7,7 2,5 2,0 3,3 15,2 17,5 1,4 2,8 21,2 18,9 18,2 2,2 7,6 2,5 0,3 4,4 19,4 18,0 1,6 7,4 14,1 13,2 10,7 5,5 6,3 1,9 1,6 3,3 13,3 10,7 3,0 2,4 13,7 10,6 10,1 2,1 7,4 1,6 0,2 5,2 10,8 9,3 0,1 8,3 GORONTALO 137 19 15 8 8 3 4 4 20 22 3 3
522 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Lampiran 7 Peta Indikator Indikator KABUPATEN/KOTA Boalemo Bone Bolango Pohuwato Bone Bolango Boalemo Pohuwato Boalemo Bone Bolango Pohuwato Boalemo Bone Bolango Pohuwato