BAB I PENGANTAR. Perkembangan fisik kota merupakan konsekuensi dari peningkatan jumlah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seiring perjalanan waktu, baik dimensi kenampakan fisik maupun non fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN. heterogen dan materialistis di bandingkan dengan daerah belakangnya.

BAB I PENDAHULUAN. pemicu munculnya permasalahan lingkungan baik biotik, sosial, kultural,

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. waktu. Kota tidak bersifat statis, akan tetapi selalu bergerak, berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

PENGARUH PEMBANGUNAN PERUMAHAN PONDOK RADEN PATAH TERHADAP PERUBAHAN KONDISI DESA SRIWULAN KECAMATAN SAYUNG DEMAK TUGAS AKHIR

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya lahan (Sitorus, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KECAMATAN UMBULHARJO, KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dalam beberapa tahun terakhir ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. fungsi yang sangat penting bagi kegiatan pembangunan, demi tercapainya

Tabel 1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Banguntapan Tahun 2010 dan Tahun 2016

ANALISIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STATISTIK LOGISTIK BINER DALAM UPAYA PENGENDALIAN EKSPANSI LAHAN TERBANGUN KOTA YOGYAKARTA

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK URBAN SPRAWL DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ZONASI WILAYAH PINGGIRAN KOTA METROPOLITAN BANDUNG RAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI PEMANFAATAN RUANG DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

KAJIAN TRANSFORMASI SPASIAL DI PERI URBAN KORIDOR KARTASURA-BOYOLALI

BAB VI PENUTUP VI.1. Temuan Studi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang yaitu bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Seiring dengan perkembangan waktu selalu disertai dengan peningkatan

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

POLA PERGERAKAN KOMUTER BERDASARKAN PELAYANAN SARANA ANGKUTAN UMUM DI KOTA BARU BUMI SERPONG DAMAI TUGAS AKHIR

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SIG (Studi Kasus: Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta)

I. PENDAHULUAN. Pemenuhan kebutuhan pangan merupakan salah satu hak manusia yang paling

KOEKSISTENSI DUALISME EKONOMI DI KAWASAN METROPOLITAN MAMMINASATA

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kondisi penggunaan lahan dinamis, sehingga perlu terus dipantau. dilestarikan agar tidak terjadi kerusakan dan salah pemanfaatan.

KARAKTERISTIK PEMEKARAN KOTA BOGOR DAN EVALUASINYA TERHADAP POLA RUANG SKRIPSI

APLIKASI CITRA LANDSAT UNTUK PEMODELAN PREDIKSI SPASIAL PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN ( STUDI KASUS : KOTA MUNTILAN)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

INTEGRASI MODEL SPASIAL CELLULAR AUTOMATA

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,

MODEL BANGKITAN PERJALANAN YANG DITIMBULKAN PERUMAHAN PURI DINAR MAS DI KELURAHAN METESEH KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

KAJIAN PERKEMBANGAN PERMUKIMAN WILAYAH PERI URBAN DI SEBAGIAN WILAYAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan ruang. penambahan penduduk di kota-kota besar pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN FENOMENA URBANISME PADA MASYARAKAT KOTA UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FENOMENA PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN PERTUMBUHAN AKTIVITAS PERKOTAAN (Kasus Koridor Ruas Jalan Hertasning - Samata di Makassar - Gowa)

BAB I. sejak tersedianya data spasial dari penginderaan jauh. Ketersediaan data

BAB 1 PENDAHULUAN. 8,39 % 1,67 % 5,04% Jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Dinamika Pertumbuhan Kota

BAB I PENDAHULUAN. arah perubahan struktural desa-kota diharapkan dapat berlangsung secara seimbang

ANALISIS PERUBAHAN LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN TEGALREJO DAN KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penduduk perkotaan, perubahan sosial ekonomi dan tuntutan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DETERMINAN PEMBANGUNAN KAWASAN KOTA BARU MONCONGLOE-PATTALLASSANG METROPOLITAN MAMMINASATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Erwindy, Jossy. Tesis Magister dengan judul Analisis Kesesuaian Lahan Sebagai Masukan

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan

TRANSFORMASI WILAYAH PERI URBAN. KASUS DI KABUPATEN SEMARANG. Abstrak

KARAKTERISTIK STRUKTUR RUANG INTERNAL KOTA DELANGGU SEBAGAI KOTA KECIL DI KORIDOR SURAKARTA - YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. (1989), hingga tahun 2000 diperkirakan dari 24 juta Ha lahan hijau (pertanian,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

BAB I. PENDAHULUAN. luas, yang mengkaji sifat-sifat dan organisasi di permukaan bumi dan di dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan kota-kota besar di Indonesia saat ini berada dalam tahap yang

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan sebesar 1,49 % pada tahun Badan Pusat Statistik (BPS,

STUDI MANAJEMEN ESTAT PADA KAWASAN SUPERBLOK MEGA KUNINGAN, JAKARTA (Studi Kasus: Menara Anugrah dan Bellagio Residences) TUGAS AKHIR

Transformasi Wilayah Di Koridor Purwokerto-Purbalingga Dalam Perspektif Geospatial

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI DKI JAKARTA

Pemanfaatan Citra Landsat Untuk Klasifikasi Tutupan Lahan Lanskap Perkotaan Kota Palu

MODEL DINAMIS BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN BERDASARKAN PERKEMBANGAN GUNA LAHAN (STUDI KASUS KOTA SEMARANG) TUGAS AKHIR

PENENTUAN TIPOLOGI PERKEMBANGAN KECAMATAN DI KABUPATEN PEKALONGAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perubahan Nilai Konsentrasi TSM dan Klorofil-a serta Kaitan terhadap Perubahan Land Cover di Kawasan Pesisir Tegal antara Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana telah disepakati oleh para pakar mengenai wilayah perkotaan,

Urbanisasi dalam Perencanaan Wilayah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Transkripsi:

1 BAB I PENGANTAR I.1 Latar Belakang Perkembangan fisik kota merupakan konsekuensi dari peningkatan jumlah penduduk dan segala aktivitasnya di suatu wilayah kota. Peningkatan jumlah penduduk tersebut dapat disebabkan oleh pertambahan angka kelahiran dan pertambahan laju migrasi dari desa ke kota. Seiring meningkatnya aktivitas penduduk, maka permintaan atas lahan di kota juga semakin tinggi. Penduduk kota membutuhkan lahan untuk memenuhi segala aktivitasnya. Meningkatnya permintaan kebutuhan lahan mengundang persoalan tersendiri karena lahan di kota bersifat tetap dan terbatas. Oleh karena itu pemenuhan kebutuhan lahan pada akhirnya mengarah ke pinggiran kota. Hal ini terutama banyak terjadi di negara-negara berkembang yang kemampuan ekonomi dan teknologinya masih terbatas untuk mengembangkan kota secara vertikal. Penduduk kota memanfaatkan lahan-lahan di pinggiran kota yang relatif masih tersedia luas. Sifat-sifat kekotaan, seperti bangunan dan jalan, kemudian akan merembet secara horizontal keluar dari inti kota (urban) ke arah wilayah periurban. Gejala perembetan kota tersebut pada akhirnya mengubah wilayah alami menjadi wilayah dengan sifat kekotaan dan membawa perubahan terhadap banyak aspek di wilayah peri-urban. Ritohardoyo (2013) menyebutkan bahwa meskipun latar belakang pertumbuhan setiap kota memiliki karakteristik beragam, namun implikasi keruangan yang ditimbulkannya mirip satu sama lain, yakni 1

2 kecendrungan kompetisi penggunaan lahan di daerah pinggiran atau sekitar kota. Perubahan lainya adalah meningkatnya ciri-ciri kehidupan sosial ekonomi kota di perdesaan sehingga membawa gejolak sosial dan perubahan gaya hidup di perdesaan. Perubahan ciri kota juga mendorong proses reklasifikasi desa atau secara administratif terjadi perubahan status dari desa menjadi kelurahan (Muta ali, 2013). Perkembangan fisik kota secara horizontal tersebut telah menjadi perhatian serius para pemerhati wilayah kota dan lingkungan, dan merupakan permasalahan yang melanda seluruh kota besar di Indonesia. Perkembangan fisik kota cenderung mengalami perkembangan yang tidak terkendali (unmanaged growth) sehingga berpengaruh terhadap deteriorisasi lingkungan di suatu wilayah (Yunus, 2011). Wilayah peri-urban perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan wilayah yang terimbas langsung perkembangan fisik kota yang merembet ke luar. Wilayah peri-urban memiliki keunikan tersendiri, yaitu berbatasan dengan wilayah perkotaan dan wilayah perdesaan sehingga keadaan wilayah peri-urban hari ini sangat menentukan masa depan wilayah perkotaan dan wilayah perdesaan sekaligus (Yunus, 2008). Wilayah peri-urban sebetulnya adalah wilayah pra-urban atau calon kota itu sendiri. Oleh karena itu identifikasi sejak dini terhadap persoalan wilayah periurban sangat penting dilakukan agar kota dapat tumbuh dan berkembang secara terencana dan tidak mengulang persoalan-persoalan kota sebelumnya. Perhatian terhadap wilayah peri-urban juga berkaitan dengan perlindungan lahan pertanian

3 yang merupakan ciri khas suasana perdesaan. Perkembangan fisik kota di wilayah peri-urban yang tidak terkendali dapat mengancam keberlanjutan lahan pertanian sehingga nantinya menukik kepada persoalan ketahanan pangan secara nasional (Yunus, 2008). Kota Makassar dalam dekade terakhir mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pertumbuhan ekonomi Kota Makassar termasuk sebagai pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia, rata-rata di atas 9% per tahun (BPS, 2012). Laju pertumbuhan penduduk Kota Makassar juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dari 1.157.905 jiwa pada tahun 2001 menjadi 1.352.136 pada tahun 2011, atau rata-rata 1,56% tiap tahunnya (BPS, 2012). Pertumbuhan ekonomi dan penduduk tersebut menunjukkan tingginya dinamika kehidupan Kota Makassar sehingga membawa konsekuensi terhadap meningkatnya permintaan kebutuhan lahan di kota. Gejala urban sprawl atau perembetan kota sudah nampak di permukaan, dan dikhawatirkan dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan di Kota Makassar dan wilayah pinggirannya (Ihsan, 2012). Kota Makassar juga merupakan pusat dari rencana pengembangan megapolitan Mamminasata yang meliputi satu kota dan tiga kabupaten di Sulawesi Selatan, yaitu Kota Makassar, Kabupaten Maros, Sungguminasa (Gowa), dan Takalar (Perpres No.55 Tahun 2011). Rencana pengembangan ini semakin membutuhkan perhatian agar kepentingan pembangunan kota dan keberlanjutan lingkungan, khususnya di wilayah peri-urban, dapat berlangsung.

4 I.2 Permasalahan Penelitian Dinamika wilayah yang cepat di dalam kota membuat perkembangan Kota Makassar telah merembet secara fisikal ke wilayah peri-urban di sekitarnya. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus mengingat perembetan kota dapat menimbulkan persoalan tersendiri di wilayah peri-urban, terutama berkaitan dengan perubahan lingkungan fisikal dan sosial-ekonomi. Wilayah peri-urban adalah wilayah campuran antara kekotaan dan kedesaan sehingga identifikasi dini terhadap persoalan di wilayah peri-urban sangat bermanfaat bagi pengambilan kebijakan untuk antisipasi terjadinya deteriorisasi lingkungan kota di masa depan dan juga sekaligus sebagai perlindungan terhadap lahan pertanian berkelanjutan. Perubahan lingkungan fisikal berkaitan dengan implikasi perkembangan fisik kota yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan di wilayah peri-urban. Lahan terbuka dan pertanian di wilayah peri-urban menjadi sasaran pembangunan sehingga keberadaannya terancam akan semakin berkurang dan bahkan hilang jika tidak segera diantisipasi sedini mungkin. Adapun perubahan sosial-ekonomi yaitu berkaitan dengan perubahan masyarakat di wilayah peri-urban yang semula adalah masyarakat desa dan akan menjadi masyarakat kota di masa akan datang. Aspek sosial-ekonomi seringkali terpinggirkan dari perumusan kebijakan perkembangan kota, dan berakibat pada terganggunya kepentingan masyarakat di wilayah periurban. Contohnya saja terkait dengan masa depan mata pencaharian masyarakat peri-urban yang dulunya adalah petani, dan kini harus berhadapan dengan kenyataan akan hilangnya lahan pertanian. Perubahan sosial-ekonomi dari

5 perkembangan kota seperti tersebut perlu mendapat tempat untuk dikaji secara mendalam agar keberlanjutan wilayah peri-urban dapat lebih terjamin. Selain perubahan ke arah negatif, perkembangan fisik kota juga membawa makna positif di wilayah peri-urban, seperti berkembangnya kegiatan ekonomi baru dan kemudahan akses fasilitas sosial ekonomi masyarakat. Oleh karena itu menjadi penting untuk dikaji agar perubahan ke arah positif tersebut dapat dikelola dan dipertahankan dengan baik. Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagaimana tingkat perkembangan fisik kota di wilayah peri-urban Kota Makassar? b. Bagaimana tingkat perubahan lingkungan fisikal dan sosial-ekonomi di wilayah peri-urban Kota Makassar? c. Bagaimana pengaruh perkembangan fisik kota terhadap perubahan lingkungan di wilayah peri-urban Kota Makassar? I.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Menganalisis tingkat perkembangan fisik kota di wilayah peri-urban Kota Makassar b. Menganalisis tingkat perubahan lingkungan fisikal dan sosial-ekonomi di wilayah peri-urban Kota Makassar

6 c. Menganalisis pengaruh perkembangan fisik kota terhadap perubahan lingkungan di wilayah peri-urban Kota Makassar I.4 Manfaat Penelitian Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu lingkungan kaitannya dengan pengembangan wilayah dan kota, secara khusus mengenai kajian kelingkunganan di wilayah peri-urban. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi pengambil kebijakan atau dalam hal ini pemerintah daerah dalam mengantisipasi pengaruh negatif dari perkembangan kota di wilayah peri-urban yang tidak terkendali, dan juga sebagai pertimbangan dalam pengembangan kawasan megapolitan Mamminasata agar lebih berwawasan lingkungan. I. 5 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai perubahan lingkungan akibat perkembangan fisik kota di wilayah peri-urban atau pinggiran kota telah banyak dilakukan, baik yang mengangkat lokasi penelitian di luar negeri maupun di dalam negeri. Akan tetapi, sepanjang pengetahuan penulis, kebanyakan penelitian tersebut hanya mengangkat satu sisi perubahan saja, misalnya hanya terfokus terhadap aspek perubahan penggunaan lahan, seperti penelitian Jun Yu and Nam Ng (2006), serta Furberg and Ban (2012) atau perubahan sosio-spasial seperti penelitian Wahyu Pribadi (2005).

7 Penelitian mengenai perubahan fisik secara keruangan dan sosial-ekonomi yang dikaji secara bersamaan pernah dilakukan oleh Dani Ramdan (2005), Azocar et al. (2005), Prihantio (2010), dan Haregeweyn et al. (2012). Penelitian Azocar et al. (2005), dan Haregeweyn et al. (2012) mengangkat kasus luar negeri, dan pada pembahasan perubahan struktur sosial dan ekonomi hanya membahas mengenai segregasi sosial yang terjadi di wilayah pinggiran. Dani Ramdan (2005) dan Prihanto (2010) melakukan penelitian yang lebih komprehensif dan mengangkat lokasi penelitian di dalam negeri. Namun, metode penelitian keduanya lebih kepada analisis data sekunder terkait perubahan lahan di wilayah pinggiran dan implikasi sosialnya. Penelitian yang penulis lakukan mengkaji secara bersamaan perubahan lingkungan fisikal dan sosial-ekonomi dengan menggunakan metode interpretasi peta dan citra satelit penginderaan jauh untuk lingkungan fisikal, sedangkan untuk lingkungan sosial-ekonomi dikaji mengenai demografi, mata pencaharian, tingkat kesejahteraan, dan tingkat pendidikan dengan menggunakan data sekunder dan wawancara. Penulis menggunakan unit desa/kelurahan sebagai unit analisis untuk melihat fenomena perubahan lingkungan di wilayah peri-urban. Adapun terkait lokasi, sepanjang pengetahuan penulis, penelitian dengan tema serupa untuk wilayah Kota Makassar sebagai kawasan penting di bagian Timur Indonesia belum pernah dilakukan. Perbandingan penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.1.

8 Tabel 1.1 Perbandingan Penelitian Serupa Peneliti/ Tahun/ No. Judul 1. Dani Ramdan (2000) Urbanisasi di Daerah Pinggiran Kota Metropolitan. Studi Kasus di Kelurahan Cigondewah Kaler Kecamatan Bandung Kulon Kota Bandung 2. Gerardo Azocar, et.al. (2005) Urbanization Patterns and Their Impacts on Social Restructuring of Urban Space in Chilean mid-cities: The Case of Los Angeles, Central Chile 3. Wahyu Pribadi (2005) The Impact of Urbanisation on the pattern of Socio- Spatial Transformation 4. Nigussie Haregeweyn et.al. (2012) The Dynamics of Urban Expansion and Its Impact on Land Use/ Land Cover Change and Small-Scale Farmers Living Near the Urban Fringe: A Case Study of Bahir Dar, Ethiopia Tujuan Metode Hasil Mengkaji gejala urbanisasi dan tahapan perkembangan fisik dan sosial di daerah pinggiran kota metropolitan. Mengkaji pola pertumbuhan kota dan dampaknya terhadap struktur sosio-spasial Menggali dan menemukenali pengaruh yang timbul dari proses urbanisasi yang terjadi pada transformasi sosialekonomi pada kehidupan rumah tangga asli di daerah peripheri metropolitan jakarta Mengevaluasi dinamika ekspansi kekotaan dan dampaknya terhadap perubahan penggunaan dan tutupan lahan, serta kehidupan petani di wilayah pinggiran kota - Survey - Analisis kualitatif Kuantitatif foto udara tahun 1961-1998 - Analisis kualitatif Studi kasus Wawancarakualitatif foto udara tahun 1957, 1984, 1994, dan 2009. - Wawancara terhadap informan kunci (key informants). - Perubahan pemanfaatan ruang dapat mendorong perubahan sosial, budaya, dan ekonomi - Kehadiran suatu kegiatan produksi baru dapat menjadi rangsangan yang cukup kuat terhadap perubahan sosial. - Pertumbuhan fisik kota Los Angeles mengalami peningkatan selama periode 1995 dan 1978, dengan rata-rata 22,3 ha per tahun. - Area kekotaan cenderung bertambah, sementara lahan subur di pinggiran kota terus menerus mengalami penurunan. - Urbanisasi berpengaruh pada perikehidupan rumah tangga penduduk asli seperti transformasi mata pencaharian. - Pada bidang sosial, penduduk lokal mentransformasi cara berpikirnya untuk mendapatkan peluang di bidang pendidikan, kesehatan dan peran sosial di masyarakat - Ekspansi kekotaan berlangsung setiap tahunnya berkisar 12%, 14%, dan 5% untuk masing-masing periode. - Ekspansi lahan kekotaan juga berdampak terhadap meningkatnya konflik antara petani dan masyarakat pendatang di pinggiran kota.

9 Lanjutan Tabel 1.1 5. Teguh Prihanto (2010) Perubahan Spasial dan Sosial-Budaya sebagai Dampak Megaurban di Daerah Pinggiran Kota Semarang 6. Dorothy Furberg and Yifang Ban (2012) Satellite Monitoring of Urban Sprawl and Assessment of Its Potential Impact in the Greater Toronto Area Between 1985 dan 2005 7. Xi Jun Yu and Cho Nam Ng (2006) Spatial and Temporal Dynamics of Urban Sprawl Along Two Urban-Rural Transects: A Case Study of Guangzhou, China 8. Fitrawan Umar (2014) Pengaruh Perkembangan Fisik Kota terhadap Perubahan Lingkungan Fisikal dan Sosial-Ekonomi di Wilayah Peri- Urban Kota Makassar Sumber: Analisis Penulis, 2014 - Mengkaji faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya proses megaurban - Mengkaji dampak yang timbul dari proses megaurban Monitoring urban sprawl di GTA antara tahun 1985 dan 2005, dan menghitung potensi dampak lingkungan Membandingkan perbedaan ekspansi kekotaan dari waktu ke waktu dan mengetahui faktorfaktor pendorongnya Menganalisis: - Tingkat perkembangan fisik kota di WPU - Tingkat perubahan lingkungan fisikal dan sosialekonomi di WPU - Pengaruh perkembangan fisik kota terhadap perubahan lingkungan di WPU Studi pustaka, kuisioner, dan wawancara mendalam dengan analisis kualitatif. citra Landsat TM tahun 1985-2005. - Urban compactness indicators dan landscape metrics citra Landsat TM tahun 1988, 1993, 1998, dan 2002. citra Landsat ETM+ tahun 2003 dan 2013 - Wawancara dan analisis kualitatif kuantitatif terhadap data sekunder - Uji hubungan statistik korelasi. - Terjadi pergeseran mata pencaharian penduduk daerah pinggiran kota dari pertanian ke non pertanian. - Terjadi alih fungsi lahan daerah pinggiran kota, dari lahan pertanian menjadi lahan permukiman, perdagangan, dan industri. - Hasil menunjukkan area kekotaan tumbuh sebesar 20% antara tahun 1985 dan 1995, dan 15% antara tahun 1995 dan 2005. - The landscape metrics menunjukkan area kekotaan berkepadatan rendah meningkat signifikan di GTA. - Area kekotaan di Guangzhou mengalami peningkatan dari 29.036 Ha di tahun 1988 menjadi 74.643 Ha di tahun 2002, sedangkan lahan pertanian, perkebunan, dan hutan mengalami penurunan. - Perkembangan fisik kota telah menjalar ke WPU dengan faktor dominan yaitu luas lahan terbangun - Lingkungan fisikal dan sosial-ekonomi mengalami perubahan seiring dengan perkembangan fisik kota - Perkembangan fisik kota mempengaruhi perubahan lingkungan dan membagi wilayah menjadi empat tipologi