BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalur Pantai Utara (Pantura) merupakan urat nadi pergerakan transportasi di Pulau Jawa. Jalur Pantura memiliki peran dalam pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa, salah satunya adalah tempat berlangsungnya berbagai aktivitas ekonomi (sumber: Posisi Kabupaten Kendal yang berada di Jalur Pantura juga memberikan keuntungan dalam perkembangan pembangunan daerah di Kabupaten Kendal (Bappeda Kabupaten Kendal, 2015). Wilayah-wilayah di Kabupaten Kendal yang dilalui oleh Jalur Pantura antara lain: Kecamatan Gemuh, Kecamatan Brangsong, Kota Kendal, Kecamatan Patebon, Kecamatan Cepiring, Kecamatan Kangkung, dan Kecamatan Weleri. Setiap kecamatan memiliki hierarkhi yang berbeda. Kecamatan Gemuh termasuk dalam hierarkhi I, yaitu berfungsi sebagai pusat pelayanan (Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun 2007). Kabupaten Kendal merupakan salah satu wilayah yang berada pada lokasi strategis. Wilayah ini termasuk wilayah I Propinsi Jawa Tengah atau KEDUNGSAPUR (wilayah Kendal, Demak, Ungaran, Semarang dan Purwodadi) serta berbatasan langsung dengan Kota Semarang (hinterland) (Yuditrinurcahyo, 2005). Desa Pucangrejo merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Gemuh dan termasuk dalam daerah pinggiran Kota Kendal. Daerah pinggiran kota (urban fringe) sebagai suatu wilayah peluberan kegiatan perkembangan kota telah menjadi perhatian banyak ahli di berbagai bidang ilmu seperti: geografi, sosial, dan perkotaan sejak tahun 1930-an saat pertama kali istilah urban fringe dikemukakan dalam literatur. Berbagai permasalahan yang ditimbulkan akibat ekspansi kota ke pinggiran-pinggiran kota mengakibatkan perubahan fisik misal perubahan tata guna lahan, demografi, keseimbangan ekologis serta kondisi sosial ekonomi (Subroto, dkk., 1997 dalam Giyarsih, 2001). Ketersediaan lahan terbuka yang sangat terbatas di pusat kota menyebabkan arah perkembangan pembangunan menjadi ke arah pinggiran kota. Area pinggiran 1

2 kota atau yang biasa disebut wilayah peri-urban (WPU) biasanya masih banyak terdapat lahan pertanian dan masih menyerupai area pedesaan. Oleh karena itu, konversi lahan di area pinggiran kota biasanya cenderung pada konversi lahan pertanian. Selama ini lahan pertanian mempunyai nilai lahan yang rendah dibanding peruntukan lahan lain (non pertanian), akibatnya lahan pertanian secara terus-menerus mengalami konversi lahan ke non pertanian. Ditinjau dari fungsinya, lahan pertanian sawah tidak hanya sekedar mempunyai nilai ekonomi sebagai penyangga kebutuhan pangan, tetapi juga berfungsi ekologi yaitu mengatur tata air, penyerapan karbon di udara dan sebagainya (Hariyanto, 2010 dalam Dewi dan Iwan, 2014). Menurut Harini (2006), konversi lahan merupakan gejala normal perkembangan dan pengembangan kota. Fenomena konversi lahan pertanian sawah banyak terjadi di Desa Pucangrejo terutama di sekitar Jalur Pantura yaitu meter dari badan Jalur Pantura. Konversi lahan pertanian sawah menjadi pabrik, perumahan, rumah sakit, dan lain-lain sudah terjadi di wilayah ini. Konversi lahan pertanian sawah terjadi akibat berbagai faktor. Faktor pendorong terjadinya konversi lahan ada bermacam-macam, antara lain: tingkat urbanisasi, kondisi sosial ekonomi di suatu wilayah, lokasi lahan, ukuran lahan, pendapatan rumah tangga, aspek kebijaksanaan yang berlaku, serta aktor-aktor yang terlibat dalam proses alih fungsi lahan pertanian (Fadjarajani, 2001) dalam (Rohmadiani, 2011). Dampak konversi lahan pertanian bagi petani pun bermacam-macam, antara lain: 1) dampak langsung terhadap hilangnya lahan pertanian yaitu hilangnya pekerjaan di bidang pertanian bagi petani pemilik maupun penggarap, menghilangkan infrastruktur pertanian, serta terjadi kerusakan lingkungan, 2) dampak tidak langsung yaitu meningkatkan pembangunan perumahan, kesempatan pekerjaan, merubah struktur sosial ekonomi di pinggiran kota (Firman, 1997 dalam Rohmadiani, 2011). Berikut ini Gambar 1.1 Citra Satelit Google Earth Sebagian Wilayah Pucangrejo Tahun 2005, 2011, 2012, dan

3 Gambar 1.1 Citra Satelit Google Earth Sebagian Wilayah Desa Pucangrejo tahun 2005, 2011, 2012, dan Sejalan dengan perubahan struktur perkonomian yang merupakan ciri perkembangan suatu negara atau daerah, maka kebutuhan lahan untuk kegiatan non pertanian akan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Akibatnya, konversi lahan pertanian sulit dihindari. Luas konversi lahan setiap tahunnya akan semakin besar karena konversi lahan pertanian umumnya bersifat menular. (Irawan, 2005). Selain itu, pembangunan jalan yang semakin meningkat akan memunculkan pusat-pusat kegiatan dan fungsi-fungsi perkotaan yang baru. Pusatpusat kegiatan tersebut akan berada atau menempati tempat sekitar jalur jalan. Oleh karena itu, perluasan permukiman paling banyak terjadi pada kiri dan kanan jalur transportasi. Hal ini mengakibatkan kecenderungan terjadinya konversi lahan pertanian menjadi permukiman, perdagangan maupun industri di sekitar jalur transportasi (Fitrianto, Anak, dan Putu, 2011). Menurut Mantra (1896), terjadinya peningkatan jumlah penduduk akan mendorong masyarakat untuk memanfaatkan lahan pertanian untuk pembangunan, sehingga masyarakat membuka lahan pertanian baru. Harini (2006) mengungkapkan bahwa, penggunaan lahan pada umumnya digunakan untuk menunjukkan pemanfaatan masa kini karena aktivitas manusia bersifat dinamis, maka dari itu penggunaan lahan dapat berubah dari waktu ke waktu. Menurut 3

4 (Simantupang dan Irawan, 2003 dalam Irawan, 2005), konversi lahan pertanian merupakan bagian dari kegiatan pembangunan yang tidak dapat dihindari. Selama pertumbuhan jumlah penduduk tinggi dan kegiatan pembangunan ekonomi masih berlangsung, konversi lahan pasti terjadi. Menurut Irawan (2005) dampak dari adanya konversi lahan pertanian sawah ke non pertanian sawah seperti kompleks perumahan, kawasan industri, kawasan perdagangan, dan sarana publik berupa dampak negatif secara ekonomi, sosial, dan lingkungan. Data (BPS Kabupaten Kendal, 2015) menyebutkan bahwa, selama tahun 2009 hingga 2014 konversi lahan pertanian sawah irigasi teknis di Desa Pucangrejo yaitu mencapai 8,15 ha. Hal ini ditunjukkan pada Tabe1 1.1 dan Grafik 1.1 di bawah ini. Tabel 1.1 Luas Sawah Irigasi Teknis Desa Pucangrejo tahun Tahun Luas Lahan (ha) Selisih Sumber: BPS Kabupaten Kendal, Luas Sawah Irigasi Teknis Desa Pucangrejo Tahun (ha) Grafik 1.1.Luas sawah irigasi teknis Desa Pucangrejo tahun Sumber: BPS Kabupaten Kendal, Lokasi penelitian berada di Desa Pucangrejo dimana konversi lahan pertanian sawah banyak terjadi di wilayah ini. Konversi lahan pertanian menjadi 4

5 perumahan, Pabrik Gudang Garam, Pabrik Sampoerna, rumah sakit, rumah makan, Pabrik Gas LPG, dan lain-lain telah terjadi di wilayah ini. Dampak konversi lahan pertanian sawah terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan masyarakat di Desa Pucangrejo serta persepsi masyarakat terhadap konversi lahan pertanian sawah di Desa Pucangrejo menarik untuk diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak konversi lahan pertanian sawah menjadi perumahan, Pabrik Gudang Garam, Pabrik Sampoerna, Pabrik tembakau, rumah makan, rumah sakit, Pabrik Gas LPG, dan sebagainya terhadap kondisi sosial, ekonomi masyarakat di Desa Pucangrejo. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan kepada Pemerintah Daerah tentang adanya dampak positif dan negatif konversi lahan pertanian terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan masyarakat. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, terdapat beberapa permasalahan penelitian antara lain: 1. bagaimana kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan masyarakat Desa Pucangrejo setelah adanya konversi lahan pertanian sawah? 2. bagaimana persepsi masyarakat terhadap konversi lahan pertanian sawah di Desa Pucangrejo? 3. bagaimana pengaruh konversi lahan pertanian sawah terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan masyarakat Desa Pucangrejo tahun ? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa tujuan. Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain: 1. mengetahui kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan masyarakat Desa Pucangrejo setelah adanya konversi lahan pertanian sawah. 2. mengetahui persepsi masyarakat terhadap konversi lahan pertanian sawah di Desa Pucangrejo. 5

6 3. mengetahui pengaruh konversi lahan pertanian sawah terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan masyarakat Desa Pucangrejo tahun Manfaat Penelitian Hasil penelitian mengenai dampak konversi lahan pertanian sawah terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan masyarakat di Desa Pucangrejo serta persepsi masyarakat Desa Pucangrejo terhadap konversi lahan pertanian sawah di Desa Pucangrejo diharapkan mampu memberikan manfaat, antara lain: 1. manfaat teoritis, sebagai sarana memperkaya ilmu pengetahuan mengenai luas lahan pertanian sawah yang dikonversi, dampak konversi lahan pertanian sawah terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan masyarakat di Desa Pucangrejo. 2. manfaat praktis, sebagai sumber informasi dan bahan masukan untuk Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal mengenai strategi untuk meningkatkan dampak positif dan mengurangi dampak negatif adanya konversi lahan pertanian serta mengatasi permasalahan sosial, ekonomi, dan lingkungan akibat adanya konversi lahan di Desa Pucangrejo, Kecamatan Gemuh, Kabupaten Kendal. 6