BAB 4 HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai dengan tahun 2015 berdasarkan metode purposive sampling pada. TABEL 4. 1 Prosedur Pengambilan Sampel

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. perusahaan, financial distress dan opini audit going concern terhadap auditor

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sehingga analisis deskriptif dipisahkan dari variabel lain. Tabel 4.1. Statistik Deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2010-

BAB III METODE PENELITIAN. Djarwanto, 2012: 93). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pemilihan sampel menggunakan metode sampel bertujuan (purposive sampling), dimana

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. statistik deskriptif untuk memperoleh gambaran atau deskripsi variabel-variabel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

maksimum, rata-rata, dan deviasi standar tentang masing-masing variabel

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data dan Sampel Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Pada table 4.1 diatas menunjukan bahwa hasil uji statistik deskriptif untuk

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. dalam skripsi ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Indonesia periode Penelitian ini meggunakan data sekunder yaitu dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari Tahun Berdasarkan

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. penelitian ini, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.1. Statistik Deskriptif GC

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. laporan keuangan perusahaan yang didapat dari Annual Report perusahaan

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini mengambil laporan keuangan perusahaan manufaktur yang

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. penelitian ini, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. laporan auditan perusahaan jasa sub sektor property dan real estate yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Sandi Prianggoro / Pembimbing Sundari., SE.,MM

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Iman Murtono Soenhadji, Ph.D

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Objek dari penelitian dalam skripsi ini adalah seluruh perusahaan go public yang

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki oleh investor (Puspitasari dan Latrini, 2014). Penyampaian Laporan Keuangan Berkala yang berisi laporan keuangan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. jenis perusahaan seluruh sektor manufaktur. Data yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. sumber eksternal untuk mendapatkan dana ialah dengan go public atau. menjual saham perusahaan kepada para investor di pasar modal.

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. penelitian ini, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.1. Statistik Deskriptif Kinerja Lingkungan

BAB IV HASIL PENGUJIAN. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sampel perusahaan manufaktur

BAB III METODE PENELITIAN. Sumber data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah data sekunder, dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebelumnya, dan reputasi KAP terhadap opini audit going concern pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dan sampel dari penelitian ini adalah perusahaan go public sektor

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sektor perbankan dipilih karenakan perusahaan perbankan memiliki

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KETEPATAN WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENGUJIAN DATA DAN PEMBAHASAN. IV.1.1 Gambaran Umum Populasi dan Sampel Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODA PENELITIAN. Data penelitian yang meliputi laporan keuangan yang telah dipublikasi yang

Nama : Farisah Hasniar NPM : Fakultas : Ekonomi Jurusa : Akuntansi Dosen Pembimbing : Dr. Widyatmini

BAB III METODE PENELITIAN. hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan pada variabel Profitabilitas,

BAB III METODE PENELITIAN

YENIASARI RIZKIA BUDI AKUNTANSI PEMBIMBING : Rina Nofiyanti, SE., MM

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan quantitative research (penelitian

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan variabel-variabel untuk melakukan analisis data.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index selama 2012 sampai 2014.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pengertian populasi menurut Sekaran (2009:262) sebagai berikut: Refers to

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini masuk ke dalam jenis penelitian asosiatif yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan melakukan

Disusun Oleh: Suryawan Aji Permana NIM: Dosen Pembimbing Endang Sri Utami, SE., M.Si., Ak., CA.

by: Maulidah Rahmita Supervisor: Dr.Waseso Segoro UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lie et al. / Berkala Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 1, No. 2 (2016):

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel. 1. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. secara tidak langsung atau melalui media perantara, Sumber-sumber data dapat

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut (Sugiyono, 2007) dilihat dari sumber perolehannya data dapat dibagi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dikumpulkan oleh pihak instansi lain ( Supranto,1991). Data sekunder yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan data dari perusahaan-perusahaan yang saham-sahamnya memiliki

BAB III METODE PENELITIAN. Bursa Efek Indonesia yang diambil dari website Data diperoleh

Transkripsi:

BAB 4 HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1 Deskripsi Sampel Penelitian Jenis penelitian ini adalah studi empiris dengan penelitian kuantitatif yang melakukan pengujian statistik atas data sekunder yang diperoleh dari homepage Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id. Data tersebut merupakan laporan keuangan yang sudah di audit dan laporan auditor yang dibuat oleh auditor independen. Penelitian ini menggunakan uji hipotesis untuk membuktikan korelasi dan pengaruh antara variabel independen seperti ukuran perusahaan, laba atau rugi, return on asset, total debt to total asset, opini auditor, ukuran KAP, dan pergantian auditor terhadap variabel dependen yaitu audit delay. Objek penelitian yang digunakan merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2012. Pemilihan sampel berdasarkan metode purposive sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Kriteria tersebut adalah: 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. 2. Perusahaan manufaktur yang sudah listing selama 6 tahun yaitu 2007-2012. 3. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan auditan dan laporan auditor independen selama 6 tahun. 4. Perusahaan manufaktur yang dianggap terlambat dalam menyampaikan laporan keuangan perusahaannya lewat dari 90 hari. 5. Perusahaan memiliki data yang lengkap untuk penelitian. Setelah dilakukan proses pemilihan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, maka diperoleh 11 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007-2012 (66 laporan keuangan tahunan) yang memenuhi kriteria sampel. Dimana perusahaan yang tidak dijadikan sampel dalam penelitian ini karena tidak memenuhi kriteria pemilihan sampel. Daftar perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 1. 41

42 4.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, laba atau rugi, return on asset, total debt to total asset, opini auditor, ukuran KAP, dan pergantian auditor. Variabel - variabel ini merupakan variabel yang dapat mempengaruhi keterlambatan penyelesaian audit. Tabel 4.1 menunjukkan jumlah total perusahaan yang mengalami audit delay dan tidak mengalami audit delay untuk periode 2007-2012. Diketahui bahwa dari tahun selama periode penelitian, jumlah perusahaan sampel yang mengalami audit delay dari tahun 2007 sebanyak 3 perusahaan (27%) perusahaan, tahun 2008 sebanyak 3 perusahaan (27%), tahun 2009 sebanyak 5 perusahaan (45%), tahun 2010 sebanyak 3 perusahaan (27%), tahun 2011 sebanyak 7 perusahaan (64%), dan tahun 2012 sebanyak 5 perusahaan (45%). Tabel 4.1 Distribusi Perusahaan yang mengalami Audit Delay dan tidak mengalami Audit Delay selama Periode Penelitian Tahun Penelitian 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Total > 90 < 90 Hari Hari Total Jumlah 3 8 11 % 27% 73% 100% Jumlah 3 8 11 % 27% 73% 100% Jumlah 5 6 11 % 45% 55% 100% Jumlah 3 8 11 % 27% 73% 100% Jumlah 7 4 11 % 64% 36% 100% Jumlah 5 6 11 % 45% 55% 100% 66 100% Kriteria perusahaan yang dianggap mengalami audit delay dalam penelitian ini adalah ketika penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor lebih dari 3 bulan berturut-turut (90 hari) hal tersebut dilihat dari tanggal laporan audit yang ditandatangani oleh auditor. Pada lampiran 1 akan

43 diperlihatkan daftar perusahaan yang mengalami audit delay dan perusahaan yang tidak mengalami audit delay beserta tanggal laporan audit yang ditandatangani oleh auditor. 4.2 Analisis Data 4. 2. 1. Statistik Deskriptif Dalam penelitian ini dilakukan analisis statistik deskriptif untuk menggambarkan data sampel yang diperlihatkan dengan nilai rata-rata (mean), nilai minimum dan maksimum, dan standar deviasi. Nilai minimum adalah nilai terendah dari suatu populasi pada periode tertentu, nilai maksimum adalah nilai tertinggi dari suatu populasi pada periode tertentu, nilai mean adalah nilai yang dihasilkan dari hasil bagi atas total jumlah nilai keseluruhan populasi dengan total populasinya, sedangkan standar deviasi adalah simpangan baku yang merupakan variabel sebaran data. Variabel yang dianalisis dengan statistik deskriptif yang menggunakan skala rasio yaitu ukuran perusahaan, return on asset dan total debt to total aset yang dijelaskan dengan nilai rata-rata, nilai minimum dan maksimum, dan standar deviasi yang bersangkutan pada tabel 4.7 sehingga dapat terlihat masing-masing variabel nilai minimum, mean, dan maksimum. Sedangkan variabel yang menggunakan skala nominal yaitu audit delay, laba atau rugi, opini auditor, ukuran KAP, pergantian auditor akan dijelaskan dengan frequency table pada tabel 4.2 4.6 karena merupakan variabel kategorik, dengan demikian dapat terlihat berapa persentase dari masing-masing variabel. Berikut ini adalah penjelasan hasil statistik deskriptif variabel dependen dan variabel independen: 1. Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah audit delay. Menurut Dyer dan Mc Hugh (dalam Margaretta, 2011) audit delay diukur berdasarkan interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani. Dimana apabila laporan auditor independen perusahaan ditandatangani lebih dari 90 hari maka diberi nilai dummy 1 dan apabila laporan auditor independen perusahaan ditandatangani kurang dari 90 hari maka diberi nilai dummy 0. Berikut adalah penjelasan analisa pengujian statistik deskriptif untuk variabel dependen :

44 Tabel 4.2 Deskripsi Data Audit Delay Frequency Percent <= 90 hari 40 60.61 > 90 hari 26 39.39 Total 66 100.00 Gambar 4.1 Audit Delay Berdasarkan data yang diteliti, diketahui terdapat 60,61% data laporan keuangan yang tidak mengalami audit delay dan 39,39% data laporan keuangan yang mengalami audit delay. Pada lampiran 1 akan diperlihatkan daftar perusahaan yang dikategorikan mengalami audit delay atau tidak. 2. Variabel Independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, laba atau rugi, return on asset, total debt to total asset, opini auditor, ukuran KAP, dan pergantian auditor. Berikut adalah penjelasan mengenai analisa

45 pengujian statistik deskriptif untuk variabel independen yang menggunakan nilai kategorik atau nominal: Tabel 4.3 Deskripsi Laba atau Rugi Frequency Percent Laba 51 77.27 Rugi 15 22.73 Total 66 100.00 Gambar 4. 2 Laba atau Rugi Berdasarkan data yang diteliti, diketahui terdapat 77,27% data laporan keuangan memperoleh laba dan 22,73% data laporan keuangan memperoleh rugi. Dimana perusahaan yang mengalami kerugian (net loss) pada periode berjalan diberi nilai dummy 1 dan perusahaan yang memperoleh laba (net income) di beri nilai dummy 0.

46 Tabel 4.4 Deskripsi Opini Auditor Frequency Percent Other 1 1.52 Unqualified opinion/unqualified opinion with eksplanatory language 65 98.48 Total 66 100.00 Gambar 4.3 Opini Auditor Berdasarkan data yang diteliti, diketahui terdapat 98,48% data laporan keuangan mendapat opini unqualified opinion dan unqualified opinion with eksplanatory language dan 1,52% data laporan keuangan mendapat opini selain unqualified opinion dan unqualified opinion with eksplanatory language. Dimana perusahaan yang memperoleh unqualified opinion dan unqualified opinion with eksplanatory language diberi nilai dummy 1 dan perusahaan yang memperoleh selain unqualified opinion dan unqualified opinion with eksplanatory language diberi nilai dummy 0.

47 Tabel 4.5 Deskripsi Ukuran KAP Frequency Percent KAP Non The Big Four 24 36.36 KAP The Big Four 42 63.64 Total 66 100.00 Gambar 4.4 Ukuran KAP Berdasarkan data yang diteliti, diketahui terdapat 63,64% data laporan keuangan yang menggunakan jasa akuntan publik yang berafiliasi The Big Four dan 36,36% data laporan keuangan yang tidak menggunakan jasa akuntan publik yang berafiliasi The Big Four. Dimana perusahaan yang menggunakan jasa akuntan publik yang berafiliasi The Big Four diberi nilai dummy 1 dan perusahaan yang tidak menggunakan jasa akuntan publik yang berafiliasi The Big Four diberi nilai dummy 0.

48 Tabel 4.6 Deskripsi Pergantian Auditor Frequency Percent Tidak melakukan pergantian auditor 61 92.42 Melakukan pergantian auditor 5 7.58 Total 66 100.00 Gambar 4.5 Pergantian Auditor Berdasarkan data yang diteliti, diketahui terdapat 7,58% data laporan keuangan yang melakukan pergantian auditor dan 92,42% data laporan keuangan yang tidak melakukan pergantian auditor. Dimana perusahaan yang melakukan pergantian auditor dari tahun sebelumnya diberi nilai dummy 1 dan perusahaan yang tidak melakukan pergantian auditor diberi nilai dummy 0.

49 Tabel 4.7 Hasil Pengujian Statistik Deskriptif N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Ln Total Aset (X1) 66 25.31 30.50 27.7380 1.33879 Laba / Rugi (X2) 66.00 1.0.2273.42228 Return on Asset (X3) 66 -.42.49.0124.11971 Solvabilitas (X4) 66.12 2.79.6794.47781 Opini Auditor (X5) 66.00 1.0.9848.12309 Ukuran KAP (X6) 66.00 1.0.6364.48473 Pergantian Auditor (X7) 66.00 1.0.0758.26664 Audit Delay (Y) 66.00 1.0.3939.49237 Valid N (listwise) 66 Pada ukuran perusahaan yang diproksikan dengan menggunakan Ln total asset, diperoleh nilai minimum sebesar 25.31 yaitu pada Eratex Djaja Tbk tahun 2009, sedangkan nilai maksimum sebesar 30.50 yaitu pada Indomobil Sukses Internasional Tbk pada tahun 2012 dan Sumi Indo Kabel Tbk pada tahun 2012. Berdasarkan laporan keuangan tahunan perusahaan diketahui bahwa pada tahun 2009 Eratex Djaja Tbk memiliki total aset sebesar Rp 97.775.952.000, pada tahun 2012 Indomobil Sukses Internasional Tbk memiliki total aset sebesar Rp 17.577.664.024.361 sedangkan pada tahun 2012 Sumi Indo Kabel Tbk memiliki total aset sebesar Rp 17.577.664.024.361. Hal ini menunjukkan bahwa Ln total asset yang dimiliki perusahaan dalam sampel antara 25.31 sampai dengan 30.50. Sedangkan untuk nilai mean diperoleh sebesar 27.7380 dengan nilai standar deviasi sebesar 1.33879. Dengan semakin besarnya total asset yang dimiliki perusahaan maka semakin banyak pula sampel dan bukti audit yang harus diperoleh auditor dalam melaksanakan audit terkait dengan kecukupan bukti audit. Dimana perusahaan besar memiliki total asset, volume aktivitas dan

50 kuantitas transaksi yang lebih banyak dibandingkan perusahaan yang memiliki total asset yang lebih sedikit. Hal tersebut dapat berdampak pada lamanya penyelesaian proses audit. Return on Asset (ROA) yaitu perbandingan antara net income dengan total aset, maka diperoleh hasil Return on Asset terendah adalah -0.42 pada Eratex Djaja Tbk di tahun 2008 dan 2010, sedangkan tingkat Return on Asset tertinggi adalah 0.49 pada Eratex Djaja Tbk tahun 2011. Berdasarkan laporan keuangan tahunan perusahaan diketahui bahwa pada tahun 2008 Eratex Djaja Tbk mengalami kerugian sebesar Rp 70.898.160.000 dari total aset Rp 169.256.288.000, pada tahun 2010 Eratex Djaja Tbk mengalami kerugian sebesar Rp 48.288.936.000 dari total aset Rp 115.327.584.000, dan pada tahun 2011 mengalami laba sebesar Rp 84.605.039.000 dari total aset Rp 171.870.252.000. Sedangkan nilai mean untuk return on asset diperoleh sebesar 0.0124 dengan standar deviasi sebesar 0.11971. Dengan semakin tingginya rasio return on asset maka semakin baik kinerja perusahaan dalam mengelola asetnya untuk menghasilkan laba, sehingga auditor melaksanakan proses audit dengan lebih mudah karena manajemen mengelola perusahaan dengan baik. Pada total debt to total asset (TDTA) yaitu perbandingan antara total debt dengan total asset, maka diperoleh hasil debt to asset ratio terendah adalah 0.12 pada Sumi Indo Kabel Tbk pada tahun 2009, sedangkan tingkat debt to asset ratio tertinggi adalah 2.79 pada Eratex Djaja Tbk pada tahun 2010. Berdasarkan laporan keuangan auditan perusahaan diketahui bahwa pada tahun 2009 Sumi Indo Kabel Tbk memiliki total liabilitas sebesar Rp 69.844.457.698 dari total aset Rp 561.948.871.968 dan pada tahun 2010 Eratex Djaja Tbk memiliki total liabilitas sebesar Rp 321.549.028.000 dari total aset Rp 115.327.584.000, dimana menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat debt to asset ratio, maka mengindikasikan buruknya kesehatan keuangan perusahaan karena sebagian besar aset yang dimiliki perusahaan dibiayai oleh hutang. Semakin besar pembiayaan aset oleh hutang menyebabkan semakin besarnya resiko gagal bayar (debt default) oleh perusahaan, dalam hal ini terjadi pada Eratex Djaja Tbk yang memiliki tingkat debt to asset ratio paling tinggi. Sedangkan nilai mean untuk total

51 debt to total asset diperoleh sebesar 0.6794 dengan standar deviasi sebesar 0.47781. 4.2.2 Uji Kelayakan Model Pengujian dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis regresi logistik, karena ingin menguji ada atau tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, dimana variabel dependennya merupakan variabel dummy, sehingga alat analisis yang cocok untuk digunakan adalah regresi logistik. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu, ukuran perusahaan (Ln total asset), laba atau rugi, return on asset, total debt to total asset, opini auditor, ukuran KAP, dan pergantian auditor. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu, audit delay. Hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis uji kelayakan meliputi (1) menilai kelayakan model regresi, (2) menilai keseluruhan model, (3) menguji tabel klasifikasi, dan (4) menguji koefisien determinasi (Ghozali, 2013). 4.2.2.1 Menilai Kelayakan Model Regresi (Goodness of Fit Test) Tabel 4.8 Goodness of Fit Test Hosmer and Lemeshow Test Step Chisquare df sig. 1 7.131 7.415 Menilai kelayakan model regresi dilakukan dengan memperhatikan nilai Goodness of fit test yang diukur dengan nilai Chi-Square pada bagian bawah uji Hosmer and Lemeshow, dimana jika nilai signifikannya lebih besar daripada 0.05 (5%) maka model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena model cocok dengan data observasinya. Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dari table 4.8 Goodness of Fit Tes menunjukkan bahwa besarnya nilai statistik Hosmer and

52 Lemeshow s Goodness of fit adalah 7.131 dengan angka signifikansi sebesar 0.415 (41,5%) > 5%, maka dapat disimpulkan bahwa model mampu memprediksi nilai observasinya atau model dapat diterima karena model cocok dengan data observasinya. Hal ini berarti model regresi yang dipergunakan dalam penelitian ini layak dipakai untuk analisis selanjutnya karena tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati. 4.2.2.2 Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Model fit juga dapat diuji dengan melihat nilai statistik -2Log Likelihood, yaitu membandingkan nilai -2Log Likehood tanpa variabel atau hanya konstanta dengan nilai -2Log Likehood dengan memasukan variabel-variabel independen. Tabel 4.9-2Log Likelihood Block 0 Iteration -2Log likelihood Coefficients Constant 1 88,504 -,424 Step 0 2 88.503 -,431 3 88.503 -,431 Block 1 Step -2Log Cox & Snell Nagelkerke R likelihood R Square Square 1 73,429,204,277

53 Tabel diatas menunjukkan uji kelayakan atau overall model fit. Penilaian dapat dilakukan dengan melihat angka awal atau initial -2Log Likelihood pada block number 0 dan -2Log Likelihood pada block number 1. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai terdapat penurunan sebesar 15.074 dimana initial -2Log Likelihood block number 0 adalah 88.503. Sedangkan pada -2Log Likelihood block number 1 turun menjadi 73.429. Penurunan ini mengindikasikan bahwa penambahan variabel independen ke dalam model adalah memperbaiki model fit. Sehingga dapat dikatakan bahwa model dalam penelitian merupakan model yang baik. 4.2.2.3 Tabel Klasifikasi Tabel klasifikasi ini bertujuan untuk menghitung nilai estimasi yang benar (correct) dan yang salah (incorrect). Berikut adalah hasil output perhitungan tabel klasifikasi berdasarkan data yang diolah. Tabel 4.10 Tabel Klasifikasi Overall Percentage Predicted Audit Observed Delay (Y) Percentage Correct 0 1 0 34 6 85.0 Audit Delay (Y) 1 10 16 61.5 Overall Percentage 75.8 Berdasarkan tabel klasifikasi di atas bisa diketahui bahwa data observasi dan prediksi yang tidak mengalami audit delay sebanyak 34 sampel sedangkan data yang diobservasi tidak mengalami audit delay namun diprediksi mengalami audit delay sebanyak 6 sampel. Kemudian data observasi dan prediksi yang mengalami audit delay sebanyak 16 sampel,

54 sedangkan data observasi yang mengalami audit delay namun diprediksi tidak mengalami audit delay sebanyak 10 sampel. Pengujian ini untuk mengetahui ketepatan data hasil observasi dalam memprediksi model yaitu nilai Overall Percentage adalah sebesar 75,8%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebesar 75,8% ketepatan data hasil observasi dapat memprediksi model atau secara keseluruhan ketepatan klasifikasi adalah sebesar 75,8%. 4.2.2.4 Menguji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R 2 ) Nilai Nagelkerke R 2 ini digunakan untuk menunjukkan besarnya variabilitas dari variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen. Berikut adalah hasil perhitungan berdasarkan data yang digunakan. Tabel 4.11 Nilai Nagelkerke R Square -2Log Cox & Snell R Nagelkerke R Step likelihood Square Square 1 73.429.204.277 Dari tabel diatas dapat diketahui seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya dalam model melalui nilai Nagelkerke R 2. Tabel diatas diketahui nilai Nagelkerke R 2 sebesar 0.277. Artinya variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen ukuran perusahan, laba atau rugi, return on asset, total debt to total asset, opini auditor, ukuran KAP, dan pergantian auditor adalah 27.7%, sedangkan 72.3% dapat dijelaskan oleh variabel independen lain yang tidak terdapat di dalam model.

55 4.2.3 Uji Hipotesis Tahap akhir yang dilakukan adalah menguji koefisien regresi, dimana pengujian koefisien regresi ini dapat mengetahui sejauh mana variabel independen (X) berpengaruh pada variabel dependen (Y). Adapun variabel independen yang digunakan adalah ukuran perusahaan, laba atau rugi, return on asset, total debt to total asset, opini auditor, ukuran KAP, dan pergantian auditor. Sedangkan variabel dependennya adalah audit delay. Suatu variabel dikatakan berpengaruh terhadap audit delay apabila nilai probabilitas yang terdapat pada kolom significant pada tabel 4.12 hasilnya lebih kecil dari 5% (0.05) berarti variabel tersebut memiliki pengaruh terhadap audit delay dan jika hasilnya lebih besar dari 5% (0.05) berarti variabel tersebut tidak memiliki pengaruh terhadap audit delay. Tabel 4.12 Hasil Uji Koefisien Regresi Variabel Koefisien Standard Error Sig. Pengaruh Constant -2.149 40192.900 1.000 SIZE (X1).805.291.006 Signifikan L/R (X2) 1.781.981.069 Tidak Signifikan ROA (X3).197 3.843.959 Tidak Signifikan TDTA (X4).484.733.509 Tidak Signifikan OA (X5) -20.914 40192.900 1.000 Tidak Signifikan BFOUR (X6) -.882.669.187 Tidak Signifikan PA (X7) -.630 1.300.628 Tidak Signifikan Note: SIZE (ukuran perusahaan), L/R (laba atau rugi), ROA (Return on Asset), TDTA (Total Debt to Total Asset), OA (opini auditor), BFOUR (ukuran kantor akuntan publik), dan PA (pergantian auditor)

56 Berdasarkan tabel diatas maka dapat dibuat persamaan regresi logistik sebagai berikut: AUDELAY = -2.149+ 0.805 SIZE + 1.781 LR + 0.197 ROA + 0.484 TDTA- 20.914 OA - 0.882 BFOUR - 0.630 PA + Berdasarkan Tabel 4.12 diatas, dapat diketahui bahwa hasil regresi pada variabel ukuran perusahaan menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0.805 dengan nilai signifikan sebesar 0.006. Hal ini berarti variabel ukuran perusahaan berpengaruh signifikan dan menunjukkan arah positif terhadap audit delay, karena nilai signifikan 0.006 (0,6%) dibawah 5% maka dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Maka hipotesis Ha 1 dalam penelitian ini diterima. Berdasarkan Tabel 4.12 diatas, dapat diketahui bahwa hasil regresi pada variabel laba atau rugi menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 1.781 dengan nilai signifikan sebesar 0.069. Hal ini berarti variabel laba atau rugi tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay, karena nilai signifikansi 0.069 (6,9%) diatas 5% maka dapat disimpulkan bahwa variabel laba atau rugi tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Maka hipotesis Ha 2 dalam penelitian ini ditolak. Berdasarkan Tabel 4.12 diatas, dapat diketahui bahwa hasil regresi pada variabel return on asset menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0.197 dengan nilai signifikan sebesar 0.959. Hal ini berarti variabel return on asset tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay, karena nilai signifikan 0.959 (95,9%) diatas 5%. Dapat disimpulkan bahwa variabel return on asset tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Maka hipotesis Ha 3 dalam penelitian ini ditolak. Berdasarkan Tabel 4.12 diatas, dapat diketahui bahwa hasil regresi pada variabel total debt to total asset menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0.484 dengan nilai signifikan sebesar 0.509. Hal ini berarti variabel total debt to total asset tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay, karena nilai signifikan 0.509 (50,9%) diatas 5% maka dapat disimpulkan bahwa variabel total debt to total asset tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Maka hipotesis Ha 4 dalam penelitian ini ditolak.

57 Berdasarkan Tabel 4.12 diatas, dapat diketahui bahwa hasil regresi pada variabel opini auditor menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar -20.914 dengan nilai signifikan sebesar 1.000. Hal ini berarti variabel opini auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay, karena nilai signifikansi 1.000 (100%) diatas 5% maka dapat disimpulkan bahwa variabel opini auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Maka hipotesis Ha 5 dalam penelitian ini ditolak. Berdasarkan Tabel 4.12 diatas, dapat diketahui bahwa hasil regresi pada variabel ukuran KAP menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar -0.882 dengan nilai signifikan sebesar 0.187. Hal ini berarti variabel ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay, karena nilai signifikansi 0.187 (18,7%) diatas 5% maka dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Maka hipotesis Ha 6 dalam penelitian ini ditolak. Berdasarkan Tabel 4.12 diatas, dapat diketahui bahwa hasil regresi pada variabel pergantian auditor menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0.630 dengan nilai signifikan sebesar 0.628. Hal ini berarti variabel pergantian auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay, karena nilai signifikansi 0.628 (62,8%) diatas 5% maka dapat disimpulkan bahwa variabel pergantian auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Maka hipotesis Ha 7 dalam penelitian ini ditolak. 4.2.4 Diskusi Hasil Penelitian Dalam penelitian ini, penulis ingin menguji pengaruh variabel independen yaitu: ukuran perusahaan, laba atau rugi, return on asset, total debt to total asset, opini auditor, ukuran KAP, dan pergantian auditor terhadap variabel dependen yaitu: audit delay pada 11 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2012. Berdasarkan serangkaian pengujian yang dilakukan terhadap model regresi dan variabel-variabel penelitian, diperoleh ringkasan hasil pengujian hipotesis, yang dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

58 Tabel 4.13 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis No. Hipotesis Hasil 1 Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay Diterima 2 Laba atau rugi berpengaruh terhadap audit delay Ditolak 3 Return on asset berpengaruh terhadap audit delay Ditolak Total debt to total aset berpengaruh terhadap audit 4 delay Ditolak 5 Opini auditor berpengaruh terhadap audit delay Ditolak 6 Ukuran KAP berpengaruh terhadap audit delay Ditolak 7 Pergantian auditor berpengaruh terhadap audit delay Ditolak Dibawah ini akan dijelaskan pengaruh dari masing-masing variabel independen, seperti ukuran perusahaan, laba atau rugi, return on asset, total debt to total asset, opini auditor, ukurap kantor akuntan publik, dan pergantian auditor terhadap variabel dependen, yaitu audit delay: 4.2.4.1 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan pada tabel 4.12 menunjukkan koefisien positif sebesar 0.805 dengan tingkat signifikan 0.006 lebih kecil 5% yang artinya ukuran perusahaan mempengaruhi audit delay. Tanda koefisien yang positif ini menunjukkan hubungan yang searah dengan audit delay. Hal ini berarti semakin besar ukuran perusahaan semakin besar kemungkinan perusahaan untuk mengalami audit delay, dan sebaliknya semakin kecil ukuran perusahaan semakin kecil pula kemungkinan perusahaan untuk mengalami audit delay. Penelitian yang berkembang terkait dengan hubungan ukuran perusahaan terhadap audit delay adalah perusahaan besar memiliki total aset yang lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan kecil sehingga memungkinkan auditor untuk mengambil sampel beserta bukti yang lebih banyak untuk diaudit. Perusahaan dengan skala yang besar memiliki aktivitas yang lebih luas, volume aktivitas

59 bertambah, kuantitas transaksi dalam perusahaan semakin tinggi sehingga kompleksitas transaksi meningkat. Oleh karena itu, sampel dan bukti yang harus diperoleh auditor juga semakin banyak agar bisa mewakili populasi tersebut. Dengan demikian prosedur audit yang harus dilakukan oleh auditor lebih banyak untuk mengumpulkan sampel dan bukti audit. Hal tersebut akan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Dimana perusahaan kecil memiliki aset, volume aktivitas, kuantitas transaksi yang lebih kecil dan tidak sekompleks perusahaan besar sehingga pengambilan jumlah sampel dan bukti audit lebih sedikit sehingga proses audit dapat berjalan lebih cepat tanpa harus melibatkan banyak prosedur audit. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maria (2012), dan Yuliyanti (2011) yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memberikan pengaruh signifikan terhadap audit delay. Disisi lain hasil penelitian ini tidak seuai dengan hasil penelitian Lestari (2010) yang tidak menunjukkan hubungan signifikan antara ukuran perusahaan dengan audit delay. Dimana baik untuk ukuran perusahaan besar maupun ukuran kecil memiliki perhatian yang khusus di dalam pasar modal karena diawasi oleh pihak eksternal seperti investor dan kreditor sehingga perusahaan akan dengan cepat mempublikasikan laporan keuangan auditan sebelum batas waktu yang telah ditentukan oleh Bapepam. Selain itu, auditor menganggap bahwa dalam proses pengauditan berapapun jumlah asset yang dimiliki tiap-tiap perusahaan akan diperiksa dengan cara yang sama, sesuai dengan prosedur dalam standar professional akuntan publik. Hal tersebut bisa disebabkan karena adanya perbedaan sampel penelitian dan tahun penelitian yang digunakan, dimana Lestari (2010) melakukan penelitian dengan sampel perusahaan Consumer Goods pada tahun 2004-2008 sedangkan dalam penelitian ini sampel perusahaan dan tahun yang digunakan adalah perusahaan manufaktur pada tahun 2007-2012 yang dapat menyebabkan hasilnya berbeda dengan penelitian ini. Dengan demikian berdasarkan hasil pengujian dalam penelitian ini juga mendukung landasan teori yang ada serta penelitian-penelitian yang berkembang terkait hubungan antara ukuran perusahaan dengan audit delay.

60 4.2.4.2 Laba atau Rugi Laba atau rugi pada tabel 4.12 menunjukkan koefisien positif sebesar 1.781 dengan tingkat signifikan 0.069 lebih besar dari 5%. Dengan tingkat signifikan yang lebih besar dari 5%, maka dapat disimpulkan bahwa tidak adanya hubungan signifikan antara laba atau rugi dengan audit delay. Sehingga ketika perusahaan memperoleh laba atau mengalami kerugian tidak berpengaruh terhadap lamanya proses audit. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Lucyanda (2011) yang menyatakan bahwa pengungkapan rugi perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Pengaruh yang tidak signifikan diduga akibat adanya prosedur audit yang harus dijalankan oleh auditor. Prosedur audit untuk perusahaan yang mengungkapkan rugi, tidak dibedakan dengan perusahaan yang mengungkapkan laba. Jika ruang lingkup audit bagi perusahaan yang mengungkapkan laba lebih luas, maka audit delay akan terjadi lebih lama jika dibandingkan dengan perusahaan yang mengungkapkan rugi namun memiliki ruang lingkup audit yang lebih sempit. Disisi lain penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Putri (2012) dimana terdapat pengaruh yang signifikan antara laba atau rugi dengan audit delay dimana ketika perusahaan menghasilkan laba, laporan keuangan cenderung ingin dipublikasikan dengan cepat karena perusahaan ingin segera memberikan good news kepada para pihak yang berkepentingan seperti investor, kreditur, dan para pemegang saham. Oleh karena itu, perusahaan akan membantu proses audit yang dilaksanakan oleh auditor seperti memudahkan auditor meminta data untuk pengambilan sampel dan bukti audit yang diperlukan selama proses audit berlangsung sehingga proses audit tidak membutuhkan waktu yang lama. Disamping itu, ketika perusahaan mengalami kerugian maka mereka cenderung akan menunda proses publikasi laporan keuangannya karena perusahaan menganggap rugi sebagai bad news bagi para pihak yang berkepentingan seperti investor, kreditur, dan para pemegang saham. Oleh karena itu, perusahaan tidak berusaha untuk membantu proses audit yang dilaksanakan oleh auditor melainkan mempersulit auditor dalam memperoleh sampel dan bukti audit (pembatasan ruang lingkup). Pembatasan ruang lingkup yang dapat dilakukan oleh klien, seperti menolak untuk memperkenankan auditor melakukan konfirmasi piutang dan hutang, menolak untuk menandatangani surat representasi klien, menolak untuk member auditor akses ke catatan rapat dewan komisaris, perjanjian yang terlalu lamban untuk

61 melakukan prosedur audit yang dianggap penting oleh auditor, dan catatan klien tidak memadai untuk dilakukan audit. Selain itu, ketika mengalami kerugian maka auditor akan melakukan pengujian materialitas yang lebih ketat karena dikhawatirkan terjadi salah saji yang material atau terjadinya tindak kecurangan yang dilakukan dengan sengaja dalam perusahaan tersebut yang mengakibatkan perusahaan tersebut mengalami kerugian. Dengan demikian, proses audit yang dilakukan oleh auditor lebih lama terkait dengan kompetensi bukti audit dan mengakibatkan terjadinya audit delay. Perbedaan penelitian ini bisa disebabkan karena sampel perusahaan Putri yaitu pada perusahaan LQ45 dengan pengujian analisis menggunakan regresi linear berganda, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur dengan pengujian analisis menggunakan regresi logistik. Dengan tingkat signifikansi di atas 5%, maka dapat disimpukan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara laba atau rugi dengan audit delay. Pada tabel 4.2 deskripsi data laba atau rugi, diperoleh hasil bahwa kebanyakan sampel memperoleh laba yaitu sebesar 77.27% dan perusahaan yang mengalami rugi sebesar 22.73%, sehingga ketika suatu perusahaan mendapatkan laba maka semakin kecil kemungkinan perusahaan akan mengalami audit delay. Sebaliknya, ketika sebuah perusahaan akan mengalami kerugian maka semakin besar kemungkinan perusahaan akan mengalami audit delay. 4.2.4.3 Return on Asset Return on Asset pada tabel 4.12 menunjukkan koefisien positif sebesar 0.197 dengan tingkat signifikan 0.959 lebih besar dari 5%. Dengan tingkat signifikan yang lebih besar dari 5%, maka dapat disimpulkan bahwa tidak adanya hubungan signifikan antara Return on Asset dengan audit delay. Sehingga tinggi rendahnya tingkat Return on Asset tidak mempengaruhi audit delay. Pada hasil statistik deskriptif penelitian juga diperoleh bahwa rata-rata tingkat Return on Asset perusahaan sampel cukup tinggi yaitu sebesar 0.49 namun tidak mempengaruhi audit delay. Hasil penelitian ini sesuai dengan Yuliyanti (2011) yang menunjukkan bahwa return on asset tidak memberikan pengaruh terhadap audit delay. Dimana kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba berdasarkan asset yang dimiliki ternyata tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap jangka waktu

62 penyampaian laporan keuangan auditan. Banyak perusahaan yang mengalami profit namun kenaikan itu tidak begitu besar, apalagi ada yang mengalami kerugian. Selain itu, mungkin tuntutan pihak-pihak yang berkepentingan tidak begitu besar sehingga tidak memacu perusahaan untuk mengkomunikasikan laporan keuangan yang diaudit lebih cepat. Disisi lain hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Kartika (2011) yang menunjukkan hubungan signifikan antara return on asset dengan audit delay, dimana apabila perusahaan memiliki tingkat return on asset yang tinggi cenderung ingin segera mempublikasikan laporan keuangannya yang telah diaudit karena hal tersebut merupakan kabar baik yang akan mempertinggi nilai perusahaan bagi pihakpihak yang berkepentingan. Sementara ketika perusahaan mendapat tingkat return on asset yang rendah cenderung mengalami audit delay. Disisi lain pengaruh Return on Asset dengan audit delay adalah ketika perusahaan memperoleh Return on Asset yang tinggi maka akan lebih cepat mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit karena ingin menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik dalam mengelola perusahaan untuk menghasilkan profit dari asset yang dimilikinya. Oleh karena itu, perusahaan akan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit dengan cepat untuk menarik para investor untuk menanamkan sahamnya diperusahaan tersebut dan juga ketepatanwaktu dalam menyampaikan laporan keuangan auditan ke Bapepam agar tidak dikenakan sanksi beserta denda. Perbedaan hasil penelitian ini bisa disebabkan karena sampel yang digunakan oleh Kartika (2011) yaitu pada perusahaan manufaktur pada tahun 2006-2009 sedangkan dalam penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur pada tahun 2007-2012. Selain itu pengujian yang dilakukan Kartika (2011) menggunakan Uji Asumsi Klasik, seperti: Uji Normalitas Data, Uji Multikolinearitas, Uji Heterokedastitas, dan Uji Autokorelasi, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan pengujian, seperti: Menilai Kelayakan Model Regresi (Goodness of Fit Test), Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit), Tabel Klasifikasi, dan Uji Klasifikasi Prediksi Model (Overall Percentage), dan Uji Koefisien Determinasi atau Uji Validitas.

63 4.2.4.4. Total Debt to Total Asset Total Debt to Total Asset / TDTA pada tabel 4.12 menunjukkan koefisien positif sebesar 0.484 dengan tingkat signifikan 0.509 lebih besar dari 5%. Dengan tingkat signifikan yang lebih besar dari 5%, maka dapat disimpulkan bahwa tidak adanya hubungan signifikan antara total debt to total asset dengan audit delay. Sehingga tinggi rendahnya tingkat total debt to total asset tidak mempengaruhi audit delay. Pada hasil statistik deskriptif penelitian juga diperoleh hasil bahwa rata-rata tingkat total debt to total asset perusahaan sampel cukup rendah yaitu sebesar 0.12 dimana meskipun sampel perusahaan mempunyai tingkat total debt to total asset yang rendah tetap tidak mempengaruhi audit delay. Hasil penelitian ini sesuai dengan Yuliyanti (2011) yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang-hutangnya pada kenyataannya tidak secara signifikan mempengaruhi audit delay. Dimana sesuai dengan kualitas standar pekerjaan auditor seperti yang telah diatur dalam SPAP melaksanakan prosedut audit perusahaan baik yang memiliki total utang besar dengan jumlah debtholder yang banyak atau perusahaan dengan utang yang kecil dan jumlah debtholder yang sedikit tidak akan mempengaruhi proses penyelesaian audit laporan keuangan, karena auditor yang ditunjuk pasti telah menyediakan waktu yang sesuai dengan kebutuhan jangka waktu untuk menyelesaikan proses pengauditan utang. Hubungan total debt to total asset dengan audit delay adalah ketika perusahaan memiliki tingkat total debt to total asset yang tinggi maka resiko buruknya kesehatan dalam perusahaan juga meningkat, karena sebagian besar asset perusahaan dibiayai oleh hutang. Semakin besar pembiayaan asset oleh hutang menyebabkan semakin besar resiko gagal bayar (debt default). Perusahaan dikategorikan sebagai perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan salah satunya adalah kesulitan untuk membayar hutang, kesulitan ini bisa menyebabkan kepercayaan masyarakat berkurang dan jika hal ini terjadi berulang kali perusahaan akan berdampak pada kelangsungan hidup perusahaan dan bahkan dapat mengalami kebangkrutan. Ciri-ciri perusahaan yang mengalami masalah keuangan, seperti perusahaan tidak likuid, perusahaan mempunyai asset yang minus, perusahaan dengan arus kas yang minus, pendapatan operasi perusahaan minus, modal kerja perusahaan minus, dan perusahaan mengalami kerugian tahun berjalan. Namun, hasil pengujian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Efendi dan Utami (2012) yang menyatakan bahwa total debt to total asset

64 berpengaruh positif terhadap audit delay, dimana apabila total debt to total asset mengalami kenaikan 1% maka audit delay akan mengalami kenaikan sebesar 0.091. Hal tersebut berarti semakin tingginya tingkat total debt to total asset dapat mengakibatkan meningkatnya kegagalan perusahaan, karena mengindikasikan buruknya kesehatan keuangan perusahaan, sehingga menyebabkan semakin tingginya risiko finansial suatu perusahaan tersebut yang membuat auditor memfokuskan perhatiannya terhadap laporan keuangan perusahaan yang kurang reliable, hal ini membuat auditor untuk memerlukan waktu yang lebih panjang yang akhirnya berdampak pada lamanya penyelesaian audit. Perbedaan hasil penelitian ini dengan Efendi dan Utami bisa disebabkan karena metode penelitian serta tahun penelitian yang digunakan berbeda. Dimana Efendi dan Utami (2012) melakukan pengujian dengan menggunakan Uji Asumsi Klasik, seperti: Uji Multikolinearitas, Uji Heterokedastitas, dan Uji Autokorelasi, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan pengujian, seperti: Menilai Kelayakan Model Regresi (Goodness of Fit Test), Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit), Tabel Klasifikasi, Uji Klasifikasi Prediksi Model (Overall Percentage), dan Uji Koefisien Determinasi atau Uji Validitas. Tahun penelitian yang digunakan Efendi dan Utami (2012) yaitu, pada tahun 2007-2010 sedangkan dalam penelitian ini menggunakan tahun 2007-2012. 4.2.4.5 Opini Auditor Opini auditor pada Tabel 4.12 menunjukkan koefisien negatif sebesar -20.914 dengan tingkat signifikan 1.000 lebih besar dari 5%. Dengan tingkat signifikan yang lebih besar dari 5%, maka dapat disimpulkan bahwa tidak adanya hubungan signifikan antara opini auditor dengan audit delay. Sehingga opini auditor yang diberikan oleh auditor baik itu unqualified opinion dan unqualified opinion with explanatory language atau selain itu tidak berpengaruh terhadap audit delay. Pada tabel hasil statistik deskripsi data opini auditor, diperoleh hasil bahwa kebanyakan sampel perusahaan memperoleh unqualified opinion dan unqualified opinion with explanatory language yaitu sebesar 98.48% dan perusahaan yang memperoleh selain unqualified opinion dan unqualified opinion with explanatory language yaitu sebesar 1.52%. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sari (2012), Yuliyanti (2011), dan Lestari (2010) dimana tidak menemukan adanya pengaruh antara jenis opini auditor dengan audit delay.

65 Namun, hasil pengujian ini berbeda dengan hasil penelitian yang Dewi dan Pamudji (2013) yang menyatakan bahwa opini auditor berpengaruh positif terhadap audit delay, dimana apabila perusahaan yang menerima qualified opinion memiliki audit delay yang lebih cepat. Hal ini berarti bahwa opini qualified yang diberikan auditor merupakan sinyal audit delay yang lebih cepat. Selain itu hubungan opini audit dengan audit delay adalah dimana apabila perusahaan yang sebelumnya mendapat opini selain unqualified opinion, seperti adverse. Auditor harus lebih cermat dalam melakukan audit, karena kemungkinan terjadinya salah saji atau tindak kecurangan lebih besar. Dimana adeverse opinion diberikan apabila perusahaan tersebut tidak menerapkan prinsip akuntansi yang berlaku umum, sehingga informasi yang terdapat didalam laporan keuangan tidak dapat dijadikan dasar dalam mengambil keputusan oleh para penggunanya. Apabila perusahaan pada tahun sebelumnya mendapat Disclaimer (No Opinion) maka auditor harus berhati-hati dalam melakukan audit, dimana auditor sebelumnya memberikan Disclaimer karena adanya pembatasan ruang lingkup yang luar biasa sehingga auditor tidak dapat melakukan prosedur audit yang dianggap penting untuk dapat memperoleh sampel dan bukti yang diperlukan. Sehingga auditor sulit untuk mendeteksi apakah terjadi penyimpangan dari standar akuntansi yang berlaku umum atau tidak dari laporan keuangan yang dibuat oleh klien. Tetapi ketika perusahaan pada tahun sebelumnya mendapat unqualified opinion maka auditor tidak memerlukan sampel dan bukti audit yang banyak dalam melakukan proses audit tersebut, karena laporan keuangan sudah disajikan secara wajar sesuai prinsip akuntansi. Namun auditor harus memastikan apakah laporan keuangan yang dibuat pada periode berjalan tetap mengikuti standar audit yang berlaku umum. Perbedaan hasil penelitian ini bisa disebabkan karena tahun yang digunakan oleh Dewi dan Pamudji (2013) yaitu pada tahun 2007-2011 dan pengujian yang dilakukan menggunakan Uji Asumsi Klasik, seperti: Uji Normalitas Data, Uji Multikolinearitas, Uji Heterokedastitas, dan Uji Autokorelasi, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan tahun penelitian 2007-2012 dan pengujian yang dilakukan seperti: Menilai Kelayakan Model Regresi (Goodness of Fit Test), Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit), Tabel Klasifikasi, Uji Klasifikasi Prediksi Model (Overall Percentage), dan Uji Koefisien Determinasi atau Uji Validitas.

66 4.2.4.6 Ukuran KAP Ukuran KAP pada Tabel 4.12 meunjukkan koefisien negatif sebesar -0.882 dengan tingkat signifikan 0.187 lebih besar dari 5%. Dengan tingkat signifikan yang lebih besar dari 5%, maka dapat disimpulkan bahwa tidak adanya hubungan signifkan antara ukuran KAP dengan audit delay. Sehingga besar kecilnya ukuran KAP atau Kantor Akuntan Publik Big Four atau Non Big Four tidak berpengaruh terhadap audit delay. Pada tabel hasil statistik deskripsi data ukuran KAP, diperoleh hasil bahwa kebanyakan perusahaan sampel memakai jasa KAP The Big Four yaitu sebesar 63,64% sehingga membuat hasil penelitian menjadi tidak signifikan karena tidak sesuai dengan landasan teori yang digunakan. Hal ini sesuai dengan Dewi dan Pamudji (2013), dan Sari (2012) yang menunjukkan bahwa ukuran KAP tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap audit delay. Namun, hasil ini tidak sesuai dengan Saputri (2012) yang menemukan hubungan signifikan antara ukuran KAP dengan audit delay. Dimana ukuran KAP dengan audit delay memiliki pengaruh positif yaitu apabila perusahaan yang menggunakan jasa perusahaan audit yang besar seperti The Big Four dapat melakukan proses audit yang dengan lebih cepat dan memiliki tingkat fleksibilitas jadwal waktu untuk dapat menyelesaikan auditnya lebih tepat waktu, memiliki jumlah karyawan yang lebih berkualitas dalam melakukan audit agar lebih efektif dan efisien, dan yang terakhir mereka memiliki dorongan yang kuat untuk tetap menjaga reputasi mereka sehingga kemungkinan kecil perusahaan akan mengalami audit delay. Perbedaan hasil penelitian ini bisa disebabkan karena sampel yang digunakan oleh Saputri (2012) yaitu pada perusahaan - perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia hanya pada tahun 2009 sedangkan dalam penelitian ini tidak hanya tahun 2009 saja melainkan menggunakan sampel perusahaan manufaktur pada tahun 2007-2012. Selain itu pengujian yang dilakukan Saputri (2012) menggunakan Uji Asumsi Klasik seperti: Uji Normalitas Data, Uji Multikolinearitas, Uji Heterokedastitas, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan pengujian, seperti: Menilai Kelayakan Model Regresi (Goodness of Fit Test), Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit), Tabel Klasifikasi, Uji Klasifikasi Prediksi Model (Overall Percentage), dan Uji Koefisien Determinasi atau Uji Validitas.

67 4.2.4.7 Pergantian Auditor Pergantian auditor pada Tabel 4.12 menunjukkan koefisien negatif yaitu sebesar -0.630 dengan tingkat signifikan 0.628 lebih besar dari 5%. Dengan tingkat signifikan yang lebih besar dari 5%, maka dapat disimpulkan bahwa tidak adanya hubungan signifikan antara pergantian auditor dengan audit delay. Sehingga ada atau tidak ada pergantian auditor tidak berpengaruh audit delay. Hubungan pergantian auditor dengan audit delay adalah ketika perusahaan melakukan pergantian auditor maka auditor baru dapat mengajukan pertanyaan kepada auditor sebelumnya dengan seijin klien, mengenai industri dan bisnis klien, integritas manajemen klien, pengendalian intern klien, dan penyimpangan yang terjadi pada saat auditor terdahulu melakukan audit. Oleh karena itu, auditor baru memiliki pengetahuan tentang klien yang akan diaudit sehingga proses audit yang dilakukan dapat berjalan dengan cepat sehingga kemungkinan kecil untuk terjadinya audit delay. Faktor-faktor yang dapat memicu pergantian auditor adalah sebagai berikut: 1. Ukuran perusahaan: perusahaan besar memiliki kemungkinan akan mengganti auditor sesuai dengan kebutuhan jasa yang diperlukan. 2. Pertumbuhan perusahaan: ketika klien memperluas usahanya maka terdapat peningkatan luas dan volume aktivitas kuantitas dan kompleksitas transaksi akuntansi semakin meningkat. 3. Opini auditor: klien akan menggunakan tekanan terhadap auditor agar memberikan opini yang lebih memuaskan untuk perusahaannya, apabila auditor tidak bisa ditekan maka perusahaan akan mengganti auditor (opinion shopping). 4. Audit fee: perusahaan akan mengganti auditor dengan biaya audit yang lebih rendah, dimana mereka menganggap akan menerima hasil audit yang sama baik The Big Four maupun Non The Big Four. 5. Terdapat perbedaan pendapat antara perusahaan dengan auditor sebelumnya. 6. Perhatian auditor terhadap integritas manajemen dan pengendalian intern. 7. Auditor sakit, pensiun, meninggal. 8. Peraturan jasa akuntan publik yang mengharuskan pergantian auditor maksimal enam tahun. Pada tabel hasil statistik deskripsi data pergantian auditor, diperoleh hasil kebanyakan perusahaan sampel tidak melakukan pergantian auditor yaitu sebesar

68 92.42%. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Maria (2012) yang menunjukkan bahwa pergantian auditor tidak memberikan pengaruh terhadap audit delay. Dimana auditor melaksanakan proses audit berdasarkan standar professional akuntan publik pada point pertama standar pekerjaan lapangan, yaitu pekerjaan audit harus direncanakan sebaik mungkin dan jika menggunakan asisten harus disupervisi dengan sebagaimana mestinya. Selain itu auditor memiliki keterbatasan waktu yang mengharuskan auditor menyelesaikan audit lebih tepat waktu, dan auditor dapat melakukan langsung proses audit setelah penugasan sehingga proses audit yang dilaksanakan oleh auditor tidak mengalami keterlambatan yang menyebabkan audit delay.