BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang dimilikinya secara efektif dan efisien. Proses peningkatan

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISIS MODEL MAINTENANCE QUALITY FUCTION DEPLOYMENT (MQFD)

QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia,

Jurnal Rekayasa Mesin Vol.4, No.1 Tahun ISSN X

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan model..., Deni Juharsyah, FT UI, 2009.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar terhadap produktivitas pada bidang manufaktur maupun jasa. Dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3. METODE PENELITIAN. Lukman Arhami. Perencanaan strategi..., FT UI., Universitas Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu :

ANALISA KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS LAYANAN BENGKEL DENGAN METODE SERVQUAL DAN QFD SKRIPSI

ANALISIS QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK MENGETAHUI KEINGINAN DAN HARAPAN KONSUMEN

2.1.1 Tujuan Manajemen Pemeliharaan Tujuan dari kegiatan manajemen pemeliharaan secara umum adalah 4 :

BAB III METODE PENELITIAN. informasi mengenai kebutuhan data penelitian. Adapun obyek yang. dijadikan penelitian adalah Kopma UNY core.

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Pengembangan Desain Produk Teh Gelas Dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment Untuk Meningkatkan Penjualan Di CV.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian

Maintenance and Reliability Decisions

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah performance mesin yang digunakan (Wahjudi et al., 2009). Salah

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah Hotel Bintang Griyawisata Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan dan persaingan dalam era globalisasi pasar

Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. secara efektif dan efisien. Dalam rangka ini dikembangkan pemikiran-pemikiran dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH

Bab 3 Metodologi Penelitian

BAB I SPESIFIKASI PRODUK

BAB III METODE PENELITIAN

TUGAS AKHIR INTEGRASI METODE KANO DAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DALAM ANALISIS KEPUASAN TERHADAP

BAB I PENDAHULUAN. Gula pasir merupakan kebutuhan pokok strategis yang memegang peran

PENGEMBANGAN PROGRAM PERBAIKAN KUALITAS LAYANAN PADA USAHA JASA MENGGUNAKAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

Sistem Manajemen Maintenance

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas produk merupakan faktor penting yang mempengaruhi tingkat

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisa Kompetensi Sumber Daya Manusia Dengan Metode Quality Function Deployment (QFD) (Studi Kasus di Biro Personalia PT. XYZ)

BAB I PENDAHULUAN. yang akan sulit terjawab yakni siapkah Indonesia dalam menghadapi era

BAB II LANDASAN TEORI. operasi merupakan proses transformasi input (manusia, mesin, modal, dan

TUGAS AKHIR ANALISIS PERHITUNGAN OEE ( OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran dan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERTEMUAN 3 (MENENTUKAN SPESIFIKASI & TARGET) KAMIS, 20 OKTOBER 2016

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Alat perencanaan yang digunakan untuk mekondisi desain karawo

METODOLOGI PENELITIAN

SIDANG TESIS MANAJEMEN INDUSTRI MAGISTER MANAJEMEN TEKNOLOGI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011

Pengembangan Desain Produk Tas Gadukan Guna Meningkatkan Daya Saing Ikm

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini perekonomian telah memasuki era globalisasi yang akan diwarnai

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2017

BAB II LANDASAN TEORI

PENGEMBANGAN PROGRAM PERBAIKAN KUALITAS PADA USAHA JASA MENGGUNAKAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

BAB I PENDAHULUAN. Barry Render dan Jay Heizer (2001) dalam bukunya Prinsip-prinsip

BAB 2 LANDASAN TEORI...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

GITA ASTETI GINTING DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT DI PT. KARYA TEKNIK PERSADA SURABAYA

DIKTAT KULIAH PENGENDALIAN & PENJAMINAN KUALITAS (IE-501)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Langkah langkah (flow chart) pemecahan masalah. Mulai. Observasi Pendahuluan. Penetapan Tujuan

METODA PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian. Mulai

BAB I PENDAHULUAN. Barry Render dan Jay Heizer (Render& Heizer, 2001) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang berdampak pada semakin luasnya kesempatan kerja. Sehingga persaingan

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id. BAB I Pendahuluan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian...

PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN MESPACK DI PT. UNILEVER INDONESIA DEA DERIANA

BAB II LANDASAN TEORI

Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan Menggunakan Metode

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada. perusahaan tersebut seperti man, machine, material, methode serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

IMPLEMENTASI METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) GUNA MENINGKATKAN KUALITAS KAIN BATIK TULIS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Dengan berbagai julukan seperti kota kembang, Paris van Java, kota

Universitas Widyatama I -1

PREVENTIVE MAINTENANCE

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha

BAB III DISAIN PRODUK

Seminar Tesis. Sri Hariani Eko Wulandari Dosen Pembimbing: Prof. Dr. M.Eng.Sc. Ir., Udisubakti

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai derajat Sarjana S 1 Pada Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha masyarakat banyak mengalami kesulitan, tidak sedikit diantaranya kegiatan usaha yang

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN FARMASI RSK. ST VINCENTIUS A PAULO SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SERVQUAL DAN QFD

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Manajemen Operasi 2.1.1 Definisi Manajemen Operasi Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan produksi barang dan jasa. Proses menghasilkan barang dan jasa ini membutuhkan teknik dan metode tertentu agar proses produksi dapat berjalan efisien dan efektif. Setiap hari kita dapat menjumpai barang atau jasa dengan jumlah melimpah yang ditawarkan oleh sejumlah perusahaan, dimana semuanya itu dihasilkan di bawah pengawasan manajer operasi. Disiplin ilmu yang mempelajari segala macam hal mengenai proses produksi ini dikenal dengan nama manajemen operasi. Menurut Heizer dan Render (2009:4) manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. 2.1.2 Keputusan Strategis Manajemen Operasi Dikemukakan oleh Heizer & Render (2009:9) manajemen operasi memuat sepuluh keputusan operasi yang terdiri dari : 1. Perencanaan barang dan jasa Perencanaan barang dan jasa menetapkan sebagian besar proses transformasi yang akan dilakukan. Keputusan biaya, kualitas, dan sumber daya 9

manusia bergantung pada keputusan perancangan. Merancang biasanya menetapkan batasan biaya terendah dan kualitas tertinggi. 2. Kualitas Ekspektasi pelanggan terhadap kualitas harus ditetapkan, peraturan dan prosedur dilakukan untuk mengidentifikasi serta mencapai standar kualitas tersebut. 3. Perencanaan proses dan kapasitas Pilihan-pilihan proses tersedia untuk barang dan jasa. Keputusan proses yang diambil membuat manajemen mengambil komitmen dalam hal teknologi, kualitas, penggunaan sumber daya manusia, dan pemeliharaan yang spesifik komitmen pengeluaran dan modal ini akan menentukan struktur biaya dasar suatu perusahaan. 4. Pemilihan lokasi Keputusan lokasi organisasi manufaktur dan jasa menentukan kesuksesan perusahaan. Kesalahan yang dibuat pada langkah ini dapat memengaruhi efisiensi. 5. Perancangan tata letak Aliran bahan baku, kapasitas yang dibutuhkan, tingkat karyawan, keputusan teknologi, dan kebutuhan persediaan memengaruhi tata letak. 6. SDM dan rancangan kerja Manusia merupakan bagian integral dan mahal dari keseluruhan rancangan sistem. Maka dari itu, kualitas lingkungan kerja yang diberikan seperti bakat dan keahlian yang dibutuhkan, serta upah harus ditentukan dengan jelas. 10

7. Manajemen rantai pasok Keputusan ini menjelaskan apa yang harus dibuat dan apa saja yang harus dibeli. Pertimbangannya terletak pada kualitas, pengiriman, dan inovasi. Semuanya harus pada tingkat harga yang memuaskan. Kepercayaan antara pembeli dan penjual sangat dibutuhkan untuk proses pembelian yang efektif. 8. Persediaan Keputusan persediaan dapat dioptimalkan hanya jika kepuasan pelanggan, pemasok, perencanaan, produksi, dan sumber daya manusia dipertimbangkan. 9. Penjadwalan Jadwal produksi yang dapat dikerjakan dan efisien harus dikembangkan. Permintaan sumber daya manusia dan fasilitas harus terlebih dahulu ditetapkan dan dikendalikan. 10. Pemeliharaan Keputusan harus dibuat pada tingkat kehandalan dan stabilitas yang diinginkan. Sistem harus dibuat untuk menjaga kehandalan dan stabilitas tersebut. 2.2 Kualitas Pengertian kualitas menurut American Society for Quality yang dikutip dari Heizer & Render (2009:301) kualitas adalah keseluruhan fitur dan karakteristik produk atau jasa yang mampu memuaskan kebutuhan yang tampak atau samar. Adapun elemen-elemen kualitas menurut Nasution (2005:3) yaitu : a. Kualitas mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. b. Kualitas mencakup produk, tenaga kerja, proses, dan lingkungan. 11

c. Kualitas merupakan sebuah kondisi yang selalu berubah, seperti apa yang dianggap merupakan berkualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang. 2.3 Pemeliharaan 2.3.1 Definisi Pemeliharaan Menurut Heizer & Render (2010:356) pemeliharaan adalah semua aktivitas yang terlibat dalam menjaga peralatan suatu sistem agar tetap bekerja. Sedangkan menurut Assauri (2008:134) maintenance dapat diartikan sebagai kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas atau peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian ataupun penggantian yang diperlukan supaya terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan. 2.3.2 Tujuan Pemeliharaan Tujuan utama fungsi pemeliharaan menurut Assauri (2008:134) adalah : 1. Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana produksi. 2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak terganggu. 3. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang diluar batas dan menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan selama waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan mengenai investasi tersebut. 12

4. Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin dengan melaksanakan kegiatan maintenance secara efektif dan efisien keseluruhannya. 5. Menghindari kegiaan maintenance yang dapat membahayakan keselamatan para pekerja. 6. Mengadakan suatu kerja sama yang erat dengan fungsi-fungsi utama lainnya dari suatu perusahaan dalam rangka untuk mencapai tujuan utama perusahaan, yaitu tingkat keuntungan atau return of investment yang sebaik mungkin dan total biaya yang terendah. 2.3.3 Jenis Pemeliharaan Menurut Heizer & Render (2010:362) terdapat dua jenis pemeliharaan yaitu : a. Pemeliharaan preventif (preventive maintenance) adalah suatu rencana yang mencakup inspeksi rutin, pemeliharaan rutin, dan pemeliharaan fasilitas untuk mencegah terjadinya kegagalan. b. Pemeliharaan kerusakan (corrective maintenance) adalah pemeliharaan yang bersifat perbaikan yang terjadi ketika peralatan mengalami kegagalan dan menuntut perbaikan darurat atau berdasarkan prioritas. 2.4 Maintenance Quality Function Deployment (MQFD) Model maintenance quality function deployment (MQFD) terdiri atas dua tahapan besar yaitu house of quality (HOQ) dan total productive maintenance (TPM). Proses perancangan HOQ pada MQFD harus memiliki bahasa teknis (technical language) yang didasarkan atas delapan pilar TPM. Dari hasil 13

perancangan dan analisis HOQ tersebut nantinya akan dihasilkan suatu keputusan strategis. Tahapan pertama adalah penerapan keputusan strategis, yang penerapannya harus diukur dan difokuskan kepada peningkatan parameterparameter kualitas pemeliharaan yang terdapat pada TPM yaitu availability, mean time to repair (MTTR), mean time between failures (MTBF), mean down time (MDT), dan overall equipment effectiveness (OEE). Selanjutnya dilakukan perhitungan house of quality (HOQ) pada MQFD yang terdiri dari tiga tahapan. 2.4.1 Total Productive Maintenance (TPM) Dalam Heizer & Render (2010:368) menyatakan bahwa pemeliharaan produktif total (total productive maintenance) adalah menggabungkan kualitas manajemen total dengan sudut pandang pemeliharaan strategis, dari proses dan desain peralatan hingga pemeliharaan preventif. Menurut Reinaldo dkk. (2013) penerapan dalam model ini difokuskan kepada peningkatan parameter kualitas pemeliharaan yang terdapat dalam TPM yaitu availability, mean time to repair (MTTR), mean time between failures (MTBF), mean down time (MDT), dan overall equipment effectiveness (OEE). Parameter-parameter yang akan diukur dalam TPM meliputi : a. Availability Availability merupakan persentase waktu penggunaan mesin. Availability (A) dihitung dengan menggunakan rumus : 14

b. Mean Down Time (MDT) Mean down time (MDT) merupakan waktu rata-rata downtime mesin. MDT dihitung dengan menggunakan persamaan : c. Mean Time Between Failures (MTBF) Mean time between failures (MTBF) adalah waktu rata-rata mesin bekerja sebelum terjadi kerusakan kembali. MTBF dihitung dengan menggunakan persamaan : d. Mean Time To Repair (MTTR) Mean time to repair (MTTR) adalah waktu rata-rata mesin diperbaiki saat terjadi kerusakan. MTTR dapat dihitung dengan menggunakan persamaan: e. Overall Equipment Effectiveness (OEE) Overall equipment effectiveness (OEE) adalah tingkat keefektifan penggunaan mesin. Untuk memperoleh OEE diperlukan perhitungan availability (A), performance efficiency (P), dan rate of quality (Q) terlebih dahulu. Dimana standar dunia nilai availability, performance, quality, dan OEE yaitu : 15

Tabel 2.1 World Class OEE OEE Faktor Standar Availability 90% Perfomance 95% Quality 99,9% OEE 85% Sumber: www.oee.com/world-class-oee.html OEE dihitung dengan menggunakan persamaan : dimana : 2.4.2 House of Quality (HOQ) Menurut Nasution (2006:74) house of quality (HOQ) adalah penerapan metodologi quality function deployment (QFD) dalam proses perancangan produk diawali dengan pembentukan matriks perencanaan produk. House of Quality (HOQ) pada MQFD terdiri dari tiga tahapan yaitu mengidentifikasi voice of customer, membuat matriks informasi pelanggan dan membuat matriks informasi teknikal. a) Mengidentifikasi voice of customer (VOC) adalah suatu istilah yang digunakan untuk melambangkan proses mencari tahu apa yang sebenarnya diinginkan atau diharapkan oleh konsumen mengenai suatu produk. 16

b) Membuat matriks informasi pelanggan yang terdiri dari 2 tahapan yaitu menentukan aspek kualitas pemeliharaan berupa atribut keinginan pelanggan mencakup serangkaian aspek yang memengaruhi kualitas pemeliharaan dan tahap yang kedua yaitu menentukan prioritas aspek kualitas pemeliharaan atau tingkat kepuasan pelanggan dengan menghitung bobot kasar (raw weight) berdasarkan hasil penilaian operator untuk masing-masing aspek kualitas pemeliharaan. Total nilai atau total skor dari jawaban yang didapat oleh masing-masing aspek kemudian dihitung dengan menggunakan rumus : Total Nilai = (N 1 x 5) + (N 2 x 4) + (N 3 x3) + (N 4 x 2) + (N 5 x 1) Keterangan : N 1 = Jumlah responden dengan jawaban tidak baik N 2 = Jumlah responden dengan jawaban kurang baik N 3 = Jumlah responden dengan jawaban cukup baik N 4 = Jumlah responden dengan jawaban baik N 5 = Jumlah responden dengan jawaban sangat baik c) Membuat matriks informasi teknikal yang terdiri dari 6 bagian yaitu bahasa teknis, hubungan antara bahasa teknis dengan keinginan pelanggan (relationship matrix), hubungan antara bahasa teknis (correlation matrix), nilai customer technical interactive (CTI), nilai korelasi teknis (technical correlation value), dan nilai normalisasi total. a. Bahasa Teknis Bahasa teknis yaitu strategi yang akan dilakukan perusahaan untuk memperbaiki kualitas dari pemeliharaan mesin dan juga untuk memenuhi keinginan pelanggan atau operator mesin. 17

b. Hubungan antara bahasa teknis dengan keinginan pelanggan (relationship matrix) Relationship matrix ini bertujuan untuk melihat apakah bahasa teknis yang akan dilakukan oleh perusahaan ini dapat memenuhi keinginan pelanggan atau tidak. Jenis hubungan dibagi menjadi tiga bobot yang berbeda untuk masingmasing hubungan, yaitu : 1. Hubungan Kuat ( ) dengan nilai 9 2. Hubungan Sedang (O) dengan nilai 3 3. Hubungan Lemah (Δ) dengan nilai 1 4. Tanpa Hubungan dengan nilai nol c. Hubungan antar bahasa teknis (correlation matrix) Hubungan antar bahasa teknis (correlation matrix) merupakan hubungan dan saling keterkaitan antar bahasa teknis. Cara pembobotan dan simbol yang digunakan sama dengan penentuan hubungan bahasa teknis dengan keinginan pelanggan (relationship matrix). d. Nilai customer technical interactive (CTI) Nilai customer technical interactive merupakan penilaian untuk setiap bahasa teknis yang dihitung berdasarkan tingkat keterhubungan (relationship matrix) bahasa teknis dengan atribut keinginan pelanggan. Nilai CTI merupakan suatu ukuran yang memperlihatkan bahasa teknis yang perlu mendapatkan perhatian atau diprioritaskan dalam kaitannya untuk memenuhi keinginan pelanggan. Perhitungan nilai CTI menggunakan rumus sebagai berikut : 18

Keterangan : n = jumlah suara pelanggan Selanjutnya menghitung bobot relatif dan data yang dibutuhkan adalah persentase dari normalisasi total CTI dengan menggunakan rumus berikut : e. Nilai korelasi teknis (technical correlation value) Nilai korelasi teknis merupakan penilaian untuk setiap bahasa teknis yang dihitung berdasarkan tingkat keterhubungan antar bahasa teknis. Perhitungan nilai korelasi teknis yang digunakan sebagai berikut : Keterangan : n = jumlah bahasa teknis Selanjutnya menghitung bobot relatif nilai korelasi teknis dan data yang dibutuhkan adalah persentase dari normalisasi nilai korelasi teknis dengan menggunakan rumus berikut : f. Nilai normalisasi total Nilai normalisasi total merupakan penjumlahan antara bobot relatif CTI dengan bobot relatif korelasi teknis. Hasil perhitungan HOQ selanjutnya dimasukkan ke dalam bagan house of quality pada gambar 2.1 yang menunjukkan penilaian terhadap hubungan antar 19

bahasa teknis maupun hubungan dengan atribut kualitas pemeliharaan dengan menggunakan simbol-simbol yang sebelumnya telah dijelaskan. E Technical Correlation C Technical Response A Customer Need D Relationship F Technical Matrix Gambar 2.1 House of Quality (HOQ) Sumber : Nasution (2006:74) B Planning Matrix Bagian A : Ruang pertama HOQ adalah kebutuhan atau keinginan pelanggan (customer needs and benefits). Peneliti mengumpulkan suara pelanggan (voice of the customer) melalui wawancara dan kemudian disusun secara hierarki. Bagian B : Planning matrix merupakan bagian kedua dari HOQ dan disebut sebagai tempat penentuan sasaran produk, didasarkan pada interpretasi tim terhadap data riset pasar. Planning matrix berisi tiga tipe informasi penting : 1. Data kuantitatif pasar, yang menunjukkan hubungan antara tingkat kepentingan, kebutuhan, dan keinginan pelanggan serta tingkat kepuasan pelanggan dengan perusahaan dan tingkat persaingan. 2. Penetapan tujuan atau sasaran untuk jenis produk baru. 3. Perhitungan tingkat ranking (rank order) keinginan dan kebutuhan pelanggan. 20

Bagian C : Technical response merupakan gambaran produk atau jasa yang akan dikembangkan. Biasanya gambaran tersebut diturunkan dari customer needs di bagian pertama HOQ. Terdapat beberapa informasi yang didapat di technical response, alternatif yang paling umum adalah : 1. Top-level solution-independent measurement or metrics. 2. Product or service requirements (kebutuhan produk atau jasa). 3. Product or service features or capabilities (kemampuan atau fungsi produk atau jasa). Perlu ditentukan arah peningkatan atau target terbaik yang dapat dicapai: 1. semakin besar nilainya, semakin baik 2. semakin kecil nilainya, semakin baik 3. nilai target yang ditentukan adalah yang terbaik Informasi apapun yang dipilih, disebut sebagai substitute quality characteristic (SQC). Jika customer needs/benefits mewakili suara pelanggan (voice of customer) maka SQC mewakili suara pengembang (voice of developer). Bagian D : Relationship merupakan bagian terbesar dari matriks dan menjadi bagian terbesar dari pekerjaan. Pada fase ini menggunakan metode matriks prioritas (the prioritas matrix). Untuk setiap sel dalam relationship, tim memberikan nilai yang menunjukkan keberadaannya terhadap SQC (kolom atas) dihubungkan dengan customer needs (di baris sebelah kiri). Nilai ini menunjukkan kepuasan pelanggan. Ada 4 tingkat pengaruh teknis pada bagian ini, yaitu : 21

1. Hubungan Kuat ( ) Hubungan yang sangat kuat dan sangat berpengaruh terhadap pemenuhan keinginan pelanggan. Hubungan ini bernilai 9. 2. Hubungan Sedang (O) Hubungan yang cukup kuat dan cukup berpengaruh terhadap pemenuhan keinginan pelanggan. Hubungan ini bernilai 3. 3. Hubungan Lemah (Δ) Hubungan yang lemah dan tidak berpengaruh terhadap pemenuhan keinginan pelanggan. Hubungan ini bernilai 1. 4. Tanpa Hubungan Antara bahasa teknis dan pemenuhan keinginan pelanggan yang tidak memiliki hubungan. Hubungan ini bernilai 0 dan pada matriks dibiarkan kosong. Bagian E : Technical correlation, matriks yang bentuknya menyerupai atap (roof). Matriks ini menggambarkan peta saling ketergantungan (independancy) dan saling berhubungan (interrelationship) antara SQC. Bagian F : Customer technical interactive matrix, matriks ini merupakan penilaian untuk setiap bahasa teknis yang dihitung berdasarkan tingkat keterhubungan (relationship matrix) bahasa teknis dengan atribut keinginan pelanggan. Nilai CTI merupakan suatu ukuran yang memperlihatkan bahasa teknis yang perlu mendapatkan perhatian atau diprioritaskan dalam kaitannya untuk memenuhi keinginan pelanggan. Penelitian yang dilakukan oleh Reinaldo dkk. (2013) pada PT. PG.X 2 Malang yang bergerak dibidang produksi dengan hasil utamanya adalah gula kristal putih (GKP I) dan tetes serta sebagai hasil sampingan (by-product) adalah 22

blotong. PT.PG.X terdiri dari dua unit yakni PG. X 1 dan PG. X 2. Pada PG. X 2 seringkali terjadi pemberhentian giling karena gangguan ataupun kerusakan pada mesin-mesin di stasiun giling. PT. PG.X 2 telah menjalankan sistem pemeliharaan preventive maintenance dan corrective maintenance untuk mendukung kelancaran proses produksi. Namun pada kenyataannya proses produksi sering terhambat akibat adanya kerusakan mesin. Metode yang digunakan dalam pemecahan masalah adalah meningkatkan total productive maintenance (TPM) dan metode perbaikan dengan model maintenance quality function deployment (MQFD) sebagai salah satu metode maintenance baru yang bisa diterapkan pada PT. PG. X 2. Hasil penerapan parameter TPM menunjukkan bahwa dapat meningkatkan keefektifan dan kehandalan dari mesin tersebut. Sedangkan penerapan model MQFD digunakan sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas pemeliharaan mesin gilingan. 2.5 Kerangka Pemikiran Pada umumnya setiap industri yang bergerak dalam bidang produksi akan berusaha untuk menghasilkan produk yang bisa memuaskan para konsumennya dengan kualitas produk yang baik. Dalam menghasilkan produk maka dibutuhkanlah mesin yang memilki kondisi baik agar menghasilkan produk yang baik pula. Agar mesin yang digunakan tetap memiliki fungsi yang semestinya maka diperlukanlah pemeliharaan yang baik. Hal tersebut akan memberikan kemungkinan kecil terjadinya hambatan dalam proses produksi. Pemeliharaan yang baik bisa dilakukan dengan cara pemeliharaan rutin atau pemeliharaan pada saat ada kerusakan. Pemeliharaan yang dilakukanpun harus memiliki kualitas 23

pemeliharaan yang baik agar tidak membuang biaya, waktu, dan tenaga yang lebih banyak. Kualitas pemeliharaan yang baik bisa dilihat dengan menerapkan model maintenance quality function deployment (MQFD) agar dapat memproduksi dengan jumlah dan kualitas produk yang baik. Setelah data penjadwalan pemeliharaan dan jumlah produk cacat diketahui maka dapat dihitung model MQFD dengan menghitung parameter TPM terlebih dahulu kemudian menghitung HOQ dengan mencari data melalui kuesioner yang diberikan kepada operator mesin tersebut. Dalam penelitian ini model maintenance quality function deployment (MQFD) lebih tepat penggunaannya dalam upaya meningkatkan kualitas pemeliharaan mesin. Maka dari itu penulis menggunakan model tersebut untuk diterapkan pada CV. Isillo. 10 Keputusan Operasi (Heizer dan Render, 2009:9) 1. Desain Produk dan Jasa 6. SDM 2. Kualitas 7. SCM 3. Proses 8. Persediaan 4. Lokasi 9. Penjadwalan 5. Tata letak 10. Perawatan Upaya peningkatan kualitas pemeliharaan atau perawatan untuk memecahkan permasalahan berkaitan dengan kualitas pemeliharaan mesin dan untuk mengurangi jumlah produk cacat. Kualitas Pemeliharaan Maintenance Quality Function Deployment (MQFD) House of Quality (HOQ) Total Productive Maintenance (TPM) Tindakan Peningkatan Kualitas Pemeliharaan Berdasarkan HOQ dan TPM Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran 24