13/10/2012 PENDAHULUAN. REVIEW KULTUR JARINGAN CENDANA (Santalum album L.)

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

Ketersediaan Eksplan, Tunas Aksiler dan Kalugenesis pada Perbanyakan Mikro Toona sinensis

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan

GAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

HASIL DAN PEMBAHASAN

KULIAH DASAR BIOTEKNOLOGI

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

3 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

REGENERASI EKSPLAN MELALUI ORGANOGENESIS DAN EMBRIOGENESIS SOMATIK

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

Kombinasi Embriogenesis Langsung dan Tak Langsung pada Perbanyakan Kopi Robusta. Reny Fauziah Oetami 1)

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

PELATIHAN KULTUR JARINGAN ANGGREK TAHUN 2013 MATERI 4 BAHAN TANAM (EKSPLAN) DALAM METODE KULTUR JARINGAN. Oleh: Paramita Cahyaningrum Kuswandi, M.Sc.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah tropis

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi pembiakan in vitro tanaman pisang yang terdiri

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Bahan dan Alat Metode Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO

PEMBUATAN MEDIA KULTUR JARINGAN TANAMAN

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan

Tipe perkecambahan epigeal

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Melon (Cucumis melo L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan kacang tanah dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

TEKNOLOGI PERBANYAKAN BENIH PISANG dan STRAWBERI

BAHAN DAN METODE. Histodifferensiasi Embrio Somatik

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan 2

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Regenerasi Tanaman secara In Vitro dan Faktor-Faktor Yang Mempenaruhi

REGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Gedung

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

III. METODE PENELITIAN A.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas

Kultur biji steril tomat

TEKNOLOGI PERBANYAKAN BIBIT PISANG ABAKA DENGAN KULTUR JARINGAN DR IR WENNY TILAAR,MS

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

DIFERENSIASI KALUS SAGU (METROXYLON SAGU ROTTB.) MEMBENTUK EMBRIO SOMATIK MENGGUNAKAN TIGA METODE KULTUR

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Retardan dan Aspirin dalam Menginduksi Pembentukan Umbi Mikro Kentang (Solanum tuberosum) Secara In Vitro

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

TEKNOLOGI KULTUR JARINGAN PERBANYAKAN TANAMAN SELAIN BENIH. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Pertama BBP2TP Surabaya

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

KULTUR JARINGAN TANAMAN

Inovasi Kultur Jaringan Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum) Anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) merupakan anggrek yang

Pembuatan Larutan Stok, Media Kultur Dan Sterilisasi Alat Kultur Jaringan Tumbuhan. Nikman Azmin

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. zat pengatur tumbuh memperlihatkan pertumbuhan yang baik. Hal tersebut sesuai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl.

BAB I PENDAHULUAN. sandang dan papan. Allah Subhanahu Wa Ta ala berfirman dalam surat Ali-Imran

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Pembentukan Kalus Pada Media MS Kombinasi ZPT BAP dan 2,4-D.

III. BAHAN DAN METODE. 1. Percobaan 1: Pengaruh konsentrasi 2,4-D terhadap proliferasi kalus.

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah the Queen of fruits ratu dari buah- buahan

PENGARUH FASE PERKEMBANGAN EMBRIO SOMATIK KOPI ROBUSTA (C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L) telah dilaksanakan di

Kultur Sel. Eksplan Kultur Sel

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

INDUKSI KALUS EMBRIOGENIK DAN INISIASI EMBRIO SOMATIK ANGGREK BULAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani, Penyebaran dan Manfaat Tanaman Jarak Pagar ( Jatropha curcas L.) Kultur Jaringan Tanaman

RESPON PERTUMBUHAN MERISTEM KENTANG (Solanum tuberosuml) TERHADAP PENAMBAHAN NAA DAN EKSTRAK JAGUNG MUDA PADA MEDIUM MS

I. PENDAHULUAN. Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis (L.) Blume) merupakan jenis. pesona, bahkan menjadi penyumbang devisa bagi negara.

TINJAUAN PUSTAKA. Kenaf (Hibiscus cannabinus L.)

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

BAB I PENDAHULUAN. mencapai lebih dari 800 juta US$ dan meningkat menjadi lebih dari 1.2 milyar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Teknik Kultur In Vitro Tanaman. Bab I : Pendahuluan 9/16/2012

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai macam tanaman hias. Pengembangan komoditi tanaman hias dilakukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN A.

Isi Materi Kuliah. Pengertian Kalus. Aplikasi Kultur Kalus. Kultur Kalus 6/30/2011

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan tegakan berkayu banyak tumbuh dalam ekosistem hutan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture

Transkripsi:

REVIEW KULTUR JARINGAN CENDANA (Santalum album L.) Oleh : Toni Herawan disampaikan pada : Seminar Nasional Bioteknologi Hutan YOGYAKARTA, OKTOBER 2012 PENDAHULUAN Cendana tumbuh dan berkembang secara alami di wilayah Indonesia (NTT) Cendana merupakan komoditi (HHBK) yang bernilai ekonomi tinggi Cendana mempunyai berbagai kegunaan : minyaknya (parfum, farmasi, dan untuk upacara keagamaan),kayunya (patung, kipas, tasbih, rosario, dll) Potensi cendana saat ini sudah banyak menurun disebabkan al : laju eksploitasi lebih tinggi dibandingkan dengan upaya2 pelestarian; pencurian, kebakaran hutan, dll Penyediaan bibit secara generatif tdk ada masalah, akan tetapi biji sulit didapat karena keberadaan pohon induk di populasi alam semakin terbatas Pembiakan vegetatif secara konvensional (stek pucuk dan akar) telah lama dilakukan, akan tetapi persen keberhasilannya masih rendah Ditempuh upaya aplikasi kultur jaringan (kultur tunas aksiler dan Embriogenesis somatik teknik 1

METODE KULTUR JARINGAN A. Kultur tunas aksiler (isolasi tunas aksiler dalam media yg mengandung unsur hara dlm keadaan steril dan kondisi tertentu) Pohon induk Materi vegetatif Induksi Bibit tanaman Aklimatisasi Perakaran Perbanyakan tunas Indukan (stool plant) u kebun pangkas B. Embriogenesis somatik (sel somatik baik haploid maupun diploid berkembang membentuk tumbuhan baru melalui tahap perkembangan embrio yang spesifik tanpa melalui fusi gamet ) Eksplan Generatif/ vegetatif Induksi kalus embriogenik Fase pendewasaan Fase Hardening Fase perkecambahan 2

Sumber : Ahmadi Muslim > vedca - itb - seamolec - 2009 I. PERBANYAKAN KLON CENDANA MELALUI KULTUR JARINGAN Bahan penelitian dan Metode : -Eksplan dari 4 klon yg berupa seedling umur 1 tahun -Media : Induksi = MS + BAP 1 mg/l + NAA 0,1 mg/l Multiplikasi = MS + BAP 0,5 mg/l + NAA 0,01 mg/l -Alat : Laminar, ph meter, Autoclave, Oven, dll -Pelaksanaan penelitian : Pemangkasan seedling Sterilisasi eksplan -Rancangan Penelitian Induksi dan Multiplikasi menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) 1 faktor yaitu klon -Parameter yg diuji : Induksi : persen induksi Multiplikasi : jumlah dan panjang tunas -Analisis data : Anova (analisis sidik ragam) DMRT 3

KLON 13/10/2012 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tahap Induksi No. Klon Jumlah sampel Jumlah Induksi Jumlah Kontaminasi Jumlah mati/kering 1118 6 5-1 4416 12 10 2-5507 10 8-2 5529 9 6-3 Jumlah 37 29 2 6 Persentase (%) 78,38 5,4 16,2 HASIL INDUKSI CENDANA DALAM MEDIA MS KLON 66.7 80.0 88.3 88.3 KLON 5529 KLON 5507 KLON 4416 KLON 1118 0 20 40 60 80 100 PERSEN INDUKSI (%) B. Tahap Multiplikasi Tabel 3. Hasil Multiplikasi Cendana Dalam Media MS No Klon Jumlah Sampel Uji Rerata jumlah tunas Rerata panjang tunas (Cm) 1118 5 10,6 3,6 4416 5 8,8 2,5 5507 5 20,8 2 5529 5 12,4 2,7 Rerata 13,2 2,7 HASIL MULTIPLIKASI CENDANA DLM MEDIA MS 4 12.4 2.7 3 20.8 2 2 8.8 2.5 1 10.8 3.6 0 5 10 15 20 25 PANJANG TUNAS JUMLAH TUNAS Grafik Hasil Multiplikasi Cendana pada media MS Hasil Multiplikasi Cendana pada media MS 4

II. PENGARUH JENIS MEDIA DAN KONSENTRASI ZPT KINETIN TERHADAP PERAKARAN CENDANA Bahan penelitian dan Metode : Eksplan hasil multiplikasi. Sumber eksplan dari pohon cendana umur 14 tahun -Media perakaran = ½ MS; ½ GD; dan ½ WPM -ZPT Kinetin = (0; 0,25; 0,50; 0,75; dan 1,0 mg/l) - IBA = 20 mg/l - IAA = 1 mg/l -Alat : Laminar, ph meter, Autoclave, Oven, dll -Rancangan Penelitian Induksi akar cendana menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) 2 faktor yaitu media & ZPT Kinetin -Parameter yg diuji : Persen (%) induksi akar cendana -Analisis data : Anova (analisis sidik ragam) DMRT HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN KESIMPULAN : Media dasar ½ MS + IBA 20 mg/l + IAA 1 mg/l + Kinetin 0.75 mg/l respon terbaik terhadap perakaran Cendana walaupun tdk berbeda nyata dengan ½ WPM + IBA 20 mg/l + IAA 1 mg/l + Kinetin 0.75 mg/l 5

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2. Uji DMRT Faktor Media + Konsentrasi ZPT Kinetin Terhadap Perkembangan akar Cendana Media +Konsentrasi Kinetin N Rata-rata Pengelompokan ½ MS + 0,75 mg/l Kinetin 20 4,600 A ½ WPM + 0,75 mg/l Kinetin 20 4,600 A ½ WPM + 1 mg/l Kinetin 20 4,550 AB ½ GD + 0,75 mg/l Kinetin 20 4,500 ABC ½ MS + 1 mg/l Kinetin 20 4,350 ABCD ½ MS + 0,5 mg/l Kinetin 20 4,200 ABCD ½ GD + 1 mg/l Kinetin 20 4,100 BCDE ½ GD + 0,50 mg/l Kinetin 20 4,100 BCDE ½ GD + 0,75 mg/l Kinetin 20 4,100 BCDE ½ WPM + 0 mg/l Kinetin 20 4,050 CDE ½ WPM + 0,50 mg/l Kinetin 20 3,900 DE ½ MS + 0 mg/l Kinetin 20 3,900 DE ½ MS + 0,25 mg/l Kinetin 20 3,900 DE ½ WPM + 0,25 mg/l Kinetin 20 3,650 E ½ GD + 0 mg/l Kinetin 20 2,800 F Catatan : huruf yg berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji 5 %. III. AKLIMATISASI KULTUR JARINGAN CENDANA Plantlet cendana Aklimatisasi tahap 1 (media pasir) Bibit cendana siap tanam umur 1 tahun Aklimatisasi tahap 2 Top soil+ppk organik+arang sekam + pasir 6

IV. EMBRIOGENESIS SOMATIK BAHAN DAN METODE Tempat penelitian : Laboratorium kultur jaringan B2PBPTH di Kaliurang, Yogyakarta Sumber eksplan (daun) : A. Eksplan (daun) dari klon cendana hasil trubusan akar umur 3 tahun B. Eksplan (daun) hasil multiplikasi dari klon cendana umur 4 tahun A B Media Tahap induksi embryogenesis primer: Penelitian ke-1: MS + BAP 1 mg/l + NAA 0,01 mg/l + K 0,15 mg/l + gula 30 g/l (MSC) Penelitian ke-2 : MS + 0,5 mg/l 2,4 D + 0,15 mg/l K + sucrose 40 g/l (A); MS + 0,5 mg/l 2,4 D + 0,15 mg/l K + sucrose 40 g/l + air kelapa 100 ml (B); MS + 1 mg/l 2,4 D + 0,15 mg/l K + sucrose 40 g/l (C); MS + 1 mg/l 2,4 D + 0,15 mg/l K + sucrose 40 g/l + air kelapa 100 ml (D) Tahap Pendewasaan/embriosomatik sekunder (penelitian ke-1): MS + 2,4D 0,25 mg/l + K 0,1 mg/l+ sucrose 40 g/l (CND), MS + K 0,1 mg/l + Sucrosa 40 g/l (CND1); MS + Sucrosa 40 g/l (CND2). Tahap perkecambahan/pembentukan plantlet (penelitian ke-1): MS + BAP 1 mg/l + NAA 0,01 mg/l + K 0,15 mg/l. Tahap perakaran (penelitian ke-1): GD + 20 mg/l IBA + IAA 0,1 mg/l + K 0,15 mg/l. Parameter yang diamati mulai dari fase globular (pro-embrio) sampai terbentuknya fase torpedo : Morfologis : warna, struktur embrio, ciri-ciri yg khas, dll Sitologis : Identifikasi sel embriogenik menggunakan microscope 7

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Eksplan daun : Ukuran 0,5-1cm² (diiris terutama yg dekat dgn tulang daun) Krn pd tulang daun merupakan jaringan pembuluh (silem & floem) tempat lewat hara dan fotosintesa Pembuatan irisan ditujukan untuk memacu tulang daun merekah dan tumbuh kalus. Posisi daun dibalik agar tulang daun terbuka Tahap induksi Embriogenesis primer: Penelitian ke-1: Tahap induksi embriosomatik primer (pro-embrio) Pada tahap ini eksplan ditanam dalam media MS + BAP 1mg/l + NAA 0,01 mg/l + K 0,15 mg/l + Gula 30 g/l. Setelah diinkubasi selama 3 bulan dalam media MSC kalus globular mulai terbentuk Media MS paling umum digunakan untuk kultur jaringan tanaman berkayu, karena media MS unsur2 dan senyawa2 nya lengkap, media dengan kandungan nitrat, kalium, dan amonium yg tinggi. Penggunaan 2,4 D pada media MS tujuannya agar sel2 yang terdapat pada urat daun bereaksi sehingga terjadi dediferensiasi yg mengakibatkan terjadinya proliferasi untuk membentuk kalus. 2,4 D merupakan golongan herbisida sehingga penggunaannya harus sekecil mungkin. Karbohidrat terutama sukrosa merupakan komponen yg hrs selalu ada, karena mengandung karbon yg terbaik dibanding glukosa, maltosa, dan rafinosa, glukosa juga berfungsi untuk mempertahankan tekanan osmotik media. Hsl penelitian yg sdh ada bahwa konsentrasi sucrosa 40 g/l lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi 30 dan 20 g/l. Pembuktian di alam bahwa karbon yg diperoleh dr atmosfer dlm bentuk CO2 menjadi komponen untuk fotosintesa Pada tahap ini kondisi lingkungan (ruang gelap) : IC = 0; Suhu = 25 C; kelembaban = 67 % 8

Persentase Embrio Somatik (%) 13/10/2012 B. Tahap induksi embriosomatik sekunder Media Kode Persentase embrio somatik (%) MS + 2,4D 0,25 mg/l + K 0,1 mg/l + sucrose 40 g/l CND 20 MS + K 0,1 mg/l + sucrose 40 g/l CND1 15 MS + sucrose 40 g/l CND2 43 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Media Media CND Media CND1 Media CND2 Tahap Pendewasaan (tahap pembentukan embriogenesis somatik sekunder) : Penggunaan 2,4 D harus dikurangi, bahkan dihilangkan, kadang2 msh dibutuhkan sitokinin (kinetin) dengan konsentrasi sangat rendah Hasil pengamatan morfologis : warna kuning kehijauan dan nampak terang (glossy) dari strukturnya tampak remah dan mudah tercerai-berai. Pada tahap ini sudah terbentuk fase hati (heart) Hasil sub-kultur ke-3 berikutnya tumbuh fase torpedo dan kalus embriogenik akan berkembang terus, untuk mencapai target produksi yg diinginkan sub-kultur bisa terus dilakukan Kondisi rak inkubasi : IC = 150 lux; Suhu = 24-25 C, Kelembaban= 69-70 % Fase hati Fase torpedo Konfigurasi kotiledon 9

Tahap perkecambahan/penumbuhan plantlet : Pada tahap ini semua bahan dipindah ke dalam media MSC Pada fase ini struktur bi-polar sudah mulai terbentuk (meristem akar dan meristem tunas), sedangkan sebagian besar membentuk tunas adventif. Terbentuknya tunas adventif ini kemungkinan kurang tepatnya penentuan jenis dan konsentrasi ZPT Tahap Perakaran : Pada tahap ini tunas2 adventif yang telah di sub-kultur pada media multiplikasi selanjutnya diakarkan dalam media GD + 20 mg/l + IAA 0,1 mg + K 0,15 mg/l keberhasilannya masih rendah Kondisi lingkungan : IC = 1700-2000 lux; Suhu = 26 C; Kelembaban = 67 % a b c c Tahap perkecambahan (a) dan (b) ; dan plantlet cendana yang terbentuk (c) KESIMPULAN 1. Penggunaan eksplan bagian daun memberikan respon yang sangat baik, bahkan pada penelitian kedua yang menggunakan eksplan daun dari kebun pangkas diperoleh persentase daun yang berkalus sebesar 47 %. 2. Media MS + ZPT 2,4 D 1 mg/l + sucrosa 40 g/l memberikan respon terbaik dalam pembentukan kalus embrio-genik, bahkan semua tahapan embriogenesis somatik yg spesifik mulai dari induksi sel, kalus embrio-genik, fase globular, hati, sampai fase torpedo dapat dicapai dengan baik. 3. Pada tahap perkecambahan fase bipolar yang terbentuk (terbentuknya meristem akar dan meristem tunas) sangat rendah yaitu sebanyak 234 buah (4,43%), sebagian besar membentuk tunas adventif. Tunas adventif yang terbentuk dapat di sub-kultur lebih lanjut untuk dimultiplikasi dan tunastunas yang telah dewasa dapat digunakan sebagai materi untuk perakaran secara kultur jaringan dan teknik stek mini di rumah kaca. 4. Hasil penelitian dapat disimpulkan pula bahwa penggunaan media dasar GD + 20 mg/l IBA responnya masih rendah terhadap perakaran tunas cendana, dengan persen berakar sebesar 3 %. 10

11