PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOVEMBER 2016

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MARET 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JULI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2015

Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Gabah

Perkembangan Nilai Tukar Petani

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2015

Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Gabah

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MARET 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MARET 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JULI 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 102,82

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2014 SEBESAR 99,65

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

Tabel 1 Nilai Tukar Petani Provinsi Sumatera Utara per Subsektor Maret-April 2012 (2007=100)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2014 SEBESAR 103,40

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2015 SEBESAR 103,01

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2014 SEBESAR 102,18

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2015 SEBESAR 98,71

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2014 SEBESAR 102,05

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2015 SEBESAR 100,36

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2017 SEBESAR

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2017 SEBESAR

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI LAMPUNG A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

Perkembangan Nilai Tukar Petani Dan Harga Produsen Gabah Jawa Tengah

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2015 SEBESAR 99,24

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2012 SEBESAR 117,59

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2015 SEBESAR 100,79

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2017 SEBESAR 102,22

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOVEMBER 2015

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2014 SEBESAR 102,10

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2013

BERITA RESMI STATISTIK

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN OKTOBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2015 SEBESAR 99,48

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2016 SEBESAR 104,23

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2016.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN NOVEMBER 2016 TURUN -0,90 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA OKTOBER 2015

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2016 SEBESAR 103,90

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2017 SEBESAR 101,32

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN DESEMBER 2016 TURUN -0,11 PERSEN

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

Perkembangan Nilai Tukar Petani Dan Harga Produsen Gabah Bulan Oktober 2017

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN OKTOBER 2015

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2014 SEBESAR 102,54

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN JUNI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2014

2. Indeks Harga Dibayar Petani (Ib)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA APRIL 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA MARET 2016

Transkripsi:

No. 68/12/36/ Th.X, 1 Desember 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOVEMBER 2016 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) NOVEMBER 2016 SEBESAR 100,30 ATAU TURUN 0,25 PERSEN NTP Banten November 2016 sebesar 100,30 atau turun 0,25 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Penurunan NTP dikarenakan laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) yang sebesar 0,14 persen, lebih lambat dari laju kenaikan pada Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) yang naik 0,38 persen. Pada November 2016 terjadi inflasi di daerah perdesaan di Provinsi Banten sebesar 0,39 persen terutama disebabkan oleh inflasinya indeks kelompok bahan makanan 1,04 persen. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Banten November 2016 sebesar 105,65 atau turun 0.35 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya. Pada Bulan November 2016 dari 33 provinsi di Indonesia sebanyak 16 provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai indeks sebesar 108,61 yang diikuti oleh Provinsi NTB sebesar 107,32 dan Provinsi Bali sebesar 107,06. Sedangkan Nilai Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Bengkulu sebesar 93,34 NTP, yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di 4 Kabupaten di Provinsi Banten pada November 2016, NTP secara umum turun 0,25 persen dibandingkan NTP Oktober, yaitu dari 100,55 menjadi 100,30. Penurunan NTP pada November 2016 dikarenakan laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) yang sebesar 0,14 lebih lambat dari laju kenaikan pada Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) yang naik sebesar 0,38 persen. Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 68/12/36/Th.X, 1 Desember 2016 1

Subsektor Bulan Oktober 2016 November 2016 Persentase Perubahan (1) (2) 3) (4) Gabungan / Banten a. Indeks yang diterima (It) 123,78 123,95 0,14 b. Indeks yang dibayar (Ib) 123,10 123,58 0,38 c. Indeks Konsumsi Rumah Tangga 125,36 125,84 0,39 d. Indeks BPPBM 116,76 117,33 0,49 e. Nilai Tukar Petani (NTP) 100,55 100,30-0,25 Penurunan NTP November 2016 disebabkan oleh turunnya NTP pada empat(4) subsektor yakni; subsektor hortikultura turun 1,13 persen; subsektor tanaman perkebunan rakyat turun 0,55 persen; subsektor peternakan turun 0,78 dan subsektor perikanan yang turun 0,25 persen. Hanya satu subsektor yang mengalami kenaikan NTP yakni subsektor tanaman pangan yang naik 0,46 persen. 1. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (I t ) menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada November 2016, It Banten mengalami kenaikan sebesar 0,14 persen dibanding It Oktober, yaitu naik dari 123,78 menjadi 123,95. Kenaikan It pada November 2016 disebabkan naikya It pada dua subsektor yakni subsektor tanaman pangan yang naik 0,97 persen dan It pada subsektor perikanan yang naik 0,32 persen. Sedangkan It tiga subsector lainnya mengalami penurunan yakni It subsektor hortikultura turun 0,88 persen, It subsector tanaman perkebunan rakyat turun 0,21 persen dan subsektor peternakan yang turun 0,55 persen. 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00-0,50-1,00-1,50 Oct-16 Nov-16 1,74 0,97 0,14 0,30 0,32 0,09 0,14-0,10-0,21-0,88-0,55-1,32 T. pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Gabungan 2 Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 49/11/36/Th.IX, 1 Desember 2016

2. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) Indeks harga yang dibayar petani terdiri dari 2 golongan yaitu konsumsi rumah tangga (KRT) dan biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM). Melalui indeks harga yang dibayar petani (I b ) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada November 2016 indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,38 persen. Hal ini terjadi karena Indeks Konsumsi Rumah Tangga mengalami kenaikan 0,39 persen, sedangkan dan Indeks BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,49 persen. Kenaikan indeks BPPBM ini disebabkan naiknya seluruh kelompok yakni kelompok bibit naik 0,30 persen; kelompok pupuk, obat-obatan, dan pakan naik 0,23 persen; biaya sewa dan pengeluaran lain naik 0,30 persen; kelompok transportsi naik 0,17 persen; kelompok penambahan barang modal naik 0,08 persen dan kelompok upah buruh mengalami kenaikan 0,90 persen. 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00 Ib Konsumsi RT BPPBM 0,98 0,85 0,50 0,57 0,49 0,41 0,34 0,39 0,38 0,32 0,34 0,39 0,26 0,23 0,06 0,11 0,09 0,09 T. Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Gabungan 3. Nilai Tukar Petani (NTP) Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan/Padi dan Palawija (NTP-P) Pada bulan November 2016 NTP-P mengalami kenaikan indeks sebesar 0,46 persen atau naik dari 101,20 menjadi 101,67. Hal ini karena laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima petani (It) yang sebesar 0,97 persen lebih cepat dari laju kenaikan Indeks Harga yang Dibayar petani (Ib) yang sebesar 0,50 persen. Kenaikan It pada subsektor tanaman pangan terjadi karena naiknya indeks pada subkelompok padi sebesar 1,00 persen dan subkelompok palawija mengalami kenaikan 0,38 persen. Kenaikan indeks subkelompok padi dipengaruhi oleh naiknya harga gabah sebesar 1,00 persen. Sementara indeks pada subkelompok palawija dipengaruhi naiknya harga ketela pohon dan jagung. Di sisi lain indeks harga dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,50 persen karena pengaruh naiknya Indeks KRT dan BPPBM masing masing sebesar 0,41 persen dan 0,98 persen. Untuk BPPBM, kenaikan indeks ini dipengaruhi oleh naiknya indeks pada seluruh kelompok yakni kelompok bibit naik 0.68 persen, kelompok pupuk dan obat-obatan naik 0,37 persen, kelompok biaya sewa dan pengeluaran lain 0,50 persen, kelompok transportasi naik 0,60 persen, kelompok penambahan barang modal naik 0,08 persen, dan kelompok upah buruh 1,81 persen. Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 68/12/36/Th.X, 1 Desember 2016 3

Bulan Sektor, Kelompok dan Sub Kelompok Persentase perubahan September 2016 Oktober 2016 November 2016 November 2016 thd Oktober 2016 (1) (2) (3) (4) (5) 1. Tanaman Pangan a. Indeks Diterima Petani 126,47 126,34 127.56 0.97 - Padi 126,47 126,31 127.56 1.00 - Palawija 126,61 127,03 127.51 0.38 b. Indeks Dibayar Petani 124,71 124,85 125.47 0.50 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 125,80 125,85 126.36 0.41 - Indeks BPPBM 119,36 119,92 121.10 0.98 c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 101,41 101,20 101.67 0.46 2. Hortikultura a. Indeks Diterima Petani 125,83 126,01 124.91-0.88 - Sayur-sayuran 123,94 124,12 120.57-2.86 - Buah-buahan 127,30 127,49 127.91 0.33 - Tanaman Obat 117,02 117,02 118.84 1.55 b. Indeks Dibayar Petani 122,02 122,03 122.34 0.26 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 124,94 124,89 125.29 0.32 - Indeks BPPBM 113,97 114,15 114.22 0.06 c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 103,12 103,26 102.09-1.13 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks Diterima Petani 114,99 116,99 116.74-0.21 - Tanaman Perkebunan Rakyat 114,99 116,99 116.74-0.21 b. Indeks Dibayar Petani 123,50 123,39 123.81 0.34 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 125,31 125,17 125.66 0.39 - Indeks BPPBM 114,78 114,79 114.92 0.11 c. Nilai Tukar Petani (NTP-R) 93,11 94,82 94.29-0.55 4. Peternakan a. Indeks Diterima Petani 122,90 121,28 120.60-0.55 - Termak Besar 133,05 130,71 130.28-0.32 - Ternak Kecil 129,96 128,21 126.96-0.97 - Unggas 116,08 114,73 114.27-0.40 - Hasil Ternak 117,96 116,84 115.84-0.85 b. Indeks Dibayar Petani 119,65 119,54 119.81 0.23 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 125,03 124,86 125.29 0.34 - Indeks BPPBM 113,93 113,88 113.99 0.09 c. Nilai Tukar Petani (NTP-T) 102,71 101,46 100.67-0.78 5. Perikanan a. Indeks Diterima Petani 128,03 128,42 128.83 0.32 - Penangkapan 142,19 143,26 144.18 0.64 - Budidaya 116,99 116,86 116.87 0.01 b. Indeks Dibayar Petani 121,19 121,16 121.85 0.57 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 125,19 125,03 126.10 0.85 - Indeks BPPBM 114,91 115,08 115.19 0.09 c. Nilai Tukar Petani (NTN) 105,64 105,99 105.72-0.25 4 Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 49/11/36/Th.IX, 1 Desember 2016

b. Subsektor Hortikultura (NTP-H) Nilai Tukar Petani subsektor Hortikultura (NTP-H) pada bulan November 2016 mengalami penurunan sebesar 1,13 persen dari 103,26 menjadi 102,09. Hal ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan 0,88 persen, sementara Indeks harga yang dibayar petani justru mengalami kenaikan sebesar 0,26 persen. Penurunanan It pada subsektor hortikultura disebabkan oleh turunnya indeks pada kelompok sayur-sayuran sebesar 2,86 persen. Kelompok buah-buahan dan kelompok tanaman obat mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0,33 persen dan 1,55 persen. Kenaikan kedua kelompok ini belum bisa mendongkrak kenaikan indeks yang diterima petani hortikultura. Penurunan indeks pada kelompok sayur-sayuran disebabkan oleh turunnya harga melinjo, sawi, petai, bayam, buncis, ketimun, terung panjang dan lainnya; kenaikan kelompok buah-buahan disebabkan oleh naiknya harga salak dan semangka. Di sisi lain kenaikan indeks pada Ib dipengaruhi naiknya Indeks KRT sebesar 0,32 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,06 persen. c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTP-R) Pada Bulan November 2016 NTP-R sebesar 94,29 atau mengalami penurunan sebesar 0,55 persen dibanding bulan lalu yang disebabkan karena indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan 0,21 persen, sementara indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,34 persen. Penurunan It terjadi karena turunnya indeks harga pada kelompok tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,21 persen yakni dari 116,99 menjadi 116,74 persen yang dipengaruhi oleh turunnya harga cengkeh, lada, kapulaga dan kopi. Di sisi lain kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dipengaruhi naiknya IKRT sebesar 0,39 persen dan BPPBM sebesar 0,11 persen. d. Subsektor Peternakan (NTP-T) Pada bulan November 2016 NTP-T mengalami penurunanan sebesar 0,78 persen yang disebabkan karena indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,55 persen padahal indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,23 persen. Penurunan yang terjadi pada It karena turunnya indeks pada seluruh kelompok peternakan, yakni kelompok ternak besar turun 0,32 persen, ternak kecil turun 0,97 persen, unggas turun 0,40 persen, dan hasil ternak 0,85 persen. Penurunan indeks pada kelompok ternak besar dipengaruhi oleh turunnya harga kerbau dan sapi potong; pada kelompok ternak kecil dipengaruhi oleh turunnya harga kambing dan domba; unggas dipengaruhi oleh turunnya harga itik; pada hasil ternak dipengaruhi oleh turunnya harga telur ayam ras dan telur itik. Kenaikan indeks pada Ib yang sebesar 0,23 persen dipengaruhi oleh naiknya Indeks KRT dan BPPBM masing-masing sebesar 0,34 persen dan 0,09 persen. e. Subsektor Perikanan (NTNP) NTNP pada bulan November 2016 mengalami penurunan sebesar 0,25 persen dari 105,99 menjadi 105,72 persen. Hal ini karena laju kenaikan indeks harga yang diterima petani yang naik sebesar 0,32 persen masih lebih lambat dibandingkan dengan laju kenaikan pada indeks harga yang dibayar petani yang naik sebesar 0,57 persen. Kenaikan yang terjadi pada It karena naiknya indeks kelompok penangkapan sebesar 0,64 persen dan kelompok budidaya sebesar Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 68/12/36/Th.X, 1 Desember 2016 5

0,01 persen. Kenaikan Ib sebesar 0,57 persen disebabkan naiknya Indeks KRT dan BPPBM masing-masing sebesar 0,85 persen dan 0,09 persen. 1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN) Pada November 2016, NTN naik sebesar 0,08 persen dari 118,14 menjadi 118,23. Hal ini terjadi karena It mengalami kenaikan sebesar 0,64 persen, sementara Ib hanya mengalami kenaikan sebesar 0,57 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya harga di sebagian besar ikan pada kelompok tangkap antara lain: tembang, tatengkek, peperek, pari, cumicumi dan lainnya. Sedangkan kenaikan pada Ib disebabkan karena indeks BPPBM dan KRT mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0,10 persen dan 0,85 persen. 2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi) Pada November 2016, NTPi turun sebesar 0,56 persen. Hal ini terjadi karena laju kenaikan It yang sebesar 0,01 persen masih lebih lambat dari laju kenaikan Ib yang sebesar 0,58 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya harga ikan pada kelompok budidaya air payau sebesar 0,43 persen yakni harga ikan bandeng, meski kelompok budidaya air tawar mengalami penurunan sebesar 0,20 persen yang disebabkan turunnya harga ikan mujair dan ikan nila. Sementara itu, Ib yang mengalami kenaikan karena IKRT dan BPPBM mengalami kenaikan masing-masing 0,86 persen dan 0,09 persen. 4. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di pedesaan. Pada bulan November 2016 dari pantauan di empat Kabupaten di Provinsi Banten, terjadi infllasi di perdesaan sebesar 0,39 persen. Pemicu infllasi tertinggi adalah inflasi pada kelompok bahan makanan sebesarlasi kelompok perumahan 0,20 persen, kelompok sandang 0,16 persen dan kelompok kesehatan juga 0,16 persen. Laju inflasi tidak terlalu tingga karena dihambat oleh deflasi dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 1,75 persen, deflasi kelompok transportasi dan komunikasi 0,04 persen dan deflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau inflasi sebesar 0,02 persen. KELOMPOK IKRT IKRT Oktober IKRT November Inflasi Perdesaan (persen) UMUM 125,36 125.84 0.39 1. Bahan Makanan 128,35 129.69 1.04 2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 125,06 125.03-0.02 3. Perumahan 128,29 128.55 0.20 4. Sandang 119,77 119.97 0.16 5. Kesehatan 120,04 120.24 0.16 6. Pendidikan,Rekreasi&Olah Raga 117,64 115.58-1.75 7. Transportasi & Komunikasi 120,48 120.43-0.04 6 Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 49/11/36/Th.IX, 1 Desember 2016

5. Perbandingan antar Provinsi di Indonesia Pada Bulan November 2016 dari 33 provinsi di Indonesia sebanyak 16 provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai indeks sebesar 108,61 yang diikuti oleh Provinsi NTB sebesar 107,32 dan Provinsi Bali sebesar 107,06. Sedangkan Nilai Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Bengkulu sebesar 93,34. NTP nasional sebesar 101,31 yang mengalami penurunan sebesar 0,40 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 101,71. Provinsi NTP Rangking Provinsi NTP Rangking Sulawesi Barat 108.61 1 Jawa Tengah 99.55 18 NTB 107.32 2 DKI 99.32 19 Bali 107.06 3 Sulawesi Tenggara 98.95 20 Gorontalo 105.77 4 Bangka Belitung 98.58 21 Yogyakarta 104.23 5 Kalimantan Timur 98.49 22 Sulawesi Selatan 103.91 6 Kalimantan Tengah 98.38 23 Lampung 103.86 7 Sulawesi Tengah 98.20 24 Jawa Timur 103.79 8 Kepulauan Riau 97.90 25 Jawa Barat 103.78 9 Kalimantan Selatan 97.76 26 Maluku Utara 103.15 10 Kalimantan Barat 96.76 27 NTT 101.83 11 Sumatera Barat 96.60 28 Sumatera Utara 100.83 12 NAD 96.04 29 Maluku 100.83 13 Papua 95.05 30 Papua Barat 100.81 14 Sumatera Selatan 94.85 31 Riau 100.62 15 Sulawesi Utara 94.44 32 Banten 100.30 16 Bengkulu 93.34 33 Jambi 99.84 17 Nasional 101,31 6. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor Pada November 2016 terjadi penurunan NTUP sebesar 0,35 persen. Hal ini terjadi karena laju kenaikan pada It yang sebesar 0,14 persen lebih lambat dibandingkan laju kenaikan pada indeks BPBBM sebesar 0,49 persen. Jika dilihat per subsektor, penurunan NTUP disebabkan oleh turunnya NTUP pada empat subsektor yakni subsektor tanaman pangan turun 0,02 persen, subsektor hortikultura turun 0,94 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat turun 0,32 persen dan subsektor peternakan turun 0,64 persen. Hanya subsektor perikanan naik masing-masing 0,23 persen. Subsektor Oktober 2016 November 2016 Perubahan (%) (1) (2) (3) (4) 1. Tanaman Pangan 105,36 105,34-0,02 2. Hortikultura 110,39 109,35-0,94 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 101,92 101,59-0,32 4. Peternakan 106,49 105,81-0,64 5. Perikanan 111,59 111,84 0,23 a. Tangkap 124,12 124,80 0,55 b. Budidaya 101,78 101,69-0,08 Gabungan 106,02 105,65-0,35 Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 68/12/36/Th.X, 1 Desember 2016 7

B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH Rata-rata harga gabah di tingkat petani pada November 2016 dibandingkan keadaan Oktober untuk Gabah Kering Panen (GKP ) naik sebesar 1,06 persen. Rata-rata harga gabah bulan November 2016 di tingkat penggilingan untuk kualitas GKG Rp. 5.050 per kg,- dan kualitas GKP Rp. 4.269,- per kg. Harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp 3.900,- per kg dengan kualitas GKP (varietas ciherang), sedangkan harga tertinggi sebesar Rp. 5.000,- per kg untuk Gabah Kering Giling (Varietas Ciherang). Pada November 2016, dari seluruh observasi yang dilakukan ditemukan kualitas GKG sebanyak 5,26 persen dan kualitas GKP sebanyak 94,74 persen. Rincian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5. Kelompok Kualitas Persentase Jumlah Obser-vasi Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp./Kg.) Terendah Tertinggi Rata-Rata Rata-rata Harga Tingkat Penggilingan (RP/Kg) Harga Pembelian Pemerintah (HPP)* (Rp./Kg.) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) GKG 5,26% 5.000 5.000 5.000 5.050 Penggilingan 4.600 G K P 94,74% 3.900 4.500 4.140 4.269 Gabah Kualitas Rendah - - - - - - Petani 3.700 Penggilingan 3.750 2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata rata Komponen Mutu Pada Bulan November 2016, dari keseluruhan observasi diperoleh harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp. 3.900,- per kg untuk kualitas GKP dengan varietas Ciherang. Harga tertinggi di tingkat petani sebesar Rp 5.000,- per kg untuk kualitas GKG dengan varietas ciherang. Untuk rata rata komponen mutu yang terdiri dari kadar air (KA) dan kadar hampa/kotoran (KH), yaitu untuk gabah dengan kualitas GKK KA nya sebesar 13,25 persen dan KH nya 2,49 persen; sedangkan untuk Kualitas GKP KA nya 13.80 persen dan KH 5,67 persen. 8 Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 49/11/36/Th.IX, 1 Desember 2016

Kelompok Kualitas Kadar Air (persen) Kadar Hampa/Kotoran (persen) September 16 Oktober 16 November 16 September 16 Oktober 16 November 16 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) GKG - - 13,25 - - 2,49 GKP 15,33 14,75 13,80 5,29 5,82 5,67 Kualitas Rendah 22,18 20,34-13,65 14,28-3. Persentase Jumlah Observasi harga Gabah di bawah HPP di Tingkat Penggilingan Pada Bulan November 2016 ini tidak ditemukan observasi harga gabah di bawah HPP maupun harga gabah dengan gabah kualitas rendah. Rincian Di Tingkat Penggilingan (persen) Juni 16 Juli 16 Agustus 16 September 16 Oktober 16 November 16 Observasi Di bawah HPP - - - - - - Obs. Gabah Kualitas Rendah 22,22 20,00 28,57 28,89 21,43-4. Rata rata Harga Gabah Menurut Kualitas Rata-rata harga harga gabah kualitas kering giling (GKG) di tingkat penggilingan sebesar Rp. 5.050- per kg sementara di tingkat petani rata-rata harga gabah kualitas GKG sebesar Rp. 5.000,- per kg. Untuk gabah kualitas GKP di tingkat penggilingan mengalami peningkatan rata-rata harga sebesar 0,85 persen dan di tingkat petani juga mengalami kenaikan rata-rata harga yakni sebesar 1,06 persen. T ing ka t P engg il ing an (R p / Kg ) T ing ka t P e t ani (Rp /Kg) K u al i t as Sept 16 Okt 16 Nov 16 P e rs en t s se P e rubahan K o l ( 4 ) t h d (3 ) Sept 16 Okt 16 Nov 16 P e rs en t a se P e rubahan K o l ( 8 ) th d ( 7 ) ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) ( 7 ) ( 8 ) ( 9 ) G K G - - 5.050 - - - 5.000 - G K P 4.213 4.233 4.265 0,85 4.086 4.097 4.140 1,06 K u al i t as r end ah 3.990 3.687 - - 3.833 3.497 - - Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 68/12/36/Th.X, 1 Desember 2016 9

C. PERKEMBANGAN UPAH BURUH UPAH NOMINAL HARIAN BURUH TANI PROVINSI BANTEN NOVEMBER 2016 SEBESAR Rp 42.768,- Upah nominal buruh tani pada November 2016 dibanding upah buruh tani Oktober mengalami kenaikan sebesar 0,90 persen atau naik dari Rp. 42.387,- per hari menjadi Rp. 42.768,- per hari. Secara riil*) mengalami kenaikan 0,52 persen yakni naik dari Rp. 33.812- per hari menjadi Rp. 33.986,- per hari Upah nominal harian buruh bangunan (tukang bukan mandor) pada November 2016 mengalami kenaikan 1,45 persen atau naik dari Rp. 80.849,- per hari menjadi Rp. 82.021,- per hari. Secara riil*), upah November 2016 dibanding Agustus naik sebesar 0,92 persen, yaitu dari Rp. 61.398,- menjadi Rp. 61.964,- per hari. 1. Perkembangan Upah Buruh Pertanian Secara umum, rata-rata upah nominal buruh tani pada November 2016 dibanding upah buruh tani Oktober mengalami kenaikan sebesar 0,90 persen atau naik dari Rp. 42.387,- per hari menjadi Rp. 42.768,- per hari. Secara riil mengalami kenaikan 0,52 persen atau naik dari Rp. 33.812,- per hari menjadi Rp. 33.986,- per hari Rincian Jenis Upah Bulan September 16 Oktober 16 November 2016 % Perubahan November 2016 thd Oktober 2016 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Provinsi Upah Nominal 42.209 42.387 42.768 0,90 Upah Riil *) 33.660 33.812 33.986 0,52 2. Perkembangan Upah Buruh Informal a. Upah Buruh Bangunan (konstruksi) Per hari Secara nominal, rata-rata upah buruh bangunan di Provinsi Banten pada Bulan November 2016 mengalami kenaikan 1,45 persen atau naik dari Rp. 80.849,- per hari menjadi Rp. 82.021,- per hari. Secara riil*), upah buruh bangunan November 2016 dibanding Oktober naik sebesar 0,92 persen, yaitu dari Rp. 61.398,- menjadi Rp. 61.964,- per hari. Upah Pembantu Rumah Tangga Per Bulan Secara nominal, rata-rata upah pembantu rumah tangga di Provinsi Banten pada November 2016 tidak mengalami perubahan yakni sebesar Rp. 556.313,- per bulan. Sedangkan secara riil, upah November 2016 dibanding Oktober mengalami penurunan sebesar 0,52 persen, yaitu turun dari Rp. 422.473,- menjadi Rp. 420.277,- per bulan. 10 Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 49/11/36/Th.IX, 1 Desember 2016

Rincian Jenis Upah September 2016 Bulan Oktober 16 November 16 % Perubahan November 2016 thd Oktober 2016 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Bangunan per hari Upah Nominal 80.849 80.849 82.021 1,45 Upah Riil *) 61.448 61.398 61.964 0,92 Pembantu rumah tangga Upah Nominal 556.313 556.313 556.313 0,00 per bulan Upah Riil*) 422.815 422.473 420.277-0,52 Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 68/12/36/Th.X, 1 Desember 2016 11

BPS PROVINSI BANTEN Informasi lebih lanjut hubungi: Ir. Agoes Soebeno, M.Si Kepala BPS Provinsi Banten Telepon: 0254-267027; Fax: 0254-267026 E-mail : bps3600@bps.go.id Website : banten.bps.go.id 12 Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 49/11/36/Th.IX, 1 Desember 2016