I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan di berbagai aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu, kota secara dinamis akan terus berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang menunjang bagi kehidupan dan aktivitas warganya. Fasilitas umum yang dibutuhkan oleh masyarakat, terutama bagi pejalan kaki adalah ruang pedestrian. Karakteristik pedestrian yang baik, menurut Simonds (1983) adalah diibaratkan sebagai anak sungai, mengalir mengikuti alur dengan mempunyai sedikit hambatan. Menurut Brooks (1988), fungsi sistem pedestrian paling sedikit mempunyai dua aturan yang umum, yaitu ruang untuk berjalan kaki dan tempat untuk duduk. Sebagai tempat untuk berjalan, kondisinya beragam sesuai dengan penggunaan lahan yang disediakan dan kualitas lingkungannya. Kawasan jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman Jakarta, merupakan kawasan jalan yang banyak dilalui oleh pengguna jalan, termasuk pejalan kaki. Sejak awal tahun 1980 hingga awal tahun 2000, penyediaan fasilitas jalur sirkulasi di kawasan ini berupa ruang pedestrian, kurang memberikan kenyamanan bagi penggunanya. Hal tersebut diduga disebabkan oleh keterbatasan lahan yang digunakan untuk ruang pedestrian, kurangnya peneduh karena kurangnya vegetasi pohon dan kehadiran tiang jembatan penyeberangan orang (JPO) yang semakin mempersempit lebar badan jalur pedestrian. Hal lain yang menyebabkan kurang nyamannya ruang pedestrian di kawasan tersebut adalah ruang pedestrian mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai ruang bagi penempatan struktur-struktur lain (seperti papan iklan, perlengkapan dan kelengkapan jalan, dan lainnya) dan bagian layanan pejalan kaki tanpa didukung oleh lebar ruang pedestrian yang cukup. Pemikiran untuk memanusiakan lingkungan jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, secara konseptual muncul pada tahun 1981 dengan rencana penataan
2 kawasan oleh Dinas Pertamanan. Namun saat itu pekerjaan fisik khususnya prasarana dan utilitas kota masih tumpang tindih sehingga pembuatan jalur pedestrian sulit dilaksanakan. Gagasan penataan tersebut muncul kembali di tahun 1996-1997, tetapi karena munculnya gejolak kondisi ekonomi, politik dan sosial tahun 1997, menyebabkan perencanaan yang sudah disosialisasikan oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta tertunda pelaksanaannya. Baru pada tahun 2002, setelah kondisi sosial, politik dan ekonomi mulai stabil, ide untuk mengembangkan pedestrian jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman kembali dimunculkan oleh Gubernur Sutiyoso hingga sekarang. Sejak tahun 2003 hingga sekarang, pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah berupaya membangun fasilitas ruang publik berupa ruang pedestrian di jalan M.H. Thamrin -Jend. Sudirman, Jakarta. Saat ini pembangunan jalur pedestrian di Jalan M.H. Thamrin- Jend. Sudirman, Jakarta telah selesai dengan panjang keseluruhan ± 6200 meter, lebar pedestrian bervariasi tergantung kesepakatan antara pemilik kavling dengan pemda DKI Jakarta (rata-rata ± 3 meter). Meskipun kondisi saat ini telah lebih baik daripada sebelumnya, masih terdapat permasalahan mengenai apresiasi pengguna ruang terutama dalam menunjang kenyamanan pengguna ruang, seperti kondisi fisik dan iklim mikro. Sebagai salah satu jalur jalan utama di ibukota negara, maka seharusnya jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, termasuk ruang pedestriannya, mampu merefleksikan sebuah ruang lanskap yang fungsional sebagai area mobilisasi, elemen estetika kota dan menunjang kenyamanan pengguna ruang. Sebagai sebuah sarana publik, seharusnya mampu mengakomodasikan keinginan pengguna ruang sehingga menciptakan kenyamanan yang optimal bagi pengguna ruang itu sendiri. Oleh karena itu, salah satu hal penting yang harus dikaji adalah aspek kenyamanan ruang pedestrian tersebut. Menurut Marsh (1991), kenyamanan dapat dibentuk melalui 2 hal, yaitu kenyamanan klimatik dan kenyamanan visual. Kenyamanan klimatik dihubungkan dengan kesesuaian faktor-faktor iklim mikro dalam mempengaruhi temperatur kulit dan persepsi manusia terhadap panas dan dingin, yaitu meliputi radiasi matahari, temperatur udara, angin dan kelembaban. Kenyamanan visual berhubungkan dengan aspek kesesuaian pemandangan yang
3 ditangkap oleh mata pengamat dengan lingkungannya melalui persepsi dan preferensi. Faktor lain yang sering ditambahkan sebagai penunjang kenyamanan yaitu kenyamanan fisik. Kenyamanan fisik berkaitan erat dengan aspek kesesuaian bentuk dan disain objek atau elemen-elemen yang dibangun terhadap lingkungan sekitarnya, misalnya kesesuaian bangku taman, lampu-lampu taman, pedestrian, papan reklame dan infrastruktur lainnya. Kenyamanan fisik ini sering dikaitkan dengan konsep ergonomis, yaitu objek atau stuktur yang dibangun secara dimensional dan strukturalnya mengikuti kebutuhan gerak tubuh manusia penggunanya. Hal ini dimaksudkan agar objek atau struktur yang dibangun dapat optimal dan nyaman untuk digunakan oleh penggunanya. Oleh karena itu, untuk membentuk sebuah ruang pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman sebagai ruang publik yang nyaman, maka diperlukan studi mengenai faktor-faktor yang meliputi kenyamanan klimatik, kenyamanan visual dan kenyamanan fisik. Hasil ini memberikan rekomendasi bentuk-bentuk perbaikan pada tapak sebagai bahan pertimbangan perencanaan lebih lanjut ruang pedestrian yang selain mendukung keindahan kota, juga memberikan kenyamanan bagi penggunanya. 1.2. Rumusan Permasalahan Ruang pedestrian yang telah dibangun di sepanjang Jalan M.H. Thamrin- Jend. Sudirman saat ini, kurang berfungsi efektif. Hal ini dapat terlihat dari pengguna ruang masih memilih menggunakan kendaraan untuk berpindah tempat ke tempat lainnya, daripada menggunakan ruang pedestrian. Faktor kenyamanan diduga menjadi penyebab masih rendahnya apresiasi pengguna ruang. Kondisi iklim mikro yang tidak nyaman dan kualitas visual tapak yang rendah diduga merupakan faktor-faktor ketidak-nyamanan yang dominan ditemui di sepanjang Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta. Oleh karena itu, diperlukan analisis mengenai kondisi-kondisi yang terkait dengan aspek kenyamanan untuk membangun sebuah perencanaan ruang pedestrian yang efektif, fungsional dan nyaman bagi pengguna dan masyarakat di sekitarnya.
4 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis kondisi faktual ruang pedestrian kawasan jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman, Jakarta kaitannya dengan faktor klimatik dan fisik. 2. Menganalisis persepsi dan preferensi pengguna ruang terhadap kenyamanan ruang pedestrian kawasan jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman, Jakarta. 3. Menganalisis kualitas visual/keindahan sebagai faktor pendukung kenyamanan pada ruang pedestrian kawasan jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman, Jakarta. 4. Menganalisis hubungan persepsi dan preferensi dengan faktor-faktor kenyamanan klimatik, fisik dan visual/keindahan. 5. Menyusun rekomendasi terkait dengan kebijakan, pengelolaan dan perbaikan fisik untuk meningkatkan kenyamanan, sehingga dapat meningkatkan efektivitas penggunaan ruang pedestrian kawasan jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman, Jakarta dan juga diharapkan dapat diterapkan pada lanskap pedestrian lainnya. 1.3.2. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dalam perencanaan ruang pedestrian secara umum dan perencanaan atau pengembangan ruang pedestrian jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman, Jakarta Pusat yang berfungsi secara efektif karena memenuhi kebutuhan pengguna, baik dari faktor kenyamanan klimatik, fisik/fungsi maupun visual/keindahan. 1.4. Batasan Penelitian Aspek kenyamanan lanskap dianalisis berdasarkan faktor-faktor klimatik, fisik/fungsi dan visual/keindahan pada ruang pedestrian kawasan jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman, Jakarta Pusat sepanjang ± 6200 meter (tahun 2008). 1.5. Kerangka Pikir Penelitian Kerangka pikir yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Dari gambar tersebut diketahui bahwa kawasan jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman, Jakarta khususnya pada ruang pedestrian dapat berfungsi secara
5 efektif jika dirancang, dibangun serta dikelola dengan tujuan memenuhi kebutuhan kenyamanan penggunanya. Faktor kenyamanan mencakup faktor klimatik (iklim mikro), faktor fisik dan fungsinya serta faktor keindahan (visual). Evaluasi terhadap kondisi faktual faktor-faktor tersebut dan melihat hubungannya dengan persepsi dan preferensi pengguna serta dengan menganalisis kebijakan Pemerintah Provinsi/Pemerintah Kota ataupun sistem pengelolaannya, akan dapat disusun suatu usulan/rekomendasi perbaikan, baik secara fisik maupun dari aspek kebijakan atau pengelolaan. Perbaikan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan sehingga dapat dimanfaatkan secara efektif oleh pengguna ruang.
6 KAWASAN JALAN M.H. THAMRIN - JEND. SUDIRMAN, JAKARTA RUANG PEDESTRIAN ASPEK LANSKAP/RUANG ASPEK PENGGUNA ASPEK PENGELOLAAN/ KEBIJAKAN IKLIM MIKRO : - SUHU - KELEMBABAN - CURAH HUJAN - INTENSITAS CAHAYA - ANGIN ELEMEN FISIK RUANG : - LOKASI - AKSESSIBILITAS - FASILITAS& INFRASTRUKTUR - POHON/TANAMAN - KELENGKAPAN& KUALITAS DISAIN VIEW LANSKAP PERSEPSI DAN PREFERENSI KEBIJAKAN& PENGELOLAAN YANG DIPERLUKAN KENYAMANAN IKLIM KENYAMANAN FISIK VISUAL SBE CHI-SQUARE RUANG PEDESTRIAN YANG DIRANCANG DAN DIKELOLA UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN KENYAMANAN PENGGUNA SECARA KOMPREHENSIF RUANG PEDESTRIAN SEBAGAI FASILITAS PUBLIK KOTA YANG DIMANFAATKAN SECARA LEBIH EFEKTIF Gambar 1 Kerangka pikir penelitian.