BAB 4 ANALISIS PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1169/KMK.01/1991 TENTANG KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING) MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,


BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan kerangka teoritis yang telah diuraikan pada BAB II, maka pada bab

SEWA GUNA USAHA. Statement of Financial Accounting Standards No. 13 mengelompokkan sewa guna usaha menjadi :

PERUSAHAAN SEWAGUNAUSAHA (PerlakuanAkuntansi dan Pajak)

Aspek Perpajakan atas Aktiva Tetap

Gerson Philipi Rianto F

NERACA ASSET TETAP (LEASING) ASSET TIDAK BERWUJUD

ANALISIS PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN (PPH) ATAS PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA YANG MENGALAMI TERMINASI DI PT BUANA FINANCE TBK

KEPUTUSAN PEMBIAYAAN AKTIVA TETAP MELALUI LEASING DAN BANK KAITANNYA DENGAN PENGHEMATAN PAJAK

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional agar

BAB II AKUNTANSI SEWA

MENTERI KEUANGAN S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1169/KMK.01/1991 T E N T A N G KEGIATAN SEWA-GUNA-USAHA(LEASING)

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN.

AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA DAN JASA KUNSTRUKSI

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI ANALISIS

BAB 1 AKUNTANSI untuk SEWA GUNA USAA (LEASING)

ANALISIS PERENCANAAN PAJAK ATAS PEROLEHAN ALAT BERAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP LABA KENA PAJAK DAN PPh TERUTANG (STUDI KASUS PADA PT APMS)

Analisis Perlakuan Akuntansi Transaksi Sewa Guna Usaha PT XYZ

EVALUASI ATAS KESESUAIAN PENYAJIAN PENDAPATAN TERHADAP PSAK NO. 30 Studi Kasus pada Perusahaan Leasing PT. Swardharma Indotama Finance

NAMA : SEPTIYANA NPM : JURUSAN : MANAJEMEN (KEUANGAN) PENGERTIAN LEASING

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pembiayaan mana yang paling menguntungkan agar dapat

Tabel 5.1. Daftar Jenis Kendaraan CV. METROPOLITAN HOME. Umur Manfaat. B. Perbandingan Perolehan Kendaraan melalui Pembelian Tunai, Kredit

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

AKUNTANSI UNTUK LEASING

BAB I PENDAHULUAN. melalui penanaman barang modal. Dana yang diterima oleh perusahaan digunakan

Financial Check List. Definisi Pembiayaan. Mengapa Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan? Kapan Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan?

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Universitas Tarumanagara 19 September 2014

PSAK 30 (REVISI 2007) ISAK 8 (REVISI 2007)

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA Gambaran Umum Perusahaan PT. Sehat Sukses Sentosa

Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barangbarang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, dengan jangka

PT. PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE, Tbk. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Per 30 Juni 2010 dan 2009

kini dan pajak tangguhan yang sajikan telah benar sesuai dengan

PT SURYA TOTO INDONESIA Tbk. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 30 Juni 2010 dan 2009 ( Dalam Rupiah )

Modul ke: Manajemen Perpajakan 06FEB. Samsuri, SH, MM. Fakultas. Program Studi Akuntansi

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. dibidang pembiayaan konsumen (consumer finance), anjak piutang (factoring)

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN

PSAK 30 SEWA (REVISI 2007) ISAK 8 Transaksi yang Mengandung Sewa. Ellyn Octavianty

BAB III OBJEK PENELITIAN. Pada tanggal 6 Januari 2002 PT Prima Auto Mandiri didirikan di Tebet dengan

BAB II LANDASAN TEORITIS. Leasing berasal dari kata lease yang berarti sewa atau lebih umum sebagai

BAB II LANDASAN TEORI. 4 adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada lessee

PT CLIPAN FINANCE INDONESIA Tbk. LAPORAN KEUANGAN PER 30 September 2007 (TIDAK DIAUDIT) dan 30 September 2006 (TIDAK DIAUDIT) Global Reports LLC

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009)

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang

Tinjauan Perencanaan Pajak Sehubungan Pembelian Aktiva Tetap Berwujud Secara Tunai, Kredit dan Leasing

PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA PADA KRISNA FINANCE SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Produk-poduk Gadai Syariah berdasarkan PSAK 102, 105, dan 107. berdasarkan PSAK 105 : Akuntansi Mudharabah.

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang bagi perusahaan. Mengingat bahwa tujuan dari pengadaan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam rangka mempertahankan kelangsungan dan tujuan perusahaan

PT MUSTIKA RATU Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

PT SURYA TOTO INDONESIA Tbk. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 30 Juni 2010 dan 2009 (Dalam Rupiah)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Yayasan Dana Pensiun PT. Merpati Nusantara Airlines. Yayasan tersebut

Model Laporan Prediksi Penjualan Tiap Cabang Untuk Finance Lease. Model Laporan Prediksi Penjualan Tiap Cabang Untuk Consumer

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$)

PERLAKUAN AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA DENGAN METODE CAPITAL LEASE

MAKALAH HUKUM PERIKATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proses mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini, perusahaan dituntut untuk selalu

BAB II LANDASAN TEORI. suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan lessee (pengguna

PERENCANAAN PAJAK ATAS KEPEMILIKAN AKTIVA TETAP DENGAN METODE FINANCE LEASE (Studi Kasus Pada CV Berkah Bumi Mandiri).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelian aset tetap, perusahaan harus mempertimbangkan alternatif

Lembaga Keuangan: Leasing dan Factoring

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS PRAKTIK AUDITING MODUL 1 DISUSUN OLEH : DAULAT HASIBUAN AKBAR ANWARI LUBIS MUCHTI WIRAHADINATA

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI SEWA GUNA USAHA (LEASING) PADA PT. MAF & MCF BERDASARKAN PSAK NO 30 TAHUN 2012

BAB IV PEMBAHASAN. komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia

JURNAL PENYESUAIAN. Armini Ningsih Politeknik Negeri Samarinda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PT CLIPAN FINANCE INDONESIA Tbk LAPORAN KEUANGAN. 30 September 2009 (tidak diaudit) dan 2008 (tidak diaudit)

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Pajak Tangguhan. beserta Akun-akun Lainnya pada Laporan Keuangan PT UG

BAB 9 KEWAJIBAN. Setiap perusahaan umumnya memiliki kewajiban atau yang biasa disebut dengan utang yang harus diselesaikan atau dibayar oleh

BAB II LANDASAN TEORI. Upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan melalui

PSAK NO. 30 AKUNTANSI SEWA GUNA USAHA BAB I : PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit)

PT DANASUPRA ERAPACIFIC Tbk. LAPORAN KEUANGAN 31 MARET 2012 DAN 2011

Program Pinjaman Dana Tunai

Bab 10 PERUSAHAAN MODAL ASING (PMA) YANG MENGGUNAKAN BAHASA ASING DAN MATA UANG SELAIN RUPIAH

MEKANISME PEMANFAATAN LEASING DALAM PRAKTIKNYA Oleh : Taufik Effendy

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara perolehan aktiva operasi adalah dengan Sewa Guna Usaha (SGU) atau

BAB 7 LAPORAN ARUS KAS

Kunci Jawaban Siklus Akuntansi_LKS Akuntansi Kota Tangerang Tahun 2014

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

MAKALAH LEASING. Diajukan dan dipersentasikan. pada mata kuliah Seminar Manajemen Keuangan. Di bawah bimbingan : Wahyu Indah Mursalini, SE, MM

MAKALAH PEMBIAYAAN KONSUMEN

IKATAN AKUNTANSI INDONESIA LATIHAN AKUNTANSI PERPAJAKAN Oleh : Purno Murtopo, S.E., M.Si.

Contoh Laporan Keuangan Perusahaan Jasa

PRAKTIKUM PENGAUDITAN & PDE MODUL 1: KERTAS KERJA NERACA, KERTAS KERJA LABA RUGI, SURAT PERIKATAN, RENCANA PEMERIKSAAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN 4.1 Prosedur Transaksi Sewa Guna Usaha di PT Buana Finance Tbk Sebelum melakukan pengisian aplikasi, konsumen harus melengkapi persyaratan administrasi seperti: 1. Akta Pendirian Perusahaan client beserta perubahan-perubahannya. 2. Surat Pengesahan Pendirian Perusahaan dari Department Kehakiman dan Berita Negara. 3. Surat Izin Usaha Perusahaan (SIUP). 4. Tanda Daftar Perusahaan (TDP). 5. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). 6. Laporan Keuangan 3 tahun terakhir (audited, bila ada). 7. Bank Statement Account untuk 3 bulan terakhir. 8. Profesional Background dari Direksi dan/ atau Komisaris. 9. Struktur Organisasi. 10. Data-data lainnya yang akan diminta kemudian, bila diperlukan. Kelengkapan tersebut disesuaikan dengan profesi mereka masing-masing, seperti: karyawan, profesional, wiraswasta, dan perusahaan. 4.2 Kebijakan Perusahaan Kebijakan transaksi sewa guna usaha, akan dikemukakan sebagai berikut: a. Tahap Permohonan Setiap permohonan pembiayaan sewa guna usaha harus mengisi formulir aplikasi yang telah disediakan untuk diisi secara lengkap dan ditandatangani oleh pemohon. b. Tahap Pengecekan Desk Research Checking Berdasarkan aplikasi dari permohonan, marketing department lessorakan melakukan pengecekan atas kebenaran dari pengisian aplikasi tersebut dengan melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Pengecekan fasilitas lainnya masih outstanding kepada bank atau LKBB lainnya dengan mengirimkan bankers enquiry, bila perlu. 2. Trade checking kepada supplier, customer dan pesaing. 49

50 3. Pengecekan pemegang saham dan pengurus perusahaan yang disesuaikan dengan anggaran dasar perusahaan. c. Tahap Audit Checking/ Pemeriksaan Lapangan Apabila tahap pengecekan/desk research checking hasilnya cukup baik, maka proses permohonan dilanjutkan dengan pemeriksaan lapangan atau audit ke calon lessee. Adapun tujuan dari pemeriksaan lapangan adalah: 1. Untuk memastikan keberadaan lesseedan memastikan akan kebutuhan barang modal. 2. Mempelajari keberadaan barang modal yang dibutuhkan oleh lessee, terutama harga barang modal, kredibilitas supplier/pemasok barang modal, layanan purna jual. 3. Untuk menghitung secara pasti berapa besar tingkat kebenaran laporan dan/ atau penjualan calon lessee dibandingkan dengan laporan yang telah disampaikan. d. Tahap Pembuatan Customer Profile Berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan, marketing department lessorakan membuat customer profile, dimana isinya akan menggambarkan tentang: 1. Nama perusahaan customer 2. Nama pemilik 3. Alamat & nomor telepon 4. Contact person 5. Kondisi pembiayaan yang diajukan lessee 6. Jenis dan tipe barang modal 7. dan lain-lain. e. Tahap Pengajuan Proposal Kepada Kredit Komite Marketing department lessorakan mengajukan proposal terhadap permohonan yang diajukan oleh lessee kepada kredit komite. Proposal yang diajukan biasanya terdiri dari: 1. Tujuan pemberian fasilitas sewa guna usaha kepadalessee 2. Struktur fasilitas pembiayaan yang mencakup harga barang modal, Security deposit, nett pembiayaan, bunga, jangka waktu, jenis barang modal dan lainnya

51 3. Latar belakang perusahaan dan susunan pemegang saham disertai keterangan mengenai bisnis dan siklus operasi perusahaanlessee 4. Analisis laporang keuangan, rekening koran dan kebutuhan modal 5. Analisis resiko 6. Saran dan kesimpulan f. Pengajuan Keputusan Kredit Komite Keputusan kredit komite merupakan dasar bagi lessor untuk melakukan pembiayaan atau tidak. Apabila permohonan lessee ditolak maka harus diberitahukan melalui surat penolakan, sedangkan apabila disetujui maka marketing department akan mempersiapkan surat penawaran kepada calon lessee. g. Tahap Pengiriman Surat Penawaran Setelah proposal mendapatkan persetujuan dari kredit komite, maka marketing department wajib mempersiapkan surat penawaran kepada lessee. Surat penawaran wajib ditandatangani oleh lesseedan dokumen ini biasanya akan dijadikan surat penerimaan (letter of acceptance). h. Tahap Pengikatan Berdasarkan surat penawaran yang telah ditandatangani oleh lessee, oleh bagian legal akan mempersiapkan pengikatan sebagai berikut: 1. Perjanjian leasebeserta lampiran-lampirannya. 2. Jaminan pribadi, jika ada. 3. Jaminan perusahaan, jika ada. Pengikatan kontrak perjanjian sewa guna usaha dapat dilakukan secarabawah tangan, dilegalisir oleh notaris atau secara notariil. i. Tahap pemesanan barang modal Setelah proses penandatanganan perjanjian dilakukan oleh kedua belah pihak, selanjutnya lessorakan melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Lessor melakukan pemesanan barang modal kepada supplier, pesanan mana dituangkan dalam penegasan pemesanan pembelian/ confirm purchase order dan bukti pengiriman dan surat tanda penerimaan barang. 2. Khusus untuk objek pembiayaan bekas pakai, baik kendaraan bermotor, tanah dan bangunan, akan dilakukan pemeriksaan

52 BPKB/sertifikat oleh Credit Administration Department ke instansi pemerintah yang terkait. 3. Penerimaan pembayaran dari lessee kepadalessor (dapat melalui supplier/dealer), yang meliputi: Pembayaran pertama, antara lain: 1. Security deposit. 2. Angsuran lease pertama, jika in advance. 3. Premi asuransi, untuk tahun pertama. 4. Biaya administrasi. 5. Pembayaran pertama lainnya, jika ada. Pembayaran berikutnya, antara lain: 1. Angsuran lease berikutnya, berupa cheque/bilyet giro mundur. 2. Pembayaran premi asuransi, untuk tahun berikutnya. 3. Pembayaran lainnya, jika ada. j. Tahap Pembayaran Kepada Supplier Setelah barang modal diserahkan oleh supplier kepada lessee, selanjutnya supplierakan melakukan penagihan kepada lessor, dengan melampirkan hal-hal sebagai berikut: 1. Kuitansi penuh 2. Kuitansi uang muka dan/ atau bukti pelunasan uang muka 3. Confirm purchase order 4. Bukti pengiriman dan surat tanda penerimaan barang 5. Gesekan rangka dan mesin 6. Surat pernyataan BPKB 7. Kunci duplikat, jika ada 8. Surat jalan Sebelum pembayaran barang modal dilakukan olehlessor kepada supplier, lessor akan melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Melakukan penutupan pertanggungan asuransi ke perusahaan asuransi yang telah ditunjuk oleh lessor. 2. Pemeriksaan seluruh dokumentansi perjanjian lease oleh Credit Administration Department dengan mempergunakan Form Check List Document. k. Tahap Penagihan/Monitoring Pembayaran

53 1. Setelah seluruh proses pembayaran kepada supplier/dealer dilakukan, proses selanjutnya adalah pembayaran lease dari lessee kepada lessor. Adapun sistem pembayaran yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah: Cash Cheque/Bilyet Giro Transfer Ditagih langsung 2. Collection Department akan memonitor pembayaran lease berdasarkan jatuh tempo pembayaran yang telah ditentukan dan berdasarkan sistem pembayaran yang diterapkan. l. Pengambilan Jaminan Setelah lessee melunasi seluruh piutang lease kepada lessor, maka lessor akan mengembalikan hal-hal sebagai berikut kepada lessee, yaitu: 1. Jaminan (BPKB dan/ atau sertifikat dan/ atau faktur/invoice). 2. Pemberitahuan atas pelaksanaan hak opsi. 3. Dokumen lainnya, bila ada. Gambar 4.1 Proses Leasing PT Buana Finance Tbk 10 PT Buana Finance 8 Tbk 8 Konsumen 3 6 9 7 2 4 1 Dealer Sumber : PT Buana Finance Tbk 5

54 4.3 Perhitungan dan Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha di PT Buana Finance Tbk Kasus perhitungan dan perlakuan akuntansi sewa guna usaha baik dari sisi lessor maupun dari sisi lessee. PT XYZ ingin membeli 1 (satu) unittruk Mitsubishi tahun 2011 dengan fasilitas sewa guna usaha dari PT Buana Finance Tbk, untuk maksud itu ia telah mengunjungi dealer. HargatrukMitsubishi yang ditawarkan Rp 500.000.000 on the road. Berdasarkan permohonan PT XYZ, PT Buana Finance Tbk memberikan term & condition sebagai berikut: OTR (on the road) : Rp 500.000.000 Security deposit(30% x OTR) : Rp 150.000.000 - Netto Pembiayaan : Rp 350.000.000 Effective Rate : 17,75% Flat Rate : 8,89% Jangka Waktu : 36 bulan. Provisi : 1% Rate Asuransi : 1,68% Biaya Administrasi : Rp 750.000 Metode pembayaran : Angsuran dibayar di muka (in advance) Jenis pertanggungan secara Total Lost Only (TLO) serta pembayaran pertama dibayarkan langsung kepada PT Buana Finance Tbk. Berdasarkan data-data tersebut, akan didapatkan perhitungan-perhitungan sebagai berikut: 1. Pembayaran Angsuran Bulanan Untuk menghitung angsuran bulanan, dapat dihitung dengan 2 (dua) cara, yaitu dengan mempergunakan pendekatan bunga efektif atau dengan pendekatan bunga flat. a. Pendekatan Bunga Efektif Angsuran : Harga Pembelian Uang Muka 1 + PVIFA (N - 1; R% / 12) : Netto Pembiayaan 1 + PVIFA (N -1; R% / 12) : Rp 350.000.000 1 + PVIFA (N = 36-1; R = 17,75%/12) : Rp 350.000.000 1 + PVIFA (N=35;R=0,014792%)

55 : Rp 350.000.000 23,6998 : Rp 14.768.056 Catatan: Present Value Interest Factor Annuitas (PVIFA) b. Pendekatan Bunga Flat Angsuran : (Netto Pembiayaan) + (Netto Pembiayaan x R% x N) N x 12 : (Rp 350.000.000) + (Rp 350.000.000 x 8,89% x 3) 3 x 12 : (Rp 350.000.000) + (Rp93.345.000) 36 : Rp 12.315.139 Catatan: Perhitungan dengan mempergunakan bunga flat tidak menguntungkan dari sisi komersial lessor, tetapi menguntungkan lessee. 2. Pembayaran Pertama yang Harus Dibayar oleh PT XYZ kepada PT Buana Finance Tbk adalah: Tabel 4.1 Total Angsuran Awal Security deposit (30% x OTR) Rp 150.000.000 Biaya Administrasi Rp 750.000 Premi Asuransi (1,68% x OTR) Rp 8.400.000 Provisi (1% x OTR) Rp 5.000.000 Biaya Notaris (0,1% x OTR) Rp 500.000 Angsuran Bulan Pertama Rp 12.315.139 Total Rp 176.965.139 Sumber : PT Buana Finance Tbk Berdasarkan data-data tersebut di atas, maka PT Buana Finance Tbk akan membukukan transaksi melalui jurnal-jurnal sebagai berikut: 1. Memorial Jurnal Pengakuan Kontrak Piutang Sewa Guna Usaha Rp 443.345.000

56 Opsi Beli Rp 150.000.000 Piutang PT XYZ Rp 176.965.139 Hutang Kepada Dealer Rp 500.000.000 Pendapatan SGU ditangguhkan Rp 93.345.000 Pendapatan Biaya Administrasi Rp 750.000 Pendapatan Provisi Rp 5.000.000 Biaya Notaris Rp 500.000 Premi Asuransi Rp 8.400.000 Angsuran pertama SGU Rp 12.315.139 Security deposit Rp 150.000.000 Catatan: a. Jumlah piutang sewa guna usaha didapat dari jumlah angsuran sewa guna usaha dikalikan dengan jangka waktu (36). Rp 12.315.139 x 36 bulan= Rp 443.345.000 b. Pendapatan sewa guna usaha yang ditangguhkan didapat dari selisih piutang sewa guna usaha dikurangi dengan netto pembiayaan. Rp 443.345.000 Rp 350.000.000= Rp 93.445.000 2. Memorial Jurnal Pengakuan Kontrak Cash/Bank Rp 176.965.139 Piutang PT XYZ Rp 176.965.139 3. Pembayaran Kepada Dealer Hutang Supplier Rp 500.000.000 Cash/Bank Rp 500.000.000 Setelah pembayaran kepada dealer dilakukan oleh PT Buana Finance Tbk, maka transaksi tersebut dapat dihitung dalam laporan keuangan PT Buana Finance Tbk dan PT XYZ sebagai berikut: Piutang Sewa Guna Usaha Rp 431.029.861 Opsi Beli Rp 150.000.000 Security Deposit (Rp 150.000.000) Pendapatan SGU Ditangguhkan (Rp 93.345.000) Netto Rp 337.684.861

57 Catatan: a. Biaya administrasi yang didapat dari PT XYZ sebesar Rp 750.000 dibukukan langsung sebagai pendapatan biaya administrasi. b. Piutang sewa guna usaha Rp 443.345.000 harus dikurangi sebesar Rp12.315.139 hasilnya Rp 431.029.861 karena pembayaran angsuran sewa guna usaha dilakukan secara di muka. 4. Pembayaran Premi Asuransi dan Notaris oleh PT Buana Finance Tbk Hutang Asuransi Rp 8.400.000 Cash/Bank Rp 8.400.000 Pendapatan Diskon Asuransi Rp - Biaya Notaris Rp 500.000 Cash/Bank Rp 500.000 Setelah pembayaran asuransi dan notaris dilakukan oleh PT Buana Finance Tbk, maka tampilan neraca PT Buana Finance Tbk menjadi sebagai berikut: 5. Memorial Jurnal Pengakuan Pendapatan dan Biaya Sebelum melakukan jurnal pengakuan pendapatan bagi PT Buana Finance Tbk dan pengakuan biaya oleh PT XYZ, dapat diasumsikan sebagai berikut: a. Kontrak mulai diberlakukan sejak tanggal 24 September 2011. b. Aktiva sewa guna usaha akan disusutkan selama 5 (lima) tahun dengan metode garis lurus. c. Pengakuan biaya dan pendapatan dilakukan setiap akhir bulan. d. Amortisasi atas pembayaran asuransi dilakukan secara garis lurus. Berdasarkan asumsi tersebut maka pada tanggal 30 September 2011 masingmasing perusahaan akan membukukan hal-hal sebagai berikut: a. Memorial Jurnal yang akan dibuat oleh PT Buana Finance Tbk adalah sebagai berikut: Pendapatan SGU Ditangguhkan Rp 500.336 Pendapatan SGU Rp 500.336 Catatan: Pendapatan sewa guna usaha/biaya bunga SGU didapat dari: 6/360 x (Rp 350.000.000,00 (-) Rp 12.315.139) x 8,89%= Rp 500.336 1. Dimana Rp 350.000.000 adalah nilai netto pembiayaan.

58 2. Dikurangi Rp 12.315.139 dikarenakan angsuran sewa guna usaha dilakukan dengan metode pembayaran di muka. 3. Hari bunga flat yang selama bulan September adalah 6 hari b. Memorial Jurnal yang akan dibuat oleh PT XYZ adalah sebagai berikut: Biaya Bunga SGU Rp500.336 Biaya Penyusutan Aktiva SGU Rp 5.833.333 Biaya Asuransi Rp 233.333 Utang Bunga SGU Rp500.336 Akumulasi Penyusutan Aktiva SGU Rp 5.833.333 Asuransi dibayar di muka Rp 233.333 Catatan: 1. Biaya penyusutan didapat dari nilai asset Rp 350.000.000 dikali 20% dibagi dengan 12 sehingga didapat nilai perbulan sebesar Rp 5.833.333 (umur asset 5 tahun). 2. Biaya Asuransi Rp 233.333 didapat dari total premi Rp 8.400.000 dibagi 36 bulan. Untuk memudahkan perhitungan pengakuan bunga dan pendapatan bunga bagi lessor dan lessee, terlampir tabel kartu pembayaran lease.

59 Tabel 4.2 Effective Rate Schedule No. Installment Principal Interest Principal Balance Interest Balance 1 Rp 14.768.056 Rp 9.722.222 Rp 5.045.833 Rp 340.277.778 Rp 88.302.083 2 Rp 14.627.894 Rp 9.722.222 Rp 4.905.671 Rp 330.555.555 Rp 83.396.412 3 Rp 14.487.731 Rp 9.722.222 Rp 4.765.509 Rp 320.833.333 Rp 78.630.903 4 Rp 14.347.569 Rp 9.722.222 Rp 4.625.347 Rp 311.111.111 Rp 74.005.556 5 Rp 14.207.407 Rp 9.722.222 Rp 4.485.185 Rp 301.388.889 Rp 69.520.370 6 Rp 14.067.245 Rp 9.722.222 Rp 4.345.023 Rp 291.666.667 Rp 65.175.347 7 Rp 13.927.083 Rp 9.722.222 Rp 4.204.861 Rp 281.944.444 Rp 60.970.486 8 Rp 13.786.921 Rp 9.722.222 Rp 4.064.699 Rp 272.222.222 Rp 56.905.787 9 Rp 13.646.759 Rp 9.722.222 Rp 3.924.537 Rp 262.500.000 Rp 52.981.250 10 Rp 13.506.597 Rp 9.722.222 Rp 3.784.375 Rp 252.777.778 Rp 49.196.875 11 Rp 13.366.435 Rp 9.722.222 Rp 3.644.213 Rp 243.055.556 Rp 45.552.662 12 Rp 13.226.273 Rp 9.722.222 Rp 3.504.051 Rp 233.333.333 Rp 42.048.611 13 Rp 13.086.111 Rp 9.722.222 Rp 3.363.889 Rp 223.611.111 Rp 38.684.722 14 Rp 12.945.949 Rp 9.722.222 Rp 3.223.727 Rp 213.888.889 Rp 35.460.995 15 Rp 12.805.787 Rp 9.722.222 Rp 3.083.565 Rp 204.166.667 Rp 32.377.431 16 Rp 12.665.625 Rp 9.722.222 Rp 2.943.403 Rp 194.444.444 Rp 29.434.028 17 Rp 12.525.463 Rp 9.722.222 Rp 2.803.241 Rp 184.722.222 Rp 26.630.787 18 Rp 12.385.301 Rp 9.722.222 Rp 2.663.079 Rp 175.000.000 Rp 23.967.708 19 Rp 12.245.139 Rp 9.722.222 Rp 2.522.917 Rp 165.277.778 Rp 21.444.792 20 Rp 12.104.977 Rp 9.722.222 Rp 2.382.755 Rp 155.555.556 Rp 19.062.037 21 Rp 11.964.815 Rp 9.722.222 Rp 2.242.593 Rp 145.833.333 Rp 16.819.444 22 Rp 11.824.653 Rp 9.722.222 Rp 2.102.431 Rp 136.111.111 Rp 14.717.014 23 Rp 11.684.491 Rp 9.722.222 Rp 1.962.269 Rp 126.388.889 Rp 12.754.745 24 Rp 11.544.329 Rp 9.722.222 Rp 1.822.106 Rp 116.666.667 Rp 10.932.639 25 Rp 11.404.167 Rp 9.722.222 Rp 1.681.944 Rp 106.944.444 Rp 9.250.694 26 Rp 11.264.005 Rp 9.722.222 Rp 1.541.782 Rp 97.222.222 Rp 7.708.912 27 Rp 11.123.843 Rp 9.722.222 Rp 1.401.620 Rp 87.500.000 Rp 6.307.292 28 Rp 10.983.681 Rp 9.722.222 Rp 1.261.458 Rp 77.777.778 Rp 5.045.833 29 Rp 10.843.519 Rp 9.722.222 Rp 1.121.296 Rp 68.055.556 Rp 3.924.537 30 Rp 10.703.356 Rp 9.722.222 Rp 981.134 Rp 58.333.333 Rp 2.943.403 31 Rp 10.563.194 Rp 9.722.222 Rp 840.972 Rp 48.611.111 Rp 2.102.431 32 Rp 10.423.032 Rp 9.722.222 Rp 700.810 Rp 38.888.889 Rp 1.401.620 33 Rp 10.282.870 Rp 9.722.222 Rp 560.648 Rp 29.166.667 Rp 840.972 34 Rp 10.142.708 Rp 9.722.222 Rp 420.486 Rp 19.444.444 Rp 420.486 35 Rp 10.002.546 Rp 9.722.222 Rp 280.324 Rp 9.722.222 Rp 140.162 36 Rp 9.862.384 Rp 9.722.222 Rp 140.162 Rp 0 Rp 0 Total Rp 443.347.917 Rp 350.000.000 Rp 93.347.917 Sumber : PT Buana Finance Tbk

60 Tabel 4.3Flat Rate Schedule No. Installment Principal Interest Principal Balance Interest Balance Rp 350.000.000 Rp 93.345.000 1 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 340.277.778 Rp 90.752.083 2 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 330.555.556 Rp 88.159.167 3 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 320.833.333 Rp 85.566.250 4 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 311.111.111 Rp 82.973.333 5 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 301.388.889 Rp 80.380.417 6 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 291.666.667 Rp 77.787.500 7 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 281.944.444 Rp 75.194.583 8 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 272.222.222 Rp 72.601.667 9 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 262.500.000 Rp 70.008.750 10 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 252.777.778 Rp 67.415.833 11 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 243.055.556 Rp 64.822.917 12 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 233.333.333 Rp 62.230.000 13 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 223.611.111 Rp 59.637.083 14 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 213.888.889 Rp 57.044.167 15 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 204.166.667 Rp 54.451.250 16 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 194.444.444 Rp 51.858.333 17 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 184.722.222 Rp 49.265.417 18 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 175.000.000 Rp 46.672.500 19 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 165.277.778 Rp 44.079.583 20 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 155.555.556 Rp 41.486.667 21 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 145.833.333 Rp 38.893.750 22 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 136.111.111 Rp 36.300.833 23 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 126.388.889 Rp 33.707.917 24 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 116.666.667 Rp 31.115.000 25 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 106.944.444 Rp 28.522.083 26 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 97.222.222 Rp 25.929.167 27 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 87.500.000 Rp 23.336.250 28 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 77.777.778 Rp 20.743.333 29 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 68.055.556 Rp 18.150.417 30 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 58.333.333 Rp 15.557.500 31 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 48.611.111 Rp 12.964.583 32 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 38.888.889 Rp 10.371.667 33 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 29.166.667 Rp 7.778.750 34 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 19.444.444 Rp 5.185.833 35 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 36 Rp 12.315.139 Rp 9.722.222 Rp 2.592.917 Rp 0 Rp 0 Total Rp 443.345.000 Rp 350.000.000 Rp 93.345.000 Sumber : PT Buana Finance Tbk

61 Laporan Keuangan PT Buana Finance Tbk Bulan September 2011 Piutang Sewa Guna Usaha Rp 431.029.861 Opsi Beli Rp 150.000.000 Security Deposit (Rp 150.000.000) Pendapatan SGU Ditangguhkan (Rp 92.844.664) Netto Rp 338.185.197 Penurunan pendapatan SGU ditangguhkan Rp 93.345.000 dikurangi Rp 500.336 akibat dari pengakuan pendapatan yang langsung dimasukkan sebagai pendapatan bulan berjalan mendapatkan hasil RP 92.844.664. Laporan Keuangan PT XYZ Bulan September 2011 Pendapatan Sewa Guna Usaha Rp 350.000.000 Akumulasi Penyusutan Aktiva SGU (Rp 5.833.333) Nilai Buku Aktiva SGU Rp 344.166.667 Security Deposit Rp 150.000.000 Asuransi dibayar di muka Rp 8.166.667 Utang Sewa Guna Usaha Rp 337.684.861 Utang Bunga Sewa Guna Usaha Rp 500.336 Catatan: UtangSGU didapat darirp 338.185.197 Rp 500.336= Rp 337.684.861 6. Jurnal pada Tanggal 24 Oktober 2011 a. Jurnal yang dilakukan oleh PT Buana Finance Tbk adalah sebagai berikut: Bank/Cash Rp12.315.139 Piutang SGU Rp 12.315.139 b. Jurnal yang dilakukan oleh PT XYZ adalah sebagai berikut: Utang Bunga SGU Rp 500.336 Angsuran Hutang SGU Rp 9.722.222 Biaya Bunga SGU Rp2.092.581

62 Bank/Cash Rp 12.315.139 Adanya pembayaran angsuran SGU yang dilakukan PT XYZ akan mengakibatkan posisi keuangan masing-masing perusahaan menjadi sebagai berikut: Laporan Keuangan PT Buana Finance Tbk Bulan Oktober 2011 Piutang Sewa Guna Usaha Rp 418.714.722 Opsi Beli Rp 150.000.000 Security Deposit (Rp 150.000.000) Pendapatan SGU ditangguhkan (Rp 92.844.664) Netto Rp 325.870.058 Catatan: Piutang SGU diperoleh dari Rp 431.029.861 Rp 12.315.139= Rp 418.714.722 Laporan Posisi KeuanganPT XYZ Bulan Oktober 2011 Aktiva Sewa Guna Usaha Rp 350.000.000 Akumulasi Penyusutan Aktiva SGU (Rp 5.833.333) Nilai Buku Aktiva SGU Rp 344.166.667 Security Deposit Rp 150.000.000 Asuransi dibayar di muka Rp 8.166.667 Utang Sewa Guna Usaha Rp 327.962.639 Catatan: Utang SGU diperoleh dari Rp 325.870.058 + Rp 2.092.581= Rp 327.962.639 Demikian seterusnya, mengikuti pola No. 5 untuk pengakuan pendapatan dan biaya dan pola No. 6 untuk pembayaran angsuran bulanan sampai dengan selesai. 7. Pada Saat Kontrak Berakhir a. Jurnal yang dilakukan oleh PT Buana Finance Tbk adalah sebagai berikut: Security deposit Rp 150.000.000 Opsi Beli Rp 150.000.000

63 b. Jurnal yang dilakukan oleh PT XYZ adalah sebagai berikut: Aktiva Tetap Rp 150.000.000 Akumulasi Penyusutan Aktivaa SGU Rp 210.000.000 Kerugian Pengalihan Aktiva SGU Rp 140.000.000 Security deposit Rp 150.000.000 Aktiva Sewa Guna Usaha Rp 350.000.000 Catatan: Akumulasi Penyusutan Aktiva SGU diperoleh dari 36/60 x Rp 350.000.000= Rp 210.000.000 Kerugian Pengalihan Aktiva diperoleh dari Rp 350.000.000 Rp 210.000.000 = Rp 140.000.000 Demikianlah pembukuan transaksi sewa guna usaha secara finance lease ditinjau dari sisi lessor maupun dari sisi lessee. 4.4 Perlakuan Pajak Penghasilan Atas Perjanjian Leasing Pada tahun 2011 terdapat 80 konsumen yang melakukan perjanjian sewa guna usaha Truk Merk Mitsubishi, maka dapat dihitung jumlah pendapatan yang diperoleh oleh PT Buana Finance Tbk, yaitu sebesar: Penghasilan Kena Pajak (1 Januari s/d 31 Desember 2011) Pendapatan: Pendapatan bunga (80 x Rp 2.592.917 x 12 bulan) = Rp 2.489.200.002 Pendapatan dari administrasi (80 x Rp 750.000 x 12 bulan) = Rp 720.000.000 Total Pendapatan =Rp 3.209.200.002 Beban: Beban administrasi (0,5%dari beban laporan keuanganrp 86.503.803.729) = Rp432.519.019 Laba Sebelum Pajak Penghasilan / Penghasilan Kena Pajak = Rp2.776.680.983 Pajak Penghasilan Tahun 2011: Penghasilan Kena Pajak Rp 2.776.680.983 Pajak Penghasilan Terutang; 25% x Rp 2.776.680.983 = Rp 694.170.246 Kredit Pajak;

64 PPh 23 (2% x Rp 2.776.680.983) = Rp 55.533.620 PPh yang masih harus dibayar = Rp638.636.626 Jadi pajak yang masih harus dibayarkan oleh PT Buana Finance Tbk untuk tahun 2011 adalah sebesar Rp 638.636.626. 4.5 Perlakuan Pajak Penghasilan Pada Perjanjian Leasing yang Mengalami Terminasi Tabel 4.4 Data Early Termination Bulan Unit Angkutan Darat yang Terjual Unit Truk Merk Mitsubishi yang Terjual Early Termination Truck Mitsubishi 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 Januari 28 34 39 8 5 7 3 5 Februari 23 29 34 4 6 9 3 Maret 25 36 36 6 11 13 2 3 8 April 28 30 37 10 9 11 5 4 Mei 31 31 40 8 8 12 3 2 7 Juni 27 42 38 6 9 8 4 Juli 37 27 34 10 12 7 2 5 2 Agustus 30 32 49 5 6 16 5 September 26 29 45 6 5 14 4 4 4 Oktober 29 30 42 7 9 10 2 4 November 22 33 38 4 15 17 2 5 Desember 26 30 37 6 11 10 4 4 TOTAL 332 383 469 80 106 134 25 38 33 Sumber : PT Buana Finance Tbk Dalam transaksi sewa guna usaha yang terjadi antara pihak PT Buana Finance Tbk selaku lessor dan pihak konsumen selaku lessee ternyata berakhir tidak sesuai dengan kesepakatan.

65 Pada pembayaran sewa ke-12 bulan Mei tahun 2011, terdapat 3 orang konsumen yang ingin mengakhiri masa sewa guna usaha dengan membayar sekaligus sisa pembayaran sewa dikarenakan alasan ekonomis. Oleh karena itu, bagi pihak lessor akan timbul akumulasi penerimaan leasepayment untuk periode ke 12 sampai dengan periode ke 36 yang terdiri dari angsuran pokok pembiayaan dan imbalan jasa sewa guna usaha (leasefee). Pemutusan atau percepatan masa sewa guna usaha ini akan mengakibatkan terkoreksinya Penghasilan Kena Pajak bagi PT Buana Finance Tbk pada tahun yang bersangkutan. Keuntungan fiskal yang diperolehlessor dihitung berdasarkan akumulasi imbalan jasa sewa guna usaha (leasefee) yang diterima pada tahun yang bersangkutan ditambah penalti yang dibebankan lessor kepadalessee akibat dipercepatnya masa sewa guna usaha. Dalam hal ini, jumlah pinalti yang dibebankan oleh PT Buana Finance Tbk kepadalessee adalah sebesar 7,5% dari hutang pokok. Apabila terjadi early termination dimana pembayaranleasedilunasi sebelum berakhirnya kontrak seperti yang terjadi pada PT Buana Finance Tbk di atas, maka selisih antara pembayaran yang dilakukan dengan sisa kewajiban dibebankan atau dikreditkan pada tahun berjalan. PT Buana Finance Tbk dapat mencatat ayat jurnal sebagai berikut: 1. Jurnal pada saat awal kontrakleasing Piutang sewa guna usaha Rp 443.345.000 Kendaraan Rp 350.000.000 Pendapatan SGU ditangguhkan Rp 93.345.000 Catatan: a. Piutang sewa guna usaha Diperoleh dari total jumlah pembayaran berkala yang dilakukan olehlessee mulai dari pembayaran berkala pertama sampai dengan pembayaran berkala terakhir. b. Kendaraan Merupakan jumlah pokok hutang yang diterima oleh PT Buana Finance Tbk. c. Pendapatan bunga yang belum diakui Diperoleh dari akumulasi pembayaran bunga dari periode pertama sampai dengan periode ke-36.

66 2. Jurnal pada saat penerimaan pembayaranlease bulan pertama darilessee Kas Rp 12.315.139 Piutang sewa guna usaha Rp 12.315.139 Pendapatan bunga yang belum diakui Rp 2.592.917 Pendapatan sewa guna usaha Rp 2.592.917 Catatan: a. Kas dan piutang sewa guna usaha Merupakan jumlah angsuranyang dibayarkantiap bulannya yaitu sebesar Rp 12.315.139 b. Pendapatan bunga yang belum diakui dan pendapatan sewa guna usaha Merupakan jumlah angsuran bunga pertama yang harus dibayarkan, yaitu sebesar Rp 2.592.917 3. Pada Saat Terjadi Terminasi Pada saat terjadi terminasi yaitu pada saat pembayaran angsuran ke-12, maka PT Buana Finance Tbk mencatat jurnal sebagai berikut: Kas Rp 330.969.357 Pendapatan yang belum diakui Rp 64.822.917 Piutang sewa guna usaha Rp 307.878.472 Imbalan jasa sewa guna usaha Rp 64.822.917 Pinalti sewa guna usaha Rp 23.090.885 Adapun angka-angka dalam jurnal tersebut diperoleh dari hasil perhitungan di bawah ini: a. Kas Merupakan penjumlahan dari pembayaran angsuran pokok sewa mulai periode ke-12 sampai dengan periode ke-36 dengan jumlah pinalti yang dibebankan pada konsumen (lessee). Perhitungan: Angsuran pokok sewa ke-12 s/d ke-36 = Rp 307.878.472 Pinalti sewa guna usaha (7,5% x Rp 307.878.472) = Rp 23.090.885 Total kas = Rp 330.969.357 b. Pendapatan yang belum diakui

67 Merupakan akumulasi dari penerimaan bunga periode ke-12 sampai dengan periode ke-36, yaitu sebesar Rp 64.822.917. c. Piutang sewa guna usaha Diperoleh dari akumulasi pembayaran sewa ke-12 sampai dengan ke-36 dikurangi akumulasi pembayaran bunga periode ke-12 sampai dengan periode ke-36. Perhitungan: Pembayaran leasing (periode 12 s/d 36) = Rp307.878.472 Pembayaran bunga (periode 12 s/d 36) = (Rp 64.822.917) Total piutang sewa guna usaha = Rp 243.055.555 d. Pendapatan lain-lain / pinalti sewa guna usaha Merupakan pendapatan yang diperoleh dari pembayaran denda karena percepatan masa sewa guna usaha. Pinalti tersebut dihitung sebesar 7,5% dari akumulasi pembayaran sewa guna usaha periode ke-12 sampai dengan periode ke-36, yaitu sebesar 7,5% x Rp 307.878.472 = Rp 23.090.885.

68 Tabel 4.5SkedulLease pada Saat Terjadi Terminasi No. Installment Principal Interest Principal Balance Interest Balance Rp350.000.000 Rp93.345.000 1 Rp12.315.139 Rp9.722.222 Rp2.592.917 Rp340.277.778 Rp90.752.083 2 Rp12.315.139 Rp9.722.222 Rp2.592.917 Rp330.555.556 Rp88.159.167 3 Rp12.315.139 Rp9.722.222 Rp2.592.917 Rp320.833.333 Rp85.566.250 4 Rp12.315.139 Rp9.722.222 Rp2.592.917 Rp311.111.111 Rp82.973.333 5 Rp12.315.139 Rp9.722.222 Rp2.592.917 Rp301.388.889 Rp80.380.417 6 Rp12.315.139 Rp9.722.222 Rp2.592.917 Rp291.666.667 Rp77.787.500 7 Rp12.315.139 Rp9.722.222 Rp2.592.917 Rp281.944.444 Rp75.194.583 8 Rp12.315.139 Rp9.722.222 Rp2.592.917 Rp272.222.222 Rp72.601.667 9 Rp12.315.139 Rp9.722.222 Rp2.592.917 Rp262.500.000 Rp70.008.750 10 Rp12.315.139 Rp9.722.222 Rp2.592.917 Rp252.777.778 Rp67.415.833 11 Rp12.315.139 Rp9.722.222 Rp2.592.917 Rp243.055.556 Rp64.822.917 12 Rp307.878.475 Rp243.055.556 Rp64.822.917 Rp - Rp - 13 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - 14 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - 15 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - 16 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - 17 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - 18 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - 19 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - 20 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - 21 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - 22 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - 23 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - 24 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - 25 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - 26 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - 27 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - 28 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - 29 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - 30 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - 31 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - 32 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - 33 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - 34 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - 35 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - 36 Rp - Rp - Rp - Rp - Rp - Total Rp466.435.885 Rp350.000.000 Rp93.345.000 Pinalti Rp23.090.886 Sumber : PT Buana Finance Tbk

69 Berdasarkan perhitungan-perhitungan di atas, maka besarnya Pajak Penghasilan yang harus dibayarkan oleh pihak PT Buana Finance Tbk akibat pemutusan masa Sewa Guna Usaha pada kasus terminasi bulan Mei 2011 dapat dihitung sebagai berikut: Penghasilan Kena Pajak ( Periode 1 Januari s/d 31 Desember 2011): Pendapatan bunga (77 org x Rp 2.592.917 x 12 bulan) = Rp 2.395.855.308 Pendapatan dari administrasi (80 org x Rp750.000x 12 bulan) = Rp 720.000.000 Total pendapatan Rp3.115.855.308 Pembayaran leasing (3 org x Rp 12.315.139 x 4 bulan) = Rp 147.781.668 Angsuran pokok (3 org x Rp 9.722.222 x 4 bulan) = Rp 116.666.664 Total pendapatan = Rp 31.115.004 Penghasilan Kena Pajak akibat pemutusan masa sewa guna usaha adalah dihitung berdasarkan: Akumulasi imbalan jasa sewa guna usaha + pendapatan pinalti Untuk kasus di atas, maka pendapatan pinaltinya adalah sebesar: 3 orang x Rp23.090.885= Rp 69.272.655 Jadi besarnya Penghasilan Kena Pajak PT Buana Finance Tbk untuk tahun pajak 2012 dengan adanya early termination adalah sebesar: Rp 3.115.855.308+Rp 31.115.004 + Rp 69.272.655 = Rp 3.216.242.967 Perhitungan Pajak Penghasilan PT Buana Finance Tbk tahun 2011 apabila terjadi terminasi adalah sebagai berikut: Pendapatan: Pendapatan dengan adanya terminasi = Rp3.216.242.967 Beban: Beban administrasi = Rp 432.519.019 Laba sebelum Pajak / Penghasilan Kena Pajak = Rp2.783.723.948 Pajak Penghasilan Tahun 2011 adalah: Penghasilan Kena Pajak Rp2.783.723.948

70 Pajak Penghasilan Terutang; 25% x Rp 2.783.723.948 = Rp 695.930.987 Kredit Pajak; PPh 23 (2% x Rp 2.783.723.948) = Rp 55.674.479 PPh yang masih harus dibayar = Rp 640.256.508 Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa besarnya Pajak Penghasilan (PPh) yang masih harus dibayar PT Buana Finance Tbk akibat pemutusan transaksi sewa guna usaha pada tahun 2011 adalah sebesar Rp 640.256.508. Dari hasil Pajak Penghasilan berdasarkan Unit Truk Mitsubishi dan data perhitungan Pajak yang mengalami terminasi tersebut maka dianalisispajak penghasilan secara keseluruhan perusahaan PT Buana Finance Tbk berdasarkan pendapatan yang didapat pada data laporan keuangan sebagai berikut: Tabel 4.6 Pajak Penghasilan BadanTahun 2011 2013 Pajak kini Penghasilan kena pajak Taksiran beban pajak penghasilan tahun berjalan Dikurangi: Pajak dibayar dimuka Utang pajak penghasilan badan 2011 2012 2013 137.570.378.906 203.816.416.980 184.952.888.002 34.392.594.727 50.954.104.245 46.238.222.001 (23.472.617.000) (41.110.802.000) (39.453.238.000) 10.919.977.727 9.843.302.245 6.784.984.001 Sumber : Penulis 4.6 Hak Kepemilikan Aset (Dokumen Legalnya) Sewa guna usaha (leasing) atau sering disingkat SGU adalah kegiatan pembiayaan dengan menyediakan barang modal baik dengan hak opsi (finance lease)

71 maupun tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran. Hak opsi adalah hak untuk membeli objek sewa guna usaha setelah berakhirnya perjanjian berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama. Pengadaan Barang Modal dapat juga dilakukan dengan cara membeli barang penyewa guna usaha yang kemudian disewagunausahakan kembali. Sepanjang perjanjian SGU, hak milik atas barang modal berada pada lessee. Namun, hak atas kendaraan yang disewagunausahakan dipegang oleh lessor sampai dengan masa sewa guna usaha berakhir. Tabel 4.7Perbedaan Pengakuan Pendapatan dan Beban antara Standar Akuntansi dan Peraturan Perpajakan PSAK No. 30 (Revisi KMK No. 2007) tentang Sewa 1169/KMK.01/1991 Capital Lease Persyaratan 1. Penyewa guna 1. Jumlah (Sewa Guna usaha memiliki hak pembayaran sewa- Usaha dengan opsi untuk membeli guna-usaha selama Hak Opsi) aktiva yang masa sewa-guna- disewagunausaha usaha pertama pada akhir masa sewa ditambah dengan nilai guna usaha dengan sisa barang modal, harga yang telah harus dapat menutup disetujui bersama harga perolehan pada saat dimulainya barang modal dan perjanjian sewa guna keuntungan lessor; usaha.

72 Pendapatan & Biaya Lessor 2. Seluruh pembayaran berkala yang dilakukan oleh penyewa guna usaha ditambah dengan nilai sisa mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang disewa gunausaha serta bunganya, sebagai keuntungan perusahaan sewa guna usaha (full payout lease). 3. Masa sewa guna usaha minimum 2 (dua) tahun. a. Selisih antara piutang sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) dengan harga perolehan aktiva yang disewagunausahakan diperlakukan sebagai pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui (unearned lease income). 2. Masa sewa-gunausaha ditetapkan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun untuk barang modal Golongan I, 3 (tiga) tahun untuk barang modal Golongan II dan III, dan 7 (tujuh) tahun untuk Golongan bangunan; 3. Perjanjian sewaguna-usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee. 1. Penghasilan lessor yang dikenakan Pajak Penghasilan adalah sebagian dari pembayaran sewa guna usaha dengan hak opsi yang berupa imbalan jasa sewa guna usaha;

73 b. Pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui harus dialokasikan secara konsisten sebagai pendapatan tahun berjalan berdasarkan suatu tingkat pengembalian berkala (periodic rate of return) atas penanaman neto perusahaan sewa guna usaha. c. Apabila perusahaan sewa guna usaha menjual barang modal kepada penyewa guna usaha sebelum berakhirnya masa sewa guna usaha, maka perbedaan antara harga jual dengan penanaman neto dalam sewa guna usaha pada saat penjualan dilakukan harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian periode berjalan. 2. Lessor tidak boleh menyusutkan atas barang modal yang disewa-gunausahakan dengan hak opsi; 3.Lessor dapat membentuk cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya sejumlah 2,5% (dua setengah persen) dari rata-rata saldo awal dan saldo akhir piutang sewa-gunausaha dengan hak opsi.

74 Biaya Lessee d. Pendapatan lain yang diterima sehubungan dengan transaksi Sewa Guna Usaha harus diakui dan dicatat sebagai pendapatan periode berjalan. 1. Pembayaran sewa guna usaha (lease payments) selama tahun berjalan yang diperoleh dari penyewa guna usaha diakui dan dicatat sebagai pendapatan sewa. Pendapatan sewa harus diakui dan dicatat berdasarkan metode garis lurus sepanjang masa sewa guna usaha, meskipun pembayaran sewa guna usaha mungkin dilakukan dalam Jumlah yang tidak sama setiap periode. Selama masa sewaguna-usaha, lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang disewa-guna-usaha, sampai saat lessee menggunakan hak opsi untuk membeli; setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut, lessee melakukan penyusutan dan dasar penyusutannya adalah nilai sisa (residual value) barang modal yang bersangkutan; pembayaran sewaguna-usaha yang dibayar atau terutang oleh lessee kecuali

75 2. Penyusutan aktiva yang disewagunausahakan harus dilakukan dalam Jumlah yang layak berdasarkan taksiran masa manfaatnya. pembebanan atas tanah, merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto lessee sepanjang transaksi sewa-gunausaha tersebut memenuhi ketentuan 3. BUKAN OBJEK PPh 23 dan PPN kareana dianggap sebagai JASA PEMBIAYAAN (UU PPN pasal 4A-d)