BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Ali Ahmad Keliobas J

BAB I PENDAHULUAN. perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan. berkembang secara optimal, baik fisik, mental, maupun sosial dan

EFEKTIFITAS KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH ANAK DEMAM USIA 1-3 TAHUN DI SMC RS TELOGOREJO SEMARANG

Efektivitas Pemberian Kompres Hangat Pada Axilla dan Servikal (Leher) dalam Penurunan Demam Anak di RSU Kota Tangerang Selatan

Efektifitas Kompres Hangat Dalam Menurunkan Demam Pada Pasien Thypoid Abdominalis Di Ruang G1 Lt.2 RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo,

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan. Disusun oleh : Ali Ahmad Keliobas J

Tasnim 1) JIK Vol. I No.16 Mei 2014: e-issn:

TEKNIK KOMPRES DENGAN HOTPACK UNTUK MENURUNKAN DEMAM PADA KLIEN DHF DI RUANG ACACIA RUMAH SAKIT EKA BSD TANGERANG

EFEKTIVITAS PEMBERIAN KOMPRES HANGAT DI AXILLA DAN DI FEMORAL TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH PADA ANAK DEMAM USIA PRASEKOLAH DI RSUD AMBARAWA

BAB IV. Pendidikan SMP SMA DIII S1 S2 Jumlah 2.9% 100% S2 3% SMP 29% DIII 15%

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Kusnanto*, Ika Yuni Widyawati*, Indah Sri Cahyanti*

Perbedaan Efektifitas Kompres Hangat Basah Dan Plester Kompres Terhadap Penuruan Suhu Tubuh Anak Demam Typhoid

PERBEDAAN PENURUNAN SUHU TUBUH ANTARA PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT DENGAN TEPID SPONGE BATH PADA ANAK DEMAM

Bartolomeus Maling*)., Ns. Sri Haryani S, S.Kep**), Ns. Syamsul Arif, S.Kep.,M.Kes (Biomed)***)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Padukuhan Geblagan, Tamantirto,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM DENGAN PERILAKU KOMPRES DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA. Skripsi

III. METODE PENELITIAN. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Tentang Lansia yang Diberikan Perlakuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. FAUZI DWI SEPTIAN I4B YULIA NUR CAHYANI I4B INTAN NURDIANA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Yogyakarta secara geografis terletak antara '19" '53"

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERBEDAA EFEKTIVITAS KOMPRES AIR HA GAT DA KOMPRES AIR BIASA TERHADAP PE URU A SUHU TUBUH PADA A AK DE GA DEMAM DI RSUD TUGUREJO SEMARA G

KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH PADA BALITA PUSKESMAS KETAHUN BENGKULU UTARA. Nurhasanah

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Desain dari penelitian ini adalah Pre Experimental dengan pendekatan one

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menyangga tubuh. Bisa dibayangkan apabila tidak jeli untuk menjaga kesehatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN

Tito Yunita Syltami Bardu**) **) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo 2014 ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN Profil Partisipan Pada pengambilan data di lapangan, peneliti memperoleh partisipan

BAB V HASIL PENELITIAN. ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana) terhadap jumlah sel NK dan kadar

Jurnal Ners LENTERA, Vol. 5, No. 1, Maret 2017

BAB I PENDAHULUAN. jamur, atau parasit (Djuwariyah, Sodikin, Yulistiani M; 2013).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS HASIL. (10%); 31, 34, dan 35 tahun berjumlah 3 orang (7,5%); 27 tahun. tahun masing-masing 1 orang (2,5%).

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dalam kriteria penelitian atau masuk dalam drop out sehingga tersisa 105

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII SMPN 3 Tegineneng pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMAN 1 Kasihan memiliki jumlah siswa yang cukup banyak sehingga

Kompres Air Hangat pada Daerah Aksila dan Dahi Terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien Demam di PKU Muhammadiyah Kutoarjo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Hasil Belajar Pretest Kelas Van Hiele dan Bruner

BAB IV ANALISIS DATA. didapatkan. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua tahap

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU DALAM MENANGANI HIPERTERMI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI PAUD MELATI DUSUN SLEKER DESA KOPENG KEC. GETASAN KAB.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Penelitian ini dilakukan di Poltekkes YRSU Dr.Rusdi. Jl.H Adam Malik

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MENCUCI TANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal

BAB IV HASIL PENELITIAN. pembahasannya tentang Penerapan Metode Pembelajaran Aktif Tipe Team

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan di

III. METODE PENELITIAN

PENGARUH TEKNIK SQ3R TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mengkaji perbandingan terhadap pengaruh (efek) pada kelompok

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengambilan data lapangan terhadap perawat yang bekerja di shift malam

KOMPRES HANGAT MENURUNKAN NYERI PERSENDIAN OSTEOARTRITIS PADA LANJUT USIA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN FREKUENSI HOSPITALISASI ANAK DENGAN KEMAMPUAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRE SCHOOL PENDERITA LEUKEMIA DI RSUD Dr.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kompres adalah bantalan dari linen atau meteri lainnya yang dilipat-lipat,

Total 202 orang 100 %

Keterangan: X1 : Pengukuran Reaksi X2 : Pengukuran Antisipasi Y1 : Penjaga Gawang Sepakbola Y2 : Penjaga Gawang Futsal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1 SDN Mangunsari 07 Salatiga Eksperimen % 2 SDN 03 Karangrejo Kontrol

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Rini Ernawati 1, Herlina Agustin 2 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semua pasien yang dirawat di rumah rakit setiap tahun 50%

5. ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hasil penelitian

BAB IV PELAKSANAAN DAN PENELITIAN

LAPORAN PENELITIAN HIBAH NON KOMPETITIF FK UNLAM

BAB III METODE PENELITIAN

Perbedaan Penurunan Suhu Tubuh Anak Bronchopneumonia yang diberikan Kompres Hangat di Axilla dan Frontal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Responden Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2012/2013. SMP Negeri 3 Kaloran terletak 6 KM dari pusat

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian yang ilmiah pula, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada remaja laki- laki di kelurahan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dengan menggunakan rancangan penelitian eksperimental semu (quasi

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai hubungan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. bentuk Pre-Experimental Design. Penelitian ini terdiri dari satu variabel

III. METODE PENELITIAN. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP N 12 Bandar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Psikologi Binus

ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui perbandingan derajat suhu tubuh sebelum dan sesudah diberikan perlakuan kompres tepid sponge dan kompres air hangat pada anak dengan demam tifoid yang mengalami kenaikan suhu tubuh (hipertermi) di ruang inap anak RSUD Sukoharjo. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 38 responden kemudian dibagi dalam dua kelompok perlakuan (kompres tepid sponge dan kompres air hangat) sehingga sampel dalam tiap-tiap kelompok perlakuan berjumlah 19 responden. Adapun hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut : 1. Karakteristik Responden a. Distribusi frekuensi jenis kelamin responden Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada grafik dibawah ini. 120 80 60 40 20 0 15 4 19 79 21 6 13 19 Grafik 1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin 53 32 Fre. % Fre. % Kel. Kompres Tepid Sponge 68 Kel. Kompres Air Hangat Laki-laki Perempuan Jumlah

54 Berdasarkan distribusi data diatas, diketahui bahwa rata-rata responden adalah pada kelompok perlakuan kompres tepid sponge yang berjenis laki-laki sebanyak 15 responden (79%) dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 4 responden (21%). Kemudian pada kelompok perlakuan kompres air hangat yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 13 responden (68%) dan berjenis kelamin lakilaki sebanyak 6 responden (32%). b. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur Destribusi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada grafik dibawah ini. 120 80 60 40 20 0 1-3 tahun 53 47 47 4-6 tahun 31 19 19 7-10 tahun 16 9 9 1 6 6 10 3 Jumlah Fre. % Fre. % Kel. Kompres Tepid Sponge Kel. Kompres Air Hangat Grafik 2. Distribusi responden berdasarkan umur Berdasarkan distribusi data diatas, diketahui bahwa rata-rata umur responden adalah pada kelompok perlakuan kompres tepid sponge yang berumur 1-3 tahun sebanyak 9 responden (47%), selanjutnya 4-6 tahun sebanyak 9 responden (47%), dan 7-10 tahun sebanyak 1 responden (6%). Kemudian pada kelompok perlakuan kompres air hangat yang berumur 7-10 tahun sebanyak 10 responden

55 (53%), selanjutnya 1-3 tahun sebanyak 6 responden (31%), dan 4-6 tahun sebanyak 3 responden (16%). c. Distribusi frekuensi waktu lama rawat inap Destribusi responden berdasarkan waktu lama rawat inap dapat dilihat pada grafik dibawah ini. 120 80 60 40 20 0 Grafik 3. Distribusi responden berdasarkan waktu lama rawat inap Berdasarkan distribusi data diatas, diketahui bahwa rata-rata waktu lama rawat inap responden adalah pada kelompok perlakuan kompres tepid sponge hari pertama sebanyak 8 responden (42%), hari kedua sebanyak 7 responden (37%), hari ketiga sebanyak 4 responden (21%), dan tiga hari tidak ada responden. Kemudian pada kelompok perlakuan kompres air hangat hari kedua sebanyak 11 responden (58%), hari pertama sebanyak 5 responden (26%), hari ketiga sebanyak 3 responden (16%), dan tiga hari tidak ada responden. 58 42 37 26 21 16 8 7 11 5 4 3 0 0 0 0 Hari pertama Hari kedua Hari ketiga Tiga hari Jumlah Kel. Kompres Tepid Sponge Fre. Kel. Kompres Tepid Sponge % Kel. Kompres Air Hangat Fre. Kel. Kompres Air Hangat % 19 19

56 2. Nilai Derajat Suhu Tubuh Sebelum Diberikan Perlakuan 120 80 37.6-38.00c 60 53 47 38.1-39.00c 40 26 32 19 21 19 21 20 5 10 39.00c 4 6 9 4 Jumlah 0 Fre. % Fre. % Kel. Kompres Tepid Sponge Kel. Kompres Air Hangat Grafik 4. Distribusi derajat suhu tubuh sebelum diberikan perlakuan Berdasarkan distribusi data diatas, diketahui bahwa pada kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan sebagian besar responden mengalami derajat suhu tubuh berkisar antara 38.1-39.0 0 c. Pada kelompok perlakuan kompres tepid sponge responden dengan derajat suhu tubuh 38.1-39.0 0 c sebanyak 10 responden (53%), selanjutnya 37.6-38.0 0 c sebanyak 5 responden (26%), dan 39.0 0 c sebanyak 4 responden (21%). Kemudian pada kelompok perlakuan kompres air hangat responden dengan derajat suhu tubuh 38.1-39.0 0 c sebanyak 9 responden (47%), selanjutnya 37.6-38.0 0 c sebanyak 6 responden (32%), dan 39.0 0 c sebanyak 4 responden (21%). 3. Nilai derajat suhu tubuh setelah diberikan perlakuan 120 80 60 40 20 0 12 6 63 32 19 19 1 5 6 6 7 Fre. % Fre. % Kel. Kompres Tepid Sponge Kel. Kompres Air Hangat 36.0-37.00c 32 32 36 37.1-37.50c 37.50c Jumlah Grafik 5. Distribusi derajat suhu tubuh setelah diberikan perlakuan

57 Berdasarkan distribusi data diatas, diketahui bahwa pada kedua kelompok setelah diberikan perlakuan sebagian besar responden mengalami derajat suhu tubuh berkisar antara 36.0-37.5 0 c. Pada kelompok perlakuan kompres tepid sponge responden dengan derajat suhu tubuh 36.0-37.0 0 c sebanyak 12 responden (63%), selanjutnya 37.1-37.5 0 c sebanyak 6 responden (32%), dan 37.5 0 c sebanyak 1 responden (5%). Sedangkan pada kelompok perlakuan kompres air hangat responden dengan derajat suhu tubuh 37.5 0 c sebanyak 7 responden (36%), selanjutnya 36.0-37.0 0 c sebanyak 6 responden (32%), dan 37.1-37.5 0 c sebanyak 6 responden (32%). 4. Uji Normalitas Hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov dapat dilihat pada table berikut : Tabel 4. Nilai normalitas kompres tepid sponge dan kompres air hangat No Variabel Z hitung p-value Kesimpulan 1 Pre-test 0.784 0.570 Normal 2 Post-test 0.564 0.908 Normal Berdasarkan data pada tabel diatas, hasil uji analisis statistik normalitas menunjukkan data pre-test dan post-test suhu tubuh berdistribusi normal dengan nilai signifikansi atau p-value pre-test 0.570 atau 0.05 dan nilai signifikansi atau p-value post-test 0.908 atau 0.05. Sehingga uji analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji T-Test.

58 5. Perbandingan Keefektifan Kompres Tepid Sponge dan Kompres Air Hangat Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Demam Tifoid Dengan Hipertermi. Hasil uji analisis statistik nilai derajat suhu tubuh dari masingmasing kelompok perlakuan adalah sebgai berikut : Tabel 5. Nilai rata-rata derajat suhu tubuh kelompok kompres tepid sponge Rata-rata derajat suhu tubuh Pre-Test Post-Tes t hitung p-value Kesimpulan 38.611 0 c 36.889 0 c 34.902 0.000 H 0 ditolak Berdasarkan data pada tabel diatas, hasil uji Paired Sample T-Test kelompok perlakuan kompres tepid sponge diperoleh nilai t hitung 34.902 dan nilai signifikansi atau p-value sebesar 0.000, karena nilai signifikansi atau p-value 0.05 (0.000 0.05), maka terdapat perbedaan derajat suhu tubuh, dengan mean rata-rata penurunan suhu tubuh 1.72 0 c. Kesimpulan dari uji Paired Sample T-Tes adalah terdapat perbedaan anatara derajat suhu tubuh sebelum (pre) dan setelah (post) diberikan perlakuan kompres tepid sponge. Tabel 6. Nilai rata-rata derajat suhu tubuh kelompok kompres air hangat Rata-rata derajat suhu tubuh Pre-Test Post-Tes t hitung p-value Kesimpulan 38.500 0 c 37.379 0 c 25.298 0.000 H 0 ditolak Berdasarkan data pada tabel diatas, hasil uji Paired Sample T-Test kelompok perlakuan kompres air hangat diperoleh nilai

59 t hitung 25.298 dan nilai signifikansi atau p-value sebesar 0.000, karena nilai signifikansi atau p-value 0.05 (0.000 0.05), maka terdapat perbedaan derajat suhu tubuh, dengan mean ratarata penurunan suhu tubuh 1.12 0 c. Kesimpulan dari uji Paired Sample T-Tes adalah terdapat perbedaan anatara derajat suhu tubuh sebelum (pre) dan setelah (post) diberikan perlakuan kompres air hangat. Hasil penelitian perbandingan derajat suhu tubuh pre-test dan posttest antara kedua kelompok perlakuan adalah sebagai berikut : Tabel 7. Perbandingan derajat suhu tubuh pre-test dan post-test kelompok kompres tepid sponge dan kompres air hangat Kelompok Perlakuan t hitung p-value Kesimpulan Kompres Tepid Sponge dan Kompres Air Hangat Pre-Test 0.599 0.553 H 0 diterima Post-Test 3.592 0.001 H 0 ditolak Berdasarkan data pada tabel diatas, hasil uji Independent Sample T-Test dari kedua kelompok perlakuan (kompres tepid sponge dan kompres air hangat) diperoleh derajat suhu tubuh sebelum diberikan perlakuan adalah nilai t hitung 0.599 dan nilai signifikansi atau p-value sebesar 0.553, karena nilai signifikansi atau p-value 0.05 (0.553 0.05), maka diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat perbandingan derajat suhu tubuh diantara kedua kelompok perlakuan sebelum diberikan perlakuan. Kemudian pada hasil uji Independent Sample T-Test dari kedua kelompok setelah diberikan perlakuan (kompres tepid sponge dan kompres air hangat) diperoleh perubahan derajat

60 suhu tubuh yang berbeda diantara kedua kelompok perlakuan dengan nilai t hitung 3.593 dan nilai signifikansi atau p-value sebesar 0.001, karena nilai p-value 0.05 (0.001 0.05), maka diambil kesimpulan dari hasil uji Independent Sample T-Test bahwa terdapat perbandingan antara kompres tepid sponge dan kompres air hangat terhadap penurunan derajat suhu tubuh. B. Pembahasan Peneliti setelah melakukan penelitian, data penelitian dilakukan uji analisis statistik dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS 20 untuk mengetahui hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Berikut merupakan pembahasan mengenai hasil penelitian : 1. Karakteristik Responden a. Distribusi frekuensi jenis kelamin responden Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin pada kelompok kompres tepid sponge menunjukan lebih banyak responden laki-laki (15 responden) dan responden perempuan lebih sedikit (4 responden), namun pada kelompok kompres air hangat responden perempuan lebih banyak (13 responden) dan responden laki-laki lebih sedikit (6 responden). Hal ini dikarenakan pada saat penelitian, peneliti menemukan keluarga atau orang tua dari responden perempuan lebih banyak memilih tindakan kompres air hangat dengan alasan masalah privasi responden, sehingga peneliti lebih banyak melakukan tindakan kompres air hangat pada responden

61 perempuan dan kompres tepid sponge lebih banyak pada responden laki-laki. Berdasarkan hasil penelitian distribusi responden berdasarkan jenis kelamin menunjukan kebanyakan responden memiliki jenis kelamin laki-laki dibanding perempuan. Pada penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Permatasari (2012), mengemukakan bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak mengalami kenaikan suhu tubuh dibanding responden perempuan. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi suhu tubuh, pada laki-laki suhu tubuh lebih tinggi daripada perempuan hal ini diakibatkan karena kegiatan metabolisme tubuh. (Mubarak, et al., 2015). b. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur pada kelompok kompres tepid sponge lebih banyak responden yang berumur 1-3 tahun (9 responden) dan berumur 4-6 tahun (9 responden) sedangkan berumur 7-10 tahun hanya terdapat (1 responden) yaitu responden berumur 7 tahun dengan jenis kelamin laki-laki, namun pada kelompok kompres air hangat lebih banyak responden yang berumur 7-10 tahun (10 responden) sedangkan lebih sedikit responden yang berumur 4-6 tahun (3 responden). Hal tersebut dapat terjadi karena pada responden yang berumur lebih tua keluarga atau orang tua lebih memilih tindakan kompres air hangat.

62 Sehingga tindakan kompres air hangat lebih banyak dilakukan pada responden berumur 7-10 tahun, sedangkan kompres tepid sponge lebih banyak dilakukan pada responden berumur 1-3 tahun dan 4-6 tahun. Berdasarkan hasil penilitian menunjukan responden yang mengalami kenaikan suhu tubuh terbanyak adalah responden yang berumur antara 1-3 tahun (15 responden). Hasil penelitian Maling (2012), mengemukakan bahwa anak berusia 3-6 tahun lebih banyak mengalami kenaikan suhu tubuh. Usia merupakan salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap perubahan suhu tubuh. Pada anakanak dibawah lima tahun masih memiliki mekanisme kontrol suhu tubuh yang imatur dan dapat naik dengan cepat. (Potter & Perry, 2005). c. Distribusi frekuensi waktu lama rawat inap Distribusi responden berdasarkan waktu lama rawat inap menunjukan responden yang mengalami kenaikan suhu tubuh lebih banyak pada hari kedua (19 responden) dan hari pertama (13 responden) saat rawat inap, lebih sedikit pada hari ketiga (7 responden) saat rawat inap, dan responden yang rawat inap lebih dari tiga hari tidak ditemukan kenaikan suhu tubuh. Hal tersebut dapat disebabkan karena pasien yang sudah mendapatkan perawatan yang intensif di ruang rawat inap sehingga suhu tubuh pasien dapat mengalami penurunan atau normal. Pada anak yang mengalami

63 demam tifoid gejala demam biasanya berkembang selama 2-3 hari disertai dengan gejala yang lain seperti anoreksia, mialgia, malaise, dan nyeri kepala. (Nelson, 2012). 2. Nilai Derajat Suhu Tubuh Sebelum Diberikan Perlakuan Distribusi derajat suhu tubuh sebelum diberikan perlakuan pada kedua kelompok menunjukan suhu tubuh responden antara 38.1-39.0 0 c ada 19 responden, dan ada 8 responden yang suhu tubuh 39.0 0 c, suhu tubuh yang ditemukan peneliti antara 39.1 0 c sampai dengan 39.6 0 c Nilai derajat suhu tubuh pada anak demam tifoid dengan hipertermi sebelum diberikan perlakuan kompres tepid sponge diperoleh nilai derajat suhu tubuh terendah 37.7 0 c dan tertinggi 39.6 0 c dengan rata-rata nilai derajat suhu tubuh 38.611 0 c. Sedangkan pada kelompok perlakuan kompres air hangat diperoleh nilai derajat suhu tubuh terendah 37.8 0 c dan tertinggi 39.5 0 c dengan rata-rata nilai derajat suhu tubuh 38.500 0 c. Data hasil penelitian menunjukan, sebelum dilakukan perlakuan terdapat sebagian besar responden pada kelompok kompres tepid sponge dan kelompok kompres air hangat derajat suhu tubuhnya berkisar antara 38.1-39.0 0 c, hal ini dikarenakan tubuh tidak mampu mengeluarkan frekuensi panas secara normal, sehingga tubuh memerlukan rangsangan ekstrinsik agar tubuh dapat mengatur pengeluaran panas dengan baik. Suhu tubuh merupakan suatu perbedaan antara volume panas yang diproduksi oleh tubuh dengan volume panas yang keluar atau hilang ke lingkungan luar. (Potter & Perry, 2010).

64 3. Nilai derajat suhu tubuh setelah diberikan perlakuan Distribusi derajat suhu tubuh setelah diberikan perlakuan pada kedua kelompok menunjukan suhu tubuh responden antara 36.0-37.5 0 c ada 18 responden, dan ada 8 responden yang suhu tubuh 37.5 0 c, suhu tubuh yang ditemukan peneliti antara 37.6 0 c sampai dengan 37.9 0 c Setelah diberikan perlakuan peneliti kemudian melakukan pemeriksaan suhu tubuh responden untuk mengetahui apakah ada perbandingan suhu tubuh antara sebelum dan setelah diberikan perlakuan. Nilai derajat suhu tubuh pada anak demam tifoid dengan hipertermi setelah diberikan perlakuan kompres tepid sponge diperoleh nilai derajat suhu tubuh terendah 36.4 0 c dan tertinggi 37.6 0 c dengan ratarata nilai derajat suhu tubuh setelah diberikan perlakuan 36.889 0 c. Sedangkan pada kelompok perlakuan kompres air hangat diperoleh nilai derajat suhu tubuh terendah 36.7 0 c dan tertinggi 37.9 0 c dengan rata-rata nilai derajat suhu tubuh setelah diberikan perlakuan 37.379 0 c. Data hasil penelitian menunjukan, setelah diberikan perlakuan pada kelompok kompres tepid sponge dan kelompok kompres air hangat derajat suhu tubuh responden mengalami perubahan (penurunan), dibuktikan dengan kebanyakan responden suhu tubuhnya berkisar antara 36.5-37.0 0 c, hal ini dapat menunjukan bahwa adanya pengaruh dari pemberian perlakuan. Suhu tubuh merupakan suatu yang relatif konstan. Hal ini sangat diperlukan agar sel-sel tubuh dapat berfungsi secara efektif. Normalnya suhu tubuh berkisar antara 36-37 0 c. Suhu tubuh juga

65 dapat diartikan sebagai keseimbangan antara panas yang diproduksi dengan panas yang hilang dari tubuh. (Asmadi, 2012). 4. Perbandingan Keefektifan Kompres Tepid Sponge dan Kompres Air Hangat Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Demam Tifoid Dengan Hipertermi Uji analisis statistik hasil penelitian diperoleh bahwa teknik kompres tepid sponge dan kompres air hangat efektif terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demam tifoid dengan hipertermi. Nilai signifikansi atau p-value dari kompres tepid sponge sebesar 0.000, karena nilai signifikansi atau p-value 0.05 (0.000 0.05) maka terdapat keefektifan kompres tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demam tifoid dengan hipertermi. Nilai signifikansi atau p-value dari kompres air hangat sebesar 0.000, karena nilai signifikansi atau p-value 0.05 (0.000 0.05) maka terdapat keefektifan kompres air hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demam tifoid dengan hipertermi. Penelitian Hamid (2011), kompres tepid sponge efektif menurunkan suhu tubuh dengan nilai mencapai 1 0 c. Penelitian Djuwariyah (2013), kompres air hangat lebih efektif untuk menurunkan suhu tubuh pada anak dengan demam dibandingkan kompres plester. Uji analisis statistik hasil penelitian menunjukan terdapat perbandingan keefektifan antara kompres tepid sponge dan kompres air hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demam tifoid dengan hipertermi, dibuktikan dengan mean kompres tepid sponge (pre-test

66 38.611 0 c dan post-test 36.889 0 c, atau mengalami penurunan suhu tubuh 1.72 0 c) dan mean kompres air hangat (pre-test 38.500 0 c dan post-test 37.379 0 c, atau mengalami penurunan suhu tubuh 1.12 0 c). Perbedaan penuruan derajat suhu tubuh antara kedua kelompok perlakuan sebesar 0.6 0 c. Hasil uji analisis statistik ini membuktikan bahwa kompres tepid sponge dan kompres air hangat efektif terhadap penurunan suhu tubuh, tetapi kompres tepid sponge lebih aktif terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demam tifoid dengan hipertermi di RSUD Sukoharjo. Penelitian Permatasari (2012), kompres air hangat lebih efektif menurunkan suhu tubuh pada anak demam, dengan nilai mean kompres air hangat 25,09 > nilai mean kompres air biasa 9,91. Penelitian Maling (2012), kompres tepid sponge efektif untuk menurunkan suhu tubuh dengan nilai rata-rata suhu tubuh sebesar 1,4 0 c. Penelitian Sari (2012), kompres tepid sponge menurunkan suhu tubuh, rata-rata derajat suhu tubuh mengalami penurunan sebesar 1,560 0 c. Hal ini dikarenakan adanya seka tubuh pada teknik kompres tepid sponge yang dapat mempercepat vasodilatasi pembuluh darah perifer diseluruh tubuh sehingga pengeluaran panas dari tubuh melalui kulit lebih cepat dibandingkan teknik kompres air hangat yang hanya pada daerah tertentu seperti aksila dan dahi. Teknik kompres tepid sponge lebih cepat memberikan rangsangan atau sinyal ke hipotalamus melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap panas di hipotalamus dirangsang, sistem efektor mengeluarkan sinyal yang melalui berkeringat dan

67 vasodilatasi perifer. Perubahan pembuluh darah diatur oleh pusat vasometer pada medulla oblongata dari tangkai otak, dibawah pengaruh hipotalamik bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi. Dengan terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan atau kehilangan energi panas melalui kulit meningkat (yang ditandai dengan tubuh mengeluarkan keringat), kemudian suhu tubuh dapat menurun atau normal. (Potter & Perry, 2005). Hasil uji analisis statistik perbandingan keefektifan antara kompres tepid sponge dan kompres air hangat adalah nilai signifikansi atau p- value sebesar 0.001, karena nilai signifikansi atau p-value 0.05 (0.001 0.05) maka disimpulkan ada perbandingan keefektifan yang signifikan antara kompres tepid sponge dan kompres air hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demam tifoid dengan hipertermi di RSUD Sukoharjo. Hasil uji analisis statistik ini telah menjawab hipotesa penelitian yaitu H 0 ditolak dan H a diterima. Berikut merupakan grafik perbandingan pre-test dan post-test antara kedua kelompok perlakuan terhadap perubahan derajat suhu tubuh, ditampilkan pada grafik berikut.

68 39 38.5 38 37.5 37 36.5 36 Perubahan Suhu Tubuh 38.5 38.611 37.379 36.889 Pre-Test Post-Test Kompres Tepid Sponge Kompres Air Hangat Grafik 6. Perubahan suhu tubuh pre-test dan post-test kedua kelompok perlakuan C. Keterbatasan Penelitian 1. Peneliti tidak mengobservasi suhu lingkungan sekitar responden yang kemungkinan dapat berpengaruh terhadap perubahan suhu tubuh responden. 2. Karakteristik responden yang menjadi kriteria inklusi penelitian bersifat secara umum tidak bersifat khusus seperti jenis kelamin dan usia. 3. Peneliti hanya satu kali mengevaluasi suhu tubuh responden setelah diberikan perlakuan. 4. Peneliti tidak menentukan pengambilan sampel pada hari rawat inap yang sama.