BAB 3 DATA DAN METODOLOGI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 ANALISA DATA. 26 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

7 Universitas Indonesia

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Lampiran I Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/28/DPNP tanggal 31 Juli 2013 Perihal Penilaian Kualitas Aset Bank Umum PENETAPAN KUALITAS KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

PROSPEK USAHA Kurang Lancar

PENETAPAN KUALITAS KREDIT PROSPEK USAHA. Kegiatan usaha menunjukkan potensi pertumbuhan yang sangat terbatas atau tidak mengalami pertumbuhan.

LAMPIRAN. : Interview PT. Ganesha Cipta Informatika tentang kebutuhan aplikasi. 1. Bagaimana sistem penghitungan risiko kredit yang ada saat ini?

III.METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerima simpanan (deposit) dari masyarakat, kemudian simpanan tersebut

III. METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal: Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ISBN:

6.6 Rantai Markov Kontinu pada State Berhingga

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../SEOJK.05/2015 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

PENDEKATAN PERSAMAAN CHAPMAN-KOLMOGOROV UNTUK MENGUKUR RISIKO KREDIT. Chairunisah

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

PROSES MARKOV KONTINYU (CONTINOUS MARKOV PROCESSES)

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

BAB IV HASIL PENELITIAN. nasabahnya. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal tentang pembiayaan

PETUNJUK PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI JIWA

BAB III MODEL ANTRIAN MULTISERVER DENGAN VACATION

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PEMBIAYAAN SYARIAH

RISIKO KREDIT PORTOFOLIO OBLIGASI DENGAN CREDIT METRICS DAN OPTIMALISASI PORTOFOLIO DENGAN METODE MEAN VARIANCE EFFICIENT PORTFOLIO (MVEP) ABSTRACT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan standar akuntansi yang dikhususkan bagi industri perbankan di

LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 40/POJK.05/2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR

Konsep Dasar Markov Chain serta Kemungkinan Penerapannya di Bidang Pertanian

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Investasi pada dasarnya adalah uang yang dipakai untuk menghasilkan

MANAJEMEN PERKREDITAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini dibahas tentang matriks, metode pengganda Lagrange, regresi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1. Daftar istilah

BAB III METODE MONTE CARLO

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari

BAB III KALMAN FILTER DISKRIT. Kalman Filter adalah rangkaian teknik perhitungan matematika (algoritma)

BAB III METODE PENELITIAN. keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan PT. Pefindo

BAB I PENDAHULUAN. Aset produktif PT Bank IIM (selanjutnya disebut BIIM) berupa Surat Berharga

PENENTUAN HARGA BERMUDAN CREDIT DEFAULT SWAPTION DENGAN MENGGUNAKAN METODE MULTINOMIAL TREES DETERMINATION OF BERMUDAN CREDIT DEFAULT SWAPTION PRICE

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:

BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK Gambaran Umum Kredit Konsumtif pada Bank X

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Seri Pendidikan Aktuaris Indonesia Donny C Lesmana

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

RISIKO INVESTASI tidak dapat dihindari

BAB II LANDASAN TEORI. II Pengertian Audit Operasional. melainkan untuk menvalidasikan efektivitas prosedur. II Tujuan Audit Operasional

3. METODE. Kerangka Pemikiran Penelitian

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 7 /PBI/2003 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Prediksi Indeks Saham Syariah Indonesia Menggunakan Model Hidden Markov

03-Pemecahan Persamaan Linier (2)

Penelitian Operasional II Rantai Markov RANTAI MARKOV

BAB I PENDAHULUAN. modal menjadi pilar perekonomian negara-negara maju dan menjadi cermin. menentukan maju atau melemahnya ekonomi suatu negara.

MODUL 15 PENILAIAN OBLIGASI

BAB I PENDAHULUAN. maupun dalam rangka investasi. Bank sebagai salah satu perusahaan jasa yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

L2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan lembaga perantara keuangan (financial intermediary institution)

PT SARASA NUGRAHA Tbk NERACA Per 31 Desember 2004 dan 2003 (Dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Data Saham)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan

No. 15/28/DPNP Jakarta, 31 Juli 2013 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

BAB III ANALISIS FAKTOR. berfungsi untuk mereduksi dimensi data dengan cara menyatakan variabel asal

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. data dari situs resmi Bank Umum Syariah terkait. Karena disitus tersebut terdapat

Struktur dan Organisasi Data 2 ARRAY

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman atau kredit. Bank berperan sebagai perantara antara pihak yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan Bank adalah menghimpun dana, menyalurkan dana, serta. memberikan jasa jasa perbankan kepada masyarakat. Peranan bank dalam

BAB 2 LANDASAN TEORI

Secara umum aktiva bagi perusahaan merupakan sumber daya yang harus dikelola secara baik guna mendatangkan penghasilan. Menurut sifat dan jangka

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

I. PENDAHULUAN. penting. Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang memiliki. kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana dengan cara

BAB III METODE FULL INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (FIML)

PENENTUAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT PADA BANK MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Badan Pengawas Pasar Modal)

BAB I PENDAHULUAN. sewajarnya untuk mempelajari cara bagaimana variabel-variabel itu dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. penulisan secara umum yang akan ditulis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI 3.1 Data Data yang dipergunakan dalam tulisan ini adalah data kolektibilitas debitur kredit per bulan dari 10 (sepuluh) bank di Indonesia dengan fokus usaha pada corporate, yang terdiri dari 2 (dua) bank BUMN, 4 (empat) bank swasta nasional, 2 (dua) bank campuran, dan 2 (dua) kantor cabang bank asing, dengan periode pengamatan dari Januari 2008 sampai dengan Desember 2008 (12 bulan). Data kolektibilitas debitur dari 10 bank tersebut terdiri dari debitur kredit modal kerja, kredit konsumsi, dan kredit investasi. Pada tahun 2008 kredit yang disalurkan oleh perbankan Indonesia didominasi oleh kredit modal kerja dengan pangsa kredit sebesar 52%, diikuti kredit konsumsi 28% dan kredit investasi 20%. Penggolongan kolektibilitas kredit terdiri dari 5 (lima) yaitu Lancar, Dalam Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet. Terdapat beberapa aspek yang harus diperhitungkan dalam penetapan kolektibilitas kredit, yaitu prospek usaha, kinerja (performance) debitur, dan kemampuan membayar. Prospek usaha terdiri dari beberapa komponen yaitu potensi pertumbuhan usaha, kondisi pasar dan posisi debitur dalam persaingan, kualitas manajemen dan permasalahan tenaga kerja, dukungan dari grup atau afiliasi, serta upaya yang dilakukan debitur dalam rangka memelihara lingkungan hidup (bagi debitur berskala besar yang memiliki dampak penting terhadap lingkungan hidup. Kinerja (performance) debitur terdiri dari beberapa komponen, yaitu perolehan laba, struktur permodalan, arus kas, serta sensitivitas terhadap risiko pasar. Sedangkan aspek kemampuan membayar terdiri dari komponen ketepatan pembayaran pokok dan bunga, ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan debitur, kelengkapan dokumentasi kredit, kepatuhan terhadap perjanjian kredit, kesesuaian penggunaan dana, serta kewajaran sumber daya pembayaran kewajiban. 16

17 3.2 Metodologi Matriks Transisi 3.2.1 Matriks Transisi dengan Metode Cohort Metode Cohort merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghitung probabilita transisi kredit dengan menggunakan data historical. Metode Cohort sering digunakan oleh praktisi manajemen risiko karena lebih mudah diaplikasikan dibanding metode yang lain. Proses rating dapat dilihat sebagai discrete-time Markov Chain dan sebagai time homogenuous Markov Chain. Estimasi discrete-time Markov Chain berdasarkan transisi dari rating sebelumnya dilihat sebagai multinominal experiment. Menurut Lando, D. dan Skodeberg, T, untuk estimasi 1 (satu) tahun, probabilita transisi pada hari t dapat dihitung dengan formula sebagai berikut: n ij (t) p ij = 3.1 n i (t) Notasi n i (t) merupakan banyaknya perusahaan yang berada pada rating i di awal periode t. Dalam hal ini diasumsikan bahwa rating kategori withdrawn tidak dimasukkan dalam matrik transisi karena dalam prakteknya suatu debitur dapat berada pada kondisi N di awal tahun t+1. Notasi n ij (t) merupakan jumlah debitur pada rating i di waktu t dan berada pada rating j di waktu t+1. Jika proses rating dilihat sebagai time homogenuous Markov Chain, akan dilakukan observasi selama periode pengamatan. Jika terdapat transisi yang jauh dari rating sebelumnya, hal tersebut merupakan independent multinominal experiments. Oleh karena itu penelitian terhadap matrik transisi harus dilakukan terhadap matrik transisi dengan periode waktu yang berbeda-beda dan kemudian digabungkan menjadi satu data set yang besar. Formula untuk estimator maksimum likelihood untuk probabilita transisi time independent adalah: T-1 n ij (t) p ij (Δt) = t=0 T-1 n i (t) 3.2 t=0

18 Notasi T adalah jumlah tahun dalam observasi. Pada prakteknya rating dengan kategori withdrawn akan dieliminasi sepanjang periode pengamatan pada saat kategori rating tersebut muncul. Prosedur tersebut akan dilakukan jika withdrawn adalah rating yang non informative baik pada metode discrete time maupun pada metode continuous time. Selain itu, juga diberlakukan jika jumlah debitur dengan kategori rating akan sama selama periode pengamatan, yaitu pada saat jumlah debitur yang inflows sama dengan jumlah debitur yang outflows. Dalam keadaan ini, estimator probabilita transisi adalah rata-rata probabilita pada matrik transisi selama 1 (satu) tahun. Time homogenuous pada persamaan 3.1 merupakan aggregate transisi dan menghitung eksposure pada periode waktu yang berbeda. Bila diasumsikan time non homogenoues, estimasi probabilita transisi dari periode waktu t ke T dihitung dengan formula sebagai berikut: n ij (t,t) p ij =. 3.3 n i (t) Notasi n ij (t,t) adalah observasi banyaknya transisi dari waktu i ke j sepanjang periode pengamatan dari t ke T. Estimasi ini disebut estimasi cohort dan juga sebagai estimator jenis multinominal serta diinterpertasikan tidak menggunakan asumsi markov. Persamaan 3.2 dan 3.3 akan bernilai 0 (nol) jika tidak terjadi perpindahan dari rating i ke rating j dan keduanya akan bermasalah pada confidence sets. Konstruksi matriks probabilita transisi sebagai berikut : P = р 11 р 12 р 13... р 1j р 21 р 22 р 23... р 1j... р i -1,1 р i -1,2 р i-1,3... р i-1,j 0 0 0 0 1 Dimana : P = Matrik transisi

19 p = Probabilita migrasi dari kategori rating i ke j ij Agar Metode Cohort tersebut menjadi valid, terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi. Salah satunya adalah bahwa asumsi pengukuran probabilita transisi Metode Cohort digunakan hanya untuk satu debitur atau issuer obligasi. Sedangkan jika dalam konteks portofolio asset, akan dilakukan stimulasi terhadap probabilita transisi dengan cara menghitung korelasi antar debitur atau issuer obligasi. Ketidakeffektifan metode cohort akan muncul jika digunakan untuk menghitung matrik transisi pada portofolio asset. 3.2.2 Matriks Transisi dengan Pendekatan Continue Israel, Rosental dan Wei (2001) membuat suatu kondisi dimana matriks generator secara empiris diteliti sebagai matrik transisi Markov. Selain itu Israel et al, juga menjelaskan banyak matriks transisi tahunan tidak cocok dengan proses Markov continuous, dimana kebanyakan probabilita berada pada diagonal matrik dan banyak elemen bernilai nol pada off diagonal. Penyusunan matriks transisi dengan pendekatan continue dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu pendekatan continuous time homogenuous dan pendekatan continuous time non homogenuous. Pendekatan continuous time homogenuous mengasumsikan bahwa dengan waktu yang tidak terputus, jarak antar waktu periode penilaian kredit adalah sama. Sedangkan pendekatan continuous time non homogenuous mengasumsikan dalam waktu yang tidak terputus, jarak antar waktu periode penilaian kredit dapat berbeda-beda. Gunter Loffler dan Peter N. Posch (2007) menjelaskan bahwa terkadang tidak semua informasi yang terkait dengan rating debitur atau obligor dapat diperoleh ketika akan menyusun matriks generator. Untuk mengestimasi matriks generator, dapat digunakan asumsi bahwa hanya ada 1 (satu) transisi per debitur atau obligor pada tiap periode. Dengan mengasumsikan ij sebagai nilai matriks transisi P, generator dapat dirumuskan sebagai berikut : λii = ln (р ii ) λij = р ij λii, i j... 3.4 р ii 1

20 3.2.2.1 Matriks Transisi dengan Pendekatan Continuous Time Homogenuous Matriks transisi dengan pendekatan continuous time diestimasi dengan menggunakan matrik generator yang berisikan time homogenuous markov chain. P(t) dinotasikan sebagai matrik probabilita transisi pada continous time markov chain dengan finite kategori rating tertentu (1,...,n) sehingga elemen ke ij pada matrik adalah: Pij(s,t) = P(η t = j η s = i), s < t Penjelasan properties Markov sebagai berikut: Prob(η t = j η s0 = i 0, η s1 = i 1,,η sn-1 = i n-1, η s = i) = prob (η t = j η s = i) dimana s 0, s 1,, s n-1 < s. Batasan yang biasa terdapat pada matriks transisi yaitu: P(s,u) = P(s,t) P(t,u) untuk s < t < u Matrik generator (Λ) dengan matriks N x N adalah : P(t) = exp (Λt), untuk t 0. 3.5 dimana Λt berupa matriks dimana matrik generator Λ dikalikan pada setiap periode t. Fungsi exponential persamaan 3.4 merupakan matrik exponential, yaitu: exp (Λt) = e Λt = Σ Λ n t n = I + Λt + Λ 2 t 2 + Λ 3 t 3 +... k=0 n! 2! 3! dimana I adalah matrik identitas dan n! merupakan nilai faktorial dari n Elemen dalam matrik generator ij > 0 dimana i j dan diagonal matrik generator adalah: λ ii = - Σ λ ij j i Jika baris matrik generator dijumlahkan akan bernilai 0 (nol).

21 Persamaan matematika untuk menjabarkan transition intentisities setiap transisi adalah: λ ij (t) = lim р ij (t,t + h) / h h 0+ dan setiap baris merupakan jumlah dari setiap intensities: λ i (t) = Σ λ ij (t) j i Estimator maksimum likelihood ij untuk periode pengamatan dari waktu 0 (nol) ke T adalah: λ ij = N ij (T) 0... 3.6 N ij (T) adalah jumlah transisi dari rating i ke j selama periode waktu T, di mana i j Y i (s) merupakan lamanya debitur berada pada rating i periode waktu T. Penelitian Lando dan Skodeberg (2002) memberikan contoh metode ini untuk obligasi. Selama 1 (satu) tahun obligasi suatu perusahaan dengan rating AA pindah ke rating A dan di akhir tahun obligasi perusahaan tersebut dengan kategori rating BBB. Waktu perusahaan berada di rating A akan berkontribusi untuk mengestimasi probabilita transisi P AA A. Hal ini tidak berlaku pada metode Cohort dan perusahaan yang pada akhir periode berada pada kategori NR (Not Rated) tetap dihitung sebagai denomitor. Kontruksi matriks generator untuk pendekatan continuous time homogenuous pada adalah:

22 T N ii (T) Y i (s) ds T N ij (T) Y i (s) ds... 0 0 0 0 N ij (T) N ij (T) Λt = N ii (T) N ii (T) N ij (T) N ij (T)... Y i (s) ds T 0 0 0 0............. 0 0 0 0... N ii (T) N ij (T)... N ii (T) N ij (T) 0 0 0... 0 Analisa Lando dan Skodeberg (2002) mengatakan bahwa merupakan hal yang penting untuk menggunakan estimator ini dibandingkan dengan estimasi discrete time jika periode pengamatan adalah tahunan. Keuntungan menggunakan estimator continuous time adalah : 1. Memasukan estimasi non-zero untuk probabilita dimana metode multinominal yang diestimasi adalah nol. 2. Menggunakan estimasi generator untuk menghitung probabilita transisi pada periode pengamatan yang berbeda. 3. Estimator ini menggunakan semua informasi yang ada pada data, termasuk rating dengan kategori withdrawn. Misalnya menggunakan informasi rating debitur yang meningkat sampai rating debitur tersebut withdrawn. Selain itu juga memasukan semua informasi jika terdapat debitur yang mempunyai rating baru. 3.2.2.2 Matriks Transisi dengan Pendekatan Continuous Time Non Homogenuous Asumsi umum yang digunakan dalam credit modelling yaitu bahwa transisi kolektibilitas kredit mempunyai first order markov. Misalnya jika periode

23 waktu given Δt adalah seperempat tahun, maka matrik transisi pada periode k dengan P k. t dapat disederhanakan menjadi : k P t Sebagai contoh matrik transisi satu tahun dapat dihitung dengan interval waktu Δt seperempat tahun maka untuk mencapai matrik transisi tahunan dihitung empat kali. Dikutip dari penelitian Yusuf Jafry (2003), menjelaskan bahwa peneliti Carty dan Fons (1993), Altman dan Kao (1992), Altman (1998), Nickell, Parrudin dan Varotto (2000), Bangia et al (2002), Lando dan Skodeberg (2002) dan beberapa peneliti lain menyatakan bahwa non Markov Behavior terdapat pada rating drift dan non homogeneity termasuk sensitivitas terhadap siklus bisnis. Pada realisasinya, matrik transisi akan berubah pada skala waktu jauh lebih pendek dibandingkan pada saat matrik transisi konstan dengan kondisi default steady state. Tulisan dalam penjelasan sebelumnya menerangkan bahwa penggunaan estimator maksimum likelihood dalam mengestimasi matriks generator menggunakan data continuous. Jika data diasumsikan time homogenous, maka akan sulit digunakan dalam jangka panjang dan hanya berguna untuk matrik transisi 1 (satu) tahun. Metode time non homogenoues mereplikasi metode cohort tetapi menggunakan interval waktu pendek dengan periode pengamatan lebih lama. Proses Markov continuous time η dengan kategori rating yang terbatas S = (1, 2,..., n) dimana matriks probabilita transisi dari waktu s ke waktu t dinotasikan sebagai P(s,t) dan elemen ke ij dari matriks transisi menjelaskan probabilita dimana chain dimulai dari rating i menjadi rating j pada waktu t. Aalen-Johansen estimator atau product limit estimator digunakan dalam menghitung probabilita transisi pada matrik time non-homogenoues. Sebagai contoh terdapat m transisi selama periode waktu dari s ke t, maka formula untuk mengestimasi P(s,t) adalah: m ˆ P (s,t) = (I + Â(T i ))... 3.7 t=1 dimana T merupakan jump time dari interval waktu s ke t.

24 Konstruksi matriks untuk Â(T i ) adalah: N 1. (T i ) N 1,2 (T i ) N 1,3 (T i ) N 1p (T i )... Y 1 (T i ) Y 1 (T i ) Y 1 (T i ) Y 1 (T i ) N 2,1 (T i ) N 2. (T i ) N 2,3 (T i ) N 2P (T i )... Â(T i ) = Y 2 (T i ) Y 2 (T i ) Y 2 (T i ) Y 2 (T i )............... N (T ) N (T ) j-1,1 i j-1,2 i... N (T ) N (T ) j-1 i j-1,k i Y j-1 (T i ) Y j-1 (T i ) Y j-1 (T i ) Y j-1 (T i ) 0 0...... 0 ΔN (t) merupakan banyaknya transisi yang diamati berpindah dari rating h ke hj rating j dimulai pada waktu t dan notasi ΔN (T ) merupakan tambahan dalam hj i proses ini dengan periode waktu T. Jika observasi tersebut merupakan continuous i time, maka tidak ada stimulasi jumps pada setiap titik waktu t dan kebanyakan mempunyai satu elemen diagonal dari ΔA(T ) dengan nilai lebih besar dari 0 (nol). i Baris paling bawah dari matrik ΔA(T ) bernilai nol pada saat dimasukan kategori i rating default dalam matrik tersebut, dan jika matrik I + ΔA(T ) dijumlahkan akan i bernilai 1 (satu). Jadi estimator non parametrik Aalen Johansen merupakan metode cohort (frequentist) yang diaplikasikan pada interval waktu yang sangat pendek. Matrik transisi yang diestimasi menggunakan matrik exponential dengan matrik transisi menggunakan Aalen Johansen estimator akan menghasilkan hasil yang berbeda. Jika menggunakan matrik exponential, matrik transisi yang didapat lebih smooth dan lebih cocok digunakan pada manajemen risiko dalam mengestimasi default.

25 3.3 Perbandingan antar Jarak Kolom per Kolom Matriks Pada penelitian Yusuf Jafry dan Til Schuermann (2004), terdapat 2 (dua) pendekatan yang digunakan dalam membandingkan matriks transisi, yaitu pendekatan jarak antar matriks L 1 dan L 2. Matriks L 1 adalah untuk menghitung nilai absolute dari perbedaan ratarata antar matriks transisi, dengan formula sebagai berikut: ΔM L1 (P A, P B ) N N р A,i,j - р B,i,j ~ i=1 j=1... 3.8 = N 2 Matriks L 1 menjelaskan perbedaan rata-rata antar matriks transisi secara aritmetrik (tidak berdasarkan jarak per kolom matriks transisi). Matriks L 2 adalah untuk menghitung rata-rata akar dari mean matriks transisi yang dikuadratkan antar elemen yang berada dalam matriks transisi, dengan formula sebagai berikut: ΔM L2 (P A, P B ) ~ = N N р A,i,j - р B,ij 2 i=1 j=1... 3.9 N 2 Meskipun kedua pendekatan tersebut sederhana, namun pendekatan tersebut tidak memiliki ukuran yang absolute untuk single matriks. Pendekatan tersebut hanya membandingkan antara 2 (dua) matriks yang berbeda. Misalnya jarak Euclidean L 2 antar 2 (dua) matriks yang sama bernilai 0,2 namun tidak jelas apakah nilai jarak Euclidean tersebut berjarak besar atau kecil. Nilai 0,2 tersebut dapat dikatakan berjarak besar atau kecil jika dibandingkan antar matriks transisi yang berbeda.