BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Teknologi reproduksi manusia telah berkembang. sangat pesat pada beberapa dekade terakhir ini.

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Superovulasi. Perkembangan Embrio Praimplantasi

HASIL. Medium V3+ embrio

Pada rnasa kini, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk. mempercepat peningkatan populasi, produksi dan mutu ternak adalah dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan Penelitian. Metode Penelitian

Kebuntingan Hasil Transfer Blastosis Mencit yang Dibekukan dengan Metode Vitrifikasi Kriolup

I. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada

PENDAHULUAN. sehingga dapat memudahkan dalam pemeliharaannya. Kurangnya minat terhadap

KRIOPRESERVASI DENGAN VITRIFIKASI GANDA PADA TAHAP PERKEMBANGAN ZIGOT DAN DILANJUTKAN PADA TAHAP BLASTOSIS CANDRANI KHOIRINAYA

VIABILITAS EMBRIO MENCIT (Mus musculus albinus) SETELAH KRIOPRESERVASI GANDA DENGAN METODE VITRIFIKASI PADA TAHAP PEMBELAHAN DAN BLASTOSIS

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Reproduksi Lele dumbo. Tabel 4 Karakteristik fisik reproduksi lele dumbo

Vitrifikasi Blastosis Mencit dengan Metode Kriolup

PENDAHULUAN. Latar Belakang. setiap tahunnya, namun permintaan konsumsi daging sapi tersebut sulit dipenuhi.

PRlNSlP KERJA PEMBEKUAN

PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya diikuti dengan

Pengaruh Metode Strafikasi Suhu Rendah, Krioprotektan Dan Kriopreservasi Terhadap Viabilitas Benih Rosela (Hibiscus sabdariffa L.)

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Statistik 2013 jumlah penduduk Indonesia mencapai jiwa yang akan bertambah sebesar 1,49% setiap tahunnya

PENDAHULUAN. 25,346 ton dari tahun 2015 yang hanya 22,668 ton. Tingkat konsumsi daging

PEMBEKUAN VITRIFIKASI SEMEN KAMBING BOER DENGAN TINGKAT GLISEROL BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN METODE VITRIFIKASI UNTUK KRIOPRESERVASI OOSIT MAMALIA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik semen

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

I. PENDAHULUAN. Perkembangan peternakan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan

PERKEMBANGAN EMBRIO PRAIMPLANTASI MENCIT

Embrio ternak - Bagian 1: Sapi

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

I. PENDAHULUAN. memproduksi dan meningkatkan produktivitas peternakan. Terkandung di

Standardisasi Kurikulum PERFITRI. Training and Education

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam dunia IT (InformaticTechnology). Perkembangan dunia IT

TINJAUAN PUSTAKA Fertilisasi

PEMANFAATAN TEKNOLOGI KULTUR OVARI SEBAGAI SUMBER OOSIT UNTUK PRODUKSI HEWAN DAN BANTUAN KLINIK BAGI WANITA YANG GAGAL FUNGSI OVARI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami peningkatan

I. PENDAHULUAN. Sapi Pesisir merupakan salah satu bangsa sapi lokal yang populasinya

TINJAUAN PUSTAKA. Spermatophyta, subdivisio Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Malvales,

GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL TIKUS BETINA (Rattus rattus) YANG DIINJEKSI VITAMIN C DOSIS TINGGI DALAM JANGKA WAKTU LAMA

BAB I PENDAHULUAN. Selama dua dasa warsa terakhir, angka keberhasilan teknik reproduksi

I. PENDAHULUAN. ekonomis penting. Ikan mas telah memasyarakat dan tersebar hampir di seluruh

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

KRIOPRESERVASI DALAM TEKNOLOGI REPRODUKSI BUATAN. Oleh : Harry Kurniawan Gondo

I. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN A.

PENGARUH PENYUNTIKAN EKSTRAK KASAR TESTIS DAN LIMPA MENCIT (Mus musculus) TERHADAP JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dalam saluran kelamin betina sewaktu kopulasi. Evaluasi semen segar yang telah

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan generasinya. Bagi sebagian rakyat Indonesia, memiliki

LEMBAR KERJA KEGIATAN 8.3

HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI INHIBISI FORMASI KRISTAL ES DENGAN KRIOPROTEKTAN SUKROSA DAN GLICEROL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Limousin merupakan keturunan sapi Eropa yang berkembang di Perancis.

PENGARUH LAMA THAWING DALAM AIR ES (3 C) TERHADAP PERSENTASE HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos sondaicus)

Bayi tabung menurut pandangan agama, filsafat dan ilmu pengetahuan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan kambing Kacang (Devendra dan Burns, 1983). Menurut tipenya, rumpun

CARA MUDAH MENDETEKSI BIRAHI DAN KETEPATAN WAKTU INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI INSEMINASI BUATAN(IB).

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dia hasil bayi tabung. Apa si sebenarnya definisi atau pengertian bayi tabung

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

PENDAHULUAN. pemotongan hewan (TPH) adalah domba betina umur produktif, sedangkan untuk

Dr. Refli., MSc Jurusan Biologi FST UNDANA ALASAN MELAKUKAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

Blansing kemudian pembekuan Ditambahkan saus, keuntungannya : - memperbaiki flavor - menutupi off flavor - mencegah oksidasi - menambah kemudahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

I. PENDAHULUAN. spermatozoa merupakan bagian dari sistem reproduksi yang penting bagi

DIKTAT EMBRIOLOGI HEWAN

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

PENENTUAN BERAT MOLEKUL MELALUI METODE PENURUNAN TITIK BEKU (CRYOSCOPIC)

BAB I PENDAHULUAN Tujuan. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri tiap fase siklus estrus pada mencit betina.

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

DAFTAR ISI. BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Hipotesis...

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

INSTRUKSI KERJA. Pemantauan dan Pengukuran Proses Pengujian Mutu Semen PEMANTAUAN PROSES JASA PENGUJIAN MUTU SEMEN

Ahmad Zaki Mubarok Kimia Fisik Pangan. Silika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

BAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Harlap & Shiono (1980) melaporkan bahwa 80% kejadian abortus spontan terjadi pada usia kehamilan 12 minggu pertama.

PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON Volume 3, Nomor 3, Desember 2017 ISSN:

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian

Pengaruh metode gliserolisasi terhadap kualitas semen domba postthawing... Labib abdillah

penampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2015 sampai 25 Mei 2015.

TEKNIK PEMBUATAN PREPARAT SMEAR SEL SPERMA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Teknologi reproduksi manusia telah berkembang sangat pesat pada beberapa dekade terakhir ini. Ruang lingkup teknologi reproduksi antara lain meliputi fertilisasi in vitro (IVF), simpan beku gamet dan embrio, serta transfer embrio. Hasil dari embrio yang telah diproduksi secara in vitro akan digunakan untuk keperluan transfer embrio. Embrio yang dihasilkan dari fertilisasi in vitro dapat berjumlah lebih dari satu karena adanya prosedur hiperstimulasi ovarium. Prosedur tersebut dilakukan agar ovum yang dihasilkan banyak sehingga dapat meningkatkan keberhasilan fertilisasi in vitro. Namun, perlu dilakukan pengendalian jumlah embrio yang hendak ditransfer untuk menghindari terjadinya kejadian kehamilan multipel. Transfer embrio yang multipel ke dalam rahim ibu tentu akan meningkatkan kejadian kehamilan multipel yang memiliki resiko tinggi baik untuk ibu maupun janinnya. 1

2 Kelebihan embrio yang diproduksi secara in vitro tersebut dapat disimpan dan dapat digunakan kembali untuk transfer embrio di kemudian hari. Hal ini tentu dapat mengurangi kejadian kehamilan multipel yang beresiko. Penyimpanan embrio tersebut dapat dilakukan dengan cara dibekukan atau kriopreservasi. Metode ini sudah sering diaplikasikan baik pada hewan maupun manusia. Kriopreservasi umum dilakukan dengan menggunakan vitrifikasi karena mudah dan sederhana, meskipun tetap membutuhkan keterampilan khusus. Vitrifikasi merupakan teknik pembekuan embrio secara cepat yakni >10.000 C per menit dan pada suhu rendah (-196ºC) dengan krioprotektan konsentrasi tinggi sehingga dapat menghindari terbentuknya kristal es dengan mengubahnya ke dalam keadaan fisik seperti gelas (glass-like) (Rall et al., 1985). Keunggulan dari teknik vitrifikasi adalah tidak terbentuknya kristal es yang dapat mematikan embrio selama proses pembekuan (Takahashi et al., 2005). Kristal es intraseluler secara mekanis dapat merusak organel sel sehingga menyebabkan kematian pada sel tersebut (Gao and Critser, 2000).

3 Keberhasilan pembekuan embrio tergantung dari beberapa faktor antara lain konsentrasi krioprotektan, percepatan derajat pembekuan, pengaturan suhu selama pemaparan, pendinginan, pencairan, dan penyimpanan (Takagi et al., 1994). Embrio yang digunakan pada penelitian ini adalah embrio mencit karena mencit memiliki daya reproduksi tinggi, umur relatif singkat, variasi genetik cukup besar, dan siklus estrus yang pendek dengan fase siklus yang jelas (Saftiany, 2011). Konsentrasi krioprotektan perlu diperhitungkan dengan akurat untuk menghindari toksisitas osmotik maupun kimia terhadap sel. Selama vitrifikasi, embrio akan di tempatkan pada suatu alat kemudian alat tersebut akan dicelupkan kedalam nitrogen cair dan disimpan. Alat yang digunakan beragam antara lain cryoloop (Mukaida et al, 2003), hemi-straw (Vanderzwalmen et al, 2002), open-pulled straw (Vajta et al, 1998), cyrostraw (Kasai et al, 1990) dan microscopic grid (Chen et al, 2001). Viabilitas embrio dinilai dengan melihat perkembangannya setelah penghangatan, antara lain mengamati embriogenesis in vitro, pembentukan blastokista dan hatching rate.

4 I.2. Rumusan Masalah Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dari prosedur vitrifikasi ini adalah pemilihan alat yang digunakan dalam penyimpanan. Alat digunakan sangat beragam, seperti yang dikembangkan di RSUP Dr. Sardjito / FK UGM yaitu gama sleeved cryoloop dan alat yang dijual di pasaran yaitu cryo-straw. Keduanya tentu memiliki volume yang berbeda, gama sleeved cryoloop memiliki volume 0,1 µl sedangkan cryo-straw memiliki volume 250 µl. Volume krioprotektan perlu diperhatikan untuk menghindari toksisitas terhadap sel. Pemilihan alat yang tepat tentu dapat meningkatkan keberhasilan dari prosedur vitrifikasi. Kini prosedur vitrifikasi menggunakan cryoloop dilaporkan sangat memudahkan dalam melakukan manipulasi maupun warming (Lane et al., 1999; Mukaida et al., 2003; Takahashi et al., 2005). Penggunaan metode cryoloop memungkinkan dilakukan pembekuan dengan sangat cepat dan pengurangan volume larutan vitrifikasi yang diperlukan (Takahashi et al., 2005). Selain itu, jika homemade gama sleeved cryoloop dengan volume 0,1 µl dapat menjaga viabilitas embrio dengan baik tentu dapat menghemat biaya serta ketersediaan alat tidak bergantung pada pasar.

5 I.3. Tujuan Penelitian I.3.1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menguji penggunaan volume mikro yang diterapkan pada gama sleeved cryoloop 0,1 µl dan cryo-straw 250 µl sebagai alat dalam promosi program vitrifikasi. I.3.2. Tujuan Khusus 1. Menguji penggunaan gama sleeved cryoloop 0,1 µl dalam mempertahankan viabilitas embrio pada prosedur vitrifikasi. 2. Menguji penggunaan cryo-straw 250 µl dalam mempertahankan viabilitas embrio pada prosedur vitrifikasi. 3. Membandingkan penggunaan gama sleeved cryoloop 0,1 µl dengan cryo-straw 250 µl dalam mempertahankan viabilitas embrio pada prosedur vitrifikasi. I.4. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai penggunaan cryo-straw dan cryoloop dalam proses vitrifikasi embrio mencit di Indonesia banyak dilakukan dalam konteks kedokteran hewan. Penelitian ini mengacu pada penelitian dr. Ita

6 Fauzia Hanoum, MCE selaku dosen pembimbing penulis yang berjudul EMBRYO VITRIFICATION: THE USED OF VEHICLES IN PRESERVING EMBRYO VIABILITY dan GAMA SLEEVED CRYOLOOP VITRIFICATION: THE LOOP FOR PRESERVING EMBRYO VIABILITY. Namun, penelitian ini berbeda dalam instrumental dan tahap perkembangan embrio yang dinilai serta penilaian aktivitas mitokondria. I.5. Manfaat Penelitian Setelah selesai melakukan penelitian ini, diharapkan dapat menggambarkan penggunaan Gama sleeved cryoloop 0,1 µl dan cryostraw sebagai alat dalam menjaga viabilitas embrio mencit yang kemudian dapat digunakan sebagai dasar untuk penggunaan alat tersebut dalam penyimpanan embrio manusia. Pemilihan alat yang tepat tentu akan meningkatkan kemungkinan keberhasilan dari prosedur vitrifikasi sehingga embrio yang disimpan tetap terjaga dengan baik.