BAB II TUJUAN PUSTAKA A. ES JUS Es Jus merupakan salah satu bentuk minuman ringan yang dapat langsung diminum sebagai pelepas dahaga. Es Jus terbuat dari beberapa bahan antara lain es batu,buah,,sirup, dan susu.ada pula minuman yang di jual di pinggir jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh bakteri dapat terjadi dari debu, lingkungan yang masuk dalam es Jus di antaranya Escherichia coli, Salmonella sp, dan mikroorganisme yang ada di air. B. Salmonella sp Salmonella sp adalah bakteri yang berbentuk batang. Bergerak dengan flagel peritrik. Berukuran 0,5 0,8 x 1 3 mm, dan menfermentasikan glukosa, maltosa, manitol yang menghasilkan asam atau gas serta menghasilkan H 2 O atau tidak menfermetasikan laktosa dan sukrosa dan tidak membentuk Indol. (Depkes 1989). Salmonellosis Infeksi oleh bakteri genus Salmonella menyerang seluruh gastrointestin yang mencakup perut, usus halus dan usus besar atau kolon. Penjangkitan Salmonellosis karena makanan bersifat eksplosif. Terjadinya sakit perut yang mendadak seperti disentri. Delapan sampai empat puluh delapan jam setelah mengkonsumsi makanan yang tercemar dengan Salmonella timbul rasa sakit perut yang mendadak. Seringkali dimulai dengan 3
muntah, demam dengan suhu 29 30 0 C. Gejala ini ada hubungannya dengan endotoksin tahan panas yang dihasilkan oleh Salmonella. Gejala itu biasanya hilang dalam waktu 2 sampai 5 hari dan berakhir dengan kesembuhan sang penderita (Irianto, 2006). 1. Sifat Biakan Salmonella sp tumbuh secara aerob dan fakultatif anaerob serta tumbuh pada hampir semua media padat dengan PH 7,2 dan suhu optimum 37 0 C pada media Mec. Conkey dan endo agar yang membentuk kolom berwarna transparan atau putih jernih (Depkes 1989). 2. Sifat Biokimia Beberapa spesies dapat menyebabkan infeksi makanan. Termasuk ke dalamnya ialah Salmonella. Bakteri ini adalah batang gram negative, motil tidak membentuk spora. Dapat memfermentasikan glukosa, tetapi tidak memfermentasikan laktosa atau sukrose. Hampir semua serotipe membentuk gas bila memfermentasikan gula, kecuali Salmonella thypi (Michael, 1988). Menurut reaksi biokimia Salmonella dapat diklasifikasikan menjadi 3 spesies (bagan kauffman - white) : a. Salmonella typhi b. Salmonella choleraesuis c. Salmonella enteridis 3. Patogenitas Spesies ini selanjutnya dibagi lagi menjadi serotipe yang 4
diidentifikasikan menurut a. Antigen 0 (somatik) b. Antigen H (fiagelar) yang spesifik Spesies Salmonella hanya mempunyai satu serotip, dan Salmonella anteridis mempunyai lebih dari 1800 serotip. Setiap serotip Salmonella enteriditis ditandai dengan nama setelah kata var (varitas) di belakang namanya yang sesuai, misalnya Salmonella Interveditas var typhimurium. (Michael, 1988). Sejumlah besar mikroorganisme harus tertelan dalam keadaan hidup untuk terjadinya penyakit yang secara klinis jelas, karena banyak sel mungkin akan terbuang lagi dengan cepat dari saluran pencernaan. Perkembangbiakan mikroorganisme yang tertelan di dalam saluran pencernaan. Iritasi dan peradangan usus terjadi karena infeksi sejati jauh di dalam selaput lendir. Pada umumnya, salmonellosis diobati dengan cara-cara yang membantu penyembuhan tanpa penggunaan bahan-bahan antimikroba. (Irianto, 2006). 4. Morfologi Salmonella bersifat gram negatif yang dinding selnya 5-20% terdiri dari poptidoglikan (peptidoglikan tipis), lemak tebal, terdapat tunggal, tidak berkapsul, tidak membentuk spora (Michael,1988). 5
C. Epidemiologi Infeksi oleh Salmonella Terinfeksinya manusia oleh Salmonella sp hampir selalu disebabkan mengkonsumsi makanan atau minuman tercemar. Makanan yang biasanya tercemar meliputi kue-kue yang mengandung saus susu, daging cincang, sosis unggas, daging panggang yang diperdagangkan, dan telur. Walapun penular dan orang sakit dapat mencemari makanan dan minuman. Sumber Salmonellosis tersebar yang merupakan gudang Salmonella ialah hewan tingkat rendah. Banyak spesies Salmonella terdapat secara alamiah pada ayam, kalkun, bebek, binatang pengerat, kucing, anjing, kura-kura dan banyak lagi hewan lainnya. Unggas peliharaan seringkali menjadi sumber bagi infeksi pada manusia. (Irianto, 2006). D. Pencegahan Salmonellasis Pada umumnya kasus Salmonellasis disebabkan karena mengkonsumsi makanan yang tercemar, maka cara pencegahan yang baik dapat dirangkum sebagai berikut : a. Memasak dengan baik makanan yang dibuat dari daging hewan b. Penyimpanan makanan pada suhu lemari yang sesuai c. Mellindungi makanan terhadap pencemaran oleh rodentia (hewan pengerat), lalat dan hewan lain. d. Pemeriksaan berkala terhadap orang-orang yang menangani pangan 6
e. Penggunaan metode produksi dan pengolahan makanan yang semestinya f. Kebersihan pribadi yang baik serta hidup dengan cara-cara yang memenuhi syarat kesehatan. Begitu ditemukan adanya kasus infeksi makanan oleh Salmonella sp maka harus segera dilaporkan pada Dinas Kesehatan. Dengan demikian dapat diambil langkah-langkah yang sesuai untuk melindungi masyarakat dari suatu perjangkitan peracunan makanan. Tidak ada imunisasi yang efektif terhadap infeksi oleh spesies-spesies Salmonella sp. (Irianto, 2006) 7