BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Uji Kualitatif Formalin dalam sampel Mie basah. Hasil Uji (+/-)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK : Identifikasi Gugus Fungsional Senyawa Organik

Terbentuk endapan coklat formaldehid 2 1ml KMnO4 1%+ 1tetes aseton Tidak terbentuk endapan 3 1ml KMnO4 1% +1tetes benzaldehid

UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT DAN PROTEIN

SIFAT DAN REAKSI MONOSAKARIDA DAN DISAKARIDA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK KI-2051 PERCOBAAN 7 & 8 ALDEHID DAN KETON : SIFAT DAN REAKSI KIMIA PROTEIN DAN KARBOHIDRAT : SIFAT DAN REAKSI KIMIA

Jurnal Analis Laboratorium Medik, 30/11 (2016), IDENTIFIKASI FORMALIN PADA IKAN ASIN YANG DIPERJUAL BELKAN DI PUSAT PASAR SAMBU MEDAN TAHUN 2015

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Disusun Oleh :

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FISIKOKIMIA II (Alkohol, Fenol, dan Asam Karboksilat) A. DATA PENGAMATAN No. Perlakuan Hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diketahui kandungan airnya. Penetapan kadar air dapat dilakukan beberapa cara.

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

LAPORAN PRAKTIKUM UJI KUALITATIF SENYAWA ALDEHID dan KETON

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis

PERMANGANOMETRI. A. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM Hari, tanggal : Maret 2011 Tempat : Laboratorium Kimia Analitik

Laporan Praktikum ph Meter dan Persiapan Larutan Penyangga

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1.1 Hasil Pengamatan Analisa Analisa Protein dengan Metode Kjeldahl Tabel 6. Hasil Pengamatan Analisa Protein

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

I. DASAR TEORI Struktur benzil alkohol

Menyiapkan tabung reaksi yang bersih dan kering. Setelah itu dipipet 5 ml reagen benedict lalu dimasukkan kedalam tabung.

LAPORAN PRAKTIKUM. ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan, dan (4) Reaksi Percobaan.

I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein

SENYAWA ALDEHID. oleh. Dra. Machdawaty Masri,MSI, Apt.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

cincin ungu pada batas larutan fruktosa cincin ungu tua pada batas larutan glukosa cincin ungu tua pada batas larutan

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

BAB I IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI ALKOHOL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau mencegah tumbuhnya mikroorganisme, sehingga tidak terjadi proses

DATA PENGAMATAN. Volume titran ( ml ) ,5 0,4 0,5 6

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK : IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSIONAL SENYAWA ORGANIK

DAFTAR PEREAKSI DAN LARUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK

BAB III METODE PENELITIAN. (Balai Riset dan Standardisasi Industri) Manado. Kuantitatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI. Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan

BAB III METODE PENELITIAN

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

Struktur Aldehid. Tatanama Aldehida. a. IUPAC Nama aldehida dinerikan dengan mengganti akhiran a pada nama alkana dengan al.

PERCOBAAN VI REAKSI KIMIA : PENGENALAN GUGUS FUNGSI

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

ANALISA KUALITATIF DAN KUANTITATIF KARBOHIDRAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

PERCOBAAN VI REAKSI KIMIA : PENGENALAN GUGUS FUNGSI

PRODUKSI ABON IKAN PARI ( (RAYFISH): PENENTUAN KUALITAS GIZI ABON

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

LAPORAN BIOKIMIA UJI BENEDICT PADA BUAH

KARBOHIDRAT II (KARAKTERISTIK ZAT PATI)

Gugus Fungsi Senyawa Karbon

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA I

REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL

Analisa Karbohidrat. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS ANALISA KUALITATIF SENYAWA ORGANIK

Uji Makanan dengan Lugol, Benedict, Biuret, Kertas Minyak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan

Lampiran 1. Perhitungan Nisbah C/N dan Kadar Air

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

5007 Reaksi ftalat anhidrida dengan resorsinol menjadi fluorescein

Kimia Pangan ~ Analisis Karbohidrat ~

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK (KI2051)

Laporan Praktikum ph Meter, Persiapan Larutan Penyangga

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

MAKALAH KIMIA ANALISIS MAKANAN I IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR FORMALIN

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KIMIA KUALITATIF

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

REAKSI REDUKSI OKSIDASI (REDOKS)

Metodologi Penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM 2. : Magister Ilmu Biolmedik : ph meter, persiapan larutan penyangga Tanggal pelaksanaan : 10 Maret 2015

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS ANALISIS KUALITATIF SENYAWA ORGANIK

Uji benedict (Semikuantitatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin. Dasar teori :

BAB III METODE PENELITIAN

5009 Sintesis tembaga ftalosianin

Reaksi Kupling Diazonium : Sintesis Kombinatorial Azo Dyes

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006.

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR REAKSI KIMIA. Oleh: : Nugraheni Wahyu Permatasari NRP :

Lampiran 1. Analisis serapan P tanaman. Tahap I. Ekstraksi destruksi basah. A. Alat. Tabung reaksi. Penangas listrik. Corong. Labu ukur 50 ml.

KELOMPOK 5 BILANGAN OKSIDASI NITROGEN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

PERTEMUAN 2 PERCOBAAN KARBOHIDRAT TUGAS PRAKTIKUM : MENGIDENTIKASI LARUTAN SAMPEL, APAKAH TERMASUK MONO, DI ATAU POLISAKARIDA DAN APA JENISNYA.

METODELOGI PENELITIAN. dan Teknologi Pangan, Laboratorium kimia, dan Laboratorium Biomedik Fakultas

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang efek pemanasan pada molases yang ditambahkan urea

KARBOHIDRAT I Uji Molisch, Benedict, Barfoed, dan Fermentasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK : Reaksi Pembuatan Alkena dengan Dehidrasi Alkohol

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian Tabel 2. Hasil Uji Kualitatif Formalin dalam sampel Mie basah Sampel Hasil Uji (+/-) Keterangan Schiff Tidak terjadi perubahan warna Sampel A Tollens Tidak terbentuk cermin perak Fehling Tidak terbentuk endapan merah bata Schiff Tidak terjadi perubahan warna Sampel B Tollens Tidak terbentuk cermin perak Fehling Tidak terbentuk endapan merah bata Schiff Tidak terjadi perubahan warna Sampel C Tollens Tidak terbentuk cermin perak Fehling Tidak terbentuk endapan merah bata \

1.2 Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya formalin yang terkandung dalam mie basah.sampel mie basah yang diperiksa adalah tiga sampel yang terdiri dari sampel A yaitu mie basah (produksi berasal dari Biawu)sampel B yaitu mie basah (produksi dari Telaga)dan sampel C mie basah (produksi dari Limboto)yang dijual di Pasar Sentral Kota Gorontalo.Dimana sampel diambil pada saat mie basah yang telah diproduksi dan telah di distribusikan di Pasar Sentral Kota Gorontalo. Dalam penelitian ini tekhnik uji yang dilakukan yakni secara kualitatif menggunakan tiga pereaksi yaitu pereaksi schiff, pereaksi fehling, dan pereaksi tollens.sebelum mengidentifikasi formalin pada sampel, maka terlebih dahulu dilakukan reparasi sampel. Mula-mula sampel mie basah dihaluskan dengan cara digerus dalam lumpang. Kemudian sampel yang telah halus ditimbang sebanyak 5 gram dan dilarutkan dalam 50 ml aquadest. Selanjutnya ditambahkan dengan 1 ml H PO campuran diaduk hingga homogen, dan dimasukkan kedalam labu destilasi yang telah dihubungkan dengan pendingin balik. Destilat yang diperoleh dari proses destilasi diatas selanjutnya akan diidentifikasi dengan pereaksi schiff, pereaksi tollens dan pereaksi fehling. 1.2.1 Uji Kandungan Formalin dengan pereaksi schiff schiff dibuat terlebih dahulu sebelum dilakukan pengujian. Schiff yang telah dibuat selanjutnya akan digunakan untuk menguji formalin. Prosedur kerja yang dilakukan untuk menguji formalin dengan pereaksi Schiff adalah 1 ml destilat yang diperoleh dari proses destilasi sampel

dipipet dengan 1 ml H SO pekat secara hati-hati dan perlahan-lahan. H SO ini dialirkan perlahan-lahan melalui dinding tabung reaksi, hal ini dimaksudkan agar pembentukan warna ungu dapat teratur dan dapat terlihat jelas.selanjutnya ditambahkan 1 ml pereaksi schiff.perlakuan ini dilakukan sebanyak tiga kali untuk ketiga macam sampel uji. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dari ketiga macam sampel mie basah yang dianalisis tidak terjadi perubahan warna menjadi ungu yang merupakan indikator adanya senyawa formalin.hal ini berarti bahwa ketiga sampel mie basah negatif atau tidak mengandung formalin. Dari hasil pengujian menggunakan pereaksi schiff sampel negatif atau tidak mengandung formalin. Hasil tersebut dilakukan uji pembanding dengan bahan formalin. Suatu pereaksi schiff direaksikan dengan senyawakelompok aldehid,maka akan menghasilkan warna ungu. schiff tidak dapat bereaksi dengan kelompok aldehid dalam bentuk hidrat. schiff digunakan untuk menunjukan adanya gugus aldehid. Pada uji pembanding ini formalin dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 1-2 tetes pereaksi schiff. Perubahan yang terjadi adalah pada tabung yang berisi formalin warnanya menjadi ungu dan menunjukan bahwa formalin mengandung gugus aldehid. Perubahan ini dihasilkan dari formalin yang merupakaan gugus aldehid (Keenan dan Klenfleiter, 1986). 1.2.2 Uji Kandungan Formalin dengan pereaksi Tollens tollens dibuat terlebih dahulu sebelum dilakukan pengujian. Setelah membuat pereaksi tollens, selanjutnya dilakukan uji oksidasi aldehid

(formalin) dengan pereaksi tollens yang telah dibuat. Prosedur kerja yang dilakukan adalah sebanyak 1 ml hasil destilat dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan dengan 1 ml pereaksi tollens, yang selanjutnya dimasukkan dalam penangas air dan campuran tersebut dipanaskan hingga terbentuk cermin perak pada dinding tabung reaksi. Menurut Fessenden (1986), pemanasan berfungsi untuk mempercepat reaksi. Perlakuan ini dilakukan sebanyak tiga kali untuk ketiga macam sampel uji. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tidak terbentuknya cermin perak selama proses pemanasan, hal ini berarti bahwa sampel negatif atau tidak terdapat kandungan formalin. Dalam pengujian ini, diduga tidak mengandung senyawa aldehid (formalin), melainkan hanya mengandung senyawa keton, sehingga tidak terjadi oksidasi aldehid menjadi asam karboksilat atau dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa pereaksi tollens tidak dapat tereduksi menjadi logam perak yang dapat menghasilkan cermin perak pada tabung reaksi. Tollens digunakan untuk membuktikan adanya gugus aldehid bersifatreduktor. Reaksi tersebut menunjukan hasil positif jika terbentuk endapan cerminperak. Kandungan tollens A terdiri dari AgNO dan tollens B terdiri dari NH berlebih, sehingga jika dicampurkan endapan menjadi larut. Dalam uji pembanding ini prosedur yang dilakukan yakni, formalin sebanyak 1 ml di dalam tabung reaksi ditetesi 5 tetes Tollens lalu digojog. Menurut Fessenden (1986) penggojogan berfungsi untuk menimbulkan tumbukan antar partikelyang dapat mempercepat terjadinya reaksi antara formalin dengan pereaksi Tollens. Kemudian larutan yang telah digojog dipanaskan sampai

timbulgelembung. Pemanasan berfungsi untuk mempercepat reaksi. Perubahan yang terjadi warna formalin berubah menjadi hitam dan terbentuk cermin perak dipermukaan. Pemanasan dilakukan untuk mengoksidasi aldehid sehingga terbentuk gugus karboksil (COO- ). 1.2.3 Uji Kandungan Formalin dengan pereaksi Fehling Larutan fehling A dan fehling B dengan volume sama banyak, yaitu 1 ml fehling A dicampurkan dengan 1 ml fehling B. Setelah membuat pereaksi Fehling, selanjutnya dilakukan uji oksidasi aldehid (formalin) dengan pereaksi fehling yang telah dibuat. Prosedur kerja yang dilakukan adalah dengan mengambil hasil destilat sebanyak 1 ml dan dimasukkan dalam tabung reaksi; kemudian ditambahkan pereaksi fehling A dan fehling B dengan volume yang sama yaitu sebanyak 1 ml; tabung reaksi tersebut kemudian dimasukkan dalam penangas air yang selanjutnya dipanaskan. Selama proses pemanasan diamati perubahan yang terjadi, dimana apabila terjadi perubahan warna menjadi orange dan terdapat endapan merah bata maka sampel yang diuji positif mengandung formalin. Perlakuan ini dilakukan pada ketiga sampel mie basah. Hasil pengamatan dari ketiga sampel mie basah yang didapatkan yaitu tidak terjadi perubahan warna dan tidak terdapat endapan merah bata, hal ini berarti bahwa sampel negatif atau tidak terdapat kandungan formalin. Pada uji pembanding pada pereaksi fehling ini digunakan larutan formalin sama halnya dengan perlakuan pada pereaksi schiff dan tollens. Setelah formalin dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan reagen Fehling A

&Fehling B masing-masing 1 ml. Lalu dipanaskan diatas penangas air, terjadi perubahan warna menjadi orange dan terjadi endapan. Pemanasan dilakukan karena pereaksi fehling kurang stabil pada larutan dingin (temperatur rendah) sehingga dibutuhkan pemanasan agar fehling stabil. Perubahan warna terjadi karena senyawa aldehid dioksidasi menjadi asam karboksilat dan terbentuk endapan Cu O berwarna merah bata (Fessenden, 1986). Hasil pengamatan yang diperoleh adalah, pada uji schiff terjadi perubahan warna ungu, kemudian pada uji fehling terdapat endapan pada dasar tabung reaksi setelah pemanasan, dan pada uji tollens terbentuk cermin perak pada dinding tabung reaksi. Hasil ini sangat berbeda dengan hasil yang diperoleh pada uji kualitatif sampel mie basah. Dimana pada uji kualitatif dengan ketiga sampel tidak menunjukkan hasil yang sama ketika hasil awal ditambahkan zat formalin. Hal ini berarti bahwa ketiga sampel tidak mengandung senyawa formalin. Uji pembanding (blanko) sebagai acuan untuk dapat membuktikan bahwa uji schiff, tollens, dan fehling merupakan pengujian yang dilakukan untuk membuktikan adanya kandungan formalin dalam suatu makanan. Uji kualitatif untuk mengidentifikasi formalin dalam makanan dapat dilakukan juga dengan pereaksi lain yaitu menggunakan pereaksi FeCl, penelitian dengan pereaksi ini telah dilakukan oleh Aries Nila Fadilla di kota semarang yang menunjukkan hasil bahwa sampel mie basah yang diteliti terbentuk cincin ungu, secara kualitatif hasil tersebut menuunjukkan adanya zat formalin. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Aries Nila Fadilla dapat

dijadikan pedoman bahwa di Kota lain sudah terbukti menggunakan formalin sebagai pengawet makanan, yang hal tersebut sangat berbahaya bagi tubuh. Meskipun hasil yang ada di Kota Gorontalo negatifnamun harus tetap hati-hati dalam mengonsumsi mie basah.