Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta

dokumen-dokumen yang mirip
Kajian Ekonomi Regional Jakarta

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

ii Triwulan I 2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

1. Tinjauan Umum

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Kajian Ekonomi Regional Banten

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

Halaman ini sengaja dikosongkan.

ANALISIS INFLASI MARET 2016

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017

Triwulan IV iii

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Kajian Ekonomi Regional Banten

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

Triwulan III 2014 ii

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2017

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

i

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

BERITA RESMI STATISTIK

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

ii Triwulan I 2013

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

4. Outlook Perekonomian

Sumber pertumbuhan ekonomi tahun 2012 diprakirakan sebagian besar disumbang oleh permintaan domestik.

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

Transkripsi:

Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Triwulan II 211

Halaman ini sengaja dikosongkan ii

Kata Pengantar Perekonomian Jakarta pada triwulan II 211 tumbuh stabil sebesar 6,7% sebagaimana triwulan sebelumnya, bahkan lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,5%. Di sisi permintaan, stabilnya pertumbuhan ekonomi didukung oleh peningkatan yang tinggi pada konsumsi rumah tangga dan pemerintah, disertai dengan perlambatan ekspor akibat imbas global supply chain pasca bencana tsunami Jepang. Di sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi yang tinggi didukung oleh meningkatnya kinerja sektor konstruksi, sektor keuangan, dan sektor perdagangan. Sektor konstruksi bahkan mengalami pertumbuhan tertinggi dalam 6 tahun terakhir seiring dengan pesatnya pembangunan properti untuk memenuhi tingginya permintaan. Meningkatnya aktivitas perekonomian Jakarta tercermin pada kenaikan transaksi keuangan yang ditunjang kinerja perbankan yang tetap kuat. Capaian yang positif juga terlihat pada aspek kesejahteraan sebagaimana tercermin dari membaiknya indikator pengangguran dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Di sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan inflasi akhir triwulan II 211 mereda. Namun demikian, inflasi inti mengalami sedikit peningkatan, didorong oleh ekspektasi menjelang hari besar keagamaan dan tren permintaan properti yang terus meningkat. Pada triwulan III 211, perekonomian Jakarta diperkirakan tetap tumbuh di atas 6,% sejalan dengan meningkatnya permintaan domestik dan kegiatan ekspor. Sementara itu, inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan akan mengalami tekanan dari harga bahan pangan yang mulai merangkak naik dan dorongan permintaan menjelang Hari Besar Keagamaan. Pilihan langkah kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah Pusat disertai dukungan Pemerintah Daerah berperan penting dalam mengantisipasi lonjakan kenaikan harga. Peran penting Tim Pengendalian Inflasi Daerah diharapkan dapat membawa inflasi ke arah yang mendukung pencapaian sasaran inflasi nasional. Uraian lebih lanjut dan rinci terkait perkembangan terkini dan prospek perekonomian Jakarta tersaji dalam buku Kajian Ekonomi Regional (KER). Tujuan dari penyusunan buku laporan triwulanan ini selain untuk memenuhi kepentingan Bank Indonesia dalam mendukung perumusan kebijakan moneter, juga diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi pembuat kebijakan publik daerah dan atau pemerhati perkembangan ekonomi daerah. Akhir kata, semoga kajian ini dapat memberi manfaat dalam rangkaian panjang proses pembangunan ekonomi Jakarta. Jakarta, 1 Agustus 211 BIRO KEBIJAKAN MONETER Sugeng Kepala Biro iii

Halaman ini sengaja dikosongkan iv

Daftar Isi RINGKASAN UMUM halaman vii BAB I. EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 1 Sisi Permintaan halaman 2 Sisi Penawaran halaman 9 BAB II. INFLASI halaman 15 BOKS Dampak Pembatasan Jam Operasional Truk Melalui Tol Dalam Kota halaman 19 BAB III. PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 21 Perbankan halaman 21 Sistem Pembayaran halaman 25 BAB IV. KEUANGAN PEMERINTAH halaman 27 Realisasi Belanja APBD Triwulan II 211 halaman 27 Realisasi Pendapatan APBD Triwulan II 211 halaman 27 BAB V. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN halaman 29 Ketenagakerjaan halaman 29 Upah halaman 3 Kemiskinan halaman 31 Indeks Kesengsaraan halaman 32 Indeks Pembangunan Manusia halaman 32 BAB VI. PROSPEK PEREKONOMIAN halaman 35 Beberapa Asumsi yang Digunakan halaman 35 Pertumbuhan Ekonomi halaman 37 Inflasi halaman 41 v

Halaman ini sengaja dikosongkan vi

Ringkasan Umum Perekonomian Jakarta triwulan II 211 tumbuh 6,7% (yoy), stabil dibandingkan triwulan sebelumnya dan berada di atas pertumbuhan ekonomi secara nasional sebesar 6,5% (yoy), didorong oleh peningkatan yang tinggi pada konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah, masing-masing karena didorong oleh peningkatan daya beli dan relatif tingginya realisasi belanja APBD dibanding pencapaian pada periode yang sama tahun 21. Tingkat inflasi Jakarta tercatat sebesar 5,36% (yoy) pada akhir triwulan II 211, melambat dibandingkan akhir triwulan sebelumnya yang mencapai 5,95% (yoy), sejalan dengan koreksi beberapa komoditas volatile food yang masih berlanjut. Pertumbuhan ekonomi Jakarta yang tetap tinggi juga didukung oleh kinerja perbankan Jakarta yang meningkat dengan risiko kredit yang terkendali. Selain itu, sistem pembayaran di Jakarta juga mengalami peningkatan terutama pada pembayaran non-tunai melalui sarana kliring. Membaiknya perekonomian juga disertai adanya perbaikan pada beberapa indikator indikator kesejahteraan masyarakat Jakarta, antara lain turunnya tingkat pengangguran dan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia. Mencermati perkembangan terkini, prospek pertumbuhan ekonomi Jakarta untuk keseluruhan tahun 211 diperkirakan dapat lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar 6,6%. Prospek pertumbuhan ekonomi Jakarta didukung oleh peran investasi yang cenderung meningkat, disertai kuatnya permintaan domestik maupun ekspor. Kinerja ekspor yang diperkirakan tetap tinggi sejalan dengan prakiraan pertumbuhan volume perdagangan dunia yang tumbuh sebesar 8,2% pada 211. Ekonomi Makro Regional Pada triwulan II 211, ekonomi Jakarta kembali tumbuh 6,7% (yoy), sebagaimana triwulan sebelumnya. Di sisi permintaan, stabilnya pertumbuhan ekonomi didukung oleh peningkatan yang tinggi pada konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan investasi. Peningkatan konsumsi rumah tangga ditopang oleh daya beli masyarakat yang meningkat sejalan dengan kenaikan gaji PNS dan kalangan profesional. Demikian pula konsumsi pemerintah, realisasi APBD 211 meningkat lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi APBD hingga akhir Triwulan II diperkirakan mencapai 26,8%. Sementara itu, investasi bangunan terindikasi vii

meningkat tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhannya dalam 6 tahun terakhir. Meningkatnya pembangunan properti ini sebagai respons dari tingginya permintaan, khususnya untuk perkantoran dan ritel. Sementara itu, ekspor tumbuh melambat sebagaimana diperkirakan sebelumnya akibat terimbas global supply chain pasca bencana tsunami Jepang dan adanya kendala pasokan bahan baku dalam negeri. Pada sisi penawaran, beberapa sektor yang tumbuh meningkat antara lain sektor konstruksi; perdagangan, hotel, dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa usaha. Pesatnya pertumbuhan empat sektor tersebut, menjadikan ekonomi Jakarta triwulan II 211 mampu menyamai tingginya pertumbuhan ekonomi triwulan sebelumnya. Sektor konstruksi bahkan mencatat kenaikan pertumbuhan tertinggi dalam enam tahun terakhir. Sektor keuangan, persewaaan, dan jasa perusahaan juga menunjukkan kenaikan pertumbuhan paling tinggi sejak tahun 25. Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh meningkat di atas 14%. Sementara sektor perdagangan, hotel, dan restoran kembali tumbuh meningkat di atas 7% sejak pertengahan 21. Inflasi Pada akhir triwulan II 211, tekanan inflasi Jakarta melambat menjadi 5,36% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya (5,95%; yoy). Koreksi beberapa komoditas volatile food masih berlanjut seiring dengan relatif stabilnya pasokan. Selain itu, minimalnya kebijakan pemerintah di bidang harga juga turut menyebabkan inflasi administered bergerak cukup stabil. Namun, inflasi inti mengalami sedikit peningkatan, didorong oleh ekspektasi menjelang hari besar keagamaan dan tren permintaan properti yang terus meningkat. Perbankan dan Sistem Pembayaran Secara umum, kinerja perbankan Jakarta pada triwulan II 211 meningkat dengan risiko kredit yang terkendali. Intermediasi perbankan mengalami peningkatan, antara lain tercermin dari rasio kredit terhadap dana pihak ketiga perbankan (LDR) yang meningkat menjadi 76,3% dibanding triwulan sebelumnya (72,9%). Hal ini dipengaruhi oleh lebih tingginya pertumbuhan penyaluran kredit yaitu sebesar 22,% (yoy), dibandingkan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 18,2% (yoy). Meningkanya kegiatan intermediasi perbankan juga tetap diikuti oleh terjaganya kualitas kredit sebagaimana tercermin dalam rasio gross Non Performing Loan (NPL) yang tetap berada di bawah 5%. viii

Perkembangan sistem pembayaran di Jakarta menunjukkan peningkatan seiring dengan pertumbuhan aktivitas ekonomi. Transaksi pembayaran non tunai melalui sarana kliring tercatat rata-rata sebesar Rp4,1 triliun per hari, atau tumbuh 13,7% (yoy). Sementara itu, transaksi pembayaran non tunai melalui sarana Real Time Gross Settlement (RTGS) relatif stabil sebesar Rp84,2 triliun per hari. Sejalan dengan hal tersebut, aktivitas outflow yang mengalami peningkatan mengindikasikan tingginya kebutuhan uang tunai untuk memenuhi aktivitas ekonomi Jakarta dan menjelang hari besar keagamaan. Keuangan Pemerintah Belanja maupun pendapatan APBD Jakarta 211 terealisasi lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun 21. APBD DKI 211 terdiri atas pendapatan daerah sebesar Rp26,8 triliun dan belanja daerah sebesar Rp 27,88 triliun. Dari jumlah tersebut, pada triwulan II 211 belanja APBD telah terealisasi 26,8%; lebih tinggi dari pencapaian tahun 21 pada periode yang sama sebesar 22,3%. Bahkan belanja modal mencatat realisasi sebesar Rp592 miliar atau 7,3%. Sementara pada pos pendapatan, realisasi penerimaan APBD 211 telah tercapai Rp11,55 triliun atau sebesar 44,3%. Penerimaan dari Pendapatan Asli Daerah (pajak, retribusi daerah dan laba perusahaan daerah) menunjukkan pencapaian yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Transfer dana perimbangan juga telah meningkat, dibanding tahun 21 yaitu telah mencapai 36,9% dari anggaran. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Angka rilis BPS terakhir menunjukkan tingkat pengangguran yang menurun di wilayah Jakarta. Namun, di sisi lain tingkat kemiskinan justru mengalami peningkatan. Angka pengangguran di DKI menurun, dari 11,32% pada Februari 21, menjadi 1,83% pada tahun 211. Beberapa indikator kesejahteraan lainnya, seperti upah dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) juga menunjukkan peningkatan. Sementara itu, jumlah penduduk miskin Jakarta mengalami peningkatan. Rilis penduduk miskin BPS (periode Maret 211) menyatakan persentase penduduk miskin mengalami peningkatan dibanding 21, yaitu dari 3,48% menjadi 3,75%. Prospek Perekonomian Prospek perekonomian Jakarta berpotensi untuk tumbuh bias ke atas dari perkiraan sebesar 6,5 7,% pada triwulan III 211. Di sisi ix

permintaan, sumber pertumbuhan ekonomi diperkirakan berasal dari konsumsi, yang disertai kinerja investasi dan ekspor yang masih tumbuh tinggi. Daya beli masyarakat yang membaik berkontribusi positif bagi peningkatan kinerja konsumsi di tengah masuknya faktor musiman masa lebaran. Realisasi pengeluaran belanja pemerintah diperkirakan juga semakin membesar seiring berlanjutnya penyelesaian berbagai proyek infrastruktur besar dan adanya realisasi pembayaran gaji ke-13 bagi pegawai negeri sipil/tni dan Polri. Sementara itu, kinerja ekspor diperkirakan tetap tumbuh tinggi terutama dari negara-negara emerging market. Prospek permintaan domestik dan ekspor yang tetap kuat dengan didukung oleh membaiknya iklim investasi mendorong kinerja investasi untuk tetap tumbuh tinggi. Di sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi Jakarta akan didorong oleh kinerja sektor-sektor utamanya, yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR); sektor keuangan, persewaan, dan jasa usaha, serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Inflasi Jakarta pada triwulan III 211 diperkirakan masih terkendali meski dibayangi potensi risiko yang meningkat terutama bersumber dari harga pangan. Masa panen yang telah berakhir di berbagai daerah sentra produksi disertai ekspektasi terhadap dampak tingginya serangan hama di beberapa daerah di Jawa turut memengaruhi perkembangan harga beras di Jakarta. Hal ini terindikasi dari pasokan beras di Pasar Induk yang mulai mengalami penurunan pada akhir triwulan II 211 dengan disertai harga jual di tingkat konsumen yang mulai meningkat. Selain itu, dorongan permintaan terkait persiapan hari raya Idul Fitri berpotensi untuk mendorong inflasi lebih tinggi apabila tidak disertai distribusi pasokan yang memadai. x

BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL Pada triwulan II 211 perekonomian Jakarta tumbuh sebesar 6,7% (yoy), dan berada di atas pertumbuhan ekonomi secara nasional yang sebesar 6,5% (yoy). Di sisi permintaan, stabilnya pertumbuhan ekonomi didukung oleh peningkatan yang tinggi pada konsumsi rumah tangga dan pemerintah, sejalan dengan peningkatan daya beli yang antara lain didukung oleh kenaikan gaji PNS dan kalangan profesional. Sementara itu, ekspor tumbuh melambat sebagaimana diperkirakan sebelumnya akibat terimbas global supply chain pasca bencana tsunami Jepang. Di sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi yang tinggi didukung oleh meningkatnya kinerja sektor konstruksi, sektor keuangan, dan sektor perdagangan. Sektor konstruksi bahkan mengalami pertumbuhan tertinggi dalam 6 tahun terakhir seiring dengan pesatnya pembangunan properti terutama properti perkantoran yang tingkat huniannya sudah cukup tinggi (lebih dari 9%). Kinerja sektor keuangan yang meningkat tercermin dari tingginya pertumbuhan pembiayaan konsumsi dan peningkatan kinerja bursa saham. Sementara itu, sektor perdagangan meningkat didorong oleh tingginya konsumsi. Di sisi lain, sektor industri melambat akibat kinerja produksi yang terkendala keterbatasan bahan baku. Perekonomian Jakarta pada triwulan II 211 menunjukkan perkembangan yang stabil. Angka pertumbuhan ekonomi triwulan laporan tercatat 6,7%, sama tingginya dibandingkan periode triwulan sebelumnya. Stabilnya kondisi perekonomian tersebut sejalan dengan indikator penuntun (leading indicators) PDRB Jakarta, yang masih berada pada level yang identik sejak pertengahan 21. Berbagai indikator pembentuk (komposit) indikator penuntun 1 yang mewakili kegiatan perekonomian Jakarta masih tumbuh dalam fase ekspansi. Faktor positif lain yang turut menyebabkan ekonomi Jakarta masih baik adalah kondisi iklim dan prospek investasi di Indonesia yang semakin baik sebagaimana tercermin dari penilaian berbagai lembaga pemeringkat internasional terhadap posisi Indonesia yang semakin dekat dengan peringkat layak investasi. 1 Seperti daya beli (indeks penjualan eceran), perputaran transaksi ekonomi (nilai transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS), pasokan barang manufaktur (indeks produksi), ketersediaan barang pendukung investasi (nilai impor barang modal), dan kondisi ekonomi global (nilai tukar dan nilai ekspor). 1

12 12 11 11 1 1 99 99 98 fase kontraksi Composit Leading Indicator PDRB fase kontraksi 123456789111212345678911121234567891112123456789111212345678911121234567891112123456 7.5 7 6.5 6 5.5 5 4.5 4 25 26 27 28 29 21 211 CLI PDRB (rhs) Grafik I.1 Indikator Penuntun PDRB Jakarta Perkonomian Jakarta terutama masih terus didukung oleh kontribusi sektor tersier. Pangsa sektor tersier 2 dalam perekonomian Jakarta pada triwulan II 211 mencapai 73,7%. Sementara sektor sekunder dan sektor primer masing-masing sebesar 26,% dan,3%. Distribusi perekonomian Jakarta yang terkonsentrasi pada sektor tersier ini tidak terlepas dari peran Jakarta sebagai sentra bisnis dan penghubung perekonomian nasional dengan global. Peran Jakarta dalam perekonomian domestik relatif besar mencapai pangsa sekitar 17,8% dalam perekonomian nasional. A. SISI PERMINTAAN Investasi dan konsumsi kembali meningkat setelah melambat pada awal 211. Konsumsi meningkat, terutama konsumsi pemerintah yang peningkatannya tertinggi sejak akhir 29. Sementara konsumsi rumah tangga tumbuh lebih tinggi, ditopang oleh daya beli masyarakat. Investasi tumbuh 6,4% (yoy) pada triwulan laporan, didorong oleh permintaan domestik dan global yang tetap kuat dan didukung iklim investasi nasional yang membaik. Investasi bangunan tertinggi dalam 6 tahun terakhir. Di lain pihak, permintaan ekspor melambat akibat melambatnya permintaan dunia dan produksi dalam negeri. 2 Sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR); sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan; serta sektor jasajasa 2

Tabel I.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Jakarta (%, yoy) 29 21* 211 Indikator I II III IV Total I* II* III* IV* Total I* II* Konsumsi 6.2 6.5 6.7 6.7 6.5 4.7 5.7 6. 6.9 5.9 6.6 7.6 Konsumsi Rumah Tangga 6. 6.4 6.6 5.6 6.2 5.7 6.3 6.3 7.1 6.4 6.7 7. Konsumsi Pemerintah 7.9 7.5 7.8 16.9 1.2 6.7.1 2.8 5.5.7 4.8 14.2 Investasi 1.3 3.2 3.2 3.3 2.8 8.9 7.5 9.4 9.5 8.8 3.5 6.4 Ekspor.5.7 1. 3.1.2 1.7 8.4 9.2 9.9 7.3 12.8 9.7 Impor 1. 4.4 4.5 2.7 1.8 1.2 7.9 1.9 12.3 8.1 13.8 12.5 P D R B 5.2 4.9 5. 5. 5. 6.2 6.8 6.4 6.6 6.5 6.7 6.7 * angka sementara BPS DKI Jakarta 1. Konsumsi Konsumsi rumah tangga tumbuh meningkat mencapai 7,% (yoy) ditopang oleh peningkatan daya beli. Daya beli masyarakat didukung oleh kenaikan gaji profesional yang berkisar antara 5,7-12,2% dan kenaikan gaji PNS yang direalisasikan pada awal triwulan II 211. Perkembangan inflasi yang relatif terkendali dan tren menguatnya nilai tukar rupiah selama triwulan laporan juga menjadi faktor yang turut menopang kinerja konsumsi. Tabel I.2 Kenaikan Gaji Profesional Tahun Kategori 28/29 29/21 21/211 Min Max Min Max Min Max Banking 7.1 4.3 5 Call Center 19.6 8.3 27.5 39.3 Engineering & technical 33.3 Finance 8.3 Human resources 2.9 Information technology 1 5 Logistics & warehousing 15 15 3.3 Office support. 6.3 17.5 Sales & marketing 16.1 14.3 5 6.3 Rata2 2.6 1.4 3.8 4.2 5.7 12.2 UMP Nominal Jakarta 1. 4.5 15.4 Sumber: Indonesia Employment Outlook and Salary Guide, Kelly Services Indonesia %, yoy Beberapa indikator konsumsi mendukung peningkatan konsumsi rumah tangga. Indikator konsumsi rumah tangga yang tumbuh lebih tinggi mencerminkan aktivitas pengeluaran rumah tangga yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, misalnya penjualan mobil/motor, yang umumnya menggunakan lembaga pembiayaan sekitar 8-92% 3, terutama untuk pembelian mobil baru. Hasil survei terhadap pembelian barang eceran meningkat, terutama untuk suku cadang kendaraan, bahan konstruksi, pakaian, dan makanan. Pola konsumsi masyarakat cenderung melakukan pembelian barang yang bersifat tahan lama. Hal ini terindikasi pada 3 Survey AC-Nielsen, 25 3

melonjaknya Indeks Ketepatan Waktu Saat Untuk Pembelian Barang Tahan Lama 4. 1 8 6 4 %, yoy 35 3 25 2 15 %, yoy %, yoy 3 2 1 2 2 1 5 5 1 4 6 Sumber: Dinas Pelayanan Pajak Jakarta 1 I II III IV I II III IV I II III IV I II* 2 I II III IV I II III IV I II III IV I II 28 29 21 211 28 29 21 211 25 2 g.pendaftaran Mobil Baru g.pendaftaran Motor Baru Grafik I. 2 Perkembangan Pendaftaran Mobil/Motor Baru %, yoy Survei Penjualan Eceran %, yoy 5 4 g.kredit kons riil (rhs) g.leasing (yoy) (rhs) Grafik I.3 Perkembangan Kredit Konsumsi (Lokasi Proyek) dan Pembiayaan Nonbank 14 Indeks Survei Konsumen Kondisi Saat Ini 12 15 3 1 1 5 5 1 I II III IV I II III IV I II III IV I II 2 1 1 8 6 4 2 I II III IV I II III IV I II III IV I II 28 29 21 211 28 29 21 211 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Penghasilan saat ini g.indeks spe rhs g.pakaian g.sk Cad Kend g.makanan g.bahan konstruksi Grafik I. 4 Survei Penjualan Eceran Indeks Ketersediaan Lap. Kerja Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama Grafik I. 5 Indeks Keyakinan Konsumen Saat Ini Sementara itu, konsumsi pemerintah tumbuh meningkat hingga mencapai 14,2% (yoy), sebagaimana tingginya realisasi APBD 211. Realisasi belanja Pemerintah Daerah pada triwulan laporan lebih baik dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan II 211, penyerapan belanja APBD DKI Jakarta telah terealisasi 26,8% dari total anggaran sebesar Rp27,88 triliun, lebih baik dibandingkan realisasi anggaran pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 22,3%. 2. Investasi Pertumbuhan investasi mencapai 6,4% (yoy) meningkat dari triwulan sebelumnya. Prospek permintaan yang kuat disertai Iklim investasi nasional yang terus membaik berkontribusi positif pada peningkatan kinerja investasi Jakarta. Membaiknya iklim investasi di Indonesia ditandai oleh peringkat sovereign credit rating yang semakin mendekati kategori layak investasi yang selanjutnya berpengaruh positif bagi investor asing dalam memandang prospek investasi di Indonesia. Iklim investasi semakin membaik tercermin dari terus berlanjutnya perbaikan peringkat kredit Indonesia dari berbagai lembaga pemeringkat internasional. Pada 8 April 211 lembaga pemeringkat Standard & Poor s kembali menaikkan peringkat kredit Indonesia dan mencapai level tertinggi setelah krisis tahun 1997. Long-term foreign-currency rating Indonesia meningkat menjadi BB+ dari BB dengan outlook positif, sehingga 4 Hasil Survei Konsumen BI 4

peringkat kredit Indonesia saat ini hanya satu level di bawah investment grade. Hal ini berdampak langsung pada kinerja investasi di Jakarta. Upaya yang ditempuh oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui peningkatan layanan terpadu satu pintu (PTSP) turut mendukung peningkatan iklim investasi di Jakarta. Aktivitas investasi bangunan melonjak tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhannya dalam 6 tahun terakhir. Prospek pasar properti di Jakarta yang terus membaik mendorong pengembang untuk terus melakukan pembangunan properti komersial baru. Tingkat hunian properti komersial terutama kantor memasuki awal 211 selalu lebih dari 9%. Tingkat imbal hasil properti perkantoran di Jakarta lebih menguntungkan, yaitu mencapai 7-1% dibandingkan negara kawasan 5. Sepanjang triwulan laporan, kegiatan pembangunan properti komersial terus berlangsung, antara lain berupa penambahan areal kawasan industri, pembangunan apartemen, retail, dan perkantoran. Data konsumsi semen dan keramik yang meningkat tinggi masing-masing hingga 25,2% dan 84,6% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya menguatkan indikasi tingginya investasi bangunan selama triwulan laporan (Grafik I.9). Selain itu, meningkatnya investasi bangunan juga didorong oleh pembangunan infrastruktur lainnya seperti misalnya rehabilitasi sekolah, perbaikan jalan rusak, pembangunan terminal, dan pembangunan jembatan layang non-tol. Tabel I.3 Tingkat Hunian Properti Komersial 29 21 211 I II III IV I II III IV I II Office CBD Demand (occupancy rate ) 88.33% 88.31% 87.2% 87.2% 87.1% 87.77% 89.3% 89.1% 91.6% 92.8% Supply (cumulative supply, juta m2) 3.87 3.95 4. 4.5 4.5 4.8 4.22 4.27 4.27 4.31 Office Outside CBD Demand (occupancy rate ) 88.7% 88.7% 88.1% 88.1% 87.8% 88.4% 88.4% 89.3% 91.6% 89.1% Supply (cumulative supply, juta m2) 1.64 1.65 1.66 1.66 1.66 1.71 1.72 1.73 1.76 1.85 Apartment for Sale Demand (take up rate ) 71.6% 72.% 71.2% 71.2% 71.6% 71.9% 73.7% 77.1% 78.9% 76.4% Supply (cumulative supply, unit) 68,176 71,264 74,92 74,92 76,338 76,577 79,778 82,14 85,734 9,844 Apartment Rental Demand (occupancy rate ) 7.3% 71.3% 69.2% 69.2% 69.4% 69.1% 65.9% 69.5% 72.1% 76.2% Supply (cumulative supply, unit) 7,62 7,835 7,93 7,93 7,835 7,835 7,938 7,815 7,95 8,58 Retail Demand (occupancy rate ) 85.3% 82.% 82.3% 82.3% 82.6% 81.% 82.37% 83.2% 84.3% 86.6% Supply (cumulative supply, juta m2) 3.58 3.74 3.74 3.74 3.77 3.78 3.92 3.92 3.93 3.93 Industrial Demand (cumulative sale ) 67.34% 68.7% 68.7% 76.% 76.% 76.% 76.% 76.1% 8.1% 79.32% Supply (cumulative supply, Hektar) 8,662 8,662 8,662 8,662 8,662 8,662 8,662 8,662 9,6 8,666 Sumber : Colliers International, diolah meningkat menurun 5 Vibiznews - Property 5

Beberapa indikator investasi menunjukkan tren yang meningkat. Peningkatan investasi ini tercermin dari beberapa indikator antara lain pembangunan properti komersial, dengan tingkat cumulative supply yang terus bertambah (tabel I.3). Belanja modal Pemprov. DKI Jakarta telah terealisasi hingga 7,3% atau Rp592 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun 21 sebesar 4,2%. Selanjutnya, berbagai indikator investasi nonbangunan pada triwulan laporan sedikit meningkat yaitu berupa penambahan kapasitas yang dilakukan melalui pengadaan barang modal impor maupun pembelian dalam negeri (Grafik I.8). Ekspektasi terhadap kegiatan dunia usaha menunjukkan persepsi pengusaha ke depan tetap baik, terutama didukung dengan peningkatan order barang luar negeri dan harganya yang masih meningkat (Grafik I.11). 25, 2, Unit Terjual Perkembangan Penjualan Properti Residensial (Survei Properti DSM) 5 45 4 %, yoy Rp miliar 35 3 15, 35 3 25 2 1, 25 2 15 5, I II III IV I II III IV I II 29 21 211 TOTAL TIPE KECIL TIPE MENENGAH TIPE BESAR Grafik I.6 Perkembangan Properti Residensial 15 %, yoy 1 15 1 5 I II III IV I II III IV I II III IV I II* 28 29 21 211 Total IPO (Rp miliar) rhs g.kredit inv riil (yoy) 15 %, yoy 1 Grafik I.7 Pembiayaan Investasi 1 5 5 5 5 1 I II III IV I II III IV I II* 29 21 211 g.volum Impor Brg Modal g.pick Up,Truk,Alat Berat,Truk Tanki[baru] Grafik I.8 Perkembangan Impor Barang Modal dan Pendaftaran Alat Berat Baru 4 3 2 1 Indeks SBT Sumber : SKDU Jakarta 5 1 13 12 11 1 9 8 I II III IV I II III IV I II 29 21 211 Semen Keramik Grafik I.9 Konsumsi Semen dan Keramik Indeks *) angka perkiraan Sumber : BPS, diolah 1 I II III IV I II III IV I II III IV I II p 7 I II III IV I II III IV I II III IV I II* 28 29 21 211 28 29 21 211 Ekspektasi Situasi Bisnis Situasi Bisnis Ekspektasi Kegiatan Dunia Usaha Situasi Kegiatan Dunia Usaha Grafik I.1 Kegiatan Usaha dan Bisnis Order Brg. Input Riil Order DN Riil Order LN Riil Harga Jual Riil Order Brg. Input Riil Grafik I.11 Ekspektasi Kegiatan Bisnis Pembiayaan investasi yang berasal dari bursa efek (pencatatan IPO) dan perbankan tumbuh lebih cepat. Pada triwulan II 211 terdapat peningkatan perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) yang telah tercatat di Bapepam, yaitu masing-masing untuk 21 emiten obligasi 6

senilai Rp19,9 triliun, dan 8 emiten saham senilai Rp11,14 triliun. Sementara itu, kredit perbankan yang disalurkan untuk tujuan investasi di Jakarta hingga Mei 211 secara riil tumbuh sebesar 26% (yoy), meningkat pesat dibandingkan periode akhir triwulan sebelumnya (18,5%; yoy). 5 45 4 %, yoy Rp miliar 35 3 35 25 3 2 25 2 15 15 1 1 5 5 I II III IV I II III IV I II III IV I II* 28 29 21 211 Total IPO (Rp miliar) rhs g.kredit inv riil (yoy) Grafik I.12 Perkembangan Pembiayaan Bank dan IPO 3. Ekspor dan Impor 6 Melambatnya ekspor Jakarta didorong oleh turunnya volume perdagangan dunia dan produksi domestik. Volume perdagangan dunia berdasarkan World Economic Outlook, Juni 211 direvisi tumbuh lebih rendah -,1% dibandingkan prediksi April 211, terutama karena melambatnya pertumbuhan negara-negara maju. Dari sisi domestik, produksi industri menurun akibat kekurangan bahan baku impor dan domestik (karet), padahal porsi ekspor Jakarta terutama berupa komoditi industri mencapai 93,7%. Komoditi ekspor utama yang merupakan produk industri hampir semuanya melambat secara signifikan seperti misalnya suku cadang, mesin dan mekanik, serta besi/baja. Melemahnya kegiatan ekspor dan impor tercermin pada menurunnya volume bongkar muat barang di Pelabuhan Tanjung Priok untuk barang ekspor dan impor (luar negeri) masing-masing tercatat 777.44 ton dan 1.977.634 ton, atau menurun menjadi -42,5% dibandingkan triwulan sebelumnya (-6,5%). Ekspor ke negara tujuan yang mengalami penurunan adalah ke China dan ASEAN. Dari sisi ekspor jasa, indikator ekspor jasa seperti rata-rata lama menginap tamu asing dan volume pengiriman uang melalui RTGS memperlihatkan pertumbuhan melambat dibanding triwulan sebelumnya (grafik I.15). Arus perdagangan antar pulau juga menunjukkan perkembangan yang menurun. Indikator bongkar muat barang yang diperoleh dari data pengiriman barang dari Terminal Konvensional Tanjung Priok memperlihatkan bahwa perdagangan domestik (antar pulau) mengalami penurunan. Aktifitas bongkar dan muat barang antar pulau (dalam negeri) di Tanjung Priok 6 Konsep ekspor-impor dalam PDRB, ekspor-impor termasuk kegiatan ekspor-impor domestik (perdagangan antara daerah dan atau antar pulau). Ekspor impor luar negeri memiliki porsi 36,7%, sementara domestik 63,3%. Sementara antara perdagangan jasa dan barang, masing-masing memiliki porsi 7% dan 3%. 7

masing-masing turun 38,2% dan melambat 11,1% dibandingkan triwulan sebelumnya (25,1%). 6 %, yoy Sumber : Pelindo II (diolah) 15 %, yoy 4 1 2 5 2 4 6 I II III IV I II III IV I II 29 21 211 g.bongkar Antar Pulau g.muat Antar Pulau g.ekspor g.impor Grafik I.13 Perkembangan Arus Perdagangan di Tanjung Priok 3.5 hari %, yoy 4 3 5 1 I II III IV I II III IV I II 29 21 211 Besi/baja Pakaian Jadi Mesin dan mekanik Suku cadang & aksesori Grafik I.14 Pertumbuhan Volume Ekspor Komponen Utama Manufaktur Jakarta 25 %, yoy Perkembangan Ekspor Negara Tujuan 2 3. 2 1 15 1 5 2.5 1 2 5 3 1 2. 4 15 I II III IV I II III IV I II I II III IV I II III IV I II 29 21 211 Lama tinggal turis Pertb. Transfer Uang dari Jakarta (rhs) Grafik I.15 Indikator Ekspor Jasa Keterangan : Komoditas (porsi) 29 211 ASEAN (33.44) C. R.R.C (6.49) AMERICA (7.74) ASIA (7.99) AUSTRALIA (2.94) EUROPE (6.1) Grafik I. 16 Perkembangan Volume Ekspor Jakarta Berdasarkan Negara Tujuan Pertumbuhan impor melambat seiring terbatasnya pasokan bahan baku industri yang berasal dari impor. Impor tercatat tumbuh melambat (12,5%) dibandingkan triwulan sebelumnya. Porsi terbesar impor sebenarnya berbentuk bahan baku untuk industri dengan pangsa lebih dari 8% dari keseluruhan nilai impor Jakarta. Permasalahan terkait implikasi dari dampak bencana tsunami Jepang terhadap pasokan impor dan adanya kendala teknis di Pelabuhan yang menyebabkan penumpukan peti kemas. Perlambatan impor terutama barang konsumsi berupa makanan olahan (daging ternak). Sementara impor suku cadang dan aksesoris turun seiring pasokan komponen otomotif impor yang berasal Jepang yang terbatas. 3 25 2 15 1 5 5 1 %, yoy pangsa : 4% I II III IV I II III IV I II 1 8 6 4 2 2 4 6 %, yoy I II III IV I II III IV I II 29 21 211 Bahan plastik Suku cadang & aksesori Peralatan listrik Kendaraan bermotor Kimia Organik Makanan olahan lain Grafik I. 17 Perkembangan Volume Impor Komponen Utama Manufaktur Jakarta 29 21 211 Konsumsi Bahan Baku Barang Modal Grafik I. 18 Perkembangan Volume Impor Jakarta Berdasarkan Broad Economic Categories (BEC) 8

B. SISI PENAWARAN Pada sisi penawaran ekonomi Jakarta ditandai dengan peningkatan pertumbuhan sektor konstruksi; perdagangan, hotel, dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; dan keuangan. Dengan peningkatan pada empat sektor tersebut, kinerja ekonomi triwulan II 211 mampu menyamai pertumbuhan ekonomi triwulan sebelumnya. Pesatnya pembangunan properti komersial swasta dan infrastruktur di Jakarta menyokong pertumbuhan sektor konstruksi tertinggi dalam enam tahun terakhir. Sektor keuangan, persewaaan, dan jasa perusahaan menunjukkan kenaikan pertumbuhan tertinggi sejak tahun 25, seiring dengan tingginya aktivitas kegiatan keuangan dan kuatnya permintaan ruang sewa di Jakarta. Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh meningkat di atas 14%, dengan pesatnya pelanggan seluler dan penumpang moda transportasi. Sementara sektor perdagangan, hotel, dan restoran tumbuh lebih cepat meningkatnya seiring perdagangan eceran dan tingginya tingkat hunian hotel. Di sisi lain, sektor industri melambat akibat kinerja produksi yang terkendala keterbatasan bahan baku. Tabel I.4 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Jakarta (%, yoy) 29 21 211 Indikator I II III IV Total I* I* II* III* IV* Total I* II* Pertanian.8.8.7.7.3.9.9 1.6.9 3.3 1.7 2.4 1.5 Pertambangan dan penggalian 2.5 9.9 2.4 2.6 4.3 6.8 8. 1.5 1.8 1.6 1.5 18.5 12.6 Industri pengolahan 1.6.1.3.8.1 3. 3. 4.8 2.7 4. 3.6 4.7 1.7 Listrik gas dan air bersih 6.1 4.7 4.9 2.7 4.6 5.3 5.1 5.8 6.1 5.5 5.6 4.1 4.7 Konstruksi 6.3 6.5 6.1 5.9 6.2 6.9 6.9 7.4 7.4 6.6 7.1 6.7 9. Perdagangan, hotel dan restoran 3.3 3.4 4.4 4.8 4. 6.8 6.9 8. 6.7 7.6 7.3 7. 7.2 Pengangkutan dan komunikasi 15.7 15.3 15.4 16.2 15.6 15.2 15.1 14.7 15. 14.2 14.8 14.1 14.4 Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan 4.5 4.2 3.8 3.4 4. 4. 4. 4.1 4.5 4.3 4.2 4.9 5.1 Jasa jasa 5.8 6.2 6.5 7.4 6.5 6.7 6.8 6.7 6.5 6.4 6.6 6.3 6.5 PDRB 5.2 4.9 5. 5. 5. 6.2 6.2 6.8 6.4 6.6 6.5 6.7 6.7 * angka sementara BPS DKI Jakarta 1. Industri Kinerja sektor Industri Pengolahan mengalami perlambatan 1,7%(yoy) akibat penurunan produksi. Penurunan produksi terutama karenakekurangan bahan baku impor, khususnya untuk sektor industri manufaktur besar dan sedang. Berdasarkan rilis BPS, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang triwulan II 211 mengalami perlambatan baik secara kuartalan maupun secara tahunan dibandingkan periode sebelumnya, yaitu sebesar 1,86% (qtq) dan 3,54% (yoy). Jenis industri yang mengalami perlambatan terbesar adalah industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik yang mengalami kontraksi sebesar 22,47% (yoy). Berdasarkan informasi yang didapatkan secara anekdotal, pertumbuhan 9

produksi karet Indonesia saat ini memang melambat, sebesar,6% (yoy), masih jauh di bawah targetnya yang berada di kisaran 2,6%. Pembiayaan perbankan kepada sektor industri tidak terpengaruh oleh penurunan produksi industri tersebut, dengan rasio Non Performing Loans (NPL) berada di kisaran 4,2%. 2 15 % 12 1 % %, yoy 3 25 2 1 5 8 15 1 5 6 4 5 5 1 15 2 1 2 15 Sumber : PLN, diolah 2 I II III IV I II III IV I II* I II III IV I II III IV I II* 29 21 211 29 21 211 g.kons Listrik Industri (qtq) g.kons Listrik Industri (yoy) NPL Industri g.kredit Industri Riil (rhs) Grafik I. 19 Konsumsi Energi Industri Grafik I. 2 Kredit Sektor Industri 86 Kapasitas Produksi (%) * data sementara 84 82 8 78 76 74 72 7 I II III IV I II III IV I II* 29 21 211 Total Sektor Total Industri Pengolahan Grafik I. 21 Kapasitas Produksi Industri 2. Konstruksi Sektor konstruksi tumbuh meningkat hingga mencapai 9,% (yoy), tertinggi dalam 6 tahun terakhir. Angka realisasi pertumbuhan sektor ini berada di atas prakiraan awal. Kinerja sektor bangunan pada triwulan laporan dipengaruhi oleh pembangunan properti dan pembangunan infrastruktur. Sepanjang triwulan II 211, berbagai properti komersial masih berada dalam proses penyelesaian, antara lain properti perkantoran, apartemen, retail, dan industri. Selain itu, beberapa proyek pemerintah daerah masih akan dilanjutkan pada triwulan II 211, antara lain rehabilitasi sekolah, perbaikan jalan rusak, pembangunan terminal, dan pembangunan jembatan layang nontol. Ke depan, sektor bangunan diperkirakan berada dalam tren yang meningkat seiring permintaan yang masih tinggi, bahkan tingkat hunian kantor telah mencapai 92% (tabel I.3), terutama perkantoran yang berada di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Sementara properti perumahan (residensial) yang dibangun di Jabodetabek meningkat 24% (yoy), terutama untuk tipe menengah dan tipe besar (grafik I.6). Indikator sektor konstruksi tumbuh lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Maraknya pembangunan properti dan infrastruktur memicu permintaan akan bahan bangunan seperti semen dan 1

keramik. Data konsumsi bahan bangunan seperti semen dan keramik impor meningkat tinggi (grafik I.9) masing-masing hingga 25,2% dan 84,6% (yoy). 3. Keuangan, Persewaan dan Jasa Sektor keuangan, persewaan dan jasa tumbuh meningkat sebesar 5,1%, berada di atas prakiraan sebelumnya. Sektor ini tumbuh konsisten walaupun pada tahun 29 terjadi krisis keuangan global. Dalam 5 tahun terakhir, sektor keuangan Jakarta secara rata-rata tetap tumbuh sebesar 4%. Dari sub sektor keuangan, pada triwulan ini ditandai dengan penerbitan Initial Public Offering (IPO). IPO dari 21 emiten obligasi senilai Rp19,9 triliun, dan 8 emiten saham senilai Rp11,14 triliun turut mendorong kinerja sektor ini tumbuh meningkat. Sementara untuk pasar sekunder, nilai dan frekuensi transaksi di pasar modal masih mengalami peningkatan. Perbankan Jakarta mampu menyalurkan kredit hingga Rp913.993,9 miliar atau tumbuh 22% (yoy). Sub sektor persewaan tumbuh tinggi, di mana persewaan ruang kantor di CBD, apartemen, dan retail meningkat, menjadi rata-rata sekitar 8% (tabel I.3). 2 15 %, yoy 9% 89% Occupancy Rate 78% 76% 74% 1 5 88% 87% 72% 7% 68% 66% 5 86% 64% 62% 1 I II III IV I II III IV I II 29 21 211 Frekuensi Saham Diperdagangkan Nilai Saham Diperdagangkan Grafik I. 22 Perkembangan Transaksi Saham 85% I II III IV I II III IV I II 29 21 211 Office CBD Apartment Rental Grafik I.23 Tingkat Hunian Apartemen dan Kantor 6% 4. Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi tercatat masih tumbuh tinggi, yaitu mencapai 14,4%. Pertumbuhan sub sektor komunikasi berasal dari pendapatan operator telepon, dimana jumlah pelanggannya masih meningkat. Penetrasi yang terus dilakukan oleh berbagai melalui penyediaan layanan yang bersifat value added, terutama layanan mobile data, menopang kinerja sektor ini tumbuh tinggi. Operator besar dalam rilisnya menyatakan pelanggan broadband tumbuh konsisten lebih dari 4% 7. Sementara itu, pertumbuhan subsektor pengangkutan cukup tinggi. Perkembangan jumlah penumpang yang menggunakan sarana pesawat udara meningkat tinggi sebesar 17,8%. Volume penumpang kereta api Jabodetabek 7 Speedy mencatat peningkatan pelanggan 41,2% dari 1,41 juta menjadi 2 juta; Telkomsel Flash tumbuh 74,4 persen dari 2,97 juta menjadi 5,19 juta. 11

sekitar 3,85 juta orang relatif stabil dibanding triwulan sebelumnya. Sementara penumpang bus trans Jakarta meningkat 34,5% (yoy) menjadi 29,17 juta penumpang pada triwulan ini. Beroperasinya bus trans Jakarta koridor IX (Pinangranti-Pluit) dan X (Tanjung Priok-Cililitan) serta penerapan sterilisasi jalur bus dari kendaraan lainnya meningkatkan animo masyarakat untuk memilih moda transportasi ini. 35 3 25 2 % % 1 8 6 4 2 25 2 15 1 5 %, yoy %, yoy 3 2 1 1 2 3 15 1 Sumber : CEIC dan Pers Release I II III IV I II III IV I II 2 4 5 1 I II III IV I II III IV I II 28 29 21 4 5 29 21 211 g.pelanggan Cellular Jabodetabek (yoy) rhs g.pelanggan (qtq) Cellular Jabodetabek rhs Grafik I.24 Perkembangan Telepon Seluler Kereta Api Jabodetabek Angkutan Laut Tanjung Priok rhs Angkutan Udara Soekarno Hatta Grafik I.25 Perkembangan Jumlah Penumpang Moda Transportasi 3 28 26 24 22 2 18 16 juta orang jumlah penumpang %, yoy g.jumlah penumpang (rhs) I II III IV I II III IV I II 4 35 3 25 2 15 1 5 29 21 211 Grafik I.26 Perkembangan Penumpang Bus Trans Jakarta 5. Perdagangan, Hotel dan Restoran Sumber : www.transjakarta.co.id, diolah Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) tumbuh meningkat (7,2%). Kondisi ini tercermin dari peningkatan aktivitas perdagangan eceran. Dari hasil survei penjualan eceran aktivitas perdagangan barang tahan lama (durable goods) relatif meningkat terutama untuk barang-barang seperti suku cadang kendaraan dan barang konstruksi. Demikian pula, konsumsi barang tidak tahan lama (nondurable goods) meningkat antara lain makanan. Pola konsumsi masyarakat yang cenderung melakukan pembelian barang tahan lama terlihat dari hasil Survei Konsumen yang menunjukkan adanya peningkatan Indeks Ketepatan Waktu Saat Ini Untuk Pembelian Barang Tahan Lama. Sementara itu, tingkat kunjungan turis menunjukkan arah yang sedikit meningkat sepanjang triwulan II 211. 12

12 1 8 6 4 2 2 %, y o y I II III IV I II III IV I II 29 21 211 g.kons Listrik Bisnis (yoy) g.spe (rhs) %, yoy Grafik I.27 Konsumsi Listrik Sektor Bisnis dan Survei Penjualan Eceran 5 4 3 2 1 1 Sumber : PLN dan SPE BI, diolah 6 58 56 54 52 5 48 46 44 42 4 % I II III IV I II III IV I II 29 21 211 Hotel Occupancy Rate g.kunjungan Turis (rhs) %, yoy Grafik I.28 Perkembangan Jumlah Wisman dan Tingkat Hunian 6 5 4 3 2 1 1 2 6. Sektor Jasa-Jasa Sektor jasa-jasa tetap tumbuh meningkat sebesar 6,5%. Pertumbuhan biaya iklan pada 211 diperkirakan sebesar 16,7%. Perkembangan sektor ini didukung oleh pertumbuhan pembiayaan kredit bank sektor jasa meningkat sekitar 27,2% (yoy), yang disertai dengan kualitas kredit sektor yang baik sebagaimana tercermin dari rasio NPL yang berada di bawah 5%. Indikator lain yang menunjukkan pertumbuhan sektor ini masih tinggi adalah banyaknya event hiburan dibandingkan triwulan sebelumnya (grafik I.3). 8 45 7 4 6 35 5 3 25 4 2 3 15 2 1 1 5 28 29 21 211p belanja iklan (Rp triliun) %, yoy (rhs) Sumber : Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia dan Anekdotal Info, diolah Grafik I. 29 Perkembangan Belanja Iklan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 jumlah kegiatan I II III IV I II 21 211 konser musik festival musik Grafik I. 3 Jumlah Penyelenggaraan Hiburan 13

Halaman ini sengaja dikosongkan 14

BAB II INFLASI Pada akhir triwulan II 211, tingkat inflasi Jakarta tercatat sebesar 5,36% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,95% (yoy). Faktor utama yang menyebabkan perlambatan inflasi ini adalah adanya koreksi beberapa komoditas volatile food yang masih berlanjut sejalan dengan relatif stabilnya pasokan. Minimalnya kebijakan pemerintah di bidang harga juga turut menyebabkan inflasi administered bergerak cukup stabil. Namun demikian, inflasi inti mengalami sedikit peningkatan, didorong oleh ekspektasi menjelang hari besar keagamaan dan tren permintaan properti yang terus meningkat. Pada triwulan II 211, tekanan inflasi Jakarta masih berada dalam tren yang melambat seiring dengan koreksi harga beberapa komoditas pangan strategis yang masih berlanjut. Inflasi Jakarta pada triwulan II 211 mencapai 5,36% (yoy), kembali mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,95%. Meredanya tekanan inflasi terutama bersumber dari kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, dan kelompok transportasi yang masing-masing mencatat tingkat inflasi yang lebih rendah dibandingkan periode triwulan sebelumnya. Koreksi harga yang cukup besar terjadi pada komoditas aneka bumbu yang berkontribusi pada melambatnya tekanan inflasi kelompok bahan makanan. Sementara itu, pada kelompok makanan jadi, koreksi terbesar terjadi pada komoditas tembakau dan minuman beralkohol. Sementara itu, berdasarkan disagregasi inflasi inti/non inti, koreksi bahan makanan tercermin dari inflasi volatile food yang trennya masih turun. 6 5 4 3 2 1 1 harga BBM Inflasi Jakarta bersubsidi rata2 %, m t m meningkat 28,7% %, y o y Des : 1st round effect kenaikan harga Jan&Feb:1st+2nd round MTM internasional effect penurunan BBM YOY (rhs) dampak 2nd round kenaikan harga BBM 1.9.3.8.8 1.5 1.9 1.3.2 1. panen lebaran.4.3.1.2.2.3.2.2.1.4.4.9.1.5.7.1.1.2.2.7 1.1 1..51.22.33.76.47.21..7.15.43 panen panen panen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 1 2 3 4 5 6.1 16 12 8 5.36 4 4 27 24 21 18 15 12 9 6 3 3 6 %, yoy 1234567891111212345678911112123456789111121234567 28 29 21 211 28 29 21 211 Inflasi IHK Core Volatile Foods Adm Price Grafik II.1 Perkembangan Inflasi Grafik II.2 Disagregasi Inflasi 8 8 Penghitungan disagregasi inflasi tahunan menggunakan pendekatan sub kelompok pengeluaran 15

Tabel II.1 Perkembangan Inflasi Jakarta berdasarkan Kelompok Komoditas (yoy) Inflasi Jakarta Kelompok 21 211 Barang I II III IV I II qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy IHK.92 3.43 1.21 4.52 2.63 5.44 1.32 6.21.68 5.95.64 5.36 Bahan Makanan 2.43 6.43 3.84 11.54 5.86 11.74 1.95 14.8.1 11.96.5 7.77 Makanan jadi 4.29 1.66 1.24 11.12 2.2 11.1.91 8.89 1.21 5.67.84 5.25 Perumahan.29.66.8.55 2.14 2.61.86 3.41.92 4.5.42 4.4 Pakaian 2.68 1.43 2.52 2.76.79 1.5 6.71 5.61.28 8.83 3.1 9.36 Kesehatan.16 3.99.12 1.15.66 1.42.28 1.23 1.31 2.39 1.27 3.58 Pendidikan. 1.96.1 2.6 1.35 1.42.4 1.4.88 2.3.22 2.51 Transportasi.15 2.9.7 1.91 3.92 4.48.23 4.56.51 4.94.18 4.41 Koreksi harga pangan yang juga termasuk dalam volatile food ditunjang oleh stabilnya pasokan bahan pangan yang masuk ke Pasar Induk di wilayah Jakarta. Pergeseran masa panen bahan pangan di berbagai daerah sentra produksi berdampak pada lancarnya pasokan bahan pangan yang masuk ke wilayah Jakarta. Pasokan aneka bumbu di Pasar Induk Kramat Jati seperti cabe merah dan bawang merah mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Pasokan sayur ke Pasar Induk Kramat Jati pada triwulan II 211 mencapai 18.95 ton lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (16.67 ton). Membaiknya kondisi pasokan ini pada gilirannya menyebabkan harga-harga bahan pangan, terutama cabe dan bawang merah, masih mengalami koreksi. Sementara itu, pasokan beras di Pasar Induk Beras Cipinang mulai mengalami penurunan karena masa panen padi yang sudah berakhir di awal triwulan laporan. Selama triwulan II 211, pasokan beras yang masuk ke Pasar Induk Beras Cipinang mencapai 198.824 ton, lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya (222.159 ton). Selain itu, ekspektasi pedagang yang khawatir akan rendahnya capaian produksi masa panen gadu akibat tingginya serangan hama di beberapa sentra produksi (Jawa Timur dan Jawa Barat) ditengarai menjadi salah satu hal yang memicu peningkatan harga beras eceran. Operasi Pasar (OP) beras di Jakarta yang dilaksanakan di pasar grosir, cukup mampu meredam gejolak harga di tingkat grosir, namun di tingkat eceran harga beras masih meningkat tinggi mulai Mei 211, terutama untuk jenis IR I, IR II, dan IR III. 16

1. 9. 8. 7. 6. 5. 4. 3. ton/bulan Rp/kg 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 1 2 3 4 5 6 9. 8.5 8. 7.5 7. 6.5 6. 5.5 5. 6, 5, 4, 3, 2, 1, ton/bulan Rp/kg 1 2 3 4 5 6 7 8 9111121 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 1 2 3 4 5 6 3, 25, 2, 15, 1, 5, 29 21 211 29 21 211 Pasokan Beras Harga rata rata Eceran Beras (rhs) Harga rata rata Grosir Beras (rhs) Grafik II.3 Perkembangan Pasokan dan Harga Beras 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, ton/bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9111121 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 1 2 3 4 5 6 29 21 211 Pasokan Cabe TW Harga Eceran Cabe TW (rhs) Rp/kg Harga Grosir Cabe TW (rhs) 5, 45, 4, 35, 3, 25, 2, 15, 1, 5, Grafik II.5 Perkembangan Pasokan dan Harga Cabe Pasokan Bawang Merah Harga Eceran Bawang Merah (rhs) Harga Grosir Bawang Merah (rhs) Grafik II.4 Perkembangan Pasokan dan Harga Bawang Merah 3 25 2 15 1 5 Rp/kg Rp/kg Sumber : Tim Ketahanan Pangan Jakarta 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11112 1 2 3 4 5 6 29 21 211 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, Ayam Boiler/Potong Telur ayam ras Daging Sapi Murni (rhs) Grafik II.6 Perkembangan Harga Aneka Daging Inflasi administered price Jakarta pada triwulan II 211 stabil. Harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi 9 masih ditetapkan tidak berubah sejak akhir 28. Sementara rencana beberapa kebijakan terkait BBM bersubsidi, seperti pembatasan penggunaan BBM bersubsidi yang sedianya diberlakukan pada akhir triwulan I 211 di Jakarta -Bogor Depok Tangerang Bekasi (Jabodetabek), masih belum diimplementasikan. Kebijakan terkait BBM subsidi oleh Pemerintah tersebut memberikan tekanan minimal terhadap inflasi administered prices. Di sisi lain, harga minyak global masih berada dalam tren yang meningkat menyebabkan harga BBM non-subsidi dalam tren meningkat. Pada triwulan laporan tercatat harga Pertamax, Pertamax Plus, dan Pertamax Dex mengalami kenaikan yang cukup signifikan masing-masing sebesar 34,4% (yoy); 32,1% (yoy); dan 31,7%(yoy) (Tabel II.2). Sementara itu, konsumsi BBM Jakarta diindikasikan semakin meningkat. Tercatat pada Semester I 211 konsumsi BBM bersubsidi (Premium) Jakarta sudah melebihi 1% dari kuota yang ditetapkan. Namun demikian, penambahan kuota 1 BBM nasional bersubsidi sebesar 1,9 juta kilo liter ditengarai mampu sedikit meredam kenaikan harga BBM hingga akhir tahun 211. Untuk itu, Pemerintah akan menempuh kebijakan yang sifatnya non-harga, dengan mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) mengenai Penghematan Energi yaitu penghematan BBM bersubsidi untuk kendaraan operasional Kementerian/Lembaga sebesar 1% yang direncanakan akan diimplementasikan pada Agustus 211. 9 Konsumsi BBM subsidi hampir mencapai 6%. 1 Penambahn dari kuota awal nasional sebesar 38,6 juta kilo liter 17

Jenis Tabel II.2 Harga BBM di Jakarta Harga (Rp) Tw I 1 Tw II 1 Tw III 1 Tw IV 1 Tw I 11 Tw II 11 Tw II III 1 Perubahan QtQ (%) Perubahan YoY (%) Tw III IV Tw IV 1 I Tw III 9 Tw IV 9 Tw I 1 I Tw I II 11 1 11 III 1 IV 1 11 Minyak Solar 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5........ Premium 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5........ Minyak Tanah 5,681 5,681 5,681 5,681 5,681 5,681........ Pertamax Plus 7,3 6,7 6,7 7,45 9,15 8,85. 11.2 22.8 3.3 4.3 9.6 25.3 32.1 Pertamax 6,75 6,25 6,15 7,5 8,7 8,4 1.6 14.6 23.4 3.4 3.9 11.9 28.9 34.4 Pertamax Dex 7,4 7,1 7,3 7,85 1,35 9,35 2.8 7.5 31.8 9.7 6.6 1.6 39.9 31.7 Sumber : Pertamina, diolah Tw II 1 II 11 Secara fundamental, tekanan inflasi inti meningkat pada triwulan II 211. Peningkatan inflasi inti dipengaruhi oleh ekspektasi dan peningkatan permintaan masyarakat akan barang/jasa tertentu dalam kelompok inflasi inti. Ekspektasi masyarakat (3 hingga 6 bulan ke depan) terhadap kenaikan harga kembali meningkat, diperkirakan karena efek psikologis masyakarat menghadapi bulan puasa dan hari raya. Untuk itu, pembentukan persepsi positif masyakarat akan ketersediaan pasokan bahan pangan perlu terus dilakukan oleh Pemerintah untuk dapat meredam ekspektasi negatif akan kenaikan harga. Selanjutnya, barang inti lainnya seperti dalam kelompok sandang (emas perhiasan dan sandang wanita/pria) dan perlengkapan/ peralatan pendidikan meningkat tinggi semasa periode tahun ajaran baru. Dari sisi jasa, sewa/kontrak rumah ditengarai meningkat sebagaimana tarif kontrak dan sewa rumah sewa properti retail, apartemen, dan kantor didorong oleh permintaan properti yang terus meningkat. Peningkatan permintaan antara lain tercermin dari tingkat hunian yang trennya terus meningkat sejak pertengahan 21. 22 352, Rp / m 2 / bulan Properti Retail 87% 2 35, 86% 18 85% 16 348, 84% 14 346, 83% 12 1 Sumber: Survei Keyakinan Konsumen BI 123456789111121234567891111212345678911112123456 344, 342, 82% 81% 28 29 21 211 34, I II III IV I II III IV I II 8% 13.8 Perubahan harga umum 3 bulan yad Rp juta / m 2 Perubahan harga umum 6 bulan yad Grafik II.7 Ekspektasi Harga Properti Apartemen Sewa 78% 29 21 211 average rental rate tingkat hunian (rhs) Grafik II.8 Perkembangan Tarif Sewa Retail 115, 94% Rp / m 2 /bulan Ruang Kantor Sewa 13.7 76% 93% 11, 92% 13.6 74% 91% 13.5 72% 15, 9% 13.4 89% 13.3 7% 1, 88% 13.2 68% 87% 95, 86% 13.1 66% 85% 13 I II III IV I II III IV I II 64% 9, I II III IV I II III IV I II 84% 29 21 211 29 21 211 average rental rate tingkat hunian (rhs) Grafik II.9 Perkembangan Tarif Sewa Apartemen average rental rates in the CBD tingkat hunian (rhs) Grafik II.1 Perkembangan Tarif Sewa Kantor 18

BOKS Dampak Pembatasan Jam Operasional Truk Melalui Tol Dalam Kota Pada triwulan II 211, Pemprov Jakarta memberlakukan pembatasan jam operasional truk ke tol dalam kota yang diklaim telah menekan kemacetan Jakarta. Ruas tol jalur tol dalam kota Cawang- Tomang Pluit pada 5. WIB s.d. 22. WIB tidak boleh dilalui angkutan berat dengan tonase 5 ton ke atas. Berdasarkan indikator Pemprov Jakarta, terdapat lima indikator keberhasilan penerapan ketentuan tersebut antara lain, kecepatan di tol dalam kota meningkat hingga 34,53 km/jam; jumlah penumpang busway meningkat, terutama koridor IX (Pinang Ranti Pluit) hingga 44. penumpang per hari; polusi kendaraan berkurang; pengunaan bahan bakar berkurang; dan produktivitas kerja per individu meningkat. Pada rapat tim pengendalian inflasi daerah (TPID) Jakarta menyatakan dalam jangka pendek ketentuan tersebut memiliki dampak yang positif dalam menekan harga di Jakarta. Di wilayah Jakarta yang kecepatan kendaraannya meningkat, secara signifikan harga barang eceran menjadi lebih rendah. Secara wilayah, kecepatan kendaraan meningkat di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Jakarta Pusat, sementara di Jakarta Utara kecepatan kendaraan justru melambat. Harga eceran di beberapa wilayah dengan peningkatan kecepatan kendaraan, pasca penerapan ketentuaan tersebut, harga eceran rata-rata turun sekitar 3% dibandingkan periode sebelumnya. Hal tersebut ditengarai berkaitan dengan peningkatan kecepatan kendaraan yang nantinya mendukung kelancaran distribusi barang. Selain itu, pasokan di pasar induk beras dan sayur tetap tinggi dan tidak mengalami perbedaan dibandingkan sebelum penerapan ketentuan. Rp7.222,2 3454.3 Rp 7.234,1 45 38,7 45 35,39 16 45 13.56 Rp7.496,4 3454.3 Rp7.334,9 Rp7.559,1 3454.3 Rp7.461,5 4 45 2,96 38 45 5,82 45 12,56 38 45 44,22 16 Rp7.21,3 3454.3 Rp7.52,7 3454.3 Rp7.156,3 28 45 44,46 9,25 45 49,5 Rp7.22,2 13 45 38,9 11,75 45 1,16 27 45 45,5 Keterangan: Kecepatan kendaraan Harga per wilayah Gambar A.1 Peta Jakarta Berdasarkan Wilayah dan Dampak Pembatasan 19