PEMBAHASAN Siklus Hidup C. trifenestrata Studi Perkembangan Embrio C. trifenestrata

dokumen-dokumen yang mirip
Embriogenesis. Titta Novianti

EMBRIOLOGI MAS BAYU SYAMSUNARNO MK. FISIOLOGI HEWAN AIR

Gambar tahap perkembangan embrio ikan lele

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA HEWAN

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.3. igotik. Embrionik. Pasca lahir

1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

Cricula trifenestrata (Lepidoptera: Saturniidae): PERKEMBANGAN EMBRIO, PENUNDAAN PENETASAN TELUR, DAN PEMECAHAN DORMANSI PUPA TEGUH LARASATI ANDRIANI

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLATIHAN SOAL. Pernyataan yang merupakan ciri dari pertumbuhan ditunjukkan oleh nomor...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.1

Parameter yang Diamati:

TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra ( Bombyx mori L. Ras Ulat Sutera

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1

4/18/2015 MORFOGENESIS BY : I GEDE SUDIRGAYASA GAMBARAN UMUM MEKANISME MORFOGENE SIS TOPIK GASTRULASI ORGANOGEN ESIS

MODUL PERKEMBANGAN HEWAN : FERTILISASI. Oleh Siti Pramitha Retno Wardhani, S.Si

BAB IV. Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas (F1-F2) dengan pemberian dua

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Fekunditas Pemijahan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

URAIAN MATERI A. Fertilisasi dan Perkembangan Embrio Fertilisasi adalah proses penyatuan atau peleburan inti sel ovum (ovum) dengan inti sel

Gestational period lasts for 280 days, from the beginning of the last menstrual cycle until delivery. Conceptus (fertilization result) undergoes

Neurulasi BAGIAN KE-10

JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

Annelida. lembab terletak di sebelah atas epithel columnar yang banyak mengandung sel-sel kelenjar

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

4/18/2015 FERTILISASI BY : I GEDE SUDIRGAYASA GAMBARAN UMUM TOPIK MEKANISME

Sub Bab Gastrulasi mengatur kembali blastula untuk membentuk sebuah embrio berlapis tiga dengan perut primitif

PERTUMBUHAN adalah proses pertambahan ukuran sel atau organisme. Pertumbuhan ini bersifat kuantitatif/ terukur.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Permulaan Kehidupan Manusia

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus Hidup dan Morfologi

HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Kawin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Mortalitas Larva S. litura Akibat Perlakuan Insektisida Nabati Minyak Biji Jarak Pagar (J.

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)


Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila

Tinjauan Mata Kuliah. Materi pengembangan bahan ajar mata kuliah ini akan disajikan dalam 9 (sembilan) modul sebagai berikut.

Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLATIHAN SOAL BAB 11

F I S I O L O G I Reproduksi dan Laktasi. 10 & 17 Februari 2014 Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc.


TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

N E M A T H E L M I N T H E S

SDP. YG MENDPT TEKANAN CUKUP BERAT


HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

FISIOLOGI SERANGGA SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI

KAJIAN KEPUSTAKAAN. susu untuk peternak di Eropa bagian Tenggara dan Asia Barat (Ensminger, 2002). : Artiodactyla

TINJAUAN PUSTAKA. Ulat Sutera (Bombyx mori L.)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Petumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan dan Hewan

Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Tumbuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a b c

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

Karakteristik Organisme Hidup. UNSYIAH Universitas Syiah Kuala 9/28/2016. Tema-tema dalam Mempelajari Kehidupan. Organisasi Biologi

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

CARA PERKEMBANGBIAKAN INVERTEBRATA

Folikulogenesis dan ovum ternak

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN

KONTRAK PERKULIAHAN SPH II

Lampiran 1. Jumlah Zigot yang Membelah >2 Sel pada Hari Kedua

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura

Penyiapan Mesin Tetas

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gastrulasi BAGIAN KE-9

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. perkembangan ayam. Hasil penelitian panjang tubuh anak ayam yang diinkubasi. Tabel 2. Panjang Tubuh Anak Ayam Lokal

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Derajat Kelangsungan Hidup (SR) Perlakuan Perendaman (%)

STRUKTUR DAN FUNGSI HAYATI HEWAN 2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTEMUAN XII: STRUKTUR DAN FUNGSI HAYATI HEWAN. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Siklus Hidup B. tabaci Biotipe-B dan Non-B pada Tanaman Mentimun dan Cabai

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pengamatan Buah per Tandan. Perkembangan ini dapat dilihat dari beberapa indikator seperti jumlah buah,

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.5. Metagenesis. Metamorfosis. Regenerasi

TINJAUAN PUSTAKA. (Gallus gallus gallus) dan Ayam Hutan Merah Jawa ( Gallus gallus javanicus).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Kualitas Eksterior Telur Tetas Ayam Arab

HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

drh. Herlina Pratiwi PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014

ASPEK MOLEKULER PERKEMBANGAN

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN DASAR SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

SISTEM REPRODUKSI MANUSIA 2 : MENSTRUASI PARTUS

5. PARAMETER-PARAMETER REPRODUKSI

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

HASIL A. Teknik Penangkaran T. h. helena dan T. h. hephaestus

GENITALIA EKSTERNA GENITALIA INTERNA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA Fertilisasi

Gambar di nomerin de... : Neurulasi primer (Gilbert, 2003)

Dalam suatu tumbuhan yang mengalami perkecambahan terdapat: Planula : ujung batang yang akan menjadi sepasang daun, daun lembaga kotiledon kotiledon

II. TINJAUAN PUSTAKA

merangsang skutelum menghasilkan GA. GA dikirim ke sel-sel protein untuk membentuk enzim baru sebagai pelarut cadangan makanan.

Transkripsi:

PEMBAHASAN Siklus Hidup C. trifenestrata Tahapan hidup C. trifenestrata terdiri dari telur, larva, pupa, dan imago. Telur yang fertil akan menetas setelah hari kedelapan, sedang larva terdiri dari lima instar dengan lama masing masing instar berlangsung selama kurang lebih lima hari. Masa pupa berlangsung sekitar 14 16 hari. Imago C. trifenestrata mengalami rudimenter pada alat pencernaannya. Oleh karena itu imagonya hanya bertahan kurang lebih lima hari. Keberadaan C. trifenestrata di alam dibatasi oleh predator dan parasitoid. Pemeliharaan di dalam ruangan akan mengurangi resiko serangan predator atau parasitoid. Keberhasilan pemeliharaan dalam ruangan ditentukan oleh ketepatan kondisi pemeliharaan meliputi suhu dan kelembaban ruangan. Suhu dan kelembaban ruang pemeliharaan adalah 28-29 0 C dan 80 %. Studi Perkembangan Embrio C. trifenestrata Perkembangan embrio diawali setelah terjadi proses fertilisasi yaitu peleburan antara sperma dan ovum yang menghasilkan zigot. Menurut Muller (1997) & Gilbert (1985) tahapan yang terjadi setelah terbentuk nukleus zigot adalah cleavage atau pembelahan yang menghasilkan energid. Telur serangga termasuk telur sentrolesital yaitu sel telur dimana yolknya terkumpul di bagian tengah dari sel telur dengan sitopasma sebelah luar. Jumlah dan cara tersebarnya kuning telur ( egg yolk ) dalam sel telur akan mempengaruhi jalannya pembelahan sel. Tipe pembelahan serangga termasuk tipe pembelahan superfisial yaitu pembelahan yang terjadi pada sitoplasma yang mengelilingi kuning telur (Gilbert 1985; Triplehorn & Johnson 2005). Energid hasil pembelahan akan bergerak (migrasi) ke bagian perifer telur, selanjutnya akan berpisah diikuti sitokinesis, dan masing-masing akan dibungkus oleh membran sel. Lapisan sel ini disebut lapisan blastoderm. Sebagian sel-sel ini akan membesar dan menebal membentuk germ cell atau germ band ( ventral plate ), sedang pada sisi

yang lain akan membentuk serosa yang selanjutnya akan menjadi bagian dari yolk sac. Sel-sel serosa akan mengelilingi germ band dan membungkus embrio membentuk membran amnion. Tahapan berikut yang terjadi adalah tahap diferensiasi yaitu meliputi bentuk awal tubuh, penentuan anterior posterior, pembentukan segmen tubuh hingga spesialisasi struktur dan appendages. Studi mengenai penentuan longitudinal axis yang dilakukan pada Drosophila (Drosophilidae) menyatakan bahwa penentuan ini terkait dengan maternal (Chapman 1998). Saat oocyte masih berada di dalam ovarium, troposit memproduksi spesifik mrna yang ditransfer ke oocyte dan terakumulasi pada anterior end. Segera setelah telur diletakkan, terjadi translasi mrna yang menghasilkan protein yang dikenal sebagai protein bicoid. Perbedaan konsentrasi protein akan menyebabkan ekspresi gen yang berbeda pada zigot nukleus. Pada posterior end telur, aktivitas RNA ini ditiadakan oleh gen lain yang disebut nano, yang juga diproduksi dalam troposit. Segmentasi dihasilkan dari diferensial efek konsentrasi protein pada serangkaian gen. Penentuan dorso-ventral axis pada embrio juga hampir sama seperti pada longitudinal axis, hanya saja pada penentuan dorso-ventral axis, signal inisiasi diproduksi oleh oosit saat masih berada dalam ovarium. Signal ini menyebabkan sel folikel memproduksi ligand, yang menghasilkan protein yang disebut dorsal pada telur. Protein ini lebih aktif diambil oleh nukleus pada sisi lain pada blastoderm yang akan menjadi sisi ventral (Chapman 1998). Gastrulasi merupakan proses dimana mesoderm dan endoderm terinvaginasi dalam ektoderm. Gastrulasi akan menghasilkan terbentuknya tiga lapisan yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Sel-sel ektoderm selanjutnya akan berdiferensiasi membentuk epidermis, otak, sistem saraf dan sistem trakea. Sel-sel mesoderm akan berdiferensiasi membentuk organ dalam seperti otot, kelenjar, jantung, darah dan lemak tubuh serta organ reproduksi. Sedangkan endoderm akan menghasilkan midgut. Pada C. trifenestrata, fertilisasi terjadi saat telur masih berada dalam tubuh betina. Selanjutnya telur akan diletakkan oleh induknya. Beberapa proses yang terjadi

kurang dari 24 jam setelah oviposisi adalah cleavage dan pembentukan blastoderm. Hal yang sama terjadi pada Bombyx mori, cleavage dan pembentukan blastoderm terjadi pada 3 4 jam dan 10 12 jam setelah oviposisi. Pada pengamatan embrio hari pertama telah terjadi proses pembelahan diikut dengan terbentuknya lapisan blastoderm (blastula). Gastrulasi sebagai bagian dari diferensiasi berlangsung pada hari kedua. Pada embrio hari ketiga hingga kelima terjadi perkembangan diferensiasi dan organogenesis. Embrio secara sempurna terbentuk lengkap pada hari keenam. Pada stadia ini peruasan menghasilkan kepala, thoraks dan abdomen. Struktur appendages seperti alat mulut dan tungkai telah terbentuk. Hal yang sama terjadi dengan Bombyx mori (Bombycidae), stadia telurnya 9 10 hari, embrionya telah lengkap terbentuk pada hari keenam (Tazima 1978). Stadia hari berikutnya merupakan pematangan embrio hingga saat penetasan telur terjadi. Penundaan Penetasan Telur C. trifenestrata dengan Penyimpanan dalam Suhu 8 0 C Berdasarkan hasil percobaan, telur C. trifenestrata dapat ditunda penetasannya pada suhu 8 0 C selama tiga dan tujuh hari, sedangkan pada lama penyimpanan 14, 21 dan 28 hari, telur tidak dapat menetas. Penundaan penetasan telur C. trifenestrata pada suhu 8 0 C dapat dilakukan selama tiga hari untuk stadia umur telur lima, enam, dan tujuh hari. Penundaan ini dapat ditingkatkan hingga tujuh hari, namun hanya untuk stadia umur lima dan enam hari saja. Pada stadia umur telur 1-4 hari, telur tidak dapat menetas setelah disimpan pada suhu 8 0 C. Hal ini diduga karena suhu tersebut adalah suhu yang mematikan untuk perkembangan embrio muda. Pada perkembangan embrio dibutuhkan suhu yang optimum, sehingga suhu yang tidak sesuai akan mengganggu proses perkembangan embrio. Hal yang sama terjadi pada telur Cactoblastis cactorum (Pyralidae) yang berumur satu hari, ketika disimpan pada suhu 0 0 C dan 5 0 C, tidak dapat berkembang (McLean 2006). Pada stadia umur telur 8 hari juga tidak dapat menetas setelah disimpan pada suhu 8 0 C. Hal ini diduga karena persediaan kuning telur sebagai zat saat penyimpanan dingin telah menipis sehingga kerusakan yang terjadi pada embrio tersebut lebih parah dari

pada embrio umur tujuh hari dan enam hari (Phillips & Lardy 1940, Hammadeh et al. 2001). Prosentase penetasan telur yang tinggi didapatkan pada stadia umur telur enam hari. Hal ini diduga karena telur pada stadia ini telah memiliki embrio dengan struktur yang lengkap. Pada lama penyimpanan tujuh hari, stadia telur umur tujuh hari tidak menetas. Diduga hal yang sama terjadi pada kematian embrio hari ke 8 pada penyimpanan tiga hari. Kerusakan embrio karena makin menipisnya cadangan makanan dari kuning telur. Pemecahan Dormansi Pupa C. trifenestrata Berdasarkan hasil analisis statistik, intensitas cahaya tidak memberikan respon yang nyata terhadap pemecahan dormansi pupa C. trifenestrata. Namun demikian terlihat bahwa ada kecenderungan pemberian intensitas yang berbeda akan memberikan waktu keluarnya imago (masa emerge ) yang berbeda. Intensitas cahaya yang memberikan respon tercepat terhadap keluarnya imago adalah 240 lux (lampu 18 watt). Kokon atau pupa yang mendapatkan perlakuan penyinaran dengan lampu ini cenderung lebih cepat keluar menjadi imago dibanding dengan penyinaran lampu yang lain (8 dan 23 watt). Pemecahan dormansi pupa juga dipengaruhi oleh kondisi pupa. Kondisi pupa yang tidak terbungkus kokon memberikan respon positif untuk pemecahan dormansi pupa. Pupa yang tidak terbungkus kokon lebih cepat keluar menjadi imago dibanding yang terbungkus kokon. Diduga pupa yang tidak terbungkus kokon lebih kuat menerima rangsangan dari lingkungan berupa cahaya dibanding yang pupa yang terbungkus kokon. Salah satu rangsangan untuk memecahkan dormansi pada pupa adalah cahaya (William et al. 1964). Cahaya akan diteruskan ke otak melalui kutikula pada pupa. Pada pupa yang terbungkus kokon, sebelum menuju kutikula pupa sebelumnya harus melewati kokon sebagi barier. Selanjutnya proses endokrin yang terjadi adalah proses pengaktifan hormone ekdison yang akan menyebabkan terjadinya pergantian kulit atau molting dari pupa menjadi imago. Hormon ekdison adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar prothoraks setelah mendapatkan

prothoraksikotropik (PTTH). Hormon PTTH sendiri dihasilkan oleh corpora cardiaca. Proses berubahnya pupa menjadi imago selain karena hormon ekdison juga disebabkan karena kandungan hormone juvenile yang mendekati nol. Kendala yang dihadapi dalam percobaan ini adalah adanya pupa yang rentan mengalami kekeringan (untuk pupa yang tidak terbungkus kokon) dan adanya parasit. Baik pupa yang mengalami kekeringan ataupun yang terkena parasit akan mati sehingga tidak dapat keluar menjadi imago. Pada perhitungan efektivitas perlakuan, terlihat perlakuan dengan 23 watt dengan kondisi pupa terbungkus kokon menunjukkan efektivitas perlakuan tertinggi (65%). Namun beberapa kokon/pupa ditemukan mati dan tidak menjadi imago karena parasitoid dan kering. Hal yang sulit untuk membedakan pupa yang telah terkena parasitoid dan yang tidak apalagi dalam kondisi terbungkus kokon. Bila pupa yang mati karena parasitoid tidak dimasukkan dalam perhitungan maka efektivitas perlakuan tertinggi adalah pada perlakuan lampu 8 watt dengan kondisi pupa terbungkus kokon (100%). Namun bila dilihat jumlah ulangannya, maka perlakuan lampu 23 watt dengan kondisi pupa terbungkus kokon lebih banyak dari perlakuan 8 watt dengan kondisi pupa terbungkus kokon. Sehingga berdasarkan hal itu maka perlakuan yang paling efektif adalah perlakuan lampu 23 watt dengan kondisi pupa terbungkus kokon. Alasan mengapa pupa yang mati karena parasitoid tidak dimasukkan dalam perhitungan adalah pupa tersebut mati bukan pengaruh perlakuan tapi mungkin karena parasitoid telah terbawa masuk ke dalam tubuh pupa sejak larva atau sejak awal pupa. Parasitoid yang ditemukan menyerang pupa C. trifenestrata adalah dari famili Ichneumonidae dan Sarchopagidae, sehingga pada penelitian berikutnya perlu dipastikan bahwa kokon atau pupa yang menjadi sampel benar - benar bebas dari parasitoid. Pada percobaan ini juga telah dilakukan pengukuran intensitas cahaya dimana intensitas cahaya tertinggi adalah 350 lux (23 watt) dan terendah 151 lux (8 watt). Suhu kotak inkubasi berkisar antara 29 30 0 C (saat lampu menyala) dan 27 0 C (saat lampu mati). Peningkatan suhu terjadi seiring dengan peningkatan ukuran watt lampu.