BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat dalam teks mengungkapkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang sangat kaya. Salah satu kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada kertas, lontar, kulit kayu atau rotan (Djamaris, 1977:20). Naskah

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak hanya berupa arca atau prasasti, tetapi juga dapat berasal dari naskahnaskah

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara atau kerajaan tentu mempunyai sistem hirarki dalam

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, dan sastra (Baried, 1983: 4). Cipta sastra yang termuat dalam naskah,

PATHISARI. Wosing těmbung: Sěrat Pangracutan, suntingan lan jarwanipun teks, kalěpasan.

BAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis

BAB I PENDAHULUAN. teks dibagi menjadi tiga yaitu teks lisan, teks tulisan tangan dan teks cetakan

BAB I PENDAHULUAN. dipegang yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui

BAB I PENDAHULUAN. rakyat, sejarah, budi pekerti, piwulang, dll. (Nindya 2010:1). Manfaat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pikir manusia demi menunjang keberlangsungan hidupnya. Dalam Kamus Besar

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang banyak masyarakat yang berburu naskah-naskah kuna

ANALISIS SEMIOTIK TEKSKIDUNG RUMEKSA ING WENGI

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, terdiri dari berbagai suku, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rangkaian dari kebudayaan-kebudayaan masa lalu. Tidak ada salahnya bila ingin

BAB V PENUTUP. ditemukan dua varian naskah, yaitu naskah Sêrat Driyabrata dengan nomor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki beragam suku dan tentu saja bahasa daerah

BAB I PENDAHULUAN. tentang kehidupan, berbagai buah pikiran, gagasan, ajaran, cerita, paham dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu. Naskah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pokok Bahasan Rincian Pokok Bahasan Waktu

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang

BAB IV PENUTUP. ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut : A. Simpulan. 1. Sêrat Srutjar merupakan naskah jamak. Ditemukan tiga buah naskah yang

MANFAAT STUDI FILOLOGI

2015 KRITIK TEKS DAN TINJAUAN KANDUNGAN ISI NASKAH WAWACAN PANDITA SAWANG

SERAT MUMULEN (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN SEMIOTIK)

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN. (Ratna, 2004:34). Metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Naskah SDR yang dijadikan objek penelitian tidak mempunyai nomor

2014 SAJARAH CIJULANG

BAB II KAJIAN TEORI. Filologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu philos yang

BAB I PENDAHULUAN. Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan

BAB II KAJIAN TEORI. Filologi adalah suatu ilmu yang objek penelitiannya naskah-naskah lama

BAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di

KAJIAN FILOLOGI SÊRAT DWIKARÅNÅ

KAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan terbentuk sebagai hasil sintesis dari pengalaman-pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa benda (tangible culture) atau budaya-budaya non-benda (intangible

MENGAPA KITA MEMPELAJARI FILOLOGI???

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kawruh warnining udheng-udhengan (suatu tinjauan filologis) Budi Kristiono C UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN

TINJAUAN FILOLOGI DAN AJARAN MORAL DALAM SÊRAT DRIYABRATA

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Pengertian Filologi. kebudayaan suatu bangsa melalui teks-teks tertulis di dalam naskah-naskah klasik

Teks, Tekstologi, dan Kritik Teks

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rizwan, 2013

Wahyu Aris Aprillianto Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sebuah penelitian diperlukan penggunaan metode yang tepat agar hasil penelitian

KAJIAN FILOLOGI DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN MORAL DALAM SERAT AMBEK SANGA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia mempunyai dokumentasi sastra lama yang. berkualitas setara dengan hasil sastra peradaban lain. Semua sastra daerah

BAB II LANDASAN TEORI

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI SERAT CARETA SAMA UN: SUNTINGAN TEKS DISERTAI ANALISIS RESEPSI. Oleh MUHAMMAD HASAN NIM

BAB I PENDAHULUAN. Karya-karya Raden Ngabehi Ranggawarsita banyak dipengaruhi oleh kepustakaan. 1988: 40). Kebenaran bahwa SC dikarang oleh Raden

Nilai Pendidikan Moral dalam Serat Pamorring Kawula Gusti dan Relevansinya dalam Kehidupan Sekarang

Alfian Rokhmansyah, M.Hum.

TINJAUAN FILOLOGI DAN ISI SERAT PRIMBON SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tulis terdiri dari dua bentuk, yaitu karya sastra tulis yang berbentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

: SUNTINGAN TEKS BESERTA KAJIAN PRAGMATIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zainal Arifin Nugraha, 2013

BAB V PENUTUP. Hasil penelitian dan pembahasan naskah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå dan

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga

BAB I PENDAHULUAN. sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka

2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan sintak..., Vandra Risky, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. hasil pemikiran orang-orang terdahulu yang dituangkan ke dalam sastra dan

BAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan prosa yang diadaptasi dari bagian epos-epos dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mampu menentramkan kehidupan manusia terlebih dalam hal kerohanian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tumpuan serta puncak keagungan bangsa adalah berupa

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

NASKAH KH ANWAR RANJI WETAN MAJALENGKA. (Kajian Filologis) Proposal Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibaca dalam peningglan-peninggalan yang berupa tulisan.

KAJIAN FILOLOGI NASKAH PIWULANG PATRAPING AGÊSANG SKRIPSI

KAJIAN FILOLOGI SÊRAT SÊKAR WIJÅYÅKUSUMÅ SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum sastra Bali dibedakan atas dua kelompok, yaitu Sastra Bali

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. materi yang harus diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah-naskah Nusantara sangat beraneka ragam, yang isinya mengemukakan tentang kehidupan manusia misalnya, masalah politik, sosial, ekonomi, agama, kebudayaan, bahasa, dan sastra. Naskah yang menjadi sasaran kerja filologi dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat dalam teks mengungkapkan pesan. Pesan yang berhubungan erat dengan filsafat hidup dan dengan bentuk kesenian yang lain (Baried, dkk. 1985: 4). Melalui naskah dan teks, maka berbagai macam segi kehidupan manusia masa lampau dengan segala aspeknya dapat diketahui secara eksplisit. Filologi menjadi ilmu yang mempelajari teks tertulis. Teks yang dimaksud tidak terbatas pada yang bersifat sastra saja. Teks tersebut juga dapat mengungkapkan nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya (Sudjiman, 1995: 10). Penyebaran agama Islam di pulau Jawa segera diikuti dengan mengalirnya kepustakaan Islam, baik tersurat dalam bahasa dan aksara Arab atau yang telah digubah dalam bentuk bahasa dan aksara Jawa. Mengalirnya kepustakaan agama Islam, pada akhirnya juga mempengaruhi perkembangan dan kepustakaan Jawa. Jenis kepustakaan Jawa yang isinya mempengaruhi dan mempertemukan ajaran Islam dengan tradisi Jawa disebut Primbon, Serat, Suluk dan Wirid (Simuh, 1988:9). 1

2 Kempalan Sĕrat Piwulang (selanjutnya disingkat KSP) merupakan naskah koleksi Perpustakaan Museum Sonobudoyo yang ditulis menggunakan aksara Jawa dan berbentuk macapat. Namun, sebelum disimpan di Museum Sonobudoyo, naskah KSP disimpan di Panti Boedaya 1. Informasi tersebut diketahui pada bagian depan terdapat cap warna merah dengan menggunakan aksara Jawa bertuliskan Panti Budaya. Teks KSP yang dijadikan penelitian adalah pada bagian Suluk Bab Salat (selanjutnya disingkat SBS). Naskah KSP mempunyai nomor koleksi PB A.221. Selain cap warna merah, kode PB merupakan singkatan dari Panti Budaya. Secara garis besar, naskah KSP ini menceritakan tentang macam-macam piwulang, seperti cerita tentang para wali, ajaran shalat, perilaku tercela yang tidak boleh dilakukan atau ditiru dengan diawali huruf m, dan lain sebagainya. Teks Jawa bernuansa Islam lazim dikenal dengan sebutan suluk. Suluk yaitu karya sastra yang bersifat Islam yang isi teksnya mengandung ajaran perjalanan manusia yang mensucikan diri lahir dan batin guna mencapai kehidupan rohani yang lebih sempurna, yaitu berada sedikit-dikitnya atau manunggal dengan Tuhannya (Marsono, 1997: 16). Karya-karya susastra suluk biasanya berisi ajaran moral yang bernuansa Islam dan tersusun dalam bentuk dialog atau tanya jawab antara dua orang pelaku atau lebih tentang hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan keagamaan. 1 Panti Budaya merupakan sebuah yayasan yang didirikan pada tahun 1930 untuk membantu melestarikan tradisi kesusastraan Jawa, salah satunya degan membeli naskah dari berbagai wilayah di Jawa (Behrend, 1990:VII).

3 Dari Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 1 kolesi Museum Sonobudoyo diketahui bahwa, naskah ini tergolong pada teks piwulang. Menurut Kamus Bausastra Jawa-Indonesia piwulang adalah pelajaran, pengajaran, dan ajaran (Prawiroatmodjo, 1981: 96). Penelitian pada naskah KSP, khususnya teks SBS, memberitahukan kepada masyarakat luas khususnya masyarakat yang beragama Islam untuk menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-nya. Misalnya, dalam teks yang diteliti membahas tentang Suluk Bab Salat. Di dalam khazanah susastra Jawa terdapat jenis susastra suluk yang mengandung keterangan tentang konsep-konsep ajaran mistik dalam Islam atau tasawuf. Susastra suluk ialah jenis karya susastra Jawa-Baru yang bernafaskan Islam dan yang berisi ajaran tasawuf (Zoetmulder, 1935 via Darusuprapta, dkk., 1990: 1). Suluk sering juga disebut juga mistik, yaitu jalan ke arah kesempurnaan batin, ajaran atau kepercayaan yang menganggap bahwa pengetahuan kepada kebenaran dan Allah dapat dicapai melalui penglihatan batin. Melalui tanggapan batinnya manusia dapat berkomunikasi langsung atau bersatu dengan cara bersamadi, khalwat, dan pengasingan diri (Poerwadarminta, 1976: 973 dan 1023; Hornby dkk., 1973: 646 via Darusuprapta, dkk., 1990: 2). Shalat merupakan salah satu sarana ibadah yang sangat dibutuhkan oleh hamba Allah untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada-nya. Rasa dekat seorang hamba kepada Allah SWT, sebagai Pencipta alam semesta akan memberikan rasa damai dan tenang di dalam dirinya, karena yakin bahwa Allah SWT adalah tempat segala

4 makhluk bergantung/berharap. Untuk dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai Zat Yang Mahasuci, tentunya seorang hamba harus menempuh jalan dan tata cara yang telah ditentukan oleh-nya, terutama melalui ibadah shalat (Nuhuyanan, 2002: 1). Oleh karena itu, teks SBS membahas tentang cara manusia berkomunikasi dan mendekatkan diri pada Penciptanya yaitu dengan melaksanakan shalat lima waktu dan shalat sunah sesuai perintah Allah SWT. Selain shalat, teks SBS juga membahas tentang ajaran Islam lainnnya dan membahas tentang kehidupan manusia dari lahir hingga mati. Bermacam-macam ajaran Islam inilah yang menjadi alasan peneliti untuk menjadikan teks SBS sebagai objek penelitian. 1.2 Rumusan Masalah Berdasar latar belakang di atas, permasalahan yang ditemukan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimana agar teks SBS dapat dibaca oleh semua kalangan masyarakat? 2. Bagaimana pembaca dapat memahami isi teks SBS? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang sudah disebutkan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

5 1. Menyajikan suntingan teks SBS dalam aksara Latin agar dapat dibaca oleh semua kalangan masyarakat. 2. Menyajikan terjemahan teks SBS dalam bahasa Indonesia agar pembaca dapat memahami isi yang terkandung dalam teks SBS. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 1 koleksi Museum Sonobudoyo, naskah KSP dengan kode PB A.221, merupakan kumpulan teks yang terdiri dari delapan teks. Teks yang terdapat dalam naskah KSP ialah, 1. Mim Pitu, 2. Musawaratipun Para Wali, 3. Suluk Seh Ngabdul Salam, 4. Purwa Sastra, 5. Suluk Dewaruci, 6. Suluk Bab Salat, 7. Asmaralaya, 8. Darmagandhul. Objek penelitian naskah KSP dibatasi pada teks ke-6 saja yaitu Suluk Bab Salat yang terdapat pada halaman 157-182 yang berjumlah 25 halaman. Selain itu, penelitian juga dibatasi pada deskripsi naskah, suntingan teks menggunakan edisi kritis atau perbaikan bacaan, dan terjemahan. 1.5 Tinjauan Pustaka Penelitian terhadap Kĕmpalan Sĕrat Piwulang khususnya pada bagian Suluk Bab Salat sejauh ini belum pernah dilakukan. Satu-satunya buku yang menginformasikan keberadaan KSP adalah Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 1 oleh Dr. T. E. Behrend (1990). Di dalam katalog tersebut disebutkan bahwa

6 KSP yang terdapat di Museum Sonobudoyo berjumlah dua buah dengan kode PB A 221 dan PB A 42, dengan dilengkapi sedikit deskripsi pada masing-masing naskah tersebut. Namun, teks SBS yang akan diteliti hanya terdapat pada naskah KSP dengan kode PB A 221. Sebelumnya pernah ada artikel yang memuat tentang teks SBS, namun artikel tersebut hanya memuat pupuh pertama teks SBS dan tidak mencantumkan sumber teks yang ditulis. Artikel tersebut dapat ditemukan dalam sebuah blog yang ditulis oleh Alifbraja yang mempunyai alamat web (http://alifbraja.16mb.com/syiir-tanpowaton-gus-dur/suluk-shalat-bagian-03/). Selain itu, juga terdapat penelitian terdahulu yang sedikit terkait dengan penelitian KSP yaitu naskah yang berisi tentang piwulang atau ajaran. Pada disertasi (S3) Marsono yang berjudul Lokajaya: Suntingan Teks, Terjemahan, Struktur Teks, Analisis Intertekstual dan Semiotik (1997) yang memuat akan ajaran moral yang bernuansa Islam dan ajaran perjalanan manusia dengan mensucikan diri lahir batin. Penelitian di atas ada kaitannya dengan penelitian teks SBS dikarenakan samasama memuat ajaran moral yang bernuansa Islam yang berhubungan dengan tradisi Jawa dengan tujuan dapat mendekatkan diri pada Sang Pencipta. 1.6 Landasan Teori Filologi adalah ilmu yang berhubungan dengan studi teks sastra atau budaya yang berkaitan dengan latar belakang kebudayaan yang didukung oleh teks tersebut

7 (Baried, dkk. 1985: 2-3). Objek filologi ialah naskah-naskah yang mengandung teks sastra tradisional, yaitu sastra yang dihasilkan masyarakat yang masih dalam keadaan tradisional atau masyarakat yang belum memperlihatkan pengaruh Barat secara intensif (Baried, dkk. 1985: 9). Pada jamannya naskah ditulis secara istimewa mewakili situasinya sendiri baik waktu maupun tempat. Hal itulah yang membuat naskah menjadi khas dan unik (Robson, 1994: 5). Kekhasan suatu naskah dapat terjadi karena seringnya naskah tersebut disalin, dengan penyalin yang berbeda, maka karakter aksara juga berbedabeda. Selain itu, penyalin juga ada yang mengubah teks untuk kepentingan pribadi ataupun untuk kepentingan umum. Pada penelitian ini teori yang digunakan ialah teori filologi. Teori filologi yang digunakan ialah kodikologi dan dikhususkan pada suntingan edisi perbaikan bacaan atau edisi kritis. Kodikologi ialah mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan naskah, seperti bahan/ alas tulisnya, tintanya, usia naskah, nama penyusun atau penyalinnya, serta tempat penulisan atau penyalinannya (Sudjiman, 1995: 11). Sedangkan, edisi kritis dari suatu naskah sangat membantu pembaca yaitu dengan mengatasi berbagai kesulitan yang bersifat tekstual atau yang berkenaan dengan interpretasi dan dengan demikian terbebas dari kesulitan dalam memahami isinya. Kritis ialah penyunting mengidentifikasi sendiri bagian dalam teks yang mungkin terdapat masalah dan menawarkan jalan keluar. Jika penyunting merasa terdapat kesalahan dalam teks maka dapat memberikan tanda yang mengacu pada

8 aparatus kritis atau dapat memasukkan koreksi ke dalam teks tersebut dengan tanda yang jelas yang mengacu pada aparatus kritis (Robson, 1994: 25). Perlu dilakukan kritik teks karena naskah sudah melalui proses penyalinan berulang kali, sehingga isi naskah terjadi perubahan atau tidak sesuai dengan naskah asli. Selain itu, kritik teks juga diterapkan untuk menyajikan teks yang bersih dari kesalahan sehingga, isi teks dapat dipahami oleh pembaca. Selanjutnya, perlu dilakukan penerjemahan agar mempermudah pembaca dalam memahami isi teks. Penerjemahan merupakan usaha untuk menyatakan kembali ide dari satu bahasa ke bahasa lain. Teori penerjemahan menurut Crystal (1997: 346, via Rokhman, 2006: 10) yaitu, mempunyai tiga tingkat penerjemahan yang masing-masing mempunyai penekanan yang berbeda. 1. Terjemahan kata per kata (word-for-word), yaitu menerjemahkan teks dari satu bahasa ke bahasa lain dengan mencari persamaannya secara gramatikal. Misalnya, kata dalam bahasa Jawa diterjemahkan menjadi kata dalam bahasa Indonesia. 2. Terjemahan secara harafiah (literal translation), yaitu menerjemahkan dengan cara struktur linguistik bahasa sumber diikuti dan kemudian disesuaikan dengan gramatika bahasa sasaran. 3. Terjemahan secara bebas (free translation), yaitu usaha menerjemahkan makna yang dinyatakan oleh bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Dalam

9 hal ini, struktur linguistik tidak menjadi penting karena penekanannya lebih pada ekuivalensi makna. Penelitian ini menggunakan kombinasi teori terjemahan dari ketiga tingkat penerjemahan tersebut. 1.7 Metode Penelitian Metode adalah cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran penelitian (Pradopo, 1995: 18 via Wuri, 2005). Metode penelitian yang digunakan adalah metode kepustakaan yang sejalan dengan metode penelitian filologi (Kartono, 1976 via Wuri, 2005). Selanjutnya, menggunakan metode recensio dan examinatio. Recensio merupakan tahapan dari filologi dalam menginventarisasi naskah. Tujuannya untuk menemukan naskah yang sejenis dengan objek penelitian. Lebih lanjut, tahapan ini mencoba mengeliminasi naskah, yang selanjutnya mengerucut pada objek. Sedangkan, examinatio merupakan tahapan dari filologi dalam melakukan suntingan teks mempunyai tujuan menyajikan teks yang bersih dari kesalahan (Reynold and Wilson, 1967: 186). Jumlah koleksi naskah KSP di Perpustakaan Museum Sonobudoyo ialah dua naskah. Namun, dari kedua naskah tersebut kemudian dipilih naskah KSP yang di dalamnya terdapat teks SBS untuk dideskripsikan lebih rinci.

10 Langkah selanjutnya adalah melakukan edisi kritis atau perbaikan bacaan terhadap teks SBS yang bertujuan untuk menemukan bentuk yang asli, untuk mengetahui maksud pengarang dengan cara menyisihkan kesalahan-kesalahan yang terdapat di dalamnya. Tujuan perbaikan bacaan tersebut untuk menunjukkan bacaan yang berbeda (varian) dan menunjukkan bacaan yang rusak (korup) (Baried, dkk. 1985: 1-2). Hasil perbaikan bacaan kemudian disesuaikan dengan ejaan bahasa Jawa standar yang mengacu pada Baoesastra Djawa (1939) serta mempertimbangkan ejaan bahasa Jawa yang disempurnakan (Sudaryanto, 1992 via Wuri, 2005). Selain itu, perlu diberi aparat kritik sebagai bukti bahwa pada teks tersebut terjadi kesalahan yaitu berupa penambahan, pengurangan, dan pengubahan teks. Setelah teks selesai diperbaiki dan dianggap bersih dari kesalahan-kesalahan, maka selanjutnya dilakukan penerjemahan. Penerjemahan dilakukan agar pembaca dapat memahami isi teks dengan mudah. Selain itu, penerjemahan dilakukan dengan tujuan untuk mengubah bahasa sumber menjadi bahasa sasaran yang mayoritas masyarakat menggunakan bahasa sasaran yaitu bahasa Indonesia. 1.8 Sistematika Penyajian Sistematika penyajian pada penelitian ini ialah:

11 Bab I Pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian tinjauan pustaka, landasan teori, metode penyajian, dan sistematika penyajia Bab II Deskripsi Umum Naskah, yang memuat deskripsi naskah KSP dan deskripsi teks SBS. Bab III Suntingan Teks dan Terjemahan, menyajikan suntingan perbaikan teks SBS dan menerjemahkan teks SBS ke dalam bahasa Indonesia. Bab IV Kesimpulan dan Saran.