TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. pisang barangan akhir-akhir ini terus meningkat, terutama di kota-kota besar di Sumatera Utara,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Pengertian Evaluasi Program

EVALUASI menurut Suharsimi Arikunto menyebutkan bahwa: Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dengan semakin maju ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta kemajuan

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Indonesia merupakan salah satu negara pembudidaya tanaman kakao paling

TEST, PENGUKURAN, ASSESMEN, EVALUASI

perannya dalam meningkatkan program-program, konsep-konsep utama dan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Monitoring dan Evaluasi dalam Program Pemberdayaan

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)

PERSEPSI PETANI TERHADAP KINERJA KEMITRAAN KELOMPOK TANI DENGAN PERUSAHAAN EKSPORTIR PD RAMA PUTRA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Ramadhon (2013) dalam skripsinya yang berjudul Efektivitas Program

BAB IV RANCANGAN STUDI EFEKTIVITAS PROYEK

Teori dan Praktek Evaluasi Program DIAN PERMATASARI K.D

PENDAHULUAN. dalam pola dan struktur produksi terhadap perubahan yang terjadi serta berperan

TINJAUAN PUSTAKA. dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berpikir, cara kerja dan

RANCANGAN STUDI EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROYEK PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN

PENDAHULUAN. kehidupan para petani di pedesaan tingkat kesejahteraannya masih rendah.

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN. Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan di luar sekolah (non

Review Kuliah Evaluasi Program Penyuluhan

BEBERAPA MODEL EVALUASI PENDIDIKAN (Disarikan dari Seminar Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan) Oleh Sofyan Zaibaski

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Pengertian Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling

EVALUASI TERHADAP KINERJA KEMITRAAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III DENGAN USAHA KECIL (Kasus: Kota Medan)

BAB III METODE PENELITIAN

Model Evaluasi Program Dalam Penelitian Evaluasi (Agustanico Dwi Muryadi)

I. LATAR BELAKANG. kegiatan oleh evaluator melalui pengumpulan dan penganalisisan informasi secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Persaingan usaha yang semakin ketat dewasa ini menuntut

Oleh : Ninik Indahwati. Kata Kunci : Program Pengajaran, Pengembangan Program Pengajaran.

MANAJEMEN PEMBELAJARAN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

Instrumen EVALUASI PROGRAM Bimbingan dan Konseling

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu,

EVALUASI PROGRAM PERKULIAHAN KONSTRUKSI POLA BUSANA DI JURUSAN PTBB FT UNY

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TELAAH PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif yaitu pengumpulan dan penyajian datanya dituangkan dalam kata-kata dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010).

I. PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang terdidik

Oleh : Nina Martina Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Galuh Jln. R.E. Martadinata No.150 Ciamis. Abstrak

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH. DAFTAR ISI.. vi DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. A. Latar Belakang Masalah.

Oleh Didik Rinan Sumekto, S.Pd., M.Pd.

II. SISTEM MONITORING DAN EVALUASI PROYEK

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

Kedudukan Evaluasi Program dan Hasil Belajar Oleh: Novrianti Yusuf,M.Pd

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. dilakukan diantara karya-karya tersebut antara lain :

EVALUASI PROGRAM OLEH : DRS.ZAINAL ARIFIN, M.PD. NIP

BAB IV EFEKTIVITAS KERJA SAMA KOPERASI SYARIAH BEN IMAN DENGAN YAYASAN YATIM MANDIRI DALAM PROGRAM BUNDA YATIM SEJAHTERA

KUIS PERSIAPAN MENGHADAPI UPM

Evaluasi Program Penanggulangan HIV/AIDS Dengan Model CIPP Berbantuan Komputer

Keberadaan ED dalam AIPT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

Pedoman Penyusunan TNA

I. PENDAHULUAN. yang berkualitas. Pembelajaran yang dilakukan guru hendaknya dapat. tinggi selalu memperbaharui mekanisme dan pola pembelajaran kearah

EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF KELAS 1 SEKOLAH DASAR PELITA BANGSA. oleh : Setia Armawati, Herpratiwi, Eddy Purnomo

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif-dekriptif. Desain penelitian ini dipilih dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

LANGKAH-LANGKAH PENULISAN KARYA ILMIAH

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. Kerangka Berpikir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

A. Pentingnya Evaluasi Kurikulum

PERANAN PENYULUH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KOTA PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan selama ini kadang-kadang hanya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

THE EVALUATION OF COUNSELING SERVICE PROGRAM FOR OPTIMALIZATION THE RULES FOR STUDENTS IN SMAN 16 BANDAR LAMPUNG

PEDOMAN SISTEM KERJA LATIHAN DAN KUNJUNGAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DAMPAK PENYULUHAN PERTANIAN PARTISIPATIF TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN KELOMPOK TANI PEMULA

I. PENDAHULUAN. standar kinerja yang harus dicapai serta menilai hasil-hasil yang sebenarnya dicapai pada

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I) di Fakultas Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EVALUASI KINERJA USAHA AGRIBISNIS KERAPU

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut dikenal sebagai metode penelitian. Metode penelitian digunakan dan

INSTRUMEN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

2015 ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013

pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis ke SKB, seminar, lokakarya, studi

pemeriksaan mulai dari tahap perencanaan sampai dengan tahap pelaporan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

/BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan pada dunia baik yang ada di luar negeri maupun

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Penyuluhan pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada petani beserta keluarganya yang hidup di pedesaan dengan membawa dua tujuan utama yang diharapkannya. Untuk jangka pendek adalah menciptakan perubahan perilaku termasuk di dalamnya sikap, tindakan dan pengetahuan, serta untuk jangka panjang adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat dengan jalan meningkatkan taraf hidup mereka (Sastraadmadja, 1993). Tujuan penyuluhan pertanian adalah mengubah perilaku (behavior) petani dan anggota keluarganya yaitu mengubah pengetahuan, sikap, serta keterampilannya. Perubahan pengetahuan, sikap, serta keterampilannya. Perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilani ini akan merupakan pintu gerbang terjadinya penghayatan (Characterization, habitually) dan penerapan (adopsi) dari inovasi (pembaharuan) pertanian yang disuluhkan atau yang menjadi misinya. Tanpa terjadi perubahan perilaku ini tidak akan terjadi proses penghayatan atau penerapan dalam diri petani dan anggota keluarganya. Adapun misi atau pesan penyuluh pertanian adalah bertani lebih baik (better farming), berusahatani lebih menguntungkan (better business), hidup lebih sejahtera (better living) dan membentuk masyarakat tani yang lebih sejahtera (better community) (Padmowiharjdjo. S, 2001). Sasaran penyuluhan pertanian dapat berupa individu, kelompok, maupun organisasi. Sasaran individu atau perorangan dalam penyuluhan pertanian dapat

dicapai dengan menggunakan metode khusus yaitu melakukan pendekatan secara individu. Sasaran kelompok dalam penyuluhan pertanian dapat dicapai dengan melakukan pendekatan secara kelompok, sedangkan untuk mencapai sasaran dalam organisasi yang lebih besar dapat dilakukan dengan pendekatan massal. Penggunaan metode ini selain didasarkan pada jumlah sasaran yang ingin dicapai, perlu juga mempertimbangkan situasi dan kondisi sasaran penyuluhan pertanian. Peningkatan pengetahuan dilakukan dengan pendekatan massal agar lebih efisien. Untuk mengubah sikap, pendekatan kelompok dapat memberikan motivasi yang kuat bagi para petani untuk melaksanakan suatu inovasi, sedangkan untuk meningkatkan keterampilan, pendekatan perorangan akan lebih efektif (Mardikanto, 1993). Dalam melakukan penyuluhan, faktor penyampaian (pengkomunikasian) hal-hal yang disuluhkan adalah amat penting karena itu penyuluh menuntut dipersiapkannya lebih dahulu suatu disain secara terperinci dan spesifik, yang menggambarkan hal-hal pokok sebagai berikut : 1. Masalah yang dihadapi? 2. Siapa yang akan disuluh? 3. Apa tujuan yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan? 4. Apa pendekatan yang dipakai? 5. Metode atau saluran apa yang dipakai? 6. Sistem evaluasi apa yang ada di dalam rencana keseluruhan kegiatan yang dimaksud? (Nasution. Z, 1990).

Landasan Teori Penyuluhan pertanian di Indonesia telah mempunyai sejarah yang cukup panjang, yang dimulai sejak awal abad 20 di masa penjajahan. Penyuluhan bermula dari adanya kebutuhan untuk meningkatkan hasil pertanian, baik untuk kepentingan penjajah maupun untuk mencukupi kebutuhan pribumi. Penyuluhan dilandadi pula oleh kenyataan adanya kesenjangan yang cukup jauh antara praktek-praktek yang dilakukan para petani di satu pihak dan adanya teknologteknologi yang lebih maju dilain pihak. Kebutuhan peningkatan produksi pertanian diperhitungkan akan dapat dipenuhi seandainya teknologi-teknologi maju yang ditemukan oleh para ahli dapat dipraktekkan oleh para petani sebagai produsen primer (Margono. S, 2003). Secara umum, peran penyuluh hanya dibatasi pada kewajibannya untuk menyampaikan inovasi dan mempengaruhi sasaran penyuluhan melalui metoda dan teknik-teknik tertentu sampai sasaran penyuluhan itu dengan kesadaran dan kemampuannya sendiri mengadopsi inovasi yang disampaikan. Akan tetapi, dalam pengembangannya, peran penyuluh tidak hanya terbatas pada fungsi menyampaikan iinovasi dan mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sasaran penyuluhannya, akan tetapi, ia harus mampu menjadi jembatan penghubung antara pemerintah atau lembaga penyuluhan yang diwakilinya dengan masyarakat sasaran, maupun untuk menyampaikan umpan balik atau tanggapan masyarakat kepada pemerintah/lembaga penyuluhan yang bersangkutan. Sebab, hanya dengan menempatkan diri pada kedudukan atau posisi seperti itulah ia akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik (Mardikanto. T, 1993).

Dengan adanya jalinan keterkaitan antara penyuluh pertanian dengan petani maka pada suatu saat nanti didalam menghadapi masala-masalah penyuluhan tidak tergantung kepada program dari pemerintah semata-mata tetapi merupakan kemandirian petani itu sendiri. Dengan adanya suatu program yang direncanakan oleh petani dan terjaminnya dukungan operasional dari aparaturaparatur penyuluhan pertanian, penyediaan sarana produksi, pemasaran, pengolahan hasil, permodalan maka dengan demikian produktivitas usaha tani terus menerus meningkat dan permintaan pasar terpenuhi dengan kata lain mampu memanfaatkan setiap peluang ekonomi yang melintas dihadapannya (Suryadi. A, 1995). Ada tiga model penyuluhan pertanian yang dapat digunakan untuk lesson learned yang pernah dilaksanakan di indonesia yaitu sebagai berikut: 1. Sistem kerja LAKUSUSI (Latihan Kunjungan dan Supervisi) 2. Sekolah Lapangan, dan 3. FMA (Farmers Manage Activities) Ada berbagai masalah penyuluhan pertanian yang kita jumpai sampai saat ini yaitu adalah: 1. Kelembagaan 2. Ketenagaan 3. Kompetisi Penyuluhan 4. Kesadaran penyuluh terhadap perubahan budaya petani 5. Kebiasaan (habit) penyuluh 6. Penyusunan program 7. Sarana

8. Sikap petani 9. Kepemimpinan petani 10. Kelembagaan petani 11. Pembiayaan 12. Intensitas kegiatan 13. Perubahan keterkaitan penelitian dan penyuluhan 14. Inovasi 15. Kerjasama SDM (Soedijanto, 2004). Program penyuluhan yang baik sebaiknya dilakukan berdasarkan kebutuhan masyarakat yang ada di daerah tersebut (sistem bottom up). Pemerintah harus mengetahui apa yang menjadi kebutuhan masyarakat lalu kemudian menentukan program apa yang cocok dilakukan di daerah tersebut. Untuk mengetahui keberhasilan program penyuluhan, maka diperlukan penelitian secara ilmiah. Ada beberapa kegunaan evaluasi dilihat dari berbagai sudut pandang yaitu sebagai berikut: 1. Kegunaan bagi kegiatan penyuluhan itu sendiri, yakni: a) Untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan yang telah dicapai. b) Untuk mencari bukti apakah sekuruh kegiatan telah dilaksanakan seperti yang direncanakan. c) Untuk mengetahui segala masalah yang muncul/dijumpai yang berkaitan dengan tujuan yang diinginkan.

d) Untuk mengukur efektifitas dan efesiensi sistem kerja dan metoda-metoda penyuluhan yang telah dilaksanakan. e) Untuk menarik simpati aparat dan warga masyarakat bahwa program tersebut memang mendapat perhatian yang sungguh-sungguh sehingga diharapkan mereka dapat berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan berikutnya. 2. Kegunaan bagi aparat penyuluhan, yakni meliputi: a) Penyuluh merasa diperhatikan dan tidak dilupakan, sehingga memberikan kepuasan psikologis yang akan mendorong aktivitas penyuluhannya di masa mendatang. b) Melalui evaluasi, seringkali juga digunakan untuk melakukan penilaian terhadap aktivitas atau mutu kegiatan penyuluhan itu sendiri, sehingga berpengaruh dalam menentukan masa depan bagi pengenbangan karier penyuluh yang bersangkutan. c) Dengan adanya evaluasi maka penyuluh akan selalu mawas diri dan berusaha agar kegiatannya berjalan dengan baik sehingga membiasak diri untuk selalu rajin, tekun dan bertanggung jawab. 3. Kegunaan bagi pelaksana evaluasi, yakni meliputi: a) Kebiasaan untuk mengemukakan pendapat berdasarkan data atau fakta dan bukan didasarkan kepada asumsi atau praduga semata. b) Kebiasaan bekerja sistematis, sesuai dengan prosedur dan pedoman yang telah ditetapkan. c) Memperolah peningkatan pengetahuan dan keterampilan. (Mardikanto.T, 1993).

Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk dan sistematika yang teratur. Program dapat dihasilkan melalui proses perencanaan program yang diorganisasikan secara sadar dan terus menerus, untuk memilih kriteria yang terbaik dalam mencapai tujuan. Rencana kerja adalah pernyataan tertulis yang memuat secara lengkap tentang apa, mengapa, bagiamana, siapa, bilamana, dimana, dan berapa biaya yang diperlukan untuk melakukan kegiatan penyuluhan. (Mardikanto dan Sutarni, 1990). Efektifitas suatu program penyuluhan pertanian harus memenuhi beberapa persyaratan, persyaratan tersebut adalah sebagai berikut: a) Peyuluhan pertanian haruslah diberikan di tempat petani berada. b) Materi penyuluhan bersifat khusus sesuai dengan perhatian dan kebutuhan petani, contohnya adalah bagaimana menaikkan produksi, bagaimana memperbesar selisih antara biaya dan penerimaan, bagaimana meningkatkan taraf hidup keluarganya dan sebagainya. c) Mempertimbangkan kenyataan bahwa petani adalah orang dewasa, sehingga penyuluhan pertanian harus menggunakan metode yang khusus untuk orang dewasa. d) Setiap teknologi baru yang disampaikan haruslah memungkinkan secara teknis untuk dilakukan didalam usaha taninya dan secara ekonomi layak untuk diterapkan serta secara sosial dapat diterima oleh masyarakat setempat (Sinar Tani, 2001).

Evaluasi Kegiatan Penyuluhan Pertanian adalah upaya penilaian atas sesuatu kegiatan oleh evaluator melalui pengumpulan dan penganalisaan informasi secara sistematik mengenai perencanaan, pelaksanaan dan dampak kegiatan untuk menilai relevansi, efektivitas dan efisiensi pencapaian hasil kegiatan untuk pengembangan selanjutnya. Tujuan evaluasi pertanian adalah untuk menentukan arah penyempuranaan kegiatan penyuluhan, memberikan gambaran kemajuan pencapaian tujuan, perbaikan program dan rencana kerja, mengukur efektifitas metode penyuluhan yang digunakan. Bagian-bagian program dan rencana kerja yang dapat dievaluasi yaitu : a) Penetapan Program yang meliputi pengumpulan data situasi, perumusan kebutuhan, perumusan masalah, perumusan tujuan, penetapan prioritas alternatif pencapaian tujuan dan partisipasi petani/kontak tani. b) Pelaksanaan Program yaitu meliputi metode dan proses belajar-mengajar, proses pembinaan sasaran, informasi dan rekomendasi yang diberikan penyuluh, proses dan kualitas pelaporan serta respon dan partisipasi sasaran penyuluhan. c) Hasil Program yang meliputi kualitas perubahan perilaku yang diharapkan, yakni: pengetahuan, keterampilan, sikap, penerapan inovasi, dan peningkatan kesejahteraan petani. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data evaluasi adalah wawancara langsung menggunakan kuesioner terstruktur untuk data kuantitatif dan atau menggunakan kuesioner terbuka untuk data kualitatif, angket (diisi oleh petani sendiri), observasi (pengamatan langsung) untuk mengukur pembentukan kebiasaan atau keterampilan (Ban dan Hawkins, 1999).

Evaluasi dan penelitian merupakan tindakan yang dilakukan untuk menentukan apakah program telah mencapai sasarannya, dan apakah sasaran tersebut dapat dicapai lebih efektif dengan menggunakan cara lain. Hal ini memungkinkan semua yang terlibat dalam program penyuluhan dapat berjalan lebih efektif dari pengalaman dengan melakukan pengamatan yang sistematis serta analisis terhadap pengalamannya (Ban dan Hawkins, 1999). Sesungguhnya yang menjadi titik berat dalam kegiatan evaluasi adalah mengetahui apakah jenis kegiatan penyuluhan telah memberi perubahan baru yang positif pada pengelolaan usaha tani atau tidak perubahan yang positif dalam pengelolaan usaha tani meliputi perubahan yang mengarah ke arah perbaikan cara bercocok tanam, cara pemungutan hasil, termasuk perubahan sarana pertanian yang telah atau sedang dipakai oleh petani (Kartasapoetra, 1994). Menurt Stephen Isaac dan William B. Michael seperti yang dikutip oleh Lababa (2008), model-model evaluasi dapat dikelompokkan menjadi enam, yaitu : 1. Goal Oriented Evaluation Dalam model ini, seorang evaluator secara terus-menerus melakukan pantauan terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Penilaian yang terus-menerus ini menilai kemajuan-kemajuan yang dicapai peserta program serta efektifitas temuan-temuan yang dicapai oleh sebuah program. Salah satu model yang bisa mewakili model ini adalah discrepancy model yang dikembangkan oleh Provus. Model ini melihat lebih jauh tentang ada kesenjangan ( Discrepancy) yang ada dalam setiap komponen yakni apa yang seharusnya dan apa yang secara riil telah dicapai.

2. Decision Oriented Evaluationram. Dalam model ini, evaluasi harus dapat memberikan landasan berupa informasi-informasi yang akurat dan obyektif bagi pengambil kebijakan untuk memutuskan sesuatu yang berhubungan dengan program. Evaluasi CIPP yang dikembangkan oleh stufflebeam merupakan salah satu contoh model evaluasi ini. Model CIPP merupakan salah satu model yang paling sering dipakai oleh evaluator. Model ini terdiri dari 4 komponen evaluasi sesuai dengan nama model itu sendiri yang merupakan singkatan dari Context, Input, Process dan Product. 3. Transactional Evaluation Dalam model ini, evaluasi berusaha melukiskan proses sebuah program dan pandangan tentang nilai dari orang-orang yang terlibat dalam program tersebut. 4. Evaluation Research Sebagaimana disebutkan diatas, penelitian evaluasi memfokuskan kegiatannya pada penjelasan dampak-dampak pendidikan serta mencari solusisolusi terkait engan strategi instruksional. 5. Goal Free Evaluation Model yang dikembangkan oleh Micheal Scriven ini yakni Goal Free Evaluation Model justru tidak memperhatikan apa yang menjadi tujuan program sebagaimana model Goal Oriented Evaluation. Yang harus diperhatikan justru adalah bagaimana proses pelaksanaan program, dengan jalan mengidentifikasi kejadian-kejadian yang terjadi salama pelaksanaannya, baik hal-hal yang positif maupun hal-hal yang negatif. 6. Adversary Evaluation Model ini didasarkan pada prosedur yang digunakan oleh lembaga hukum. Dalam prakteknya, model adversary terdiri atas empat tahapan yaitu:

1. Mengungkapkan rentangan isu yang luas dengan cara melakukan survey berbagai kelompok yang terlibat dalam satu program untuk menentukan kepercayaan itu sebagai isu yang relevan. 2. Mengurangi jumlah isu yang dapat diukur. 3. Membentuk dua tim evaluasi yang berlawanan dan memberikan kepada mereka kesempatan untuk berargumen. 4. Melakukan sebuah dengar pendapat yang formal. Tim evaluasi ini kemudian mengemukakan argumen-argumen dan bukti sebelum mengambil keputusan. Salah satu contoh Model Evaluasi Decision Oriented Evaluation adalah Model CIPP (Context, Input, Process, Product) yang dikembangkan oleh Stufflebeam. Model ini melihat kepada empat dimensi yaitu Dimensi Konteks, dimensi Input, dimensi Proses, dan dimensi Produk. Keuniakan model ini adalah pada setiap tipe evaluasi terkait pada perangkat pengambil keputusan (decission) yang menyangkut perencanaan dan operasional sebuah program. Keunggulan model CIPP memberikan suatu format evaluasi yang komprehensif pada setiap tahapan evaluasi yaitu tahap konteks, masukan, proses dan produk. Evaluasi konteks mencakup analisis masalah yang berkaitan dengan lingkungan program atau kondisi obyektif yang akan dilaksanakan. Berisi tentang analisis kekuatan dan kelemahan obyek tertentu. Stufflebeam menyatakan evaluasi konteks sebagai fokus institusi yang mengidentifikasi peluang dan menilai kebutuhan. Suatu kebutuhan dirumuskan sebagai suatu kesenjangan (discrepancy view) kondisi nyata (reality) dengan kondisi yang diharapkan

(ideality). Dengan kata lain evaluasi konteks berhubungan dengan analisis masalah kekuatan dan kelemahan dari obyek tertentu yang akan atau sedang berjalan. Evaluasi konteks memberikan informasi bagi pengambil keputusan dalam perencanaan suatu program yang akan on going. Selain itu, konteks juga bermaksud bagaimana rasionalnya suatu program. Analisis ini akan membantu dalam merencanakan keputusan, menetapkan kebutuhan dan merumuskan tujuan program secara lebih terarah dan demokratis. Evaluasi konteks juga mendiagnostik suatu kebutuhan yang selayaknya tersedia sehingga tidak menimbulkan kerugian jangka panjang. Evaluasi input meliputi analisis personal yang berhubungan dengan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif strategi yang harus dipertimbangkan untuk mencapai suatu program. Mengidentifikasi dan menilai kapabilitas sistem, alternatif strategi program, desain prosedur untuk strategi implementasi, pembiayaan dan penjadwalan. Evaluasi masukan bermanfaat untuk membimbing pemilihan strategi program dalam menspesifikasikan rancangan prosedural. Informasi dan data yang terkumpul dapat digunakan untuk menentukan sumber dan strategi dalam keterbatasan yang ada. Pertanyaan yang mendasar adalah bagaimana rencana penggunaan sumbersumber yang ada sebagai upaya memperoleh rencana program yang efektif dan efisien. Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dirancang dan diaplikasikan dalam praktek implementasi kegiatan. Termasuk mengidentifikasi permasalah prosedur baik tata laksana kejadian dan aktivitas. Setiap aktivitas dimonitor perubahan-perubahan yang terjadi secara jujur dan cermat. Pencatatan aktivitas

harian demikian penting karena berguna bagi pengambil keputusan untuk menentukan tidak lanjut penyempurnaan. Disamping itu catatan akan berguna untuk menentukan kekuatan dan kelemahan atau program ketika dikaitkan dengan keluaran yang ditemukan. Tujuan utama evaluasi proses seperti yang dikemukakan oleh Worthen dan Sanders, yaitu : 1. Mengetahui kelemahan selama pelaksanaan termasuk hal-hal yang baik untuk dipertahankan. 2. Memperoleh informasi mengenai keputusan yang ditetapkan. 3. Memelihara catatan-catatan lapangan mengenai hal-hal penting saat implementasi dilaksanakan. Evaluasi produk merupakan kumpulan deskripsi dan judgement outcomes dalam hubungannya dengan konteks, input, proses kemudian diinterpretasikan harga dan jasa yang diberikan. Evaluasi produk adalah evaluasi mengukur keberhasilan pencapaian tujuan. Evaluasi ini merupakan catatan pencapaian hasil dan keputusan-keputusan untuk perbaikan dan aktualisasi. Aktivitas evaluasi produk adalah mengukur dan menafsirkan hasil yang telah dicapai. Pengukuran dikembangkan dan diadministrasikan secara cermat dan teliti. Keakuratan analisis akan menjadi bahan penarikan kesimpulan dan pengajuan saran sesuai standar kelayakan. Secara garis besar, kegiatan evaluasi produk meliputi kegiatan penetapan tujuan operasional program, kriteria-kriteria pengukuran yang telah dicapai, membandingkannya antara kenyataan lapangan dengan rumusan tujuan, dan menyusun penafsiran secara rasional.

Analisis produk ini diperlukan pembanding antara tujuan, yang ditetapkan dalam rancangan dengan hasil program yang dicapai. Hasil yang dinilai berupa skor tes, presentase, data observasi, diagram data, sosiometri dll, yang dapat ditelesuri kaitannya dengan tujuan-tujuan yang lebih rinci. Selanjutnya dilakukan analisis kualitatif tentang mengapa hasilnya seperti itu. Keputusan-keputusan yang diambil dari penilaian-penilaian implementasi pada setiap tahapan evaluasi program diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu rendah, moderat dan tinggi. Model CIPP merupakan model yang berorientasi kepada pemegang keputusan. Model ini membagi evaluasi dalam empat macam, yaitu : 1. Evaluasi konteks melayani keputusan perencanaan, yaitu membantu merencanakan pilihan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai dan merumuskan tujuan program. 2. Evaluasi masukan (input) untuk keputusan strukturiasi yaitu menolong mengatur keputusan menentukan sumber-sumber yang tersedia, alternatifalternatif yang diambil, rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, serta prosedur kerja untuk mencapai tujuan yang dimaksud. 3. Evaluasi proses melayani keputusan implementasi, yaitu membantu keputusan sampai sejauh mana program telah dilaksanakan. 4. Evaluasi produk untuk melayani daur ulang keputusan. (Isaac and Michael, 1981).

Kerangka Pemikiran Tujuan dari penyuluhan pertanian adalah melakukan perubahan pada petani dan keluarganya yaitu perubahan sikap serta prilaku yang berhubungan dengan masalah-masalah sosial ekonomi diantaranya berusaha tani yang lebih baik (better farming), usaha tani yang lebih menguntungkan (better business), kehidupan keluarga yang lebih layak (better living), masyarakat tani yang lebih sejahtera (better community) dan lingkungan yang lebih mendukung (better environment). Program penyuluhan pertanian dibuat dan disusun berdasarkan kepentingan petani, karena petani memiliki gambaran mengenai program yang mereka inginkan disesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi mereka (sistem bottom up). Program penyuluhan pertanian juga dibuat dengan melihat potensi desa ada. Petani tergabung dalam kelompok tani yang merupakan suatu kelembagaan yang dibentuk berdasarkan kepentingan dan kesepakatan bersama guna mencapai tujuan bersama. Setiap desa terdiri dari satu kelompok tani dan seluruhnya tergabung dalam satu GAPOKTAN atau gabungan kelompok tani yang ada di setiap WKPP. Penyuluh dalam menjalankan tugasnya haruslah memiliki acuan yang menjadi pedoman dalam menjalankan tugasnya di lapangan. Acuan yang menjadi pedoman ini disusun secara sistematis dan memiliki tujuan, baik itu tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang yang akan dicapai setiap pelaksanaan

tugasnya. Acuan sistematis yang dijadikan pedoman inilah yang selanjutnya disebut dengan program penyuluhan pertanian. Dalam pelaksanaan program penyuluhan pertanian terdapat berbagai masalah yang dihadapi oleh petani maupun PPL sendiri sehingga diperlukan upaya-upaya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh petani maupun PPL tersebut. Untuk melihat apakah sebuah program yang telah disusun tersebut masih efektif dilakukan dan sesuai dengan kondisi daerah, maka diperlukan kegiatan evaluasi terhadap suatu program tersebut. Evaluasi ini sangat diperlukan untuk menilai apakah program tersebut perlu penambahan, sehingga program yang disusun selanjutnya benar-benar efektif dan dapat mencapai tujuan yang diinginkan dengan baik. Evaluasi juga diperlukan untuk menentukan apakah program penyuluhan pertanian berhasil atau tidak berhasil dalam pelaksanaannya.

Secara Skematis Kerangka Pemikiran dapat dilihat pada skema di bawah ini Anggota Kelompok Tani/Petani Gapoktan Dinas Pertanian Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Program Penyuluhan Pertanian Pelaksanaan Program Penyuluhan Masalah Upaya Evaluasi Berhasil Tidak Berhasil Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan : : Adanya hubungan

Hipotesis Penelitian 1. Pelaksanaan program penyuluhan didaerah penelitian berhasil.