pemeriksaan mulai dari tahap perencanaan sampai dengan tahap pelaporan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "pemeriksaan mulai dari tahap perencanaan sampai dengan tahap pelaporan."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi pemerintah dinilai sukses dalam menjalankan programnya apabila tujuan dari program tersebut tercapai. Program dari organisasi pemerintah yang menggunakan dana publik, pelaksanaannya harus memenuhi prinsip ekonomi, efisien dan efektif. Salah satu cara untuk menilai apakah pemerintah telah berhasil mencapai tujuan dari program tersebut dan memenuhi prinsip ekonomi, efisien dan efektif yaitu dengan melakukan audit kinerja. Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadiankejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit (Mardiasmo, 2009). Pasal 23E Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menetapkan bahwa pemeriksaan dilakukan oleh satu badan pemeriksa keuangan yang bebas dan mandiri. BPK menyusun Petunjuk pelaksanaan pemeriksaan kinerja tahun 2011 dengan tujuan Membantu pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan kinerja secara lebih efektif, efisien, dan dengan cara yang lebih sistematik. Petunjuk pelaksanaan pemeriksaan kinerja tahun 2011 juga menjelaskan bahwa dalam petunjuk pelaksanaan pemeriksaan mengatur tata cara pelaksanaan pemeriksaan mulai dari tahap perencanaan sampai dengan tahap pelaporan. Tahap perencanaan sebagaimana dijelaskan dalam petunjuk pelaksanaan pemeriksaan kinerja terdiri dari delapan langkah. Terkait dengan hal tersebut, peneliti hanya fokus pada kriteria keenam yaitu penetapan kriteria pemeriksaan. Penetapan kriteria pemeriksaan dinilai penting dalam pemeriksaan kinerja, sebagaimana dijelaskan dalam petunjuk teknis penetapan kriteria pemeriksaan kinerja tahun 2011, karena: 1

2 BAB I. PENDAHULUAN 2 1. Kriteria merupakan salah satu unsur temuan pemeriksaan yang berisi data/informasi yang menggambarkan keadaan yang diharapkan atau seharusnya terjadi. 2. Kriteria akan memberikan gambaran komprehensif dalam memahami temuan pemeriksaan. 3. Kriteria merupakan ukuran yang digunakan untuk menilai tingkat keberhasilan kinerja objek yang diperiksa, baik penilaian terhadap aspek ekonomi, efisiensi, maupun efektivitas (3E). Penjelasan secara rinci mengenai penetapan kriteria tidak dijelaskan dalam petunjuk pelaksanaan pemeriksaan kinerja. Hal tersebut akan dijelaskan dalam petunjuk teknis penetapan kriteria pemeriksaan kinerja tahun Tujuan penentuan kriteria pemeriksaan sebagaimana dijelaskan dalam petunjuk teknis penetapan kriteria pemeriksaan kinerja tahun 2011 adalah: Untuk memberikan pedoman secara teknis dalam menetapkan kriteria yang akan digunakan dalam pelaksanaan pemeriksaan kinerja. Penetapan bentuk kriteria pemeriksaan kinerja terkait dengan pendekatan pemeriksaan yang digunakan. Pada petunjuk teknis pemeriksaan kinerja BPK tahun 2011, dijelaskan bahwa ada dua pendekatan yaitu: 1. Pendekatan dengan berorientasi hasil Pada pendekatan ini pemeriksa mengembangkan kriteria untuk melakukan pengukuran langsung atas kuantitas dan/atau kualitas dari input, output, outcome atau dampak dari suatu program/kegiatan. 2. Pendekatan dengan berorientasi proses Pada pendekatan ini, pemeriksa dapat mengembangkan kriteria dalam suatu kerangka sistematis berupa praktik pengelolaan yang baik (better management practice). Dua pendekatan pemeriksaan kinerja tersebut dapat digunakan untuk melakukan pemeriksaan atas aspek ekonomi, efisiensi dan efektivitas. Berikut ini adalah pener-

3 BAB I. PENDAHULUAN 3 apan pendekatan pemeriksaan kinerja atas aspek ekonomi, efisiensi dan efektivitas sebagaimana yang dijelaskan dalam juknis pemeriksaan kinerja BPK tahun 2011: 1. Aspek Ekonomi Pemeriksaan atas aspek ekonomi dengan pendekatan berorientasi hasil untuk menilai apakah sumber daya diperoleh dengan biaya, kuantitas, kualitas, waktu, dan tempat yang tepat. Sedangkan pemeriksaan atas aspek ekonomi dengan pendekatan berorientasi proses untuk menilai apakah entitas telah melaksanakan proses atau prosedur perolehan sumber daya dengan hemat. 2. Aspek Efisiensi Pemeriksaan atas aspek efisiensi dengan pendekatan berorientasi hasil untuk membandingkan antara rasio produktivitas dengan standar yang telah ditentukan. Sedangkan pemeriksaan atas aspek efisiensi dengan pendekatan proses untuk menilai proses operasional, metode atau prosedur yang dilakukan untuk mencapai efisiensi. 3. Aspek Efektivitas Pemeriksaan atas aspek efektivitas dengan pendekatan berorientasi hasil untuk menilai apakah entitas/program/kegiatan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau dampak yang diharapkan. Sedangkan pemeriksaan atas aspek efektivitas dengan pendekatan proses untuk menilai proses operasional, metode atau prosedur yang dijalankan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau dampak yang diharapkan. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, dibantu oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP). Oleh karena itu, BPK perlu melakukan pengawasan terhadap kinerja dari APIP. Pemeriksaan yang dilakukan BPK terhadap APIP meliputi aspek ekonomi, efisien dan efektivitas. Petunjuk teknis pemeriksaan kinerja menjadi dasar bagi BPK untuk mengembangkan kriteria pemeriksaan kinerja pada APIP.

4 BAB I. PENDAHULUAN 4 Pendekatan pemeriksaan kinerja yang dipilih oleh BPK adalah pendekatan berorientasi proses. Petunjuk teknis penetapan pemeriksaan kinerja tahun 2011 menjelaskan pemeriksaan dengan pendekatan berorientasi proses dirancang untuk: Menentukan apakah entitas/program/kegiatan memiliki prosedur, metode, atau proses operasional yang baik untuk memberikan keyakinan memadai bahwa hasil yang diharapkan dapat tercapai. Proses yang baik mengindikasikan bahwa hasil akan memuaskan. Bentuk kriteria dengan pendekatan berorientasi proses berupa praktik pengelolaan yang baik (better management practice). Pengembangan kriteria dengan praktik pengelolaan yang baik berkaitan dengan pengendalian intern maupun kepatuhan terhadap ketentuan dan peraturan perundang-undangan. Petunjuk teknis pemeriksaan kinerja BPK tahun 2011, menyatakan jika pemeriksa menggunakan bentuk kriteria praktik pengelolaan yang baik, kriteria tersebut dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Pernyataan atau pertanyaan yang disusun mulai dari yang bersifat umum sampai yang bersifat spesifik. Berdasarkan juknis tersebut, BPK menyusun kriteria pemeriksaan kinerja atas efektivitas kegiatan audit dan review laporan keuangan terdiri dari empat kriteria yang bersifat umum sampai yang bersifat spesifik. Penjelasan yang lebih spesifik terkait dengan kriteria pemeriksaan kinerja tersebut akan dijelaskan pada Bab II. Empat kriteria pemeriksaan kinerja tersebut, yaitu: 1. Regulasi dan kebijakan kegiatan audit dan review laporan keuangan. Kriteria pertama pemeriksaan kinerja yang dikembangkan oleh BPK terdiri dari tiga subbagian. 2. Struktur dan tata kelola APIP yang mendukung fungsi audit dan review laporan keuangan. Kriteria pemeriksaan kinerja yang kedua terdiri dari empat subbagian. 3. Kegiatan audit dan review laporan keuangan yang dilaksanakan oleh APIP. Kriteria pemeriksaan kinerja yang ketiga terdiri dari empat subbagian.

5 BAB I. PENDAHULUAN 5 4. Monitoring dan evaluasi APIP atas kegiatan audit dan review laporan keuangan. Kriteria pemeriksaan kinerja yang keempat terdiri dari tiga subbagian. Kriteria yang telah dikembangkan oleh BPK dalam bentuk praktik pengelolaan yang baik (better management practice) digunakan BPK untuk melakukan pemeriksaan kinerja pada Inspektorat Provinsi DIY. Pemeriksaan kinerja tersebut dilakukan selama 40 hari kerja dan dimulai dari tanggal 16 September 2013 sampai dengan 12 November BPK melakukan pemeriksaan kinerja untuk tahun anggaran 2012 dan semester I tahun anggaran Hasil pemeriksaan kinerja BPK pada Inspektorat Provinsi DIY menunjukkan masih adanya kelemahan terkait penerapan better management practice. Kelemahan tersebut antara lain disebabkan karena peraturan yang dimiliki Inspektorat Provinsi DIY terkait kegiatan audit dan review laporan keuangan belum memadai. Kondisi dan karakteristik wilayah dari DIY tidak luas. Sumber daya manusia yang dimiliki Inspektorat Provinsi DIY terbatas. Kondisi dan karakteristik wilayah DIY yang tidak luas berdampak pada susunan organisasi Inspektorat Provinsi DIY. Peraturan terkait kegiatan audit dan review laporan keuangan yang belum memadai mengakibatkan peraturan tersebut belum memadai dalam memberikan pedoman. Keterbatasan sumber daya manusia yang dimiliki Inspektorat Provinsi DIY mengakibatkan belum dapat terpenuhinya kebutuhan tenaga pengawas untuk wilayah DIY. 1.2 Rumusan Permasalahan Kriteria pemeriksaan kinerja yang dikembangkan BPK dalam bentuk better management practice telah diimplementasikan oleh Inspektorat Provinsi DIY. Implementasi better management practice pada Inspektorat Provinsi DIY belum dapat berjalan secara maksimal karena masih ada beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut disebabkan karena regulasi dan kebijakan, struktur dan tata kelola, audit dan

6 BAB I. PENDAHULUAN 6 review laporan keuangan, dan monitoring dan evaluasi. Penelitian ini akan mengangkat permasalahan mengenai pengaruh dari empat kriteria pemeriksaan kinerja dalam penerapan better management practice pada Inspektorat Provinsi DIY. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka pertanyaan penelitian yang dapat diajukan adalah bagaimana pengaruh empat kriteria pemeriksaan kinerja dalam penerapan better management practice pada Inspektorat Provinsi DIY. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh dari empat kriteria pemeriksaan kinerja dalam penerapan better management practice pada Inspektorat Provinsi DIY. 1.5 Motivasi Penelitian Motivasi dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dari empat kriteria pemeriksaan kinerja dalam penerapan better management practice pada Inspektorat Provinsi DIY. 1.6 Kontribusi Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi: 1. Kontribusi Keilmuan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik better management practice. 2. Kontribusi Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi Inspektorat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terkait dengan peningkatan kualitas

7 BAB I. PENDAHULUAN 7 kinerja berdasarkan kriteria pemeriksaan kinerja berbasis proses yang disebut better management practice. 3. Kontribusi policy making Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Inspektorat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam menyusun regulasi dan kebijakan terkait kegiatan audit dan review laporan keuangan sesuai dengan better management practice. 1.7 Metodologi Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian yaitu: 1. Dokumentasi Dokumen-dokumen yang digunakan peneliti dalam penelitian ini, yaitu: a. Laporan Hasil pemeriksaan (LHP) Kinerja atas Efektifitas Kegiatan Audit dan Review Laporan Keuangan Pada Inspektorat DIY Tahun Anggaran 2012 dan Semester I Tahun Anggaran b. Pedoman praktik pengelolaan yang lebih baik (Better Management Practice). c. Peraturan pemerintah, peraturan menteri dalam negeri dan undang-undang yang terkait dengan praktik pengelolaan yang baik. 2. Kuesioner Kuesioner yang disusun berdasarkan kriteria pemeriksaan kinerja BPK berupa better management practice. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, sehingga hasil kuesioner tidak diolah secara statistik. Pernyataan-pernyataan yang terdapat pada kuesioner menggunakan lima kategori jawaban yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Netral (N), Setuju (S) dan Sangat Setuju

8 BAB I. PENDAHULUAN 8 (SS). Kategori jawaban tersebut akan diberi bobot penilaian. Bobot nilai yang diberikan pada masing-masing kategori jawaban digunakan untuk menghitung nilai rata-rata dari masing-masing pernyataan. Setelah dihitung nilai rata-rata dari masing-masing pernyataan, peneliti melakukan penskalaan likert. Tahap selanjutnya, peneliti menghitung rentang skala dan menetapkan kriteria penilaian. Kategori jawaban yang ada pada kuesioner merupakan dasar bagi peneliti untuk menetapkan kirteria penilaian atas kesesuaian penerapan better management practice. 3. Wawancara Wawancara yang dilakukan peneliti adalah wawancara tak terstruktur. Peneliti memilih analisis model Miles dan Huberman untuk menganalisis hasil wawancara. Miles dan Huberman (1994) dalam Sugiyono (2014) menjelaskan analisis data model Miles dan Huberman terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama yaitu reduksi data. Sebelum peneliti melakukan reduksi data, peneliti akan menyusun data dalam bentuk transkip. Data yang telah tersusun dalam bentuk transkip akan diberikan kode oleh peneliti. Kemudian setelah itu, peneliti melakukan reduksi data. Tahap kedua yaitu penyajian data. Peneliti memilih menyajikan data dalam bentuk diagram tulang ikan. Tahap ketiga yaitu penarikan kesimpulan. Kesimpulan yang akan disajikan peneliti dalam bentuk naratif. 1.8 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari tujuh bab, yaitu: BAB I : PENDAHULUAN. Pada bab 1 ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah studi kasus, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, proses penelitian, sistematika penelitian dan metodologi penelitian. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab 2 ini berisi teori-teori yang dijadikan peneliti sebagai kerangka berfikir untuk melaksanakan investigasi dan ke-

9 BAB I. PENDAHULUAN 9 mudian melakukan analisis atas temuan tersebut menurut tujuan penelitian dan pertanyaan penelitian. BAB III : LATAR BELAKANG KONTEKSTUAL PENELITIAN. Pada bab 3 ini menjelaskan secara deskriptif tentang obyek penelitian dan menjelaskan secara kontekstual tentang implementasi dari teori-teori sebagaimana yang dijelaskan pada bab 2 untuk mendapatkan pemahaman yang spesifik tentang karakteristik dari obyek penelitian. BAB IV : RANCANGAN PENELITIAN. Pada bab 4 ini berisi tentang pembahasan pengambilan data (sumber data, teknik pengambilan data dan proses pengambilan data) dan analisis data. BAB V : PEMAPARAN TEMUAN. Pada bab 5 ini berisi penjelasan temuantemuan dari investigasi yang kemudian akan dijadikan sebagai hasil investigasi studi kasus. BAB VI ; RINGKASAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab 6 ini berisi ringkasan dan pembahasan. Ringkasan berisi tentang latar belakang, cara dan hasil penelitian yang kemudian akan dijadikan sebagai ringkasan eksekutif. Pembahasan berisi tentang penjelasan hasil yang diperoleh dari investigasi dan implementasi dari hasil investigasi tersebut. BAB VII : SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab 7 ini, selain berisi simpulan dan rekomendasi, juga berisi keterbatasan. Simpulan merupakan refleksi dari bab 1 sampai bab 6 dan digunakan untuk menjawab tujuan dari penelitian. Rekomendasi merupakan bentuka aksi praktikal dan bentuk tindak lanjut dari temuan investigasi yang sudah dibahas pada bab 5. Keterbatasan penelitian digunakan untuk menjawab masalah yang dihadapi.

BAB VII RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. penelitian ini, keterbatasan penelitian, dan rekomendasi.

BAB VII RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. penelitian ini, keterbatasan penelitian, dan rekomendasi. BAB VII RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI Bab ini membahas tentang ringkasan penelitian mulai dari bab satu sampai dengan bab enam. Selain itu, pada bab ini juga akan dibahas tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai

BAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya perekonomian suatu bangsa menuntut penyelenggara negara untuk lebih profesional dalam memfasilitasi dan melayani warga negaranya. Birokrasi yang berbelit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia berimplikasi pada akuntabilitas dan transparansi sistem pengelolaan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. mengamanatkan bahwa setiap kepala daerah wajib menyampaikan laporan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. mengamanatkan bahwa setiap kepala daerah wajib menyampaikan laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa setiap kepala daerah wajib menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Audit Kinerja. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Audit Kinerja. Pedoman. No.237, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Audit Kinerja. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. berorientasi untuk mencapai target kinerja dengan fokus outcome bukan lagi pada

BAB VII KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. berorientasi untuk mencapai target kinerja dengan fokus outcome bukan lagi pada BAB VII KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI 7.1 Kesimpulan Munculnya konsep NPM berpengaruh langsung terhadap konsep anggaran negara pada umumnya. Salah satu pengaruh itu adalah terjadinya perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah yang kemudian dikerucutkan menjadi pertanyaan penelitian, dan tujuan penelitian. Selain itu juga akan dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan manajemen sektor publik melalui perwujudan New Public

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan manajemen sektor publik melalui perwujudan New Public BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan manajemen sektor publik melalui perwujudan New Public Management bertujuan untuk menekankan pengelolaan pemerintahan berbasis kinerja, pengelolaan yang

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, kontribusi penelitian, ruang lingkup, dan batasan

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, kontribusi penelitian, ruang lingkup, dan batasan BAB I PENDAHULUAN Bab ini memuat latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kontribusi penelitian, ruang lingkup, dan batasan penelitian, serta sistematika

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian, kemudian berdasarkan kesimpulan

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian, kemudian berdasarkan kesimpulan BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian, kemudian berdasarkan kesimpulan hasil penelitian tersebut dibuat rekomendasi. Bab ini juga berisi keterbatasanketerbatasan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. pada tahun 1990-an berpengaruh terhadap konsep anggaran negara pada

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. pada tahun 1990-an berpengaruh terhadap konsep anggaran negara pada BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Simpulan Paradigma baru New Public Management (NPM) yang baru muncul pada tahun 1990-an berpengaruh terhadap konsep anggaran negara pada umumnya. Salah satu pengaruhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. audit, hal ini tercantum pada bagian keempat Undang-Undang Nomor 15 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. audit, hal ini tercantum pada bagian keempat Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I di dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang pemilihan judul, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, ruang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menerbitkan serangkaian

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menerbitkan serangkaian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah telah berupaya menerapkan tata kelola pemerintahan yang baik. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menerbitkan serangkaian Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri.

BAB 1 PENDAHULUAN. dan pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia telah melakukan reformasi keuangan negara yang ditandai dengan hadirnya tiga undang-undang di bidang keuangan negara yaitu Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemberantasan. Tidak hanya terjadi pada pemerintah pusat, fraud juga

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemberantasan. Tidak hanya terjadi pada pemerintah pusat, fraud juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraud merupakan permasalahan yang perlu untuk dikaji, dicari solusinya, dan dilakukan pemberantasan. Tidak hanya terjadi pada pemerintah pusat, fraud juga marak terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan pemerintah harus dilaksanakan untuk mewujudkan tata kelola keuangan pemerintahan yang baik. Sebagai wujud pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengawasan Intern Pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui bahwa suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan ini merupakan kelanjutan dari Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan ini merupakan kelanjutan dari Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah diterbitkan pada tanggal 17 Januari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan melalui Otonomi Daerah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian, proses penelitian dan sistematika penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian, proses penelitian dan sistematika penelitian. BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan penjabaran latar belakang masalah pemilihan studi kasus berdasarkan fenomena yang terjadi dilapangan dan juga rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian,

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. kepentingan rakyat dengan sebaik-baiknya guna mewujudkan aspirasi masyarakat

Bab 1 PENDAHULUAN. kepentingan rakyat dengan sebaik-baiknya guna mewujudkan aspirasi masyarakat Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah adalah lembaga yang dibentuk untuk mewujudkan cita-cita masyarakat suatu bangsa, membuat dan melaksanakan keputusan bersama untuk mencapai cita-cita tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntabilitas merupakan suatu bentuk kewajiban pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah dalam melaksanakan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN LAPORAN SURVEI PENDAHULUAN DAN PROGRAM PEMERIKSAAN

PENYUSUNAN LAPORAN SURVEI PENDAHULUAN DAN PROGRAM PEMERIKSAAN PENYUSUNAN LAPORAN SURVEI PENDAHULUAN DAN PROGRAM PEMERIKSAAN Disusun untuk memenuhi tugas Audit Sektor Pemerintah Semester VIII DISUSUN OLEH: KELOMPOK 2 KELAS 8A ALIH PROGRAM ASRI DWI HATMINI 11 FAJAR

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi 4.1.1 Visi Visi adalah pandangan ideal keadaan masa depan (future) yang realistik dan ingin diwujudkan, dan secara potensial

Lebih terperinci

BAB II AUDIT INTERNAL PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN. memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang disajikan oleh objek

BAB II AUDIT INTERNAL PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN. memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang disajikan oleh objek BAB II AUDIT INTERNAL PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN 2.1 Auditing 2.1.1 Pengertian Audit Secara umum, auditing adalah jasa yang diberikan oleh auditor dalam memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah, berisi mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah, berisi mengenai BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah, berisi mengenai indikasi terjadinya permasalahan. Bab ini juga berisi rumusan masalah yang merupakan identifikasi masalah yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui apakah suatu instansi

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Untuk mewujudkan visi, BPKP memiliki tiga misi, yaitu:

RINGKASAN EKSEKUTIF. Untuk mewujudkan visi, BPKP memiliki tiga misi, yaitu: RINGKASAN EKSEKUTIF Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan unit organisasi mandiri yang mendukung dan melaksanakan kebijakan BPKP Pusat. Perwakilan BPKP memiliki visi, misi, tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang didasarkan pada prinsip-prinsip good governance (Bappenas,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang didasarkan pada prinsip-prinsip good governance (Bappenas, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang dihadapi Indonesia pada akhir abad 20 tidak dapat dilepaskan dari kegagalan pemerintah dalam mengembangkan sistem manajemen pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945, disebutkan bahwa negara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945, disebutkan bahwa negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945, disebutkan bahwa negara Indonesia ialah negara kesatuan. Selanjutnya, UUD 1945 juga menggariskan bahwa pemerintah daerah harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan intern, yang merupakan salah satu fungsi dari manejemen untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan intern, yang merupakan salah satu fungsi dari manejemen untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu tugas Inspektorat Jenderal adalah melaksanakan fungsi pengawasan intern, yang merupakan salah satu fungsi dari manejemen untuk menguasai dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang masalah penelitian yang akan dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang masalah penelitian yang akan dilakukan. 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang masalah penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini dilakukan berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi yang merupakan latar belakang masalah. Penjelasan

Lebih terperinci

Tabel 2.1 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat

Tabel 2.1 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat PERJANJIAN KINERJA P enetapan indikator kinerja pada tingkat program dan kegiatan merupakan prasyarat bagi pengukuran kinerja. Kriteria pengukuran yang dipakai adalah target kinerja yang ditetapkan. Target

Lebih terperinci

BAB 6 SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 6 SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 6 SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi kesimpulan atas kajian yang telah dilakukan dan rekomendasi sebagai bahan pertimbangan berkaitan dengan usaha memperoleh dan mempertahankan opini WTP di lingkungan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.925, 2013 KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Pengawasan Intern. Perwakilan Republik Indonesia. Pedoman. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pengawasan Intern pemerintah merupakan unsur manajemen yang penting dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai pelaksana pengawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah ke dalam program-program yang tidak lain demi terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah ke dalam program-program yang tidak lain demi terciptanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu tujuan penting baik bagi pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Pendapatan yang sudah terkumpul dari berbagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena terjadinya krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi atau perusahaan yang dipimpinnya. Pada tingkatan yang dominan,

BAB I PENDAHULUAN. organisasi atau perusahaan yang dipimpinnya. Pada tingkatan yang dominan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kinerja instansi pemerintah/bumd mendapat sorotan yang negatif dari masyarakat. Mereka menilai kinerja instansi pemerintah sangat jauh dari kata

Lebih terperinci

NOMOR : 15 TAHUN 2010

NOMOR : 15 TAHUN 2010 1 BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 15 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL PEMERIKSAAN INSPEKTORAT KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang : DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran dapat diinterpretasi sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan pendahuluan dari pembahasan peneliti yang berisi latar

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan pendahuluan dari pembahasan peneliti yang berisi latar BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari pembahasan peneliti yang berisi latar belakang masalah, rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pasar global, tetapi juga merugikan negara serta dalam jangka panjang dapat

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pasar global, tetapi juga merugikan negara serta dalam jangka panjang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berbagai diskusi ilmiah, korupsi diakui sebagai musuh bersama bagi masyarakat Indonesia, karena dampak nyata kegiatan korupsi bukan hanya menimbulkan high cost

Lebih terperinci

Fraud yang terjadi pada kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah

Fraud yang terjadi pada kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah BAB 1 INTRODUKSI 1.1 Latar Belakang Fraud yang terjadi pada kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah menjadi pekerjaan yang tidak pernah terselesaikan dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (good governance), yaitu pengawasan, pengendalian dan pemeriksaan.

BAB I PENDAHULUAN. (good governance), yaitu pengawasan, pengendalian dan pemeriksaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, sistem pemerintahan daerah di Indonesia sudah bersifat desentralisasi, artinya pemerintah pusat memberikan otoritas untuk mengatur sendiri segala urusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. good governance dan clean governance di Indonesia semakin meningkat. Melihat

BAB I PENDAHULUAN. good governance dan clean governance di Indonesia semakin meningkat. Melihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance dan clean governance di Indonesia semakin meningkat. Melihat masih banyaknya

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. isu yang strategis untuk dibahas. Salah satu topiknya adalah menyangkut Tindak

BAB 1 PENDAHULUAN. isu yang strategis untuk dibahas. Salah satu topiknya adalah menyangkut Tindak BAB 1 PENDAHULUAN Permasalahan kecurangan dalam pengelolaan keuangan negara merupakan isu yang strategis untuk dibahas. Salah satu topiknya adalah menyangkut Tindak Pidana Korupsi (TPK) dan penyimpangan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017 INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017 PANDEGLANG 2016 KEPUTUSAN INSPEKTUR INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG Nomor : 800/Kep.86 Insp/2016 Tentang PENETAPAN INDIKATOR KINERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan organisasi dan sesuai dengan kode etik auditor. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan organisasi dan sesuai dengan kode etik auditor. Tuntutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Auditor mampu dikatakan profesional dilihat dari kinerja yang dilakukannya dalam menjalankan perintah atasan yang sesuai dengan tujuan organisasi dan sesuai dengan kode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), terutama melalui

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), terutama melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan tuntutan reformasi birokrasi, pemerintah berusaha mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), terutama melalui penerapan prinsip akuntabilitas,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawasan merupakan bagian yang tidak pernah terpisahkan dalam fungsi manajemen. Walaupun pengawasan merupakan bagian terakhir dalam urutan manajemen organisasi, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menemukan temuan yang memuat permasalahan, yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. menemukan temuan yang memuat permasalahan, yang meliputi BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam Laporan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I tahun 2015, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan adanya potensi kehilangan keuangan Negara/Daerah Rp.33,46

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak dan penerimaan Negara lainnya, dimana kegiatannya banyak

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak dan penerimaan Negara lainnya, dimana kegiatannya banyak BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah penelitian yang menjelaskan fenomena, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia mendorong terciptanya. rangka bentuk tanggungjawab pemerintah kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia mendorong terciptanya. rangka bentuk tanggungjawab pemerintah kepada masyarakat. 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia mendorong terciptanya pengelolaan keuangan yang lebih transparan dan akuntabel. Sistem ini diharapkan dapat mewujudkan

Lebih terperinci

VALUE FOR MONEY AUDIT DAN PROSES AUDIT KINERJA

VALUE FOR MONEY AUDIT DAN PROSES AUDIT KINERJA VALUE FOR MONEY AUDIT DAN PROSES AUDIT KINERJA A. PENDAHULUAN Untuk menjamin dilakukannya pertanggungjawaban publik oleh lembaga-lembaga pemerintah maka diperlukan perluasan sistem pemeriksaan, tidak sekedar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara/Lembaga (LKKL) berkontribusi terhadap pemberian opini WDP Laporan

BAB I PENDAHULUAN. Negara/Lembaga (LKKL) berkontribusi terhadap pemberian opini WDP Laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lima tahun terakhir, jumlah opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) berkontribusi

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 14 TAHUN 2017

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 14 TAHUN 2017 SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH KOTA DEPOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA INSPEKTORAT KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA INSPEKTORAT KOTA SALATIGA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA INSPEKTORAT KOTA SALATIGA TAHUN 2017 1 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Analisis Capaian Kinerja Pengukuran kinerja atas sasaran

Lebih terperinci

BAB I INTRODUKSI. Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang

BAB I INTRODUKSI. Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang BAB I INTRODUKSI Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang penelitian, permasalahan penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, dan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

KUESIONER AUDIT INTERNAL ATAS KEPEGAWAIAN DAN PENGGAJIAN VARIABEL INDEPENDEN

KUESIONER AUDIT INTERNAL ATAS KEPEGAWAIAN DAN PENGGAJIAN VARIABEL INDEPENDEN KUESIONER AUDIT INTERNAL ATAS KEPEGAWAIAN DAN PENGGAJIAN VARIABEL INDEPENDEN Jawaban Kuesioner No Pertanyaan SS S R TS STS 1. Kualifikasi Audit Internal Kepegawaian dan Penggajian a. Independensi Auditor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, dan proses penelitian. 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pemerintah merupakan organisasi sektor publik yang mempunyai tanggung

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pemerintah merupakan organisasi sektor publik yang mempunyai tanggung BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemerintah merupakan organisasi sektor publik yang mempunyai tanggung jawab mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui penyediaan barang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Objek dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di objek penelitian yang berlokasi di daerah Objek Wisata Candi Kalasan yang berada di Jl. Jogja-Solo KM. 13 Kalasan,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 13 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 13 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 13 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL PEMERIKSAAN INSPEKTORAT KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) memengang peranan yang penting dalam mewujudkan good goverment dan clean goverment. Hal ini tercermin dari kualitas laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini terdapat perhatian yang lebih besar terhadap

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN 54 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PEMERIKSAAN PENDAHULUAN, LINGKUP AUDIT, INDEPENDENSI DAN KOMPETENSI TERHADAP PERTIMBANGAN OPINI AUDITOR IDENTITAS RESPONDEN: 1. Nama :... 2. Jenis Kelamin : L / P 3. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan intern (internal audit) di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan intern (internal audit) di lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) adalah instansi pemerintah yang dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan intern (internal audit) di lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keutamaan atau dikenal dengan istilah virtue ethics theory Ghilyer dalam Soraya

BAB I PENDAHULUAN. keutamaan atau dikenal dengan istilah virtue ethics theory Ghilyer dalam Soraya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintah yang bersih, adil, transparan, dan akuntabel seharusnya disikapi dengan serius dan sistematis.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah yang ada, wajib bertanggung jawab untuk melaporkan segala kegiatan yang dilselenggarakan. Bentuk

Lebih terperinci

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Lampiran : Keputusan BPK-RI Nomor : 2/K/I-XIII.2/I/2009 Tanggal : 27 Februari 2009 BPK-RI 300/2009 Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia 2009

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah No.1183, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. SAKIP. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTABILITAS INSTANSI

Lebih terperinci

PEDOMAN EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM

PEDOMAN EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM LAMPIRAN I KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PEDOMAN EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHANUMUM PEDOMAN EVALUASI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merupakan suatu gangguan terhadap pemeriksa, bila sikap kebebasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merupakan suatu gangguan terhadap pemeriksa, bila sikap kebebasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Gangguan Pribadi Merupakan suatu gangguan terhadap pemeriksa, bila sikap kebebasan (independen) dalam pemeriksaan dalam melaksanakan tugasnya tidak ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta maraknya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. karena karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta maraknya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena karena

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Konsep dasar akuntabilitas didasarkan pada klasifikasi responsibilitas managerial dalam lingkungan organisasi yang bertujuan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pada tiap

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 59 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja pemerintah merupakan salah satu isu yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja pemerintah merupakan salah satu isu yang terdapat dalam 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, manfaat penelitian, proses penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Audit merupakan suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir pengelolaan belanja pemerintah pusat melalui mekanisme APBN mengalami peningkatan jumlah anggaran belanja yang signifikan (Tabel 1.1)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 33 Tahun 2004, menjadi titik awal dimulainya otonomi. dan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 33 Tahun 2004, menjadi titik awal dimulainya otonomi. dan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004, menjadi titik awal dimulainya otonomi daerah. Kedua undang-undang ini mengatur tentang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR AUDIT DAN REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN BAGI APARAT PENGAWAS INTERN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik, atau biasa disebut good governance. Untuk mencapainya

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik, atau biasa disebut good governance. Untuk mencapainya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fokus utama pemerintahan saat ini adalah terciptanya tata kelola pemerintahan yang baik, atau biasa disebut good governance. Untuk mencapainya diperlukan upaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif yaitu pengumpulan data yang bersifat kuantitatif yang berwujud angka-angka,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA, PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELESAIAN TINDAK LANJUT LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN INTERNAL DAN EKSTERNAL DI LEMBAGA SANDI NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini ditandai oleh adanya tuntutan dari masyarakat akan menunjang terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. ini ditandai oleh adanya tuntutan dari masyarakat akan menunjang terciptanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tuntutan dari pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah wajib bertanggung jawab untuk melaporkan segala kegiatan yang diselenggarakan. Bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan suatu pengawas intern untuk meminimalisir penyimpangan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan suatu pengawas intern untuk meminimalisir penyimpangan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 (pasal 24) pengawasan terhadap urusan pemerintahan di daerah dilaksanakan oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci