BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi semakin merisaukan segala pihak. Wikipedia mendefinisikan kriminalitas adalah segala sesuatu perbuatan manusia yang melanggar aturan-aturan, norma, dan hukum. Tindak kriminal dapat terjadi di mana saja, baik di tempat umum, maupun di tempat tinggal kita. Hingga saat ini jumlah kriminalitas yang terjadi di Indonesia selalu bertambah, mulai dari pencurian, perampokan, pemerkosaan, penganiayaan, dan tak jarang diikuti dengan pembunuhan (Catur, 2012). Pencurian dengan kekerasan terjadi pada setiap 4,5 menit, penganiayaan berat terjadi pada setiap 31 menit, pemerasan terjadi pada setiap 3 jam, pemerkosaan terjadi pada setiap 3,5 jam, penculikan terjadi pada setiap 4,5 jam, pembunuhan terjadi pada setiap 4,5 jam. Tingkat kejahatan berhubungan erat dengan tingkat kesenjangan sosial-ekonomi. Makin tinggi tingkat kesenjangan sosial-ekonomi, maka makin tinggi pula tingkat kejahatan (Cinta, 2008). 1
2 Pada akhir tahun 2012 disebutkan oleh Wakil Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Inspektur Jenderal Polisi Saud Usman, setiap 91 detik terjadi satu kejahatan di Indonesia sepanjang tahun 2012. Dalam tindak kriminal tersebut tidak sedikit yang mengakibatkan kematian korban, dapat disebabkan karena tusukan benda tajam, kekerasan benda tumpul, tembakan senjata api, keracunan, dan sebab lainnya. Untuk korban tindak kriminal berupa penganiayaan saja, di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Dr. Sardjito pada tahun 2010 sebanyak 53,7% pemeriksaan luar dan 46,3% pemeriksan dalam, otopsi forensik pada korban penganiayaan terbanyak adalah berjenis kelamin laki laki, yaitu 37 korban (68,5%), dan korban berjenis kelamin perempuan sebanyak 17 korban (31,5%), variasi benda yang banyak digunakan dalam penganiayaan yang menyebabkan kematian adalah benda tumpul yaitu sebanyak 34 korban (63,0%), dan benda tajam sebanyak 17 (31,5%) sedangkan yang tidak diketahui penyebabnya sebanyak 3 korban (5,6%) (Fenisya, 2011). Peningkatan kasus kriminal semakin meningkat dengan motif dan modus yang beragam, hal ini menyebabkan semakin pentingnya ilmu kedokteran Forensik. Otopsi atau pemeriksaan post mortem,
3 berfungsi sebagai prosedur medik untuk menentukan penyebab, lama kematian, atau mengevaluasi proses penyakit, dan trauma yang terjadi terhadap korban. Otopsi dapat dilakukan dengan dua cara, otopsi luar dan otopsi dalam. Dalam otopsi, korban ditemukan dalam berbagai keadaan, potongan tubuh, kerangka, jenazah yang membusuk, atau yang baru meninggal. Penyebab kematiannya pun bisa beragam, akibat perbuatan kriminal, bunuh diri, dan bencana alam (Amir, 2008). Seorang dokter dapat diminta bantuannya oleh petugas hukum untuk melakukan pemeriksaan-pemeriksaan terhadap korban kecelakaan baik korban hidup atau meninggal.pada dasarnya, semua dokter yang masih menjalankan tugas profesinya, baik sebagai dokter umum atau dokter ahli apapun, dapat diminta bantuannya secara tertulis oleh para penegak hukum (Mulyo, 2008). Ilmu kedokteran forensik adalah salah satu cabang ilmu kedokteran yang memberikan bantuan kepada penyidik untuk mendapatkan salah satu alat bukti baik untuk perkara pidana maupun perkara perdata. Penentuan identifikasi personal terhadap korban ataupun pelaku sering menjadi masalah bagi pihak penyidik dalam perkara pidana maupun perdata. Menentukan identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan dan
4 bagi keluarga korban sehubungan dengan surat keterangan kematian, warisan dan perkara hukum lainnya. Oleh karena itu, identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang (Budiyanto dkk, 1997). Pemeriksaan Kedokteran Forensik di dalam membantu peradilan dapat dilakukan terhadap orang yang menjadi korban baik luka-luka maupun meninggal maupun pada pelaku pelanggaran hukum. Tujuan dilakukan pemeriksaan kedokteran forensik adalah untuk mengidentifikasi korban atau pelaku, luka-luka, sebab kematian, saat kematian, mekanisme kematian, cara kematian, rekonstruksi peristiwa dan sebagainya (Purwanti, 2007). Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengidentifikasi jenazah forensik yaitu pemeriksaan tanda-tandaantropometris, golongan darah atau serologi,odontologi, DNA, pakaian, asesoris, tandatanda khaslainnya (Idries, 2002). Pada beberapa kasus tindak kriminal akan dilakukan otopsi untuk mengindentifikasi jenazah forensik atas permintaan penyidik, yakni pihak kepolisian. Karena hal inilah maka penulis ingin melakukan penelitian guna menggambarkan persentase variasi sebab kematian pada
5 kasus kriminal yang diotopsi di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP DR. Sardjito Tahun 2010-2012. I.2. Perumusan Masalah Bagaimanakah gambaran variasi sebab kematian pada kasus kriminal yang diotopsi di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Dr. Sardjito tahun 2010-2012? I.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran dari variasi sebab kematian pada kasus kriminal yang diotopsi di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Dr. Sardjito tahun 2010-2012. I.4. Keaslian Penelitian Sejauh pengetahuan penulis, belum pernah dilakukan penelitian dengan judul Variasi Sebab Kematian pada Kasus Kriminal yang Diotopsi di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2010-2012. Namun, penelitian tentang otopsi jenazah di RSUP DR. Sardjito telah dilakukan beberapa kali. Penelitian yang mirip dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah :
6 1. Pola Identifikasi Jenazah Forensik di RSUP Dr. Sardjito pada Tahun 2008, dilakukan oleh Paundra Hutama pada tahun 2009. Penelitian tersebut merupakan penelitian observasional dengan menggunakan metode cross sectional. 2. Pola penanganan berbagai variasi kasus mayat forensik di RSUP Dr. Sardjito dari 1 Juli 1989-30 Juni 1992, dilakukan oleh Hiesma Satyaka pada tahun 1993. I.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharap mampu memberikan manfaat : 1. Untuk fakultas Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi, gambaran, dan data kasus kriminal yang menyebabkan kematian, serta memberikan sumbangan teori tentang penerapan hubungan ilmu hukum dengan ilmu kedokteran forensik. 2. Untuk pembaca Diharapkan pembaca memahami hasil penelitian, khususnya yang melakukan penelitian sejenis untuk dikembangkan lebih lanjut dan lebih rinci pada masa yang akan datang, sehingga dapat menggunakannya sebagai bahan informasi. Untuk pembaca umum, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran variasi sebab
7 kematian pada tindak kriminal, sehingga pembaca dapat mengambil langkah pencegahan dan penanggulangannya. 3. Untuk penulis Penelitian yang dilakukan dapat melatih kemampuan penulis dalam menganalisa teori-teori yang didapat semasa perkuliahan dan menjadi sarana penerapan teori tersebut dalam kehidupan bermasyarakat. Hasil penelitian dapat memberikan gambaran atas variasi sebab kematian pada kasus kriminal yang terjadi.