Seminar Nasional IENACO ISSN:

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA LINI PRODUKSI MESIN PERKAKAS GUNA MEMPERBAIKI KINERJA PERUSAHAAN

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun ISBN:

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN LITERATUR...

BAB 3 LANDASAN TEORI

1 BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan karena tim perbaikan tidak mendapatkan dengan jelas

Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan Menggunakan Metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengukuran Efektivitas Mesin Rotary Vacuum Filter dengan Metode Overall Equipment Effectiveness (Studi Kasus: PT. PG. Candi Baru Sidoarjo)

BAB III METODE PENELITIAN. ada sekarang secara sistematis dan faktual berdasarkan data-data. penelitian ini meliputi proses

Analisis Overall Equipment Effectiveness pada Mesin Wavetex 9105 di PT. PLN Puslitbang

PENGUKURAN PRODUKTIFITAS MESIN UNTUK MENGOPTIMALKAN PENJADWALAN PERAWATAN (STUDI KASUS DI PG LESTARI)

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. NASKAH SOAL TUGAS AKHIR... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... v. ABSTRACT... vii. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI...

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk

Analisis Overall Equipment Effectiveness dalam Meminimalisasi Six Big Losses pada Area Kiln di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam mesin/peralatan produksi, misalnya mesin berhenti secara tiba-tiba,

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN. Equipment Loss (Jam)

BAB II LANDASAN TEORI

dalam pembahasan sehingga hasil dari pembahasan sesuai dengan tujuan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN MESPACK DI PT. UNILEVER INDONESIA DEA DERIANA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Penerapan Total Productive Maintenance Pada Mesin Electric Resistance Welding Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian, adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. industri baik dalam bidang teknologi maupun dalam bidang manajemen,

Jl. Kaliurang Km 14.4 Sleman, DIY ,2) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Teknologi merupakan komponen penting bagi berkembangnya

STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM)

PRESENTASI SIDANG SKRIPSI. September

DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Pengajuan... ii Halaman Pengesahan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel...

Implementasi Metode Overall Equipment Effectiveness Dalam Menentukan Produktivitas Mesin Rotary Car Dumper

Analisis Produktivitas Perawatan Mesin dengan Metode TPM (Total Productive Maintenance) Pada Mesin Mixing Section

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan

HASBER F. H. SITANGGANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia,

STUDI PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) UNTUK PENINGKATAN EFESIENSI PRODUKSI DI PT. SINAR SOSRO

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

Nia Budi Puspitasari, Avior Bagas E *) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang

Analisis Efektivitas Mesin Stripping Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness dan Failure Mode and Effect Analysis

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia

ANALISA FAKTOR-FAKTOR SIX BIG LOSSES PADA MESIN CANE CATTER I YANG MEMPENGARUHI EFESIENSI PRODUKSI PADA PABRIK GULA PTPN II SEI SEMAYANG

Sunaryo dan Eko Ardi Nugroho

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V ANALISA HASIL Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)

KARYA AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan. Oleh TENGKU EMRI FAUZAN

PENGUKURAN NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS SEBAGAI DASAR USAHA PERBAIKAN PROSES MANUFAKTUR (Betrianis, et al.

RANCANGAN PERBAIKAN EFEKTIVITAS MESIN SPINNING DENGAN MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS DAN GREY FMEA DI PT XYZ

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2016

Evaluasi Efektivitas Mesin Creeper Hammer Mill dengan Pendekatan Total Productive Maintenance (Studi Kasus: Perusahaan Karet Remah di Lampung Selatan)

TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT X

1. Tingkat efectivitas dan efisiensi mesin yang diukur adalah dengan Metode Overall

BAB I PENDAHULUAN. Gula pasir merupakan kebutuhan pokok strategis yang memegang peran

PDF Compressor Pro. Kata Pengantar. Tekinfo --- Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi

Analisis Efektivitas Mesin Batching Plant 1 dan Mesin Batching Plant 2 dengan Overall Equipment Effectiveness Pada PT. X

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISA PERBAIKAN MESIN CNC MA-1 DENGAN MENGGUNAKAN INDIKATOR KINERJA OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE)

PENGUKURAN MANAJEMEN PERAWATAN MENGGUNAKAN METODE TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah performance mesin yang digunakan (Wahjudi et al., 2009). Salah

EFFECTIVENESS (OEE) DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DALAM MENGUKUR

PENGUKURAN KINERJA OPERASIONAL MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT. XYZ

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2016

KEPEKAAN TERHADAP ADANYA LOSSES

Nama : Teguh Windarto NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr.Ir Rakhma Oktavina, MT

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II LANDASAN TEORI

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PENINGKATAN EFISIENSI PRODUK MESIN B-3 MELALUI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENEES (OEE)

PERHITUNGAN OEE (OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENES) PADA MESIN TRUPUNCH V 5000 I MENUJU TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) Study Kasus Pada PT XYZ

Perbandingan Efektivitas Mesin Gilingan Susunan 3 Rol dan 4 Rol dengan Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. penyebarannya terbanyak di pulau Jawa dan Sumatera, masing-masing 50% dan

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA

PT. PP LONDON SUMATERA INDONESIA Tbk BAGERPANG POM SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V ANALISIS. Total Waktu (menit)

ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA TURNTABLE VIBRRATING COMPACTOR GUNA MEMPERBAIKI KINERJA PERUSAHAAN PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (Persero)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pemeliharaan (Maintenance) Pengertian Pemeliharaan (Maintenance)

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH Analisis Perhitungan Overall Equipmenteffectiveness (OEE).

SKRIPSI ANALISIS PENINGKATAN EFEKTIFITAS MESIN SEWING MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DI PT.

ANALISIS PENGUKURAN NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA PROSES PACKAGING DI LINE 2 (STUDI KASUS PT. MULTI BINTANG INDONESIA.

Pengukuran Nilai Overall Equipment Effectiveness pada Divisi Painting di PT. AIM

Suharjo Jurnal OE, Volume VI, Maret No. 1, 2014

PENINGKATAN EFEKTIVITAS PADA MESIN WELDING DENGAN PENERAPAN KONSEP TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (Studi kasus: PT Arthawenasakti Gemilang, Malang)

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan. Perbaikan yang diharapkan dapat meningkatkan keutungan bagi

JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 1 TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

Seminar Nasional IENACO - 2017 ISSN: 2337-4349 ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS SEBAGAI SOLUSI SIX BIG LOSSES DAN CACAT PRODUK Imam Sodikin *, Cyrilla Indri Parwati, Agostinho Da Fonseca Jurusan Teknik Industri, FTI, IST AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak 28 Kompleks Balapan, Yogyakarta 55222 * Email: dikiam12@yahoo.com Abstrak PG. Gondang Baru merupakan perusahaan yang menghasilkan produk gula kristal putih yang mempunyai standar kualitas produk, yaitu pada ukuran gula kristal putih (0,8-1,1 mm) dan standar warna (4,0-7,5 CT). Saat ini masih ditemukan gula yang tidak sesuai ukuran standar (1,2-1,3 mm), dan warna yang tida sesuai standar (7,6-8,0 CT). Jumlah kecacatan produk pada produksi tahun 2015 sebainyak 1258 kuintal. Kajian ini bertujuan menentukan Overall Equipment Effectiveness (OEE) pada mesin putaran high grade fugal dan membandingkan hasil OEE dengan standar OEE World class, menentukan faktor downtime terbesar yang berpengaruh terhadap efektivitas mesin putaran high grade fugal, menganalisis six big losses, dan menganalisis quality maintenance. Cacat produk gula disebabkan kerusakan proses putaran di stasiun sentrifugal bagian mesin puteran high grade fugal. Nilai rata-rata OEE sebesar 62,41%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa OEE mesin masih di bawah standar world class, hal ini disebabkan nilai performance mesin yang rendah dengan nilai rata-rata performance 67,58%. Faktor downtime yang paling berpengaruh terhadap efektivitas mesin adalah pipa uap bocor sebesar 19,5 jam dengan persentase 19,79%. Jenis six big losses yang menurunkan performansi mesin antara lain downtime losses 98,5 jam, speed losses 64,5 jam, dan defect losses 20,97 jam. Kata kunci: OEE, Six Big Losses, Quality Losses 1. PENDAHULUAN Kajian ini menitikberatkan pada kinerja mesin putaran high grade fugal, karena sering mengalami kerusakan pada motor penggerak yang sering terbakar dan menyebabkan terhentinya mesin putaran high grade fugal, saringan rusak/bolong menyebabkan kotoron tercampur dengan gula kristal, laker/berring 222,15E dan laker/berring 33,15A yang sering aus kurang menahan saringan dengan basket, basket jebol dan tidak seimbang, valve pengisian sering mengalami kebocoran dalam mengalirkan masakan ke tromol puteran, dan pipa uap sering mengalami kebocoran aliran uap untuk pengering gula. Kerusakan tersebut menimbulkan terhentinya mesin puteran high grade fugal yang sedang dalam proses produksi gula, sehingga dapat menimbulkan kecacatan produk gula. Kecacatan terjadi pada gula kristal putih Superior High Sugar (SHS) yang tidak sesuai standar. PG. Gondang Baru mempunyai standar kualitas produk yaitu; pada ukuran gula kristal putih (0,8-1,1 mm) dan standar warna (4,0-7,5 CT). Gula yang tidak sesuai ukuran standar yaitu 1,2-1,3 mm, dan warna yang tidak sesuai standar yaitu 7,6-8,0 CT. Mesin putaran high grade fugal digunakan untuk memisahkan kristal gula dengan larutannya (stroop) menggunakan proses sentrifugasi dalam saringan yang sangat lembut, sehingga larutan akan terlempar ke luar dan kristal gula akan mengumpul di dalam basket. Kinerja mesin tersebut kurang optimal dalam pelaksanaan produksi, dan perawatan mesin tidak secara preventive perawatan selama ini dilakukan secara corrective. Perencanaan perawatan yang dilakukan dapat didasari dari downtime, kehilangan kecepatan, dan kecacatan atau kerugian kualitas yang juga merupakan unsur utama untuk menentukan keefektivitasan peralatan keseluruhan yang dihitung dengan mengkombinasikan tiga faktor, yaitu nilai availability, nilai performnce, dan nilai quality (Said, 2008). Standar kualitas produk gula dilakukan analisa di laboratorium dengan cara mengambil sampel 300 Hektoliter (HL) gula, dengan menambahkan air 1500 HL, lalu dicampur sampai homogen. Setelah itu dimasukan ke tabung Mohl dan diukur Brixnya. Larutan juga diambil 100 ml untuk labu takar kemudian ditambah 5 ml Pbasetat dan 5 ml dengan kertas aquades sampai tanda batas. 57

Setelah itu dikocok, lalu disaring polarimeter kemudian diukur polarisasinya dengan menggunakan polarimeter. Jumlah kecacatan gula kristal putih (SHS) pada tahun 2015 sebanyak 1258 Kuintal. Berdasarkan fakta tersebut, maka dapat dirumuskan masalah bagaimana analisis Total Productive Maintenance dengan menggunakan metode Overall Equipment Effectiveness sebagai solusi atas six big losses dalam meminimalkan kecacatan produk? 2. METODOLOGI Objek dalam kajian ini adalah mesin putaran high grade fugal di pabrik gula, dengan jenis produknya gula kristal putih (SHS). Data yang dikumpulkan meliputi; waktu operasi aktual, hari kerja efektif, penyebab break down, jenis perbaikan, lamanya waktu perbaikan, kecacatan produk, dan jumlah keseluruhan produk. Metode yang digunakan yaitu Overall Equipment Effectiveness (OEE) atau metode efektivitas peralatan secara keseluruhan untuk mengevaluasi seberapa capaian performance dan reliability peralatan (Betrianis, 2005). Biasanya penyebab dari rendahnya nilai OEE antara lain karena kurang tindakan preventive, corrective maintenance, tingginya tingkat defect, dan speed. Pada mesin atau peralatan terdapat enam penyebab yang paling umum yang mengakibatkan turunnya efisiensi pada proses manufaktur yang disebut six big losses yang terdiri dari breakdown, setup & adjustment, small stops, reduced startup, dan production rejects. Formula untuk menentukan nilai OEE adalah (Hansen, 2001): OEE = Availability Performance Quality (1) OEE merupakan hasil perkalian Availability Rata (AR), Performance Rate (PR), dan Quality Rate (QR). Berdasarkan persamaan (1) di atas, dapat diuraikan formula indikator dari OEE, yaitu: a. Availability Rate (AR) Availability Rate merupakan perbandingan antara operating time dan loading time. AR = Operating time loading time x 100% (2) b. Performance Rate (PR) Performansi merupakan perbandingan antara theorical cycle time dengan run time dan amount produced. PR = theorical cycle time runtime amount produced x 100% (3) c. Quality Rate (QR) Quality Rate merupakan perbandingan antara jumlah hasil produksi yang baik dan jumlah hasil keseluruhan. QR = good unit total unit x 100% (4) OEE memiliki standar world class untuk semua indikator berikut: availability rate (90%), performance rate (95%), quality rate (99%), dan OEE (85%) (Susandi, 2007). Untuk meningkatkan nilai OEE sampai taraf standar, maka seluruh penyebab turunnya efesiensi pada proses manufaktur harus dihapuskan. Jika suatu perusahaan dapat memenuhi standar world class manufacturing maka perusahaan mampu menghasilkan produk yang berkualitas dan biaya produksi yang lebih ekonomis (Wireman, 1990). Tabel 1 berikut ini menggambarkan kondisi yang memungkinkan peningkatan nilai OEE (Dal, Tugwell, Greatbanks, 2000). 58

Seminar Nasional IENACO - 2017 ISSN: 2337-4349 Tabel 1. Goal kondisi six big losses Type of losses Goal Breakdown losses 0 Setup and adjustment Minimize Speed losses 0 Idling and minor stoppage losses 0 Quality defect and rework losses 0 Startup losses Minimize Pada dasarnya terdapat dua prinsip utama sistem perawatan, yaitu: menekan periode kerusakan (breakdown period) sampai batasan minimum dengan mempertimbangkan aspek ekonomis, dan menghindari kerusakan (breakdown) yang tidak terencana atau kerusakan tiba-tiba. Tujuan utama dari fungsi perawatan (Kusasi, 2001): a. Mengoptimalkan kehandalan (reliability) dari mesin-mesin dan peralatan. b. Menjamin kelanjutan fungsi-fungsi yang baik dari mesin dan peralatan produksi, yaitu dengan tindakan perbaikan yang cepat terhadap kerusakan yang terjadi. c. Memperbaiki kualitas produksi. d. Menjamin operasi dari mesin-mesin, peralatan dan alat bantu. e. Memperbaiki keselamatan kerja. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN PG. Gondang Baru memproduksi gula kristal putih dengan standar kualitas yang tinggi untuk menjaga kepercayaan dan kepuasan konsumen. Namun demikian masih terdapat produk cacat yang berupa ukuran dan warna gula yang tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN, 2013). Pada musim giling tahun 2015 diproduksi gula kristal putih (SHS) dengan jumlah 55.5590 Ku, dengan jumlah cacat ukuran sebanyak 758 Ku dan cacat warna sebanyak 500 Ku. Kecacatan tersebut disebabkan karena sering terjadinya kerusakan di proses putaran, yaitu dari stasiun sentrifugal bagian mesin puteran high grade fugal. Mesin putaran high grade fugal adalah putaran berkecepatan tinggi yang memanfaatkan gaya sentrifugal. Alat ini dapat melakukan proses pembersihan pada gula sehingga diperoleh gula yang bersih dari sisa-sisa stroop. Kerusakan yang sering terjadi adalah motor penggerak terbakar, saringan rusak/bolong, pipa uap bocor, laker/berring 222,15E aus, laker/berring 33,12A aus, basket jebol, dan valve pengisian bocor. Gambar 1 berikut ini menunjukkan standar gula kristal putih yaitu standar ukuran dan warna, dan cacat ukuran maupun warnanya. gula debu gula GKP (SHS) gula kasar gula 7,6 CT gula 4,0-7,5 CT gula 8,0 CT Gambar 1. Gula kristal putih (SHS) yang sesuai standar dan yang cacat 59

Gula debu/gula halus dan gula kasar adalah gula yang tidak memenuhui ukuran standar SHS. Gula GKP (SHS) adalah gula yang memenuhi standar. Gula yang tidak memenuhi standar warna dinyatakan gula cacat (gula 7,6 CT dan gula 8,0 CT). Gula yang memenuhi standar warna (gula 4,0-7,5 CT). Data yang diambil selama periode produksi tahun 2015 (Bulan Juni - September), meliputi jumlah produksi, waktu operasi aktual, idle time, nonconform product, theoritical cycle time untuk mesin puteran high grade fugal dapat dilihat pada tabel 2 dan 3. Tabel 2. Hasil produksi dan jam kerja mesin putaran high grade fugal Bulan Jumlah Produksi (Ku SHS) Hari Kerja Loading Time Down Time Jam Kerja Juni 7620 10 240 25 215 Juli 7160 14 336 21 315 Agst 20520 23 552 39 513 Sept 20290 25 600 13,5 586,6 Jumlah 55590 72 1728 98,5 1629,6 Tabel 3. Utilitas mesin putaran high grade fugal Bulan Jumlah Produksi (Ku SHS) Waktu Operasi Down Time Defect Product (Ku) Theorical Cycle Time (Ku/Jam) Kerja (Hari) Juni 7620 215 25 177-10 Juli 7160 315 21 152-14 Agst 20520 513 39 487-23 Sept 20290 586,6 13,5 442-25 Jumlah 55590 1629,6 98,5 1258 34 72 Data tersebut digunakan untuk mencari nilai OEE yang hasil lengkap perhitungannya dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini. Hasil perhitungan menunjukkan keseluruhan nilai OEE Bulan Juni - September periode 2015 dan nilai rata-rata availability rate, performance rate, dan quality rate. Hasil selama 72 hari kerja efektif tingkat availability sebesar 93,50%, untuk performance sebesar 67,58%, dan quality 98,24% sedangkan OEE 62,41%. Nilai OEE yang relatif kecil ini dikarenakan jumlah downtime cukup tinggi mencapai 98,5 jam, dengan penyebab pipa uap bocor 19,5 jam, laker/berring 222,15E aus 15,5 jam, laker/berring 33,15A aus 15,5 jam, motor penggerak terbakar 14,5 jam, saringan rusak 11,5 jam, basket jebol 10 jam, dan valve pengisian bocor 7,5 jam (lihat tabel 5). Tabel 4. Nilai OEE mesin putaran high grade fugal Bulan AV PR QR OEE Juni 89,58 66,48 97,68 58,17 Juli 93,75 66,85 97,88 61,36 Agst 92,93 64,71 97,63 58,63 Sept 97,75 73,28 99,78 71,47 Rata-rata 93,50 67,58 98,24 62,41 Tabel 5. Downtime mesin putaran high grade fugal Kejadian Frekuensi Presentase Pipa uap bocor 19,5 19,79 Laker/berring 222,15E aus 15,5 15,74 Laker/berring 33,12A aus 15,5 15,74 Motor penggerak terbakar 14,5 14,72 Saringan rusak/bolong 11,5 11,17 Basket jebol 10 10,15 Valve pengisian bocor 7,5 7,64 60

Seminar Nasional IENACO - 2017 ISSN: 2337-4349 25 20 15 10 5 0 Pipa uap bocor Laker/berring 222,15E aus DIAGRAM PARETO Laker/berring 33,12A aus Motor penggerak terbakar Saringan rusak/bolong Basket jebol Valvue pengisian bocor Gambar 2. Diagram pareto downtime mesin putaran high grade fugal Kerugian utama six big losses penyebab peralatan produksi tidak beroperasi secara normal. 6 kerugian utama dikelompokkan menjadi 3 yaitu downtime losses, speed losses, dan defect losses. Untuk melihat lebih jelas pengaruh six big losses terhadap efektivitas mesin putaran high grade fugal, maka dilakukan perhitungan psersentase dari time loss untuk masing-masing faktor dalam six big losses tersebut seperti yang terlihat pada tabel 6 dan diagram paretonya pada gambar 3. Tabel 6. Faktor six big losses mesin putaran high grade fugal No Six Big losses Total time loss Presentase 1 Downtime losses 98,5 54 2 Speed losses 64,5 35 3 Desfect losses 20,97 11,39 Jumlah 183,97 100 150 100 50 0 Downtime losses Speed losses Desfect losses Gambar 3. Diagram pareto six big losses Diagram pareto di atas menunjukkan bahwa faktor yang memberikan kontribusi terbesar dari faktor six big losses tersebut adalah downtime losses 98,5 jam, speed losses 64,5 jam, dan defect losses 20,97 jam. Gambar 4 di bawah ini adalah digram diagram sebab-akibat kecacatan produk. Gambar 4. Diagram fishbone down time losses 61

Produk cacat merupakan gula kristal putih yang memiliki ukuran dan warna tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh BSN untuk perusahaan, yaitu ukuran 0,8 mm - 1,1 mm dan warna 4,0 CT - 7,5 CT. Produk yang lebih dari standar atau di bawah standar selalu ada dalam setiap proses produksi berlangsung. Hal ini disebabkan dari faktor-faktor sebagai berikut ini: manusia (operator kurang memahami gejala kerusakan, dan kurang cermat dalam memasang peralatan mesin), mesin (pipa uap bocor dalam proses produksi, terjadi kerusakan mesin yang mengharuskan proses berhenti, dan setelan mesin tidak sesuai dengan kapasitas terpasang), metode (pengawasan tekanan dan putaran pada mesin kurang diperhatian, dan sistem pengawasan proses kurang baik), dan lingkungan kerja (suhu udara panas, dan suara bising). 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil kajian ini, maka dapat disimpulkan: a. Cacat produk gula yang disebabkan kerusakan proses putaran, yaitu dari stasiun sentrifugal bagian mesin puteran high grade fugal. b. Nilai rata-rata OEE mesin putaran high grade fugal sebesar 62,41%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa OEE mesin masih di bawah standar OEE world class, hal ini disebabkan karena nilai performance mesin yang rendah dengan nilai rata-rata performance sebesar 67,58%. c. Faktor downtime yang paling berpengaruh terhadap efektivitas mesin putaran high grade fugal adalah pipa uap bocor sebesar 19,5 jam dengan persentase 19,79%. d. Jenis six big losses yang menurunkan performansi mesin antara lain downtime losses sebesar 98,5 jam, speed losses sebesar 64,5 jam, dan defect losses sebesar 20,97 jam. Losses tersebut diakibatkan faktor manusia, mesin, metode, dan lingkungan kerja. DAFTAR PUSTAKA Badan Standarisasi Nasional, 2013, Syarat Kandungan Gula Sesuai Standar, BSN, Indonesia. Betrianis, 2005, Pengukuran Nilai Overall Equipment Effectiveness Sebagai Dasar Usaha Perbaikan Proses Manufaktur Pada Lini Produksi (Studi kasus pada Stamping Production Division Sebuah Industri Otomotif), Jurnal Teknik Industri Vol. 7, No. 2, Desember 2005 Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik Industri Universitas Indonesia. Dal, B., Tugewell, P. and Greatbanks, R., 2000, Overall Equipment Effectiveness as a Measure of Operational Improvement: A Practical Analysis, International Journal of Operational and Production Managemen, Vol 20, MCB University Press, Manchester. Hansen, R.C., 2001, Overall Equipment Effectiveness: Powerful Production/Maintenance Tool for Incrased Profits, First Edition, Industrial Press Inc., New York Kusasi, A.R., 2001, Perawatan Preventif Mesin dan peralatan Industri, IPTEK BPPT, Klaten. Said, A., 2008, Analisi Total Productive Maintenance Pada Lini Produksi Mesin Perkakas Guna Memperbaiki Kinerja Perusahaan, Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 IST AKPRIND Yogyakarta Susandi, A., 2007, Analisis Kerugian Kerja Mesin dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness, Skripsi, AKPRIND, Yogyakarta. Wireman, T., 1990, Total Productive Maintenance-An American Approach, Industrial Press Inc., New York, NY. 62