BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Keanekaragaman Rayap Tanah di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi

PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Spesies-spesies pohon tersebut disajikan dalam Tabel 3 yang menggambarkan

HASIL. lorong kembara di batang tanaman (b) Data ukuran sarang rayap yang ditemukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

Nama Responden Jabatan Pekerjaan Jenis Kelamin (P/L) Alamat JOSEPTIAN PURBA Direktur L Jl. Gaperta Ujung Perumahan Tosiro Indah No.

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan menurut Wahyuni (2000), di Kabupaten

Lampiran 1 Kunci identifikasi rayap kasta prajurit mayor Macrotermes gilvus (Haviland) (Ahmad 1965)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

KERAGAMAN SPESIES RAYAP DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GUNUNGPATI SEMARANG

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI

KERAGAMAN JENIS RAYAP DAN INTENSITAS KERUSAKAN BANGUNAN DI PERUMAHAN ALAM SINARSARI, CIBEUREUM, DARMAGA, BOGOR CUCU SETIAWATI

Toleransi di bidang kehutanan berbeda dengan toleransi secara umum. Toleransi secara umum mengacu khusus pada ketahanan terhadap stres lingkungan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi ,

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Lampiran 1.Karakteristik Bangunan Sekolah Menengah Pertama Swasta di Kota Medan. : Jl. Garu I No 28 Medan

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

RIAP POHON JENIS DAUN JARUM DAN POHON JENIS DAUN LEBAR MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara I.

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

IDENTIFIKASI SPESIES RAYAP PERUSAK TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) Termite Species Identification as Pests to Jatropha curcas L.

Kondisi koridor TNGHS sekarang diduga sudah kurang mendukung untuk kehidupan owa jawa. Indikasi sudah tidak mendukungnya koridor TNGHS untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika hama rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren) menurut

IDENTIFIKASI RAYAP YANG MENYERANG TUMBUHAN PADA ZONA PEMANFAATAN YANG BERBEDA DI KEBUN RAYA UNMUL SAMARINDA (KRUS)

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Semut (Hymenoptera: Formicidae) memiliki jumlah jenis dan

LUAS SERANGAN DAN SEBARAN KEJADIAN PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH ELEVASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS KAYU MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

Lampiran 1. Kunci Pengenalan Genus dan Spesies (Nandika dkk., 2003)

KEANEKARAGAMAN KOMUNITAS RAYAP PADA TIPE PENGGUNAAN LAHAN YANG BERBEDA SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS LINGKUNGAN TEGUH PRIBADI

KEANEKARAGAMAN JENIS RAYAP DI KEBUN KELAPA SAWIT PT. BUMI PRATAMA KHATULISTIWA KECAMATAN SUNGAI AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA

Anang Kadarsah ABSTRACT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kayu jati sebagai bahan bangunan seperti kuda-kuda dan kusen, perabot rumah

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Rayap Di Bangunan Cagar Budaya Lawang Sewu Kota Semarang. Identification Of Termites In Lawang Sewu Heritage Building Semarang City

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan siklus hidup rayap dapat dilihat gamabar dibawah ini: Gambar 1. Siklus hidup rayap

I. PENDAHULUAN. hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem yang sangat. berguna bagi manusia (Soerianegara dan Indrawan. 2005).

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON

AssAlAmu AlAyku m wr.wb

TINJAUAN PUSTAKA. Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IDENTIFIKASI JENIS RAYAP DI KAWASAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA. Oleh: M. HENDRIANSYAH JUMARI NIM:

ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI OLEH FAKTOR BIOLOGIS DI KOTA BOGOR RULI HERDIANSYAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Telur

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

Segera!!!...Potong Tunggul Kelapa Yang Mati

KONDISI BEBERAPA KOMPONEN HIDROLOGI PADA TEGAKAN SENGON WURI HANDAYANI DAN EDY JUNAIDI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati.

Oleh/by BADARUDDIN 1) ABSTRACT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik

Lokasi Kajian Metode Penelitian Lanjutan Metode Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS HUTAN RAKYAT UNTUK PETANI

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JENIS_JENIS TIKUS HAMA

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sebaran rayap tanah di berbagai vegetasi Hutan Pendidikan Gunung Walat memiliki luas wilayah 359 ha, dari penelitian ini diperoleh dua puluh enam contoh rayap dari lima lokasi yaitu, tegakan pinus, puspa, agathis, agroforestri dan di sekitar mess. Setelah melakukan pengamatan, pengambilan dan identifikasi sampel maka jumlah species yang dapat ditemukan pada wilayah HPGW yaitu delapan belas spesies, lima genus yang dikelompokan ke dalam dua famili (Tabel 1 dan Gambar 1). Tegakan Hutan di HPGW didominasi tanaman damar (A. lorantifolia), pinus (P. merkusii), puspa (S. wallichii), dan spesies lainnya seperti sengon (P. falcataria), mahoni (S. macrophylla) kayu afrika (M. eminii), rasamala (A. excelsa), Dalbergia latifolia, Gliricidae sp., Shorea sp., dan akasia (A. mangium). Penelitian ini hanya mengamati lima lokasi yaitu damar (A. lorantifolia), pinus (P. merkusii), puspa (S. wallichii), agroforestri dan disekitar mess (penginapan). Tabel 1 Sebaran famili, genus dan species rayap berdasarkan lokasi di Hutan Pendidikan Gunung Walat. No Lokasi Jumlah Contoh Famili Genus Species 1 Agathis 7 Rhinotermitidae Macrotermes 6 Termitidae Odontotermes Pricapritermes Schedorhinotermes 2 Agroforestri 1 Termitidae Odontotermes 1 3 Mess 4 Termitidae Macrotermes 4 Odontotermes 4 Pinus 10 Rhinotermitidae Macrotermes 6 Termitidae Schedorhinotermes Odontotermes 5 Puspa 4 Termitidae Macrotermes 4 Nasutitermes Odontotermes Jumlah 26 2 5 21

Gambar 1 Peta penyebaran rayap di Hutan Pendidikan Gunung Walat 14

15 Hasil pengamatan pada kawasan tersebut diperoleh 2 famili yaitu Rhinotermitidae dan Termitidae dan diperoleh lima genus diantaranya genus. Schedorhinotermes merupakan genus dari famili Termitidae sementara Macrotermes, Nasutitermes, Odontotermes dan Pericapritermes merupakan genus-genus yang termasuk ke dalam famili Termitidae (Gambar 2). 1mm A B 1mm 1mm 1mm C D E Gambar 2 Morfologi genus rayap: A) genus Schedorhinotermes, B) Macrotermes, C) Pericapritermes, D)Odontotermes, E) Nasutitermes Pada tegakan agathis diambil tujuh contoh rayap, setelah dilakukan identifikasi maka diperoleh enam spesies yaitu Macrotermes sp1. (minor), S. medioobscurus, Schedorhinotermes sp1. (minor), S. tarakensis, Schedorhinotermes sp1. (major), dan Pericapritermes. Agroforestri diperoleh satu spesies yaitu Odontotermes sp1. Sementara pada tegakan pinus terdapat sepuluh contoh rayap dan setelah dilakukan identifikasi maka diperoleh enam spesies yaitu Schedorhinotermes sp2. (minor), S. longirositis (minor), S. medioobscurus (minor), Macrotermes sp3., S. tarakensis (minor) dan Odontotermes sp2. Tegakan puspa diperoleh empat contoh rayap dengan hasil identifikasi empat spesies rayap diantaranya N. javanicus, M. gilvus (minor), Odontotermes sp4. dan Odontotermes sp5. Disekitar mess dilakukan pengambilan contoh rayap dan diperoleh empat contoh rayap, setelah dilakukan identifikasi maka terdapat

16 empat spesies rayap yaitu M. gilvus (minor), Macrotermes sp2 (minor), M. gilvus (major), Odontotermes sp2. Secara lengkap disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Spesies rayap yang ditemukan di tegakan agathis, puspa, pinus, agroforestri, dan mess Tegakan Species Agathis 1 Macrotermes sp1. (minor) Agathis2 Schedorhinotermes medioobscurus (minor) Agathis3 Schedorhinoterme sp1. (minor) Agathis4 S. tarakensis (minor) Agathis5 S. tarakensis (minor) Agathis6 Schedorhinotermes sp1. (major) Agathis7 Pericapritermes mohri Agroforestri Odontotermes sp1. Mess1 M. gilvus (minor) Mess2 Macrotermes sp2. (minor) Mess3 M. gilvus (major) Mess4 Odontotermes sp 2. Pinus1 S. longirositis (minor) Pinus2 S. medioobscurus (minor) Pinus3 S. medioobscurus (minor) Pinus4 Macrotermes sp3. (minor) Pinus5 S. tarakensis (minor) Pinus6 S. medioobscurus (minor) Pinus7 Odontotermes sp3. Pinus8 Schedorhinotermes sp2. (minor) Pinus9 S. medioobscurs (minor) Pinus10 S. longirositis (minor) Puspa1 Nasutitermes javanicus Puspa2 M. gilvus (minor) Puspa3 Odontotermes sp4. Puspa4 Odontotermes sp5. Schedorhinotermes merupakan genus dari anggota Famili Rhinotermitidae yang paling sering dijumpai, dari dua puluh enam contoh yang diperoleh tiga belas diantaranya merupakan spesies rayap dari anggota genus Schedorhinotermes. Hal ini dikarenakan ordo Schedorhinotermes memiliki daya jelajah yang cukup luas. Rismayadi (1999) melaporkan bahwa luas wilayah jelajah dua koloni rayap tanah S. javanicus di sekitar Gedung Rektorat IPB masing-masing memiliki daya jelajah mencapai 295 m dan 100 m dengan jarak maksimum 118 meter dan 35 meter. Menurut Krisna dan Weesner (1970) dalam Rismayadi (1999) menyatakan bahwa rayap S. javanicus mudah dijumpai hampir di seluruh wilayah di pulau Jawa terutama pada ketinggian di bawah 1000 meter dari permukaan laut sementara kondisi lingkungan HPGW terletak pada

17 ketinggian 460 715 m dpl. Daya jelajah merupakan salah satu bagian dari prilaku rayap untuk mencari sumber makanannya (Nandika et al. 2003). Wilayah jelajah adalah daerah yang selalu dikunjungi oleh suatu organisme secara tetap untuk aktivitas hidupnya baik mencari makan, istirahat, reproduksi dan berlindung (Moen 1973) dalam Rismayadi (1999). Daya jelajah suatu organisme dipengaruhi oleh sifat khas suatu organisme dan kualitas habitatnya. Apabila suatu organisme memiliki habitat wilayah yang baik maka wilayah jelajahnya cenderung sempit. Namun apabila kualitas habitat dari suatu organisme itu rendah maka organisme tersebut cenderung memperluas wilayah jelajahnya (Rismayandi 1999). Daya jelajah dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya ketersediaan makanan, variasi mikro klimat, kondisi fisik habitat dan resiko perjumpaan dengan predator. Schedorhinotermes merupakan spesies rayap tingkat rendah dan bila dikelompokan dalam jenis makanannya genus ini dimasukan ke dalam kelompok I yaitu kelompok spesies rayap tingkat rendah yang memakan material pohon mati, sehingga tidak salah bila rayap spesies ini mudah untuk ditemukan (Faszly et al. 2005). Rayap yang termasuk ke dalam famili Termitidae merupakan spesies rayap tingkat tinggi, kebanyakan anggota dari rayap yang termasuk ke dalam famili Temitidae bila dibedakan dalam makanannya maka masuk ke dalam grup II yaitu anggota rayap famili Termitidae memakan kayu, rumput dan lumut. Namun tidak semua dari anggota famili Termitidae masuk ke dalam grup II. Sebagai contoh pada genus Pericapritermes. Genus ini termasuk ke dalam grup III yaitu anggota rayap yang termasuk famili Termitidae memakan tanah dengan kandungan organik tinggi (Faszly et al. 2005), sehingga rayap ini sulit untuk ditemukan dikarenakan habitat yang spesifik. Penelitian ini menemukan bahwa genus Pericapritermes hanya terdapat satu sampel dan hanya ditemukan pada tegakan agathis. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa genus Macrotermes tersebar secara merata disetiap lokasi pengambilan sampel. Subekti et al. (2008) melaporkan bahwa genus Macrotermes memiliki sebaran yang luas ini terlihat dari data yang menyebutkan bahwa genus Macrotermes ditemukan pada empat tempat yang berbeda dengan ketinggian yang beragam yaitu Taman Nasional

18 Gunung Halimun Salak dengan ketinggian 600 700 m dpl dan 900 1000 m dpl, Cagar Alam Yanlappa Bogor dengan ketinggian 200 300 m dpl dan Taman Nasional Ujung Kulon dengan ketinggian 0 100 mdpl, dari data tersebut terlihat bahwa genus Macrotermes memiliki kemampuan adaptasi yang cukup baik. Beberapa spesies rayap pada sub famili Macrotermitidae diantarnya genus Odontotermes dan genus Macrotermes menunjukan kesukaannya terhadap jamur. Menurut Nandika et al. (2003) ini terlihat pada bagian sarang Macrotermes banyak dijumpai kebun jamur sebagai sumber makanannya. Menurut United Nations Food and Agriculture Organitation dan United Nations Environment Programme (2000) melaporkan bahwa jamur merupakan faktor penting dalam rantai makanan bagi rayap Macrotermes dan Odontotermes. Jamur berperan dalam menjaga iklim mikro. Jamur Termitomycetes ini dimakan oleh koloni yang masih muda untuk membantu dalam mencerna selulosa. Genus Nasutitermes merupakan genus yang paling sedikit ditemukan. Dalam penelitian ini genus Nasutitermes terdapat pada tegakan puspa. United Nastion Food and Agriculture Organitation dan United Nations Environment Programme (2000) melaporkan bahwa rayap ini dapat hidup di dalam semua spesies habitat hanya saja yang menjadi faktor pembatas dalam distribusinya adalah makanan. Sumber makanan rayap ini mulai dari kayu, lumut dan humus yang berasal dari daun atau sampah. Keberadaan lumut pada tegakan puspa sangat mungkin terjadi karena habitus pohon puspa yang memiliki kanopi yang luas menyebabkan kelembaban meningkat dan intensitas matahari rendah sehingga kondisi di bawah kanopi menjadi temperatur relatif basah dan dingin (suhu rendah) (Setyawan 2000), kondisi ini menyebabkan lumut dapat tumbuh optimal, dengan tersedianya cukup makan maka rayap dapat tumbuh dengan baik.

19 4. 2. Identifikasi Spesies Rayap yang tersebar di HPGW. Contoh rayap yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan pengidentifikasian dengan menggunakan mikroskop dan dibantu dengan buku kunci identifikasi spesies rayap berdasarkan Ahmad (1958) dan Tho (1992). Hasil untuk identifikasi rayap di HPGW disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil identifikasi rayap di HPGW No Rayap yang ditemukan Deskripsi berdasarkan kunci determinasi 1A Spesies-spesies rayap dengan ukuran besar, dimorfis (mempunyai dua ukuran). Panjang tubuh dengan mandibel adalah 8 15 mm. Macrotermes (major) 1B Warna kepala coklat merah. 4,8 5,48 mm. Panjang kepala tanpa mandibel 3,4 3,65 mm. Lebar kepala 2,88 3.17 mm. Ruas antena 17 segmen. Macrotermes gilvus (major) 1C 3.07 3.43 mm. Panjang kepala tanpa mandibel 1.84 2.29 mm. Lebar kepala 1.52 1.92 mm. M. gilvus (minor)

20 Lanjutan Tabel 4 No Rayap yang ditemukan Deskripsi berdasarkan kunci determinasi 2A Bentuk mandibel sangat tidak simetris, dengan mandibel kiri melengkung ditengah seperti kait. Pericapritermes 2B 3,36 3,65 mm. Panjang kepala tanpa madibel 1,84 2, 18 mm. Lebar kepala 1,16 1,23 mm. P. mohri 3A Spesies-spesies ukuran sedang. Panjang tubuh 2,17 mm. Odontotermes 3B 2,89 mm. Panjang kepala tanpa mandibel 2,55 mm. Lebar kepala 1,58 mm. Odontotermes sp.

21 Lanjutan Tabel 4 No Rayap yang ditemukan Deskripsi berdasarkan kunci determinasi 4A Kepala berwarna kuning muda, panjang kepala dengan mandibel 1,8 mm, lebar 1,33 mm dan 16 segmen antena. Schedorhinotermes (major) 4B Kepala berwarna kuning muda, panjang kepala dengan mandibel 1,98 mm. Panjang kepala tanpa mandibel 1.44 1,54 mm. Lebar kepala 1.38 1.44 mm. 16 segmen antena. S. longirostris (major) 4C 1,33 1,40 mm. Panjang kepala tanpa mandibel 0,84 1,04 mm. Lebar kepala 0,72 0,80 mm. S. longirostris (minor) 4D 1,22 1,35 mm. Panjang kepala tanpa mandibel 0,78 0,83 mm. Ruas antena 16 segment S. medioobscurus (minor)

22 Lanjutan Tabel 4 No Rayap yang ditemukan Deskripsi berdasarkan kunci determinasi 4E 1,17 1,18 mm. Panjang kepala tanpa mandibel 0,65 0,72 mm. S. tarakensis (minor) 5A 5B Mandible prajurit sangat kecil dan nyaris tidak terlihat dahi (frons) menonjol ke depan berbentuk alat penusuk (nasus) Prajurit berbentuk kerucut, bagaian pangkal menebal dan agak lengkung. Anggota koloni berwarna gelap, coklat tua sampai hitam. Nasutitermes Jumlah antena 12 13 segmen. Panjang kepala dengan nasut 1,23 mm. Lebar kepala 0,72 mm. Nasutitermes javanicus

23 4.3. Potensi rayap sebagai hama di HPGW Dari kelima genus yang berhasil ditemukan hanya dua genus yang berpotensi sebagai hama yaitu Macrotermes dan Odontotermes. Nandika (2003) melaporkan bahwa serangan Macrotermes pada tegakan kayu putih tahun 1976 di Tasikmalaya menyebabkan kematian sebesar 91%. Rahmat (1984) melaporkan terjadi kerusakan kayu di TPK Pongpok Landak yang disebabkan M. gilvus. Kayu yang diserang merupakan kayu kualitas IV, kayu yang memilik diameter 4 19 cm. Kayu-kayu tersebut tidak bisa dijual atau menimbulkan kerugian ekonomi karena bagian dalam kayu telah habis dimakan rayap. Santoso (1995) melaporkan bahwa terjadi kerusakan tanaman Shorea spp. di RPH Jasinga yang disebabkan oleh rayap M. gilvus. Tingkat kerusakan yang ditimbulkan M. gilvus mulai dari ringan hingga berat. M. gilvus menimbulkan kerusakan berat pada akar tanaman S. pinanga dan menimbulkan kerusakan berat pada batang S. stenoptera. Nandika (2003) melaporkan Odontotermes menyerang tegakan kayu putih di Gunung Kidul dengan menyebabkan kematian sebesar 87,07%.