KERAGAMAN JENIS RAYAP DAN INTENSITAS KERUSAKAN BANGUNAN DI PERUMAHAN ALAM SINARSARI, CIBEUREUM, DARMAGA, BOGOR CUCU SETIAWATI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KERAGAMAN JENIS RAYAP DAN INTENSITAS KERUSAKAN BANGUNAN DI PERUMAHAN ALAM SINARSARI, CIBEUREUM, DARMAGA, BOGOR CUCU SETIAWATI"

Transkripsi

1 KERAGAMAN JENIS RAYAP DAN INTENSITAS KERUSAKAN BANGUNAN DI PERUMAHAN ALAM SINARSARI, CIBEUREUM, DARMAGA, BOGOR CUCU SETIAWATI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Keragaman Jenis Rayap dan Intensitas Kerusakan Bangunan di Perumahan Alam Sinarsari, Cibeureum, Darmaga, Bogor adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2013 Cucu Setiawati NIM E

4 ABSTRAK CUCU SETIAWATI. Keragaman Jenis Rayap dan Intensitas Kerusakan Bangunan di Perumahan Alam Sinarsari, Cibeureum, Darmaga, Bogor. Dibimbing oleh ARINANA dan NOOR FARIKHAH HANEDA. Saat ini serangan rayap pada bangunan gedung merupakan masalah yang sangat penting karena intensitas serangannya yang tinggi dan luas sehingga nilai kerugian akibat serangan rayap cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Letak demografi Kota Bogor yang memiliki curah hujan dan kelembaban yang tinggi menjadi salah satu faktor timbulnya kerusakan bangunan yang dapat menjadi akses jalan masuknya rayap ke dalam bangunan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis dan sebaran jenis rayap tanah, serta untuk mengetahui intensitas kerusakan bangunan rumah pada lokasi penelitian. Penelitian dilaksanakan di Perumahan Alam Sinarsari, Cibeureum, Darmaga, Bogor dengan menyebarkan 280 kayu umpan Pinus merkusii berukuran 1.9 x 1.9 x 45.7 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan enam jenis rayap tanah yang menyerang kayu umpan, yaitu Coptotermes curvignathus, Schedorhinotermes sarawakensis, S. javanicus, Odontotermes javanicus, Macrotermes gilvus, dan Capritermes mohri. Sementara itu berdasarkan hasil survei bangunan dan wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar bangunan rumah termasuk dalam kondisi sedang (61.03%) dan ditemukan juga kerusakan akibat serangan rayap kayu kering. Kata kunci: Rayap tanah, kayu umpan, kerusakan bangunan, rayap kayu kering ABSTRACT CUCU SETIAWATI. Termite Diversity and Damage Intensity of House Buildings in Perumahan Alam Sinarsari, Cibeureum, Darmaga, Bogor. Supervised by ARINANA and NOOR FARIKHAH HANEDA Nowdays, termite attacks to buildings are very important issue with considering the intensity of their attacks which are high and extend, so that the value of losses due to termite attacks tend to increase from year to year. The demography of Kota Bogor which has high rain intensity and humidity can be one of factor causing building damages. Damage of buildings like decay and crack can be a access for termites to attack the buildings. The objective of this research is to know the species and distribution of subterranan species, along with to know damage intensity of house buildings in the location of research. Location of this research is Perumahan Alam Sinarsari with spread 280 stakes Pinus merkusii size 1.9 cm x 1.9 cm x 45.7 cm. The results showed that there found six species of subterranean termites at Perumahan Alam Sinarsari, which were Coptotermes curvignathus, Schedorhinotermes sarawakensis, S. javanicus, Odontotermes javanicus, Macrotermes gilvus, and Capritermes mohri. Meanwhile based on survey of damage and interview showed most of the houses buildings included in

5 medium condition (61.03%) and also founded damaged caused by dry wood termite attacks. Key words: Biodiversity, termite, damage of building, dry wood termite

6 Judul Skripsi : Keragaman Jenis Rayap dan Intensitas Kerusakan Bangunan di Perumahan Alam Sinarsari, Cibeureum, Darmaga, Bogor Nama : Cucu Setiawati NIM : E Disetujui oleh ~~ Arinana, SHut, MSi Pembimbing I Pembimbind II MSc MSc Tanggal Lulus: 1 7 ocr 20n

7 Judul Skripsi : Keragaman Jenis Rayap dan Intensitas Kerusakan Bangunan di Perumahan Alam Sinarsari, Cibeureum, Darmaga, Bogor Nama : Cucu Setiawati NIM : E Disetujui oleh Arinana, SHut, MSi Pembimbing I Dr Noor Farikhah Haneda, MSc Pembimbing II Diketahui oleh Prof Dr Ir I Wayan Darmawan, MSc Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala karunia dan kesempatan yang telah diberikan-nya, sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2013 sampai Juni 2013, dengan judul Keragaman Jenis Rayap dan Intensitas Kerusakan Bangunan di Perumahan Alam Sinarsari, Cibeureum, Darmaga, Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Arinana, SHut, MSi dan Dr Noor Farikhah Haneda, MS selaku pembimbing. Selain itu penghargaan penulis sampaikan pula kepada pihak pengurus RW Perumahan Alam Sinarsari yang telah membantu memberikan izin dan waktu selama penelitian dilakukan. Tak lupa penulis berterimakasih kepada Oma Della, Tante Vi, Bu Oteng, dan seluruh warga Perumahan Alam Sinarsari yang telah bersedia meluangkan waktunya selama penelitian dilaksanakan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, bapak, adik-adik, seluruh keluarga, dan sahabat-sahabat THH 46, terutama Nindya Gita Utami, Febrina Dellarose Boer, Dwi Premadha Lestari, Novianti Sri Wahyuni, Sari Dewi Widi Lestari dan Pratika Aisyah Lestari atas segala do a, semangat dan kasih sayangnya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan tulisan ini selanjutnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua. Bogor, Oktober 2013 Cucu Setiawati

9

10 KERAGAMAN JENIS RAYAP DAN INTENSITAS KERUSAKAN BANGUNAN DI PERUMAHAN ALAM SINARSARI, CIBEUREUM, DARMAGA, BOGOR CUCU SETIAWATI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Hutan DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

11

12 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN 1 Tujuan Penelitian 1 Manfaat Penelitian 1 METODE 2 Waktu dan Tempat Penelitian 2 Alat dan Bahan 2 Identifikasi Jenis Rayap di Perumahan Alam Sinarsari 2 Pengambilan Sampel Tanah 3 Pengukuran Suhu, Kelembaban dan Intensitas Cahaya 3 Intensitas Kerusakan Bangunan Rumah 4 Analisis Data 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Kondisi Umum Perumahan Alam Sinarsari 6 Keragaman dan Sebaran Jenis Rayap Tanah 6 Frekuensi Kerusakan Bangunan Rumah 12 Jenis dan Bentuk Kerusakan Bangunan Rumah 13 Pengaruh Umur, Frekuensi Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Rumah 18 Sifat Kimia dan Fisik Tanah di Sekitar Perumahan 19 Suhu, Kelembaban, dan Intensitas Cahaya Matahari 20 SIMPULAN DAN SARAN 20 Simpulan 20 Saran 20 DAFTAR PUSTAKA 21 LAMPIRAN 23 RIWAYAT HIDUP 38 DAFTAR TABEL 1 Skor nilai bangunan rumah 4 2 Teknik pembobotan pada tiap kelompok pekerjaan 5 x x x

13 3 Kategori nilai kondisi bangunan dan predikatnya 5 4 Keragaman jenis rayap tanah di Perumahan Alam Sinarsari 7 5 Bentuk dan frekuensi kerusakan komponen bangunan rumah di Perumahan Alam Sinarsari 14 6 Hasil analisis sifat kimia dan fisik tanah di Perumahan Alam Sinarsari 19 7 Hasil pengukuran suhu, kelembaban, dan intensitas matahari di Perumahan Alam Sinarsari 20 DAFTAR GAMBAR 1 Pemasangan kayu umpan 3 2 Titik lokasi pengamatan sampel tanah, suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya matahari 4 3 Kasta prajurit minor Coptotermes curvignathus perbesaran 10 kali 8 4 Kasta prajurit minor Schedorhinotermes javanicus perbesaran 10 kali 8 5 Kasta prajurit Schedorhinotermes sarawakensis perbesaran 10 kali, (a) prajurit mayor, (b) prajurit minor 9 6 Kasta prajurit Capritermes mohri perbesaran 10 kali 9 7 Kasta prajurit Odontotermes javanicus perbesaran 10 kali, (a) prajurit mayor, (b) prajurit minor 10 8 Kasta prajurit mayor Macrotermes gilvus perbesaran 10 kali 10 9 Frekuensi serangan keragaman famili rayap tanah yang menyerang perumahan Sebaran jenis rayap tanah pada Perumahan Alam Sinarsari, Cibeureum, Darmaga, Bogor Keadaan bangunan rumah di perumahan Frekuensi jenis kerusakan komponen bangunan perumahan Kerusakan pada komponen atap, (a) penutup atap yang rusak, (b) serangan rayap pada lisplang Kerusakan pada dinding bangunan, (a) perubahan warna, (b) retak Kerusakan pada langit-langit, (a) pecahnya lempengan plafon, (b) perubahan warna Serangan rayap pada kusen, (a) serangan rayap kayu kering, (b) serangan rayap tanah Frekuensi jenis serangan akibat rayap 18 DAFTAR LAMPIRAN 1 Kuisioner studi kerusakan bangunan pada perumahan contoh 23 2 Hasil analisis sampel tanah perumahan pada dua kedalaman 25 3 Analisis hubungan antara kondisi bangunan rumah dengan umur bangunan, frekuensi pemeliharaan dan frekuensi bangunan rumah 27 4 Hasil Identifikasi Jenis Rayap yang Menyerang Kayu Umpan di Perumahan Alam Sinarsari 29

14 PENDAHULUAN Pada dasarnya, rayap berperan sebagai dekomposer sehingga mempunyai peranan penting di dalam kehidupan manusia. Namun rayap juga seringkali merusak kayu sebagai bagian dari konstruksi bangunan dan material berselulosa lainnya di dalam bangunan gedung. Saat ini serangan rayap pada bangunan gedung merupakan masalah yang sangat penting, karena intensitas serangan yang yang tinggi dan luas sehingga nilai kerugian akibat serangan rayap cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Berbagai bangunan seperti gedung perkantoran, gedung sekolah, dan rumah-rumah tinggal banyak mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh rayap. Rayap tanah merupakan hama bangunan yang paling penting (Tarumingkeng 2000). Rayap tanah yang sering menyerang bangunan kira-kira mewakili 10% dari keseluruhan jenis rayap pemakan kayu (Rudi 1999). Nandika et al (2003) menyatakan bahwa dalam sepuluh tahun mendatang berbagai jenis rayap perusak kayu masih tetap akan menjadi bagian dari ekosistem Indonesia. Dengan semakin meluasnya areal permukiman, maka interaksi antara koloni rayap dengan bangunan perumahan akan semakin meningkat. Oleh karena itu, diperkirakan ancaman serangan rayap pada bangunan perumahan akan tetap tinggi. Kota Bogor memiliki curah hujan dan kelembaban yang tinggi sehingga menjadi salah satu faktor tingginya kerusakan bangunan rumah. Kerusakan bangunan seperti retakan dan kebocoran dapat menjadi akses bagi faktor perusak biologis, khususnya rayap dan jamur untuk menyerang bangunan rumah. Rayap tidak hanya dapat menyerang komponen-komponen bangunan yang mengandung selulosa, seperti kusen, pintu, komponen atap, dan langit-langit, akan tetapi rayap juga menyerang isi bangunan. Hal ini tentunya menimbulkan kerugian ekonomis yang sangat tinggi. Perumahan Alam Sinarsari telah berdiri sejak tahun 1995 dan sampai saat ini belum pernah diketahui potensi keragaman rayap yang ada dan intensitas kerusakan bangunannya. Untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai keragaman jenis rayap dan intensitas kerusakan bangunan di Perumahan Alam Sinarsari, Cibeureum, Darmaga, Bogor. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jenis dan sebaran jenis rayap tanah serta dapat diketahui intesitas kerusakan bangunan rumahnya. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan sebaran jenis rayap tanah, serta untuk mengetahui intensitas kerusakan bangunan rumah pada lokasi penelitian. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai jenis dan sebaran jenis rayap tanah yang ada di Perumahan Alam Sinarsari, serta intensitas kerusakan bangunan rumah pada perumahan tersebut sehingga dapat menduga potensi serangan rayap tanah sebagai hama bangunan pada bangunan perumahan.

15 2 METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan Juni 2013 bertempat di Perumahan Alam Sinarsari Cibeureum, Darmaga, Bogor, dan Laboratorium Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil Hutan (DHH), Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor (IPB). Selain itu penelitian juga bertempat di Laboratorium Tanah, Departemen Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah botol koleksi rayap, kuas, camera digital, mikroskop stereo, alat pengukur suhu dan kelembaban (multifungtional environtmental meter) merek Krisbow KW in 1, alat pengukur intensitas cahaya matahari (light meter) merek Krisbow KW , plastik bening, alat bedah rayap, dan bor tanah. Bahan-bahan yang digunakan terdiri atas Kayu Pinus (Pinus merkusii) berukuran 1.9 cm 1.9 cm 45.7 cm, cat minyak warna merah dan alkohol 70%. Prosedur Penelitian Identifikasi Jenis Rayap di Perumahan Alam Sinarsari Kayu umpan diperlukan untuk mengetahui jenis rayap yang ada di perumahan. Kayu umpan (stakes) yang digunakan terbuat dari kayu pinus yang berukuran 1.9 cm x 1.9 cm x 45.7 cm dalam keadaan kering udara. Bagian atas kayu umpan dicat dengan warna terang (merah) untuk membantu menandai lokasi kayu umpan selama pengamatan. Ukuran kayu umpan yang digunakan mengacu pada standar ASTM-D Pemasangan kayu umpan dilakukan pada tapak bangunan rumah tinggal dan fasilitas umum yang tidak tertutup oleh lapisan beton atau lapisan artifisial lainnya. Kayu umpan yang dipasang yaitu sebanyak 280 buah yang disebar di seluruh perumahan. Setiap kayu umpan dibenamkan secara vertikal ke dalam tanah dengan perkiraan 1/2 bagian berada di bawah permukaan tanah, dan 1/2 bagian berada di atas permukaan tanah seperti pada Gambar 1. Kayu umpan ditanam selama dua hingga tiga bulan.

16 3 Gambar 1 Pemasangan kayu umpan Setiap bulan dilakukan pengamatan terhadap kayu umpan. Pengamatan dilakukan sampai dengan tiga bulan. Apabila kayu umpan telah terserang rayap, dilakukan pengambilan beberapa ekor rayap dari kasta prajurit yang kemudian dimasukan ke dalam botol koleksi rayap yang berisi alkohol 70%. Satu botol koleksi digunakan untuk rayap yang diambil dari satu kayu umpan yang terserang. Selanjutnya, rayap yang menyerang kayu umpan diidentifikasi jenisnya di laboratorium dengan berpedoman pada literatur atau kunci identifikasi Tho (1992). Sampel rayap yang terkumpul kemudian difoto menggunakan mikroskop stereo dengan perbesaran 10 kali dan 30 kali. Pengamatan jenis rayap yang menyerang kayu umpan meliputi pengamatan secara keseluruhan dari tubuh rayap dan juga pengamatan pada ukuran kepala rayap serta bagian-bagian yang terdapat pada kepala rayap. Pengamatan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10 kali dilakukan untuk mengamati tubuh rayap secara keseluruhan. Pengamatan menggunakan miksroskop dengan perbesaran 30 kali dilakukan untuk mengamati tubuh rayap bagian kepala yang mencakup antena dan mandibula rayap. Pengambilan Sampel Tanah Pengambilan sampel tanah dilakukan pada empat kuadran. Setiap kuadran diambil pada tiga titik secara acak sehingga terdapat 12 titik pengambilan sampel tanah pada lokasi penelitian (Gambar 2). Masing-masing titik diambil pada dua kedalaman, yaitu kedalaman 0-20 cm dan cm. Kemudian sampel tanah tersebut dianalisis sifat kimia dan fisiknya di laboratorium tanah. Pengukuran Suhu, Kelembaban dan Intensitas Cahaya Pengukuran suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya dilakukan pada 12 titik lokasi pengamatan sebagaimana metode pengambilan sampel tanah (Gambar 2). Pengukuran dilakukan pada pagi hari (pukul 7.30), siang hari (pukul 12.30), dan sore hari (pukul 16.30) selama satu minggu.

17 4 Gambar 2 Titik lokasi pengamatan ( intensitas cahaya matahari ) sampel tanah, suhu, kelembaban dan Intensitas Kerusakan Bangunan Perumahan Kegiatan survei dan wawancara dilakukan untuk mengetahui intensitas kerusakan bangunan rumah. Bangunan rumah yang disurvei sebanyak 213 rumah. Pada masing-masing rumah dilakukan pengamatan terhadap ada atau tidaknya kerusakan pada komponen bangunan rumah, yaitu komponen bangunan pada penutup atap, rangka atap/kuda-kuda, plafon, lisplang, rangka dinding, dinding, lantai, kusen, jendela, daun pintu, pondasi, sistem drainase, maupun utilitas. Selain itu dilakukan pengamatan terhadap penyebab kerusakan bangunan tersebut. Hasil pengamatan dicatat pada lembar kuisioner yang telah disediakan (Lampiran 1). Setiap komponen bangunan yang diamati diberi skor sesuai dengan kriteria yang telah di tentukan (Tabel 1). Tabel 1 Skor nilai bangunan rumah Kondisi Skor Keterangan Baik 5 Komponen bangunan masih berfungsi dengan baik dan ada pemeliharaan secara berkala. Sedang 4 Komponen bangunan masih berfungsi dengan baik dan tidak ada pemeliharaan secara berkala. Rusak Ringan 3 Komponen bangunan masih berfungsi tetapi <10% bagian komponen tersebut mengalami gejala kerusakan (lapuk, retak, terserang rayap, perubahan warna). Rusak Sedang 2 Komponen bangunan masih berfungsi tetapi 10%-40% mengalami kerusakan fungsional (lapuk, retak, terserang rayap, perubahan warna dll). Rusak Berat 1 Sebesar 40% komponen bangunan mengalami kerusakan fungsional (lapuk, retak, terserang rayap, perubahan warna dll). Sumber: Suryadi (2005) Pembobotan diperlukan guna menentukan skala prioritas dari komponen bangunan. Nilai pembobotan dipengaruhi oleh efek samping yang ditimbulkan dari kerusakan pada komponen bangunan ke komponen lain apabila komponen

18 tersebut tidak segera diperbaiki. Teknik pembobotan untuk tiap kelompok pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Teknik pembobotan pada tiap kelompok pekerjaan No Objek yang diteliti Bobot kegiatan (%) A Pekerjaan atap 27 B Pondasi 21 C Rangka dinding 19 D Langit-langit 10 E Dinding 9 F Kusen/daun pintu 6 G Lantai 4 H Sistem drainase 3 I Utilitas 1 Total 100 Sumber: Suryadi (2005) Untuk mendapatkan nilai kondisi bangunan didapat dengan rumus sebagai berikut: NK = x 100% Keterangan : NK= Nilai kondisi bangunan (%) BB = Bobot kegiatan (%) Sn = Skor nilai 500= Nilai konstanta yang diperoleh dari total BB dikalikan skor nilai terbaik Selanjutnya kategori kondisi bangunan rumah dikelompokan kedalam lima kelas kondisi, bergantung pada presentase akhir yang diperoleh. Adapun kategori nilai kondisi bangunan dan predikatnya yang dimuat dalam Tabel 3: Tabel 3 Kategori nilai kondisi bangunan dan predikatnya No. Nilai kondisi bangunan (%) Predikat kategori Baik Sedang Rusak ringan Rusak sedang Rusak parah Sumber: Sulaeman (2005) Analisis Data Pada penelitian ini pengolahan data intensitas kerusakan bangunan dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel Sedangkan analisis data yang digunakan untuk penentuan hubungan antara umur, frekuensi pemeliharaan dan perawatan (renovasi) terhadap kondisi bangunan adalah Cross-tabulation Chisquare dengan menggunakan software SPSS 16.0 for Windows. 5

19 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perumahan Alam Sinarsari Perumahan Alam Sinarsari dibangun pada tahun 1995 dan mulai dihuni pada tahun Perumahan ini berada di daerah Cibeureum, Darmaga, Bogor. Sebelum dibangun menjadi perumahan, kawasan ini merupakan areal persawahan. Luas perumahan ini yaitu sebesar m 2. Rincian penggunaan lahannya yaitu untuk penggunaan lahan efektif sebesar m 2, penggunaan prasarana untuk jalan m 2, dan untuk fasilitas-fasilitas umum seluas m 2. Fasilitas-fasilitas umum terdiri atas jalur hijau, taman, tempat pembuangan sampah, sekolah TK, sekolah SD, dan sarana olahraga. Jumlah kavling pada perumahan ini yaitu sebanyak 355 unit yang terdiri dari lima tipe, yaitu tipe A (luas bangunan 70 m 2 dan luas tanah 150 m 2 ), tipe B (luas bangunan 57 m 2 dan luas tanah 135 m 2 ), tipe C (luas bangunan 45 m 2 dan luas tanah 120 m 2 ), tipe D (luas bangunan 36 m 2 dan luas tanah 90 m 2 ), dan tipe E (luas bangunan 21 m 2 dan luas tanah 70 m 2 ). Jumlah kavling pada tipe A yaitu sebanyak 52 unit, tipe B 51 unit, tipe C 66 unit, tipe D 62 unit, dan tipe E 124 unit. Masing-masing unit kavling terdiri dari satu sampai dengan dua lantai bangunan. Adapun bangunan-bangunan kosong yang tidak berpenghuni, yaitu sebanyak 50 unit. Umur masing-masing bangunan rumah pada perumahan ini berbeda-beda yaitu berkisar antara tahun. Hal ini dikarenakan tidak semua bangunan rumah dibangun pada tahun yang sama. Seluruh bangunan rumah pada perumahan ini merupakan bangunan permanen. Sebagian besar bangunan rumah berlantai satu (91.55%) dan sisanya berlantai dua (8.45%). Lantai umumnya terbuat dari keramik (92.95%). Akan tetapi masih ada sebagian kecil rumah yang lantainya terbuat dari plesteran semen (7.04%). Seluruh bangunan di lokasi penelitian berdinding batu bata yang permukaannya diplester. Kusen pintu dan kusen jendela pada umumnya terbuat dari kayu (98.12%) dan sisanya terbuat dari aluminium (1.87%). Palfon bangunan rumah umumnya terbuat dari eternit. Kudakuda bangunan rumah biasanya terbuat dari kayu (99.06%), sementara yang menggunakan baja ringan sangat sedikit (0.09%). Disamping itu, hampir seluruh bangunan rumah menggunakan penutup atap yang terbuat dari genteng. Keragaman dan Sebaran Jenis Rayap Tanah Kayu umpan yang disebar di seluruh perumahan Alam Sinarsari Cibeureum, Darmaga, Bogor, yaitu sebanyak 280 kayu umpan. Setelah pengamatan sampai tiga bulan, kayu umpan yang terserang rayap sebanyak 41 kayu umpan yang terdiri dari 25 kayu umpan yang ditemukan rayap dan 16 kayu umpan tidak ditemukan rayap. Adapun dua lokasi yang bukan merupakan kayu umpan tetapi berhasil ditemukan rayap, yaitu pada satu pohon mati dan satu pagar bambu. Hasil identifikasi menurut Tho (1992) menunjukkan bahwa pada perumahan Alam Sinarsari ditemukan enam jenis rayap subteran yang merupakan anggota dari dua famili yaitu Rhinotermitidae dan Termitidae, dan empat subfamilia yaitu Coptotermitinae, Rhinotermitinae, Termitinae, dan Macrotermitinae. Spesies-spesies yang ditemukan pada lokasi pengamatan yaitu Coptotermes curvignathus Holmgren menyerang enam kayu umpan,

20 Schedorhinotermes javanicus Kemner menyerang tiga kayu umpan, S. sarawakensis Kemner menyerang enam kayu umpan, Capriternes mohri Kemner menyerang satu kayu umpan, Odontotermes javanicus Holmgren menyerang delapan kayu umpan, dan Macrotermes gilvus Hagen menyerang satu kayu umpan. Selain rayap S. sarawakensis juga ditemukan menyerang satu pohon mati dan O. javanicus ditemukan menyerang satu pagar bambu. Tabel 4 Keragaman jenis rayap subteran di Perumahan Alam Sinarsari No Lokasi Famili Subfamili Jenis Rayap 1. A6 Rhinotermitidae Coptotermitinae Coptotermes curvignathus 2. A12 Rhinotermitidae Rhinotermitinae Schedorhinotermes javanicus 3. A24 Rhinotermitidae Rhinotermitinae Schedorhinotermes sarawakensis 4. A24a Rhinotermitidae Rhinotermitinae S. sarawakensis 5. A31 Termitidae Macrotermitinae Odontotermes javanicus 6. A31 pohon Rhinotermitidae Rhinotermitinae S. sarawakensis 7. A37 Rhinotermitidae Rhinotermitinae S. sarawakensis 8. A55 Rhinotermitidae Coptotermitinae C. curvignathus 9. A89 Termitidae Macrotermitinae O. javanicus 10. B14 Termitidae Macrotermitinae O. javanicus 11. B48 Termitidae Termitinae Capritermes mohri 12 B48 pagar Termitidae Macrotermitinae O. javanicus 13. B67 Termitidae Macrotermitinae Macrotermes gilvus 14. C47 Termitidae Macrotermitinae O. javanicus 15. D40 Rhinotermitidae Rhinotermitinae S. sarawakensis 16. D48 Rhinotermitidae Rhinotermitinae S. sarawakensis 17. D53 Rhinotermitidae Coptotermitinae C. curvignathus 18. D55 Rhinotermitidae Coptotermitinae C. curvignathus 19. D55a Termitidae Macrotermitinae O. javanicus 20. E30 Rhinotermitidae Rhinotermitinae S. javanicus 21. E55 Rhinotermitidae Rhinotermitinae S. sarawakensis 22. E61 Rhinotermitidae Coptotermitinae C. curvignathus 23. E61a Rhinotermitidae Coptotermitinae C. curvignathus 24. E119 Rhinotermitidae Rhinotermitinae S. javanicus 25. E176 Termitidae Macrotermitinae O. javanicus 26. D85 Termitidae Macrotermitinae O. javanicus 27. D74 Termitidae Macrotermitinae O. javanicus Rayap C. curvignathus termasuk dalam subfamili Coptotermitinae dan famili Rhinotermitidae. Rayap ini mempunyai kepala yang berwarna kuning, dengan panjang badan mm, lebar maksimum kepala mm, panjang kepala dengan mandibel mm, panjang kepala tanpa mandibel mm, dan antena sebanyak 15 ruas. Bentuk mandibel seperti arit dan melengkung diujungnya. Pada Gambar 3 dapat dilihat kasta prajurit C. curvignathus yang ditemukan pada lokasi penelitian. Menurut Harris (1971), ada 120 jenis rayap yang menyerang bangunan dan 64 jenis diantaranya merupakan nama yang sangat penting. Rayap C. curvignathus merupakan jenis rayap yang terganas dan sangat umum terdapat di Indonesia (Nandika et al 2003). 7

21 8 Gambar 3 Kasta prajurit C. curvignathus perbesaran 10 kali Rayap S. javanicus termasuk dalam subfamili Rhinotermitinae dan famili Rhinotermitidae. Rayap ini memiliki dua tipe kasta prajurit, yaitu kasta prajurit mayor yang berukuran besar dan kasta prajurit minor yang berukuran kecil. Pada lokasi penelitian hanya ditemukan kasta prajurit berukuran kecil dengan karakteristik morfologi sebagai berikut; kepala berwarna kuning muda; panjang kepala dengan mandibel mm; panjang kepala tanpa mandibel mm; lebar maksimum kepala mm; panjang badan mm; dan jumlah ruas antena sebanyak 15 ruas. Mandibel rayap ini memiliki gigi marginal. Menurut Krisna dan Weesner (1970) rayap ini dapat dijumpai hampir di semua daerah di Pulau Jawa terutama di daerah dengan ketinggian di bawah meter dari permukaan laut. Oleh karena itu, jenis rayap ini dapat dengan mudah ditemukan hampir di semua daerah di Indonesia. Pada Gambar 4 dapat dilihat kasta prajurit minor yang ditemukan pada lokasi penelitian. Gambar 4 Kasta prajurit minor S. javanicus perbesaran 10 kali Rayap S. sarawakensis termasuk dalam subfamili Rhinotermitinae dan famili Rhinotermitidae. Rayap ini memiliki dua tipe kasta prajurit, yaitu kasta prajurit mayor yang berukuran besar dan kasta prajurit minor yang berukuran kecil. Pada lokasi penelitian ditemukan kasta prajurit berukuran besar dan berukuran kecil. Kasta prajurit berukuran besar karakteristik morfologi sebagai berikut; kepala berwarna kuning muda; panjang kepala dengan mandibel mm; panjang kepala tanpa mandibel mm; lebar maksimum kepala mm; dan jumlah ruas antena sebanyak 16 ruas. Sedangkan karakteristik morfologi kasta prajurit kecil memiliki kepala berwarna kuning muda; panjang kepala dengan mandibel mm; panjang kepala tanpa mandibel mm; lebar maksimum kepala mm; dan jumlah ruas antena sebanyak 16 ruas. Pada Gambar 5 dapat dilihat kasta prajurit berukuran mayor dan minor yang ditemukan pada lokasi penelitian.

22 9 (a) (b) Gambar 5 Kasta prajurit S. sarawakensis perbesaran 10 kali, (a) prajurit mayor, (b) prajurit minor Rayap C. mohri termasuk dalam subfamili Termitinae dan famili Termitidae. Rayap ini mempunyai kepala yang berwarna kuning muda, dengan lebar maksimum kepala mm, panjang kepala dengan mandibel mm, panjang kepala tanpa mandibel mm, dan antena sebanyak 14 ruas. Bentuk mandibel rayap ini sangat tidak simetris, dengan mandibel sebelah kiri sangat melengkung di tengah berbentuk seperti kait. Mandibel berkembang dan berfungsi, digunakan untuk menggigit dan menggunting (Nandika et al 2003). Pada Gambar 6 dapat dilihat kasta prajurit C. mohri yang ditemukan pada lokasi penelitian. Gambar 6 Kasta prajurit C. mohri perbesaran 10 kali Rayap O. javanicus termasuk dalam subfamili Macrotermitinae dan famili Termitidae. Rayap ini terdiri atas dua kasta prajurit, yaitu kasta prajurit mayor yang berukuran besar dan kasta prajurit minor yang berukuran kecil. Pada lokasi penelitian ditemukan kasta prajurit berukuran besar dan kasta prajurit berukuran kecil. Kasta prajurit besar mempunyai karakteristik morfologi sebagai berikut; kepala berwarna coklat tua atau coklat kemerahan; panjang kepala dengan mandibel mm; panjang kepala tanpa mandibel mm; lebar kepala mm; panjang badan mm; dan jumlah ruas antena sebanyak 17 ruas. Sedangkan kasta prajurit kecil mempunyai kepala yang berwarna coklat tua, dengan lebar kepala mm, panjang kepala dengan mandibel mm, panjang kepala tanpa mandibel mm, panjang badan mm, dan antena sebanyak 17 ruas. Pada mandibel rayap ini

23 10 terdapat gigi marginal dan bagian dalam dari gigi marginal pada mandibel sebelah kiri sangat cembung. Pada Gambar 7 dapat dilihat kasta prajurit berukuran besar dan kecil yang ditemukan pada lokasi penelitian. (a) (b) Gambar 7 Kasta prajurit O. javanicus (perbesaran 10 kali), (a) prajurit mayor, (b) prajurit minor Rayap M. gilvus termasuk dalam subfamili Macrotermitinae dan famili Termitidae. Rayap ini merupakan jenis rayap yang ukuran badannya tergolong besar (Tarumingkeng 1971). Rayap ini terdiri atas dua kasta prajurit, yaitu kasta prajurit mayor yang berukuran besar dan kasta prajurit minor yang berukuran kecil. Pada lokasi penelitian hanya ditemukan kasta prajurit berukuran besar dengan karakteristik morfologi sebagai berikut; kepala berwarna coklat kemerahan; panjang kepala dengan mandibel 3.06 mm; panjang kepala tanpa mandibel 1.85 mm; lebar kepala 1.53 mm; panjang badan 5.22 mm; dan jumlah ruas antena sebanyak 17 ruas. Rayap ini mempun yai mandibel yang melengkung pada ujungnya, dan digunakan untuk menjepit. Menurut Sumarni dan Ismanto (1988) rayap M. gilvus memiliki tempat hidup yang luas, dapat hidup pada tipetipe tanah kompleks podsolik merah kuning, podzolik kuning, regosol dan asosiasi latosol merah, latosol coklat kemerahan, serta tipe tanah laterit. Pada Gambar 8 dapat dilihat kasta prajurit berukuran besar yang ditemukan pada lokasi penelitian. Gambar 8 Kasta prajurit mayor M. gilvus perbesaran 10 kali Di Indonesia dua famili rayap perusak kayu yang masuk ke dalam golongan rayap tanah adalah Termitidae dan Rhinotermitidae (Tarumingkeng 2000). Hasil penelitian menunjukkan bahwa famili Rhinotermitidae (59.26 %) lebih banyak

24 ditemukan daripada famili Termitidae (40.74 %). Famili Rhinotermitidae ditemukan pada 16 titik pengamatan, sedangkan famili Termitidae ditemukan dalam 11 titik pengamatan % Frekuensi Serangan (%) % Rhinotermitidae Termitidae Famili Gambar 9 Frekuensi serangan keragaman famili rayap tanah yang menyerang perumahan Menurut Wang et al (2003) spesies-spesies anggota Rhinotermitidae memang lebih sering dijumpai di luar hutan alam atau di kawasan hutan alam yang telah dialihfungsikan menjadi areal perkebunan dan permukiman. Subfamili dari Rhinotermitidae yang ditemukan pada lokasi penelitian, yaitu Coptotermitinae dengan anggota C. curvignathus dan Rhinotermitinae dengan anggota S. javanicus dan S. sarawakensis. Famili Rhinotermitidae merupakan famili yang memiliki jumlah anggota yang banyak dan sering menyerang bangunan. Menurut Tarumingkeng (2000) anggota famili Rhinotermitidae yang paling banyak menyerang bangunan adalah jenis-jenis dari genus Coptotermes spp. Menurut Tambunan dan Nandika (1989) jenis-jenis rayap dari genus Coptotermes yang banyak merusak kayu di daerah tropis seperti Indonesia antara lain C. curvignathus, C. kalshoveni Kemner, dan C. ravians Haviland. Akan tetapi yang paling merugikan adalah C. curvignathus dan C. ravians. Jenis-jenis tersebut dapat merusak kayu dalam waktu yang singkat. Kemudian famili Termitidae ditemukan dalam jumlah yang lebih sedikit dari Famili Rhinotermitidae. Anggota-anggota famili ini merupakan kelompok rayap pemakan kayu, tanah dan serasah. Menurut Collins (1984), sebagian famili ini bersarang di dalam tanah dan membuat gundukan di atas tanah dan sebagian kecil membuat sarang arboreal dan anggota-anggota famili ini memiliki sebaran yang sangat luas di dunia (Tho 1992; Rahman & Tawatao 2003). Contoh-contoh Termitidae yang paling umum menyerang bangunan adalah Macrotermes spp., Odontotermes spp., dan Microtermes spp (Tarumingkeng 2000). Famili ini terdiri dari empat subfamili, namun dalam penelitian ini hanya ditemukan dua subfamili, yaitu subfamili Termitinae dengan anggota C. mohri dan subfamili Macrotermitinae dengan anggota M. gilvus dan O. javanicus. Pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa wilayah perumahan bagian depan memiliki keragaman jenis rayap yang lebih tinggi dari wilayah perumahan bagian

25 12 belakang. Hal ini diduga karena perumahan bagian didepan dibangun terlebih dahulu dari perumahan bagian belakang. Spesies rayap yang memiliki sebaran paling luas adalah O. javanicus. Sedangkan spesies yang memiliki sebaran paling sempit adalah C. mohri dan M. gilvus. U Gambar 10 Sebaran jenis rayap tanah pada Perumahan Alam Sinarsari, Cibeureum, Darmaga, Bogor Frekuensi Kerusakan Bangunan Rumah Bangunan sederhana dapat dipelajari dengan cara meninjau bagian-bagian yang merupakan bagian pokok dari bangunan dan fasilitas sanitasinya. Bagianbagian tersebut terdiri dari atap, pondasi, rangka dinding, langit-langit, dinding, kusen/daun, lantai, drainase halaman, dan utilitas (Puspantoro 1996). Gambar 11 menunjukkan bahwa sebagian besar (61.03%) rumah di Perumahan Alam Sinarsari termasuk dalam kondisi sedang, sedangkan sisanya termasuk dalam keadaan baik (26.76%) dan kondisi rusak ringan (12.20%). Hal ini diduga karena frekuensi pemeliharaan dan perawatan bangunan rumah yang relatif tinggi. Frekuensi (%) % 26.76% 12.20% Baik Sedang Rusak Ringan Kondisi Bangunan Gambar 11 Keadaan bangunan rumah di perumahan

26 Kondisi bangunan rumah yang termasuk dalam keadaan baik dan sedang pada umumnya dilakukan pemeliharaan dan perawatan yang rutin. Pemeliharaan yang dilakukan biasanya berupa pengecatan dengan frekuensi satu sampai tiga kali setahun. Sementara itu perawatan bangunan yang paling banyak dilakukan yaitu perawatan pada bagian kusen, daun pintu, dan jendela yang terserang oleh rayap maupun organisme perusak lainnya. Hal ini diduga karena kayu yang digunakan pada saat awal pembangunan adalah jenis kayu yang memiliki tingkat keawetan dan kekuatan yang rendah, sehingga banyak ditemukan kerusakan berupa serangan rayap, kumbang, jamur, maupun retak/pecah. Sedangkan bangunan rumah yang termasuk dalam kondisi rusak ringan pada umumnya tidak dilakukan pemeliharaan rutin dan perawatan. Jenis dan Bentuk Kerusakan Bangunan Rumah Faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan pada bangunan rumah yaitu berupa faktor biologis, faktor mekanis, dan fisis. Fenomena biologi yang berpengaruh terhadap bangunan adalah interaksi antara bangunan dengan lingkungan biotiknya berupa tumbuhan dan hewan (Watt 1999). Kayu sebagai bahan bangunan perumahan dan gedung dapat rusak atau lapuk akibat serangan organisme perusak kayu berupa serangga dan jamur (Hariyanto et al 2000). Faktor perusak biologis yang paling banyak menyebabkan kerusakan bangunan diantaranya adalah rayap, kumbang, cendawan, dan lumut. Kerusakan biologis tidak hanya terbatas pada komponen yang terbuat dari kayu saja, melainkan pada semua komponen yang terbuat dari bahan organik atau bahan yang mengandung selulosa. Kerusakan mekanis merupakan jenis kerusakan yang disebabkan oleh gaya, baik statis maupun dinamis. Bentuk kerusakan pada umumnya berupa retak atau pecah. Kerusakan mekanis biasanya terjadi hampir di seluruh komponen bangunan. Sementara itu, jenis kerusakan fisis umumnya disebabkan oleh faktor iklim setempat, seperti suhu dan kelembaban. Kerusakan yang terjadi berupa perubahan warna, pemudaran cat dan terkelupasnya lapisan cat. Pada umumnya kerusakan bangunan secara fisis terjadi pada komponen rangka atap, plafon, lisplang, jendela, dan pintu. 13 Frekuensi (%) % Biologis 27.64% Mekanis Jenis Kerusakan 24.55% Fisis Gambar 12 Frekuensi jenis kerusakan komponen bangunan perumahan Gambar 12 menunjukkan bahwa jenis kerusakan karena faktor biologis merupakan faktor dengan intensitas yang paling tinggi (64.88%). Selanjutnya

27 14 disusul oleh jenis kerusakan akibat faktor mekanis (27.64%) dan faktor fisis (24.55%). Kerusakan secara biologis yang paling banyak terjadi yaitu pelapukan pada kuda-kuda dan lisplang. Menurut Priadi (2011), Kota Bogor termasuk ke dalam Kelas Kerawanan Pelapukan Bangunan sangat tinggi. Oleh karena itu, diduga hal ini merupakan salah satu faktor pendukung berkembangnya organisme perusak kayu pada bangunan rumah. Selain pelapukan, kerusakan biologis lain yang terjadi yaitu berupa serangan rayap tanah, rayap kayu kering, kumbang, jamur, dan lumut. Kerusakan secara mekanis yang ditemukan pada lokasi penelitian yaitu retak atau pecah. Sedangkan kerusakan secara fisis berupa cat yang mengelupas dan terjadinya perubahan warna. Tabel 5 Bentuk dan frekuensi kerusakan komponen bangunan rumah di Perumahan Alam Sinarsari Komponen Kerusakan Bangunan Bentuk Jumlah Persentase Atap Lapuk % Retak/Pecah % Serangan Rayap % Cat Mengelupas % Perubahan Warna % Total 34.62% Langit-Langit Lapuk % Perubahan Warna % Serangan Rayap % Retak/Pecah % Total 25.52% Rangka Dinding Retak/Pecah 29 4.,71% Serangan Rayap % Total 5.36% Dinding Retak % Perubahan Warna % Lumut % Total 10.23% Lantai Retak/Pecah % Pondasi Retak/Pecah % Kusen Serangan Rayap % Serangan Kumbang % Retak % Lapuk % Total 19.66% Berdasarkan data dari Tabel 5 menunjukkan bahwa komponen atap dan langit-langit merupakan komponen yang paling rawan terhadap kerusakan dengan persentasi kerusakan sebesar 34.62% dan 25.52%. Sementara itu, lantai dan pondasi merupakan komponen yang frekuensi kerusakannya paling rendah dengan masing-masing persentase kerusakan sebesar 2.11% dan 2.44%. Bentuk kerusakan yang sering terjadi pada bagian atap rumah pada lokasi penelitian yaitu pelapukan dan keretakan. Sedangkan bentuk kerusakan yang terjadi pada lantai yaitu berupa retak atau pecahnya keramik.

28 Kerusakan pada tiap komponen bangunan rumah memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Kerusakan pada atap Selain berfungsi untuk menutup bangunan dari sinar matahari, atap juga berfungsi sebagai penahan air hujan. Oleh karena itu atap mempunyai peranan yang sangat besar dalam bangunan perumahan. Kerusakan yang sering terjadi pada bagian atap rumah pada lokasi penelitian yaitu kebocoran. Kebocoran yang tidak segera diperbaiki akan menyebabkan pelapukan pada struktur atap yang terbuat dari kayu. Bagian atap yang paling banyak ditemukan pelapukan adalah pada bagian lisplang. Hal ini diduga karena lisplang yang terbuat dari kayu terkena air hujan secara terus menerus sehingga menyebabkan pelapukan. Selain itu, pada komponen kuda-kuda juga ditemukan beberapa kerusakan seperti serangan rayap, lapuk, retak/pecah, dan perubahan warna. 15 (a) Gambar 13 Kerusakan pada komponen atap, (a) penutup atap yang rusak, (b) serangan rayap pada lisplang 2. Kerusakan pada pondasi Pada penelitian ini, penilaian pondasi bangunan rumah hanya didasarkan pada dampak yang ditimbulkannya, misalnya keretakan pada dinding dan keretakan pada lantai. Hal ini dikarenakan pondasi bangunan yang pada umumnya tidak dapat diamati secara komprehensif. Di beberapa bangunan rumah pada lokasi penelitian ditemukan adanya keretakan dinding dan pecahnya keramik atau lantai bangunan rumah. Sehingga diduga kerusakan pondasi juga terjadi pada beberapa bangunan rumah tersebut. Kerusakan pada pondasi dapat disebabkan oleh kurang stabilnya lapisan tanah penyangga atau rendahnya kualitas pondasi yang menyebabkan penurunan sebagian pondasi bangunan. 3. Kerusakan pada rangka dinding Kerusakan pada rangka dinding yang paling banyak ditemukan yaitu berupa retaknya kolom dan terkelupasnya plesteran pada permukaan kolom. Selain itu ditemukan juga adanya serangan rayap pada kolom dinding. 4. Kerusakan pada dinding Kerusakan yang paling banyak ditemukan yaitu berupa retakan. Selain itu terdapat juga kerusakan-kerusakan lain seperti terkelupasnya plesteran dinding, perubahan warna, dan terkelupasnya cat serta timbulnya tumbuhan liar atau lumut pada dinding sehingga dinding menjadi lapuk. Keretakan (b)

29 16 yang terjadi diduga diakibatkan oleh penurunan pondasi, sedangkan terkelupasnya plesteran diduga diakibatkan oleh komposisi adukan yang kurang tepat (Suryadi 2005). Sementara itu, kerusakan lain seperti perubahan warna diduga disebabkan oleh pengaruh lingkungan seperti terkena paparan sinar matahari dan hujan. (a) Gambar 14 Kerusakan pada dinding bangunan, (a) perubahan warna, (b) retak 5. Kerusakan pada langit-langit Kerusakan pada bagian ini merupakan kerusakan yang paling banyak ditemukan. Kerusakan umumnya berupa lapuk dan perubahan warna. Hal ini diakibatkan oleh kebocoran air hujan yang tidak segera ditangani. Selain itu ditemukan juga kerusakan berupa adanya serangan rayap dan pecahnya lempengan plafon. (b) (a) Gambar 15 Kerusakan pada langit-langit, (a) pecahnya lempengan plafon, (b) perubahan warna 6. Kerusakan pada lantai Sebagian besar lantai rumah di perumahan sudah menggunakan lantai keramik. Dan kerusakan yang terjadi umumnya berupa retak/pecah keramik. Pecahnya keramik lantai bisa disebabkan oleh beton yang berada dibawahnya. Lantai beton yang terkena beban yang melebihi kapasitasnya akan mengalami keretakan. Akibatnya lantai keramik yang berada diatasnya turut mengalami retak/pecah. (b)

30 7. Kerusakan pada kusen, pintu dan jendela Hampir semua rumah di perumahan ini menggunakan kayu sebagai bahan kusen, daun pintu dan jendela. Kerusakan yang paling sering ditemukan adalah serangan rayap tanah dan kayu kering. Tarumingkeng (2004) menyatakan bahwa rayap kayu kering biasanya menyerang melalui dua cara yaitu penerbangan laron ke kayu, kemudian berkembang biak, dan serangan yang menyebar dari obyek lain yang telah diserang dan letaknya berdekatan. Pada bangunan rumah ditemukan banyak sekali kusen, daun pintu dan jendela yang sudah mengeropos akibat rayap. Hal ini diduga diakibatkan oleh pemakaian jenis kayu berkelas awet rendah sehingga mudah terserang rayap. Selain serangan rayap, ditemukan juga serangan kumbang bubuk kering dan jamur. Disamping itu kerusakan yang terjadi juga berupa retak dan lapuk, terkelupasnya cat pada daun pintu maupun kusen, kaca jendela yang retak/pecah, dan engsel yang sudah rusak. Kerusakan ini dapat disebabkan karena pemasangan yang kurang baik dan tidak adanya perawatan pada komponen kusen, pintu maupun jendela. 17 (a) (b) Gambar 16 Kerusakan pada kusen, (a) serangan rayap kayu kering, (b) serangan rayap tanah 8. Kerusakan pada sistem drainase Hampir seluruh rumah pada perumahan ini memiliki sistem drainase yang cukup baik. Sebagian besar saluran pembuangan air hujan yang dimiliki dalam kondisi cukup baik. Air hujan mengalir melalui selokan yang dibangun disepanjang jalan perumahan. Selain itu masing-masing rumah memiliki septic tank dan kamar mandi yang terawat sehingga tergolong dalam kondisi yang bersih. 9. Kerusakan pada utilitas Yang termasuk kategori utilitas yaitu penerangan, air, pengatur udara atau suhu, dan telekomunikasi. Hampir semua rumah di perumahan ini memiliki utilitas yang baik, terkecuali rumah yang tidak berpenghuni atau rumah kosong.

31 % Frekuensi (%) % Rayap Bukan Rayap Jenis Kerusakan Gambar 17 Frekuensi kerusakan akibat rayap dan bukan rayap pada bangunan rumah Pada Gambar 17 dapat dilihat bahwa kerusakan yang diakibatkan oleh rayap (21.10%) ditemukan pada frekuensi yang lebih rendah daripada kerusakan yang bukan disebabkan oleh rayap (78.90%). Kerusakan akibat rayap dapat disebabkan oleh jenis rayap tanah dan rayap kayu kering yang ditemukan baik pada komponen atap, langit-langit, rangka dinding, maupun kusen bangunan rumah. Sementara itu kerusakan-kerusakan yang bukan diakibatkan oleh rayap yaitu lapuk, retak/pecah, cat mengelupas, perubahan warna, serangan kumbang, dan lumut. Pengaruh Umur, Frekuensi Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Rumah Hasil analisis Cross-tabulation (Lampiran 3) menunjukkan bahwa tidak terlihat adanya hubungan antara umur bangunan dengan kondisi bangunan rumah (P-value >0.05). Demikian juga hasil studi lapang, menunjukkan bahwa umur bangunan relatif tidak mempengaruhi kondisi bangunan rumah. Sebagai contoh pada bangunan rumah A40 yang berumur 10 tahun termasuk dalam kategori kondisi rusak ringan. Bangunan ini memiliki kerusakan ringan pada komponen struktural dan non struktural. Sementara itu bangunan rumah A3 yang berumur 15 tahun termasuk dalam kategori kondisi yang baik. Komponen struktural maupun non struktural bangunan rumah masih berfungsi dengan baik dan tidak ditemukan adanya kerusakan yang menyebabkan penurunan fungsi komponen bangunan. Kemudian berdasarkan hasil analisis Cross-tabulation (Lampiran 3) terlihat bahwa frekuensi pemeliharaan dan perawatan memiliki pengaruh yang nyata (Pvalue <0.05) terhadap kondisi bangunan rumah. Hasil observasi lapangan menunjukkan bahwa 50.70% bangunan rumah mengalami pemeliharaan dan 72.30% bangunan rumah mengalami perawatan bangunan. Pemeliharaan bangunan yang dilakukan pada umumnya berupa pengecatan rutin. Sedangkan perawatan bangunan yang dilakukan yaitu berupa pergantian komponen yang mulai rusak, baik komponen struktural maupun non struktural. Menurut Allsop et al (2003), pemberian cat merupakan salah satu cara pencegahan kayu dari serangan jamur pelapuk. Pemberian cat pada permukaan kayu dapat mengurangi daya serap kayu terhadap tetesan air, sehingga kayu tidak terlalu lembab.

32 19 Sifat Kimia dan Fisik Tanah di Sekitar Perumahan Tabel 6 Hasil analisis sifat kimia dan fisik tanah di Perumahan Alam Sinarsari Sifat Kimia dan Fisis Tanah Kedalaman Kedalaman 0 20 cm cm Kriteria ph H2O Netral KCL Netral C-Organik Sangat rendah (%) N-Total Sangat rendah Bray I Tinggi P HCL (ppm) 25% Sangat tinggi Ca Sangat tinggi Mg Tinggi K Sedang (me/100g) Na Sedang KTK Sangat tinggi KB Sangat tinggi Tekstur Pasir Lempung Debu (%) berpasir Liat Menurut Lee and Wood (1971), tanah yang didalamnya terdapat aktivitas rayap memiliki kandungan bahan organik yang tinggi. Akan tetapi hasil analisis sifat kimia tanah menunjukkan bahwa tanah pada lokasi penelitian memiliki kandungan C-Organik dan N-Total yang sangat rendah. Sementara itu, tanah pada kedua kedalaman memiliki kandungan P, Ca, Mg, K, dan Na yang relatif tinggi. Tingginya kandungan mineral tersebut diduga karena adanya aktivitas koloni rayap di dalam tanah. Menurut Lee and Wood (1971), peningkatan kandungan P, Ca, Mg, K, dan Na ditemukan pada sekitar tumpukan tanah yang didalamnya terdapat aktivitas rayap. Nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan Kejenuhan Basa (KB) pada kedua kedalaman termasuk dalam kriteria sangat tinggi serta memiliki ph tanah yang netral. Hal ini menunjukkan bahwa tanah pada areal perumahan ini memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. Secara umum rayap tanah menyukai tipe tanah yang banyak mengandung liat. Serangga ini tidak menyukai tipe tanah berpasir karena memiliki bahan organik yang rendah (Nandika et al 2003). Meskipun begitu berdasarkan hasil analisis sifat fisik tanah, tekstur tanah pada lokasi penelitian termasuk pada tekstur lempung berpasir.

33 20 Suhu, Kelembaban, dan Intensitas Cahaya Matahari pada Perumahan Tabel 7 Hasil pengukuran suhu, kelembaban, dan intensitas matahari di Perumahan Alam Sinarsari Kuadran Suhu ( C) RH (%) Intensitas (Lux) Rata-rata Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa perumahan ini mempunyai suhu, kelembaban dan intensitas cahaya matahari rata-rata yang cukup sedang, yaitu C, 56.63%, dan Lux. Menurut Nandika et al ( 2003), kisaran suhu optimum pada sebagian serangga yaitu pada suhu C. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada Perumahan Alam Sinarsari terdapat enam jenis rayap tanah, yaitu C. curvignathus, S. sarawakensis, S. javanicus, O. javanicus, M. gilvus, dan C. mohri. Spesies rayap yang memiliki sebaran paling luas adalah O. javanicus. Sedangkan spesies yang memiliki sebaran paling sempit adalah C. mohri dan M. gilvus. Kemudian hasil survey kerusakan bangunan rumah menunjukkan bahwa sebagian besar bangunan rumah termasuk dalam kondisi sedang (61.03%). Selain itu ditemukan juga kerusakan akibat serangan rayap kayu kering, akan tetapi tidak ditemukan contoh rayapnya. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kemampuan daya jelajahn populasi masing-masing jenis rayap tanah di Perumahan Alam Sinarsari. Kemudian sebaiknya tindakan pemeliharaan dan perawatan bangunan rumah dilakukan secara berkala agar kondisi rumah dapat tetap dalam keadaan baik.

34 21 DAFTAR PUSTAKA [ASTM] American Society for Testing and Materials Standard Test Method of Evaluating Wood Preservatives by Field Test with Stakes. American Society for Testing and Material. United States: ASTM D Allsopp D, Kenneth JS and Christine C, Gaylarde Introduction to Biodeterioration (Second edition). Inggris (GB): Cambridge University Press. Collins NM The termite (Isoptera) of the Gunung Mulu National Park, with a key to the genera now from Sarawak. Sarawak Museum Journal. 30: Hariyanto Y, Purba K, dan Hediana C Manfaat Pengawetan Kayu Perumahan dan Gedung. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. Harris WV Termites: Their Recognition and Control. Ed ke-2. London: Longman Group Limited. Khrisna K, Weesner FM Biologi of Termites. Vol. II. New York and London: Academy Press. Nandika D Dampak ekonomis serangan rayap. Didalam: Teknologi Pengendalian Rayap Ramah Lingkungan. Makalah Pelatihan dan Workshop; Bogor, Juli Bogor: Pusat Studi Ilmu Hayati, IPB dan Rentokil Pest Control. Nandika D, Tarumingkeng RC, Surjokusumo S, Diba F, Rismayadi Y, dan Husni H Pengujian lapang keampuhan umpan rayap Recruit II terhadap koloni rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera: Rhinotermitidae) [Laporan Percobaan]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Nandika D, Raffiudin R, Husaeni EA Biologi Rayap Perusak Kayu. Bogor: Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati IPB. Nandika D, Rismayadi Y, Diba F Rayap: Biologi dan Pengendaliannya. Surakarta: Muhamadiyah University Press. Priadi T Analisis bahaya pelapukan kayu pada bangunan perumahan di Pulau Jawa [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor, Fakultas Kehutanan. Puspantoro B Konstruksi Bangunan Tidak Bertingkat. Yogyakarta: Universitas Atmajaya Yogyakarta. Rahman H, Tawatao N Isoptera (Termite) Adapted from Inventory and Collection. Thailand: Introductory Course to Entomology. Rakhmawati D Prakiraan kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada bangunan perumahan di Indonesia [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor, Fakultas Kehutanan. Rudi Preferensi makan rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera: Rhinotermitidae) terhadap delapan jenis kayu bangunan [Thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sulaiman Keterandalan konstruksi bangunan pendidikan (studi kasus pada gedung Sekolah Dasar) [Tesis]. Departen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Sumarni G, Ismanto A Intensitas serangan dan komunitas rayap tanah di Kecamatan Cikampek. Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 5 Nomor 4.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sebaran rayap tanah di berbagai vegetasi Hutan Pendidikan Gunung Walat memiliki luas wilayah 359 ha, dari penelitian ini diperoleh dua puluh enam contoh rayap dari lima

Lebih terperinci

INTENSITAS KERUSAKAN BANGUNAN DAN KEANEKARAGAMAN JENIS RAYAP DI PERUMAHAN NASIONAL BUMI BEKASI BARU, RAWALUMBU, BEKASI WINDI AYU PRAWITASARI

INTENSITAS KERUSAKAN BANGUNAN DAN KEANEKARAGAMAN JENIS RAYAP DI PERUMAHAN NASIONAL BUMI BEKASI BARU, RAWALUMBU, BEKASI WINDI AYU PRAWITASARI INTENSITAS KERUSAKAN BANGUNAN DAN KEANEKARAGAMAN JENIS RAYAP DI PERUMAHAN NASIONAL BUMI BEKASI BARU, RAWALUMBU, BEKASI WINDI AYU PRAWITASARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA

PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA 4 Pengantar Jenis-jenis rayap (Ordo Isoptera) merupakan satu golongan serangga yang paling banyak menyebabkan kerusakan pada kayu yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Umum Bangunan Sekolah Kota Bogor memiliki 284 unit sekolah dasar (SD), 242 unit (85,2%) diantaranya merupakan sekolah dasar negeri, sedangkan sisanya (42

Lebih terperinci

ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI OLEH FAKTOR BIOLOGIS DI KOTA BOGOR RULI HERDIANSYAH

ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI OLEH FAKTOR BIOLOGIS DI KOTA BOGOR RULI HERDIANSYAH ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI OLEH FAKTOR BIOLOGIS DI KOTA BOGOR RULI HERDIANSYAH DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 RINGKASAN Ruli Herdiansyah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, berasal dari bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu merupakan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON

IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON Bimafika, 2012, 3, 393-398 IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON Tekat Dwi Cahyono Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon Diterima 29-02-2012;

Lebih terperinci

KERUGIAN EKONOMIS AKIBAT SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN RUMAH MASYARAKAT DI DUA KECAMATAN (MEDAN DENAI DAN MEDAN LABUHAN)

KERUGIAN EKONOMIS AKIBAT SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN RUMAH MASYARAKAT DI DUA KECAMATAN (MEDAN DENAI DAN MEDAN LABUHAN) Jurnal Biologi Sumatera, Juli 2007, hlm. 23 27 ISSN 1907-5537 Vol. 2, No. 2 KERUGIAN EKONOMIS AKIBAT SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN RUMAH MASYARAKAT DI DUA KECAMATAN (MEDAN DENAI DAN MEDAN LABUHAN) Ameilia

Lebih terperinci

Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala RAYAP MACROTERMES GILVUS (HAGEN) (ISOPTERA: TERMITIDAE) SEBAGAI HAMA PENTING PADA TANAMAN JARAK PAGAR (J. CURCAS) DI KEBUN INDUK JARAK PAGAR (KIJP) PAKUWON SUKABUMI JAWA BARAT (The Macrotermes gilvus Hagen

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 SEBARAN DAN PERKIRAAN KERUGIAN EKONOMIS SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI Oleh Hadhi Prabowo Syaiful 051203032/ Teknologi

Lebih terperinci

AUDIT KONSTRUKSI BANGUNAN

AUDIT KONSTRUKSI BANGUNAN KARYA TULIS AUDIT KONSTRUKSI BANGUNAN Disusun Oleh: APRI HERI ISWANTO, S.Hut, M.Si NIP. 132 303 844 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008 KATA PENGANTAR Puji syukur pada

Lebih terperinci

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA MEDAN

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA MEDAN ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA MEDAN Hasil Penelitian Oleh : Hendra Simanjuntak 051203010 Teknologi Hasil Hutan DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Identifikasi Rayap Di Bangunan Cagar Budaya Lawang Sewu Kota Semarang. Identification Of Termites In Lawang Sewu Heritage Building Semarang City

Identifikasi Rayap Di Bangunan Cagar Budaya Lawang Sewu Kota Semarang. Identification Of Termites In Lawang Sewu Heritage Building Semarang City Identifikasi Rayap Di Bangunan Cagar Budaya Lawang Sewu Kota Semarang Identification Of Termites In Lawang Sewu Heritage Building Semarang City *) **) Thyar Deby Yuhara *), Sri Yuliawati **), Praba Ginandjar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kehilangan Berat Kehilangan berat dapat menjadi indikasi respon serangan rayap terhadap contoh uji yang diberi perlakuan dalam hal ini berupa balok laminasi. Perhitungan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAMPAK DAN TINGKAT SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

IDENTIFIKASI DAMPAK DAN TINGKAT SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI IDENTIFIKASI DAMPAK DAN TINGKAT SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI THE IDENTIFICATION OF THE IMPACT AND LEVEL OF TERMITE S ATTACKS ON THE BUILDING IN THE DISTRICT KUANTAN SINGINGI

Lebih terperinci

KERAGAMAN SPESIES RAYAP TANAH DI JAKARTA BARAT DAN JAKARTA TIMUR KARA GUS LANTERA E

KERAGAMAN SPESIES RAYAP TANAH DI JAKARTA BARAT DAN JAKARTA TIMUR KARA GUS LANTERA E KERAGAMAN SPESIES RAYAP TANAH DI JAKARTA BARAT DAN JAKARTA TIMUR KARA GUS LANTERA E24100090 DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

Lebih terperinci

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SD NEGERI BAGIAN TIMUR DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SD NEGERI BAGIAN TIMUR DI KOTA PEKANBARU ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SD NEGERI BAGIAN TIMUR DI KOTA PEKANBARU SKRIPSI OLEH: NICO CHRISTIAN 111201105/TEKNOLOGI HASIL HUTAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

KERAGAMAN SPESIES RAYAP DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GUNUNGPATI SEMARANG

KERAGAMAN SPESIES RAYAP DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GUNUNGPATI SEMARANG KERAGAMAN SPESIES RAYAP DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GUNUNGPATI SEMARANG Shofi Annisa, Retno Hestiningsih, Mochamad Hadi Bagian Entomologi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan menurut Wahyuni (2000), di Kabupaten

I. PENDAHULUAN. tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan menurut Wahyuni (2000), di Kabupaten 1 I. PENDAHULUAN Indonesia mengalami kerugian ekonomi akibat serangan rayap pada kayu bangunan rumah penduduk mencapai 12,5% dari total biaya pembangunan perumahan tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan

Lebih terperinci

BAB V. akan. Pembahasan. dianalisa. adalah: data untuk. di Ujung Berung. PGRI, terletak. Gambar 11 Bagan

BAB V. akan. Pembahasan. dianalisa. adalah: data untuk. di Ujung Berung. PGRI, terletak. Gambar 11 Bagan 46 BAB V Pembahasan Terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi biaya konstruksi rumah sederhana, antara lain: value engineering, proses perancangan, jumlah unit yang dibangun, metoda membangun yang

Lebih terperinci

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA PEKANBARU ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA PEKANBARU HASIL PENELITIAN OLEH: MEITA ENDASURA 111201152/TEKNOLOGI HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMA DAN SMK NEGERI DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMA DAN SMK NEGERI DI KOTA PEKANBARU ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMA DAN SMK NEGERI DI KOTA PEKANBARU SKRIPSI OLEH: Frieda Sitepu 111201135/TEKNOLOGI HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

Daniel, Farah Diba, dan Harnani Husni. Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jalan Imam Bonjol Pontianak

Daniel, Farah Diba, dan Harnani Husni. Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jalan Imam Bonjol Pontianak IDENTIFIKASI KERUSAKAN BANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DASAR DI KOTA PONTIANAK BERDASARKAN FAKTOR PERUSAK KAYU Identification Damage of Building in Elementary School in the City of Pontianak Based on Wood Damaging

Lebih terperinci

Karakteristik Populasi Rayap Tanah Coptotermes spp (Blattodea: Rhinotermitidae) dan Dampak Serangannya

Karakteristik Populasi Rayap Tanah Coptotermes spp (Blattodea: Rhinotermitidae) dan Dampak Serangannya 110 Karakteristik Populasi Rayap Tanah Coptotermes spp (Blattodea: Rhinotermitidae) dan Dampak Serangannya (Characteristic of Population Subterranean Termites Coptotermes spp (Blattodea: Rhinotermitidae)

Lebih terperinci

Keanekaragaman Jenis Rayap Tanah dan Dampak Serangan Pada Bangunan Rumah di Perumahan Kawasan Mijen Kota Semarang

Keanekaragaman Jenis Rayap Tanah dan Dampak Serangan Pada Bangunan Rumah di Perumahan Kawasan Mijen Kota Semarang Keanekaragaman Jenis Rayap Tanah dan Dampak Serangan Pada Bangunan Rumah di Perumahan Kawasan Mijen Kota Semarang Annisa Savitri* ), Ir. Martini**), Sri Yuliawati** ) * ) Mahasiswa Peminatan Entomologi

Lebih terperinci

Anang Kadarsah ABSTRACT

Anang Kadarsah ABSTRACT BIOSCIENTIAE Volume 2, Nomor 2, Juli 2005, Halaman 17-22 http://bioscientiae.tripod.com STUDI KERAGAMAN RAYAP TANAH DENGAN TEKNIK PENGUMPANAN PADA TUMPUKAN JERAMI PADI DAN AMPAS TEBU DI PERUSAHAAN JAMUR

Lebih terperinci

BIOLOGI DAN PENGENDALIAN RAYAP HAMA BANGUNAN DI INDONESIA

BIOLOGI DAN PENGENDALIAN RAYAP HAMA BANGUNAN DI INDONESIA BIOLOGI DAN PENGENDALIAN RAYAP HAMA BANGUNAN DI INDONESIA 5 Rayap dalam biologi adalah sekelompok hewan dalam salah satu ordo yaitu ordo Isoptera dari kelas Artropoda. Ordo Isoptera beranggotakan sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang

TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang TINJAUAN PUSTAKA Bangunan Sekolah Dasar Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang memadai baik dari segi jumlah maupun kelengkapan fasilitas di dalamnya. Saat ini terdapat hampir lebih

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

BAB 2 PRODUK. Anugerah adalah penduduk asli dan pendatang baru yang ada di kota

BAB 2 PRODUK. Anugerah adalah penduduk asli dan pendatang baru yang ada di kota BAB 2 PRODUK 2.1 Spesifikasi Rincian Produk Sesuai dengan target pasar yang di rencanakan oleh CV. Griya Indah Anugerah adalah penduduk asli dan pendatang baru yang ada di kota Payakumbuh. Usaha CV. Griya

Lebih terperinci

Struktur dan Konstruksi II

Struktur dan Konstruksi II Struktur dan Konstruksi II Modul ke: Material Struktur Bangunan Fakultas Teknik Christy Vidiyanti, ST., MT. Program Studi Teknik Arsitektur http://www.mercubuana.ac.id Cakupan Isi Materi Materi pertemuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama lima bulan yaitu dari bulan Maret sampai dengan Juni dan dilanjutkan kembali bulan November sampai dengan Desember 2011

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2011, bertempat di Laboratorium Biomaterial dan Biodeteriorasi Kayu, Pusat Penelitian

Lebih terperinci

ASETILASI KAYU RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.), CEMPEDAK (Artocarpus integer Merr.), DAN RAMBAI (Baccaurea montleyana Muell. Arg) HASIL PENELITIAN

ASETILASI KAYU RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.), CEMPEDAK (Artocarpus integer Merr.), DAN RAMBAI (Baccaurea montleyana Muell. Arg) HASIL PENELITIAN ASETILASI KAYU RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.), CEMPEDAK (Artocarpus integer Merr.), DAN RAMBAI (Baccaurea montleyana Muell. Arg) HASIL PENELITIAN Oleh: Jendro Zalukhu 081203017 / Teknologi Hasil Hutan

Lebih terperinci

PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG

PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG Pertemuan ke-15 Materi Perkuliahan : Sistem perawatan dan pemeliharaan bangunan baik pada internal dan eksternal PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG Pemeliharan (maintenance) bangunan adalah sangat

Lebih terperinci

Nama Responden Jabatan Pekerjaan Jenis Kelamin (P/L) Alamat JOSEPTIAN PURBA Direktur L Jl. Gaperta Ujung Perumahan Tosiro Indah No.

Nama Responden Jabatan Pekerjaan Jenis Kelamin (P/L) Alamat JOSEPTIAN PURBA Direktur L Jl. Gaperta Ujung Perumahan Tosiro Indah No. I. Identitas Responden Developer Masing-Masing Perumahan Nama Responden Jabatan Pekerjaan Jenis Kelamin (P/L) Alamat JOSEPTIAN PURBA Direktur L Jl. Gaperta Ujung Perumahan Tosiro Indah No. Telp 061-8469121

Lebih terperinci

Keanekaragaman Rayap Tanah di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi

Keanekaragaman Rayap Tanah di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi JURNAL 92 Noor SILVIKULTUR Farikhah Haneda TROPIKA et al. J. Silvikultur Tropika Vol. 03 No. 02 Agustus 2012, Hal. 92 96 ISSN: 2086-8227 Keanekaragaman Rayap Tanah di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian yang terkait dengan kebencanaan letusan gunung berapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian yang terkait dengan kebencanaan letusan gunung berapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian, disini dibagi menjadi 2 kategori yaitu terkait dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah

TINJAUAN PUSTAKA. Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah TINJAUAN PUSTAKA Bangunan Sekolah Dasar Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah milik pemerintah dan 404 buah milik pihak swasta. Rincian sebaran SD di Kota Medan disajikan pada

Lebih terperinci

BAB V FREKUENSI DAN INTENSITAS SERANGAN JAMUR PELAPUK PADA BANGUNAN RUMAH SERTA KERUGIAN YANG DITIMBULKANNYA

BAB V FREKUENSI DAN INTENSITAS SERANGAN JAMUR PELAPUK PADA BANGUNAN RUMAH SERTA KERUGIAN YANG DITIMBULKANNYA BAB V FREKUENSI DAN INTENSITAS SERANGAN JAMUR PELAPUK PADA BANGUNAN RUMAH SERTA KERUGIAN YANG DITIMBULKANNYA Hasil penelitian menunjukkan bahwa serangan jamur pelapuk rata-rata terjadi pada 87% rumah di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. setiap kecamatan di Kota Medan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data jumlah sekolah menengah pertama di setiap kecamatan

TINJAUAN PUSTAKA. setiap kecamatan di Kota Medan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data jumlah sekolah menengah pertama di setiap kecamatan TINJAUAN PUSTAKA Bangunan Sekolah Menengah Pertama Kota Medan memiliki 350 sekolah menengah pertama dengan perincian 45 buah milik pemerintah dan 305 buah milik pihak swasta. Rincian sebaran SMP di setiap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan yaitu mulai dari bulan Juni 2011 sampai dengan bulan Oktober 2011 bertempat di Laboratorium Biokomposit dan Laboratorium Bagian

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN KOMUNITAS RAYAP PADA TIPE PENGGUNAAN LAHAN YANG BERBEDA SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS LINGKUNGAN TEGUH PRIBADI

KEANEKARAGAMAN KOMUNITAS RAYAP PADA TIPE PENGGUNAAN LAHAN YANG BERBEDA SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS LINGKUNGAN TEGUH PRIBADI KEANEKARAGAMAN KOMUNITAS RAYAP PADA TIPE PENGGUNAAN LAHAN YANG BERBEDA SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS LINGKUNGAN TEGUH PRIBADI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI RAYAP YANG MENYERANG TUMBUHAN PADA ZONA PEMANFAATAN YANG BERBEDA DI KEBUN RAYA UNMUL SAMARINDA (KRUS)

IDENTIFIKASI RAYAP YANG MENYERANG TUMBUHAN PADA ZONA PEMANFAATAN YANG BERBEDA DI KEBUN RAYA UNMUL SAMARINDA (KRUS) IDENTIFIKASI RAYAP YANG MENYERANG TUMBUHAN PADA ZONA PEMANFAATAN YANG BERBEDA DI KEBUN RAYA UNMUL SAMARINDA (KRUS) Identification of Termite Attacking Plants at Different Function Zones in Kebun Raya Unmul

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat 12 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Desember 2011 di Laboratorium Biomaterial dan Biodeteriorasi Kayu Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

A TD Cahyono. Keandalan Bangunan Rumah Contoh Tahan Gempa Pre-Pabrikasi

A TD Cahyono. Keandalan Bangunan Rumah Contoh Tahan Gempa Pre-Pabrikasi A147--3-TD Cahyono Keandalan Bangunan Rumah Contoh Tahan Gempa Pre-Pabrikasi Tekat Dwi Cahyono 1, Dodi Nandika 2 1) Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon. Email: tekatdwicahyono@gmail.com 2)

Lebih terperinci

Rayap Sebagai Serangga Perusak Bangunan & Pengendaliannya (Implementasi SNI 2404:2015 dan SNI 2405: 2015)

Rayap Sebagai Serangga Perusak Bangunan & Pengendaliannya (Implementasi SNI 2404:2015 dan SNI 2405: 2015) Rayap Sebagai Serangga Perusak Bangunan & Pengendaliannya (Implementasi SNI 2404:2015 dan SNI 2405: 2015) Titik Kartika Pusat Penelitian Biomaterial RUANG LINGKUP Memberikan pengertian 1. Tentang rayap

Lebih terperinci

Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu

Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu SNI 01-7207-2006 Standar Nasional Indonesia Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu ICS 79.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian yang terkait dengan kebencanaan tanah longsor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian yang terkait dengan kebencanaan tanah longsor BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian, disini dibagi menjadi 2 kategori yaitu terkait dengan

Lebih terperinci

KEAWETAN DAN KETERAWETAN KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus urophylla) UMUR 7 TAHUN DARI AREAL HPHTI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk

KEAWETAN DAN KETERAWETAN KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus urophylla) UMUR 7 TAHUN DARI AREAL HPHTI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk KEAWETAN DAN KETERAWETAN KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus urophylla) UMUR 7 TAHUN DARI AREAL HPHTI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk SKRIPSI Oleh: Odi Lorano Sitepu 041203025/ Teknologi Hasil Hutan DEPARTEMEN KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman hayati (biological

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kunci Pengenalan Genus dan Spesies (Nandika dkk., 2003)

Lampiran 1. Kunci Pengenalan Genus dan Spesies (Nandika dkk., 2003) Lampiran 1. Kunci Pengenalan Genus dan Spesies (Nandika dkk., 2003) 1. a. Menyerang dan bersarang dalam pohon yang masih hidup, atau kayu, cabang dan batang mati, tunggak dan kayu lembab lainnya (rayap

Lebih terperinci

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI DI BAGIAN TIMUR KOTA PEKANBARU

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI DI BAGIAN TIMUR KOTA PEKANBARU ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI DI BAGIAN TIMUR KOTA PEKANBARU (Loss Analysis And Mapping Termite Distribution On Elementary School Buildings In

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Rayap Rayap adalah serangga sosial yang termasuk ke dalam ordo Blatodea, kelas heksapoda yang dicirikan dengan metamorfosis sederhana, bagian-bagian mulut mandibula.

Lebih terperinci

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Survey (Observasi) Lapangan Dalam penelitian ini, secara garis besar penyajian data-data yang dikumpulkan melalui gambar-gambar dari hasil observasi lalu diuraikan

Lebih terperinci

PERSEBARAN DAN PREFERENSI RAYAP TANAH TERHADAP JENIS KAYU YANG BERBEDA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PENGUMPANAN DI WILAYAH PURWOKERTO SKRIPSI

PERSEBARAN DAN PREFERENSI RAYAP TANAH TERHADAP JENIS KAYU YANG BERBEDA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PENGUMPANAN DI WILAYAH PURWOKERTO SKRIPSI PERSEBARAN DAN PREFERENSI RAYAP TANAH TERHADAP JENIS KAYU YANG BERBEDA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PENGUMPANAN DI WILAYAH PURWOKERTO SKRIPSI Oleh DWI NURCAHYO A B1J009048 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SPESIES RAYAP PERUSAK TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) Termite Species Identification as Pests to Jatropha curcas L.

IDENTIFIKASI SPESIES RAYAP PERUSAK TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) Termite Species Identification as Pests to Jatropha curcas L. IDENTIFIKASI SPESIES RAYAP PERUSAK TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) Termite Species Identification as Pests to Jatropha curcas L. Muhammad Sayuthi Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang merupakan suatu penyelidikan terhadap sejumlah individu, baik secara sensus atau

Lebih terperinci

Analisis Teknis Dan Ekonomis Penggunaan Bambu Ori Dengan Variasi Umur Untuk Pembuatan Kapal Kayu

Analisis Teknis Dan Ekonomis Penggunaan Bambu Ori Dengan Variasi Umur Untuk Pembuatan Kapal Kayu JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013 ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print 1 Analisis Teknis Dan Ekonomis Penggunaan Bambu Ori Dengan Variasi Untuk Pembuatan Kapal Kayu Nur Fatkhur Rohman dan Heri Supomo

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

Rayap Sebagai Serangga Perusak Kayu Dan Metode Penanggulangannya

Rayap Sebagai Serangga Perusak Kayu Dan Metode Penanggulangannya Rayap Sebagai Serangga Perusak Kayu Dan Metode Penanggulangannya Apri Heri Iswanto Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Rayap merupakan serangga kecil berwarna putih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMIS SERANGAN RAYAP DAN URGENSI TINDAKAN PENGAWETAN TERHADAP PEMBANGUNAN DI BEBERAPA PERUMAHAN KOTA PEMATANGSIANTAR

KAJIAN EKONOMIS SERANGAN RAYAP DAN URGENSI TINDAKAN PENGAWETAN TERHADAP PEMBANGUNAN DI BEBERAPA PERUMAHAN KOTA PEMATANGSIANTAR IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5 ISSN: 1978-1520 1 KAJIAN EKONOMIS SERANGAN RAYAP DAN URGENSI TINDAKAN PENGAWETAN TERHADAP PEMBANGUNAN DI BEBERAPA PERUMAHAN KOTA PEMATANGSIANTAR Triastuti* 1, Irawaty

Lebih terperinci

EBOOK PROPERTI POPULER

EBOOK PROPERTI POPULER EBOOK PROPERTI POPULER RAHASIA MEMBANGUN RUMAH TANPA JASA PEMBORONG M.FAIZAL ARDHIANSYAH ARIFIN, ST. MT User [Type the company name] M.FAIZAL ARDHIANSYAH ARIFIN, ST. MT Halaman 2 KATA PENGANTAR Assalamu

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Pengertian Tema 3.1.1. Green Architecture (Arsitektur Hijau) Banyak orang memiliki pemahaman berbeda-beda tentang Green Architecture, ada yang beranggapan besaran volume bangunan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

SNI 2404:2015 dan SNI 2405:2015 SEBAGAI WUJUD IPTEK YANG BERKELANJUTAN UNTUK MENDUKUNG INFRASTRUKTUR BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YANG HANDAL

SNI 2404:2015 dan SNI 2405:2015 SEBAGAI WUJUD IPTEK YANG BERKELANJUTAN UNTUK MENDUKUNG INFRASTRUKTUR BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YANG HANDAL SNI 2404:2015 dan SNI 2405:2015 SEBAGAI WUJUD IPTEK YANG BERKELANJUTAN UNTUK MENDUKUNG INFRASTRUKTUR BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YANG HANDAL K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D A N P

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

BAB IV Analisis Data

BAB IV Analisis Data BAB IV Analisis Data IV.1. Studi Kasus Studi kasus penelitian ini dilakukan pada proyek pengembangan perumahan kelas menengah di wilayah Bandung. Pemilihan perumahan kelas menengah didasarkan pada pertimbangan

Lebih terperinci

DAMPAK PENAMBANGAN PASIR PADA LAHAN HUTAN ALAM TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH IFA SARI MARYANI

DAMPAK PENAMBANGAN PASIR PADA LAHAN HUTAN ALAM TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH IFA SARI MARYANI DAMPAK PENAMBANGAN PASIR PADA LAHAN HUTAN ALAM TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH (Studi Kasus Di Pulau Sebaik Kabupaten Karimun Kepulauan Riau) IFA SARI MARYANI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS

Lebih terperinci

Belajar Konstruksi Kayu Langsung dari Tukang Bangunan

Belajar Konstruksi Kayu Langsung dari Tukang Bangunan Belajar Konstruksi Kayu Langsung dari Tukang Bangunan 2 6 Juni 2015 Tidak semua orang tinggal di bangunan baru. Kebanyakan orang membeli rumah yang sudah pernah ditinggali oleh seseorang dan memutuskan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

POTENSI HUTAN TRIDHARMA USU SEBAGAI TEMPAT PENGUJIAN KEAWETAN KAYU

POTENSI HUTAN TRIDHARMA USU SEBAGAI TEMPAT PENGUJIAN KEAWETAN KAYU POTENSI HUTAN TRIDHARMA USU SEBAGAI TEMPAT PENGUJIAN KEAWETAN KAYU SKRIPSI Oleh: Agustia Wardhana 051203006/ Teknologi Hasil Hutan DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

Lebih terperinci

Jurnal Ilmu dan Teknilogi Hasil Hutan 3(1): (2010)

Jurnal Ilmu dan Teknilogi Hasil Hutan 3(1): (2010) 26 BIODETERIORASI KOMPONEN KAYU RUMAH DI BEBERAPA DAERAH YANG BERBEDA SUHU DAN KELEMBABANNYA Biodeterioration of Wooden House Components in Some Places with Different Temperature and Humidity Trisna PRIADI

Lebih terperinci

DINDING DINDING BATU BUATAN

DINDING DINDING BATU BUATAN DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahanpertanaman ubi kayu yang telah ditanami

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahanpertanaman ubi kayu yang telah ditanami 22 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahanpertanaman ubi kayu yang telah ditanami selama 35 tahun dan kebun campuran di Desa Adi Jaya, Kecamatan Terbanggi

Lebih terperinci

Rayap, Serangannya, dan Cara Pengendalian

Rayap, Serangannya, dan Cara Pengendalian Rayap, Serangannya, dan Cara Pengendalian Moh. Wahyu Taufiq/10612028 ( Biologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati) Salah satu serangga yang dapat menjadi hama dan mengganggu serta sangat merugikan bagi

Lebih terperinci

PVC-U Pada Aplikasi Kusen Pintu dan Jendela

PVC-U Pada Aplikasi Kusen Pintu dan Jendela PVC-U Pada Aplikasi Kusen Pintu dan Jendela Dalam Peran Sebagai Material Alternatif Dari Kayu PVC-U for Windows and Doors Application In a Role as Alternative Material of Wood PENULISAN ILMIAH ARSITEKTUR

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti

Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti 1. PENDAHULUAN Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti itu, maka kehidupan sosialnya pun berbeda dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan mulai April sampai Juni 2010 di Vegetable Garden, Unit Lapangan Darmaga, University Farm, IPB Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian berada pada ketinggian

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan November 2011 di Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Departemen Hasil Hutan Fakultas

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Tipologi bangunan rumah tinggal masyarakat lereng gunung Sindoro tepatnya di Dusun

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Agustus 2009 di kebun Parungaleng, Cijayanti, Bogor dan Laboratorium Fisika, Laboratorium

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN 1 PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Curah hujan tinggi, tanah masam & rawa bergambut. Curah hujan mm/tahun, dataran bergunung aktif. Dataran tinggi beriklim basah

Curah hujan tinggi, tanah masam & rawa bergambut. Curah hujan mm/tahun, dataran bergunung aktif. Dataran tinggi beriklim basah Diskusi selanjutnya dibatasi pada wilayah tropika Indonesia, yaitu negara kepulauan yang terdiri dari sekitar 17.508 pulau dan terbagi menjadi 34 wilayah provinsi dengan jumlah penduduk 251.857.940 jiwa

Lebih terperinci

BAB VIII PEMBAHASAN UMUM

BAB VIII PEMBAHASAN UMUM BAB VIII PEMBAHASAN UMUM Biodeteriorasi kayu mengakibatkan penurunan mutu dan tidak efisiennya penggunaan kayu. Selain itu umur pakai kayu menjadi lebih pendek dan berakibat konsumsi kayu menjadi meningkat,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN JUMLAH RAYAP, MORTALITAS, DAN KEMAMPUAN MAKAN RAYAP PADA PENGUJIAN LABORATORIUM ICHMA YELDHA RETMADHONA

PERKEMBANGAN JUMLAH RAYAP, MORTALITAS, DAN KEMAMPUAN MAKAN RAYAP PADA PENGUJIAN LABORATORIUM ICHMA YELDHA RETMADHONA PERKEMBANGAN JUMLAH RAYAP, MORTALITAS, DAN KEMAMPUAN MAKAN RAYAP PADA PENGUJIAN LABORATORIUM ICHMA YELDHA RETMADHONA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Karakteristik Latosol Cikabayan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan tanah yang digunakan dalam percobaan pupuk organik granul yang dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB di Cikabayan, diambil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI

BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI 5.1. Pengembangan Desain Mengingat pengembangan sistem prefabrikasi ini ditujukan untuk pembangunan rumah secara massal, sistem ini akan lebih menguntungkan

Lebih terperinci

Makalah Kusen SMK NEGERI 2 SALATIGA TUGAS KONSTRUKSI BANGUNAN XI TGB-B. Kelompok 2:

Makalah Kusen SMK NEGERI 2 SALATIGA TUGAS KONSTRUKSI BANGUNAN XI TGB-B. Kelompok 2: TUGAS KONSTRUKSI BANGUNAN Makalah Kusen XI TGB-B Kelompok 2: Deni Setyawan Dewi U. Dwi Prasetyo Ma rifatun K. Sekar Sukma D. Suryo T. Widya N. U. - - SMK NEGERI 2 SALATIGA - - Hal Pengesahan ` Laporan

Lebih terperinci