ANALISA HIGHEST AND BEST USE (HBU) PADA LAHAN BEKAS SPBU BILITON, SURABAYA

dokumen-dokumen yang mirip
Analisa Highest And Best Use (HBU) pada Lahan Bekas SPBU Biliton Surabaya

Analisis Highest and Best Use (HBU) Pada Lahan Jl. Gubeng Raya No. 54 Surabaya

Analisis Highest and Best Use (HBU) pada Lahan Jl. Gubeng Raya No. 54 Surabaya

Analisis Highest and Best Use pada Lahan di Jalan Tenggilis Timur 7 Surabaya

ANALISA HIGHEST AND BEST USE (HBU) LAHAN X UNTUK PROPERTI KOMERSIAL

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) D-73

Analisis Produktivitas Maksimum Penggunaan Lahan di Jalan Raya Meruyung Kota Depok

ANALISA HIGHEST AND BEST USE PADA LAHAN DI JALAN TENGGILIS TIMUR 7 SURABAYA

PENGGUNAAN TERTINGGI DAN TERBAIK PADA BANGUNAN DI KORIDOR JL. BASUKI RACHMAT KAYUTANGAN MALANG

Analisis Nilai Pasar Tanah Perumahan Kawasan Industri Tuban (KIT) dengan Metode Pengembangan Lahan

Pemodelan Alokasi Luas Lahan Pada Analisa Highest and Best Use, Lahan di Jl. Kahuripan Raya Kav Sidoarjo, Jawa Timur

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dosen Pembimbing : Dr. Ing. Haryo Sulistyarso

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

ANALISA PENGGUNAAN TERTINGGI DAN TERBAIK PADA LAHAN EKS TERMINAL GADANG DI KOTA MALANG

Analisis high and best value use (HBU)

ANALISA PENGGUNAAN TERTINGGI DAN TERBAIK PADA LAHAN PASAR TUNJUNGAN DI SURABAYA

ANALISIS PEMANFAATAN TERTINGGI DAN TERBAIK PADA LAHAN KOSONG DI JALAN MAYJEN SUNGKONO, KOTA SURABAYA

D194. JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

ANALISA TEKNIS DAN FINANSIAL PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN CIPUTRA WORLD SURABAYA. Oleh : Rachma Prima Aurora ( )

PENINGKATAN NILAI PENGGUNAAN LAHAN PASAR KEPUTRAN DI KOTA SURABAYA

TUGAS AKHIR (RC )

PENINGKATAN NILAI FUNGSI PENGGUNAAN LAHAN TERMINAL JOYOBOYO DI KOTA SURABAYA

Analisis Investasi pada Proyek Pembangunan Apartemen Bale Hinggil Surabaya

ANALISA ALIH FUNGSI PEMANFAATAN TERTINGGI DAN TERBAIK PADA LAHAN DI JALAN LOWANU KOTA YOGYAKARTA

Analisa Kelayakan Teknis dan Finansial pada Proyek Apartemen Dian Regency Surabaya

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Penentuan Kegiatan Untuk Lahan Bekas Lapangan Tenis Jalan Embong Sawo

Analisa Kelayakan Investasi Perumahan Green Semanggi Mangrove Surabaya

PENGARUH TINGKAT HUNIAN PADA KEPUTUSAN INVESTASI PROYEK HOTEL SANTIKA GUBENG SURABAYA

ANALISA PRODUKTIVITAS MAKSIMUM PENGGUNAAN LAHAN DI JALAN RAYA MERUYUNG KOTA DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Standar Penilaian Indonesia (SPI 2013: KPUP 3.4), tanah

Jenis penggunaan lahan apakah yang dapat memberikan nilai lahan tertinggi dan terbaik di Koridor Jalan Basuki Rahmat Surabaya?

Analisa Investasi The Akavia Indekost Residences Ngaliyan - Semarang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Tanah merupakan properti yang mempunyai karakteristik yang sangat

STRATEGI PEMANFAATAN LAHAN PERSIMPANGAN JALAN RAYA KARANGLO KABUPATEN MALANG UNTUK PENGEMBANGAN PUSAT PERNIAGAAN

PADA LAHAN EKS TERMINAL GADANG. Oleh : KARTIKA PUSPA NEGARA RETNO INDRYANI, Ir., M.S. RIANTO B.ADIHARDJO, Ir.,M.Sc.,Ph.D

ANALISA PILIHAN INVESTASI ANTARA APARTEMEN DAN LANDED HOUSE UNTUK KAWASAN MILIK PT. X DI SIDOARJO

Analisa Investasi Perumahan Kalianget Paradise di Kabupaten Sumenep Ditinjau dari Aspek Finansial

ANALISA NILAI PASAR PABRIK TEPUNG TERIGU PT. PAKINDO JAYA PERKASA SIDOARJO

Evaluasi Kelayakan Investasi The Safin Hotel di Kabupaten Pati, Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. adalah investasi. Akan tetapi, banyak investasi pada real estate lebih banyak

Pendekatan Pendapatan

Analisa Pembeayaan Investasi Proyek Apartemen Puncak Kertajaya

REZA RAMADAN NRP DOSEN Pembimbing : Christiono Utomo,ST.MT.,Ph.D Yusronia Eka Putri,ST,MT

BAB I PENGANTAR. Pemerintah daerah di dalam menjalankan kewenangannya telah diberikan

Analisa Investasi Perumahan Green Semanggi Mangrove Surabaya

Analisis Biaya Dan Permintaan Dalam Penetapan Harga Pokok Penjualan Unit Apartemen Puncak Darmahusada

BAB I PENGANTAR. Setelah Jakarta kian sesak akibat maraknya pembangunan properti, apartemen pun merambah daerah di luar Ibu Kota Jakarta yaitu Bekasi,

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. ini Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu memiliki tujuh aset idle yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan kegiatan produktif manusia, baik sebagai wadah maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah 1.3. Batasan Masalah

ALTERNATIF INVESTASI BERDASARKAN RATE OF RETURN PADA LAHAN EX-BIOSKOP PANALA KOTA PALANGKARAYA

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. keberadaannya akan melampaui umur semua bangunan dan segala penggunaan

KAJIAN ASPEK TEKNIS DAN ASPEK EKONOMIS PROYEK PACKING PLANT PT. SEMEN INDONESIA DI BANJARMASIN

Penetepan Harga Sewa Ruang Rusunawa Sumur Welut Surabaya Dengan Metode Permenpera No.18 Tahun 2007

ANALISA PENETAPAN HARGA JUAL UNIT RUMAH DI PERUMAHAN TAMAN TASIK MADU INDAH, MALANG.

Evaluasi Kelayakan Investasi The Safin Hotel di Kabupaten Pati, Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Pasca dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh Indonesia Property Watch (2015), menunjukkan bahwa rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

TEKNIK DAN METODE SURVEI PROPERTI

PEMODELAN ALOKASI LUAS LAHAN PADA ANALISA HIGHEST AND BEST USE, LAHAN DI JL. KAHURIPAN RAYA KAV 30-34, SIDOARJO, JAWA TIMUR

OPTIMALISASI PENGGUNAAN LAHAN DENGAN METODE PENGGUNAAN TERTINGGI DAN TERBAIK ATAU HIGHEST AND BEST USE (HBU)

Analisa Pembeayaan Investasi Proyek Perumahan Green Pakis Regency Malang

Analisa Nilai Agunan Rumah Tinggal di Medokan Asri Utara XII Surabaya

TUGAS AKHIR ANALISA NILAI PASAR PABRIK TEPUNG TERIGU PT. PAKINDO JAYA PERKASA SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perkotaan yang terjadi dari akibat adanya perubahan pada suatu

Analisa Nilai Agunan Rumah Tinggal Jl. Gebang Lor No.62 Surabaya

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

Analisis Penetapan Harga Sewa Berdasarkan Tingkat Subsidi Tertentu Rusun Grudo Kota Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Selain sektor penggerak ekonomi yang lain, sektor pariwisata telah

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 32. Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, memberikan

Analisa Biaya Dan Permintaan Pada Penetapan Harga Marginal Unit Rumah Di Perumahan Royal Regency, Lumajang

ANALISA KELAYAKAN INVESTASI PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN BERLIAN KUOK SEJAHTERA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun mengamanatkan diselenggarakannya otonomi seluas-luasnya dalam kerangka

FORM INSPEKSI. f. Issue Lingkungan : Air/ Udara/ Bunyi/ Keterangan : g. Analisis Resiko : Banjir/ Kebakaran/ Longsor/ Keamanan/

Analisa Investasi Hotel Axana (Ex Ambacang) - Padang. Oleh: Gusriani

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (BPK RI) merupakan salah satu target setiap daerah di

ANALISIS PENENTUAN PEMANFAATAN LAHAN BEKAS LOKASI PASAR SENTRAL DI KOTA BULUKUMBA PROPINSI SULAWESI SELATAN. Oleh :

PENINGKATAN MANFAAT GEDUNG DITINJAU DARI HARGA SEWA TERHADAP GEDUNG EKS KANTOR DEPSOS PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Indonesia, menurut Undang-Undang Dasar Tahun

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG

Kata kunci: gedung perkantoran, analisa teknis dan finansial, Kabupaten Kapuas

Analisis Alokasi Biaya Tetap Pada Penetapan Harga Pokok Unit Hunian di Tower 2 dan Tower 3 Apartemen Tamansari Prospero, Sidoarjo, Jawa Timur

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. penting, yakni sebagai wadah yang menampung berbagai aktivitas-aktivitas

ANALISA PERTUMBUHAN KOTA DAN PERUBAHAN FUNGSI LAHAN DI KELURAHAN SIDOMULYO BARAT, PEKANBARU. Afdi Gustiawan, Rian Trikomara, dan Manyuk Fauzi

PEMILIHAN LOKASI RUMAH TINGGAL PADA PERUMAHAN MENENGAH DI SURABAYA TIMUR

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. Perkembangan bisnis

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pemilik aset. Aset berarti kekayaan atau harta yang nantinya diharapkan

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA. NOMOR 22/KPPU-Pat/VIII/2016 TENTANG PENILAIAN TERHADAP PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan akan tanah dengan berbagai macam tujuan penggunaannya akan

Analisa Investasi Hotel Axana (Ex Ambacang) Padang

PENGARUH TINGKAT HUNIAN PADA ANALISA INVESTASI PROYEK BESS COTTAGE DI KAWASAN PERUMAHAN MALANG ANGGUN SEJAHTERA ABSTRAK

Analisa Nilai Agunan Rumah Tinggal Jl. Gebang Lor No.62 Surabaya

Analisa Pembiayaan Investasi Properti Perkantoran di Jakarta Selatan

Adipandang Yudono 2011

Analisis Penetapan Harga Jual Unit Apartemen Bale Hinggil di Surabaya

LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan

Transkripsi:

1 ANALISA HIGHEST AND BEST USE (HBU) PADA LAHAN BEKAS SPBU BILITON, SURABAYA T.Defi Anysa Rasyid dan Christiono Utomo Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: devianysa@yahoo.com; christionoutomo@gmail.com Abstrak- Pertumbuhan aktifitas kota dan pertumbuhan penduduk di Surabaya, mengakibatkan permintaan terhadap lahan meningkat. Untuk meningkatkan efisiensi pada keterbatasan lahan tersebut perlu dilakukan optimalisasi penggunaan lahan. Studi kasus untuk penelitian ini yaitu sebuah lahan kosong seluas 1200 m 2 yang berlokasi di Jalan Biliton. Lahan ini dulunya SPBU tapi pemilik lahan berencana akan mengganti bangunan SPBU dengan properti komersial. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisa Highest and Best Use (HBU) pada lahan tersebut. Analisa Highest and Best Use (HBU) bertujuan untuk mengidentifikasi penggunaan properti yang paling menguntungkan dan kompetitif untuk lahan tersebut. Analisa HBU ini menggunakan empat kriteria yaitu secara fisik dimungkinkan, secara legal diizinkan, secara finansial layak, dan memiliki produktivitas maksimum. Dengan analisa HBU ini, maka dapat dirancang dan dipertimbangkan alternatif properti yang paling menguntungkan. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu pertokoan merupakan alternatif penggunaan yang memberikan nilai tertinggi untuk lahan bekas SPBU Biliton dengan nilai lahan sebesar 16.457.465/m 2 dan memiliki produktifitas maksimum sebesar 65%. s I. PENDAHULUAN ifat lahan yang tetap namun jumlah permintaan atau kebutuhan yang semakin meningkat, menjadikan lahan sebagai salah satu bidang investasi yang paling menjanjikan. Untuk meningkatkan efisiensi pada keterbatasan lahan tersebut perlu dilakukan optimalisasi penggunaan lahan. Namun faktanya, masih banyak ditemui lahan yang belum dimamfaatkan secara optimal bagi pemilik lahan tersebut dengan alasan kurang menguntungkan. Dengan mengoptimalkan penggunaan lahan, maka secara tidak langsung dapat juga memberikan manfaat ekonomi yang cukup baik dalam jangka panjang untuk pemilik lahan penelitian. Objek studi penelitian ini brada di pusat kota yang memiliki prasarana dan akses pendukung yang baik. Lahan ini dulunya SPBU tapi pemilik lahan berencana akan mengganti bangunan SPBU dengan bangunan yang lain. Selain itu, letaknya yang berada di kawasan komersial dan pemukiman membuat lahan bekas SPBU ini berpotensi untuk dikembangkan menjadi bangunan komersial yang menguntungkan. Pemilik lahan tersebut merencanakan pengembangan sebagai properti komersial yaitu pertokoan. Namun perlu dilakukan penilaian terhadap lahan tersebut agar tidak salah dalam menjatuhkan pilihan. Maka perlu dilakukan analisa Highest and Best use (HBU) untuk mengetahui penggunaan tertinggi dan terbaik untuk lahan tersebut dengan menggunakan kriteria-kriteria secara fisik dimungkinkan, secara legal diizinkan, secara finansial layak, dan memiliki produktivitas maksimum. II. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan prinsip penilaian penggunaan tertinggi dan terbaik (Highest and Best Use) untuk menghasilkan nilai tertinggi dari lahan bekas SPBU Biliton. Tahap penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Aspek Fisik Latar Belakang Rumusan Masalah Tinjauan Pustaka Pengumpulan Data Analisa Data Pemilihan Alternatif Aspek Finansial Gambar 1. Diagram Alir Penelitian Aspek Legal Produktifitas Maksimum Kesimpulan Analisa HBU ini menggunakan beberapa kriteria yang telah ditetapkan. antara lain:

2 1. Secara Fisik Memungkinkan Untuk syarat yang pertama yaitu secara fisik memungkinkan. Kriteria yang perlu dipertimbangkan antara lain ukuran lahan, bentuk lahan, luas dan ketersediaan fasilitas umum [1]. 2. Secara Legal Diijinkan Untuk syarat yang kedua analisa Highest and Best Use yaitu secara legal diijinkan. Pengujian ini dilakukan dengan melibatkan peraturan atau ketetapan pemerintah yang memiliki kekuatan hukum tetap. Syarat pengujian meliputi penetapan wilayah (zoning), peraturan bangunan (building code) [2]. 3. Secara Finansial Untuk syarat yang ketiga yaitu secara finansial layak. Dalam menganalisis kelayakan keuangan, tingkat kekosongan dan biaya operasional perlu dikurangkan dari setiap pendapatan kotor (gross income) untuk mendapatkan biaya bersih operasional (Net Operating Income atau NOI) [2]. Nilai properti dapat diketahui dari hasil perhitungan Net Operating Incame (NOI) dibagi dengan tingkat Capitalization Rate. Capitalization Rate didapat dari Safe Rate ditambah atau dikurangi tingkat resiko. Safe Rate dapat dicari dengan rata-rata lima suku bunga deposito Bank dapat dilihat pada Tabel 1. Rumus untuk menghitung Nilai Properti [3]... (1) NOI = PK -TK-BO.(2) R = SR±TR (3) Keterangan : 1) V = Nilai Properti 2) NOI = Net Operation Incame 3) R = Capitalization Rate 4) SR = Safe Rate 5) TR = Tingkat Resiko 6) PK = Pendapatan Kotor 7) BO = Biaya Operasional 8) TK = Tingkat Kekosongan Tabel 1. Suku Bunga Bank 2013 NO BANK SUKU BUNGA BANK 1 Bank Negara Indonesia 5,25 2 Bank Mandiri 5,25 3 Bank Tabungan Negara 5,25 4 Bank Rakyat Indonesia 5,25 5 Bank Cimb Niaga 5,50 Rata-rata 5,30 Sumber : Website Masing-masing Bank 2013 4. Memiliki Produktivitas Maksimum Untuk syarat yang terakhir dalam penelitian ini yaitu menghasilkan produktiftas maksimum. Dari beberapa penggunaan yang secara finansial layak, penggunaan yang menghasilkan nilai residual yang tertinggi yang konsisten dengan tingkat pengembalian yang dijamin oleh pasar untuk penggunaan tersebut adalah penggunaan yang tertinggi dan terbaik [1]. Sehingga bisa disimpulkan suatu alternatif dikatakan memiliki produktifitas maksimum apabila memiliki nilai lahan tertinggi. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai lahan/m 2 adalah [3]..(4) Keterangan : 1) Nilai Properti = NOI dibagi Capitalization Rate 2) Nilai Bangunan= Biaya Investasi dikurangi total biaya tanah III. ANALISA DAN HASIL Pada sub ini akan membahas tentang hasil dari analisa penelitian untuk mendapatkan hasil berupa penggunaan properti yang menghasilkan nilai lahan tertinggi. A. Aspek Fisik Kelayakan aspek fisik merupakan salah satu syarat yang digunakan untuk analisa Highest and Best Use (HBU). Untuk kelayakan aspek fisik juga diperlukan beberapa kriteria yang menentukan suatu lahan layak atau tidak untuk dibangun properti komersial diatasnya antara lain. 1. Lokasi Lahan Lahan objek penelitian ini berada di kawasan pemukiman dan komersial yang berlokasi di jalan Sumbawa dan jalan Biliton. lahan ini sangat strategis karena terletak dipusat kota. Selain itu, bangunanbangunan disekitar lahan sangat menunjang untuk dibangunnya properti komersial seperti pertokoan, perkantoran, hotel dan tempat hiburan. Lokasi objek penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Lahan Objek Penelitian U Gambar 2. Lokasi Lahan Objek Penelitian 2. Bentuk dan Luas Lahan Lahan objek penelitian ini memiliki ukuran lahan 40mx30m. Dengan bentuk lahan yang persegi panjang akan memudahkan dalam proses pemilihan alternatif bangunan dan proses pembangunan. Hal ini dikarenakan lahan yang memiliki bentuk persegi panjang akan lebih mudah dibangun dari pada lahan yang tidak teratur, tapi perlu diperhatikan juga luasan lahan yang tersedia.

3 3. Utilitas Lokasi lahan memiliki ketersediaan utilitas yang lengkap. Utilitas yang tersedia seperti air bersih, listrik dan telepon. 4. Aksesbilitas Lahan ini terletak jalan kolektor dengan akses masuk dapat dijangkau melalui Jalan Bali, Jalan Bangka dan Jalan Nias. Lahan ini terletak di Jalan Biliton yang merupakan salah satu akses jalan keluar menuju Jalan Sulawesi dan Jalan Kertajaya. Aksesibilitas ditinjau dari ketersediaan angkutan umum yaitu tersedianya transportasi umum yang melewati jalan tersebut seperti angkutan kota dan taxi. B. Aspek Legal Syarat dari analisa Highest and Best Use yang kedua yaitu diizinkan secara legal yang telah ditetapkan oleh peraturan pemerintah yang bertujuan agar lahan objek penelitian tidak melanggar peraturan pemerintah. Kelayakan secara aspek legal dari lahan objek penelitian ini mengacu pada Rencana Tata Ruang Kota (RTRK) Unit Distrik Bagong Ginayan dan Kertajaya. Berikut ini analisa lahan objek penelitian berdasarkan persyaratan yang telah disebutkan diatas, yaitu : a) Zoning (Peruntukan Lahan) untuk lahan objek penelitian sebagai komersial. b) Jenis kegiatan sebagai perdagangan jasa. c) Persyaratan Garis Sempadan Bangunan (GSB): Untuk sisi depan Jalan Biliton 10 m,untuk sisi depan Jalan Sumbawa 10 m untuk sisi belakang 3m, untuk sisi samping kanan dan kiri 3m. Jadi luas dasar bangunan dari sisa Garis Sempadan Bangunan (GSB) sebesar 27m x 17m = 459 m 2. d) Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimum adalah 60% Jadi, dapat disimpulkan bahwa perhitungan menurut Koefisien Dasar Bangunan (KDB) lahan ini layak karena KDB kurang dari 60%. e) Koefisien Lantai Bangunan (KDB) : 300 % f) Jumlah ketinggian maksimum lahan objek penelitian yang diizinkan yaitu 5 lantai. Luas lantai = Luas Lahan x % KLB = 1200 x 300 % = 3600 Jumlah lantai bangunan maksimum yang dapat dibangun : = 7.8 lantai 7 lantai Jadi, dapat disimpulkan bahwa jumlah lantai yang bisa di gunakan sebanyak tujuh lantai. Tapi menurut persyaratan, jumlah maksimum lantai untuk lahan objek penelitian sebanyak 5 lantai. Sehingga jumlah lantai yang bisa digunakan sebanyak 5 lantai. Luas seluruh lantai = Luas dasar bangunan x Jumlah lantai = 459 x 5 = 2295 m 2 Jadi luas seluruh lantai yang bisa dibangun dilahan objek penelitian ini adalah 2295 m 2. g) Koefisien Dasar Hijau (KDH) minimum sebesar 10%. Luas lahan terbuka yang tidak dibangun yaitu selisih antara luas lahan seluruhnya dengan luas lahan yang tidak terbangun. Luas lahan terbuka = 1200 459 = 741 m Sehingga diperoleh perhitungan Koefisien Dasar Hijau (KDH) dari perbandinngan luas lahan terbuka dengan total luas lahan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perhitungan menurut KDH lahan ini layak karena memiliki KDH lebih dari 10%. Luas daerah hijau inin diasumsikan sebagai lahan parkir. C. Pemilihan Alternatif Pemilihan alternatif sangat diperlukan untuk menetukan properti alternatif apa yang sesuai dan cocok dibangun pada lahan objek penelitian ini. 1. Penetuan Pemilihan Alternatif Pemilihan alternatif properti menggunakan asumsi yang diperoleh dari pengamatan secara langsung pada bangunan disekitar lokasi objek, wawancara dan kuisioner yang diberikan kepada lima responden yang mewakili stakeholder. Responden ini berasal dari pihak pemilik, pemerintah dan masyarakat. Hasil dari kuisioner dipilih tiga alternatif properti yang tertinggi. Berikut ini hasil dari kuisioner terhadap pemilihan alternatif properti dapat dilihat di Tabel 2. Tabel 2. Hasil Kuisioner Nama Hotel Apartemen Pertokoan Perkantoran Pujasera Responden 1 1 1 3 2 1 Responden 2 1 1 2 3 2 Responden 3 1 1 2 3 2 Responden 4 1 1 3 2 1 Responden 5 1 1 3 2 1 Total 5 5 13 12 7 Sumber: Olahan Penulis Dari hasil kuisioner pada Tabel 2, maka dapat diambil kesimpulan bahwa lahan objek penelitian ini cocok untuk dibangun pertokoan, perkantoran dan pujasera. Sehingga, untuk aspek selanjutnya bangunan yang ditinjau yaitu pertokoan, perkantoran dan pujasera. D. Aspek Finansial Syarat dari analisa Highest and Best Use (HBU) yang ketiga yaitu secara finansial layak. Dalam perencanaan aspek finansial akan dihitung biaya investasi, pendapatan efektif dan biaya operasional.

4 1. Biaya Investasi Besarnya biaya investasi tiap bangunan berdasarkan Perhitungan yang dihitung melalui mekanisme pendekatan (4), besarnya biaya investasi dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Biaya Investasi Pertokoan Perkantoran Pujasera 19.081.112.340 23.420.358.804 14.205.954.000 Sumber: Perhitungan 2. Perencanaan Pendapatan Perencanaan pendapatan untuk alternatif bangunan diperoleh dari harga sewa atau harga jual dan service charge. Besarnya biaya service charge berkisar antara 25-30% dari harga sewa [4]. Biaya service charge ini akan digunakan untuk biaya operasional. Tipe penyewaan Net Lease dipakai sebagai dasar pendapatan dalam alternatif yang berarti penyewa membayar beberapa biaya tambahan selain biaya sewa properti tersebut [5]. Besarnya biaya pendapatan dapat dilihat pada Tabel 4. 3. Perencanaan Biaya Operasional Perencanaan biaya operasional untuk masingmasing jenis alternatif bangunan terdiri atas biaya listrik, biaya air, biaya pemeliharaan dan gaji pegawai. Biaya Operasional diperoleh dari Service Charge yang dibebankan kepada penyewa [4]. Besarnya biaya pendapatan dapat dilihat pada Tabel4. 4. Hasil analisa aspek Finansial Analisa aspek finansial ini digunakan untuk mendapatkan perencanaan nilai properti. Untuk menganalisa nilai masing-masing properti dengan cara Net Operating Incame (NOI) dibagi capitalizasion rate. Net Operating Incame (NOI) didapat dari hasil selisih biaya pendapatan efektif dengan biaya operasional. Nilai properti dari masing-masing properti dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Nilai Properti Jenis Kegiatan Pendapatan Efektif Biaya Operasional NOI Pertokoan (Sewa) 687.504.125 Jenis Alternatif Properti Komersial Perkantoran Pujasera 3.428.730.000 630.000.000 49.129.412 430.899.593 249.332.349 638.374.713 2.997.830.407 380.667.651 2.854.006.874 Capitalization rate 10,60 10,60 Nilai Properti 6.022.402.955 28.281.418.934 Sumber : Perhitungan 10,60 3.591.204.256 pertokoan (Jual) 14.027.136.467 11.173.129.593 10,60 26.924.593.151 Untuk uji kelayakan finansial dikatakan layak apabila Profitability Index (PI) lebih besar atau sama dengan satu. PI didapat dari perhitungan nilai properti dibagi biaya investasi. Perhitungan dari aspek finansial bisa dilihat pada Tabel 5. Aspek Finansial Nilai Porperti Biaya Investas i PI Tabel 5. Hasil Analisa Aspek Finansial Jenis Alternatif Properti Komersial Pertokoan Perkantora Pertokoan Pujasera (Sewa) n (Jual) 6.022.402.9 28.281.418. 3.591.204.2 26.924.593. 55 934 56 151 19.081.112. 340 0,32 1 Tidak Sumber : Perhitungan 23.420.358. 804 1,21 1 14.205.954. 000 0,25 1 Tidak 19.081.112. 340 1,41 1 E. Produktivitas maksimum Dari Alternatif yang telah lulus dari aspek finansial akan dicari nilai lahannya melalui uji produktivitas maksimum. Hasil perhitungan nilai lahan pada alternatif properti perkantoran dan pertokoan yang dijual dapat dilihat pada Tabel 6 Tabel 6 Nilai Lahan Jenis Alternatif Properti Komersial Jenis Kegiatan Perkantoran Pertokoan ( Jual ) Nilai Properti 28.281.418.934 26.924.593.151 Nilai Bangunan Nilai Lahan (1200 m2) Nilai Lahan/ m2 Harga Jual Lahan/ m2 procentase (%) Sumber : Perhitungan 11.420.358.804 7.081.112.340 16.281.418.934 19.843.480.811 13.567.849 16.536.234 10.000.000 10.000.000 36 65 Berdasarkan perhitungan nilai lahan pada Tabel 6, nilai lahan tertinggi diperoleh dari alternatif pertokoan sebesar 16.536.234/m 2 dengan prosentase kenaikan sebesar 65%, nilai lahan ini lebih tinggi daripada lahan dibiarkan kosong yang hanya bernilai 10.000.000/m 2. IV. DISKUSI DAN PEMBAHASAN Kesimpulan hasil analisa Highest and Best Use (HBU) dari keempat kriteria dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil Analisa HBU Uji Kirteria Secara Finansial Kriteria Lokasi lahan Bentuk dan Luas Secara Fisik Memungkinkan lahan Utilitas Akses ke lokasi Zoning Secara Legal Diizinkan Peraturan Bangunan (Building Code) PI=Nilai Properti/Biaya Investasi 1 Pertokoan (Sewa) 0,32 1 Tidak Pemilihan Alternatif Perkantoran Memenuhi Memenuhi 1,21 1 Pujasera 0,25 1 Tidak Pertokoan (Jual) 1,41 1 Produktifitas Maksimum Nilai lahan per m2-36% - 65% Sumber: Hasil Analisa Berdasarkan hasil perhitungan dari Tabel 6, nilai lahan tertinggi diperoleh dari alternatif pertokoan

5 dengan sistem penjualan, tapi apabila pertokoan ini hanya disewa maka nilai lahan tertinggi diperoleh dari alternatif perkantoran. Alternatif pertokoan maupun perkantoran dengan nilai lahan tertinggi hanya pada keadaan seperti yang dibahas di penelitian ini tapi apabila ada perubahan biaya atau tidak dengan keadaan seperti penelitian ini, belum tentu alternatif yang tertinggi sekarang menjadi alternatif tertinggi, bisa saja berubah. V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dari aspek fisik, aspek legal, aspek finansial, dan produktifitas maksimum, pertokoan menjadi alternatif Highest and Best Use pada lahan Bekas SPBU Biliton Surabaya dengan nilai lahan tertinggi 16.457.465/m 2 dan memiliki produktifitas maksimum sebesar 65%. DAFTAR PUSTAKA [1] Prawoto, A. 2012.Teori dan Praktek Penilaian Properti, Edisi Kedua. Yogyakarta : BPFE. [2] Harjanto, B dan Hidayati, W. 2003. Konsep Dasar Penilaian Properti edisi pertama. Yogyakarta : BPFE. [3] Barens, G., Miles, M,. dan Weiss., 2007. Real Estate Development, Third Edition. Urban Land Institute. [4] Juwana, J. 2005. Panduan Sistem Bangunan Tinggi. Jakarta : Erlangga. [5] Baird, F., Kyle, R., dan Spodek, M., 2000. Property Management. Real Estate Education Company

Halaman ini sengaja dikosongkan 6