HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

UJI DAYA HASIL LANJUT 30 GALUR HARAPAN PADI (Oryza sativa L.) TIPE BARU (PTB) DEDE TIARA A

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

POTENSI PRODUKSI GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU IPB PADA SISTEM BUDI DAYA LEGOWO OLEH YUSUP KUSUMAWARDANA A

PENDAHULUAN Latar Belakang

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pertumbuhan tanaman padi dipengaruhi oleh kondisi lingkungan makro antaralain

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN. Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo

UJI DAYA HASIL 10 GALUR PADI (Oryza sativa L.) TIPE BARU DENGAN 2 VARIETAS PEMBANDING DI CIANJUR RENDRA PRATAMA YUSUF

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A

POTENSI PRODUKSI GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU IPB DENGAN SISTEM BUDI DAYA LEGOWO

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

KAJIAN KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADI DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS SULAWESI SELATAN ABSTRAK PENDAHULUAN

KERAGAAN GALUR HARAPAN PADI TIPE BARU (PTB) IPB DI KABUPATEN LEBAK DALAM RANGKA UJI MULTI LOKASI MUHAMMAD HABIB CHIRZIN HS A

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil,

Lampiran 1 Bagan alir penelitian

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI DAYA HASIL LANJUTAN 30 GALUR PADI TIPE BARU GENERASI F6 HASIL DARI 7 KOMBINASI PERSILANGAN RAFIATUL RAHMAH

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan

Uji Daya Hasil Lanjutan 30 Galur Padi Tipe Baru Generasi F6 Hasil dari 7 Kombinasi Persilangan

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGUJIAN GALUR HARAPAN PADI IPB DI PROVINSI LAMPUNG NURSIL OCSANARI

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

HASIL DAN PEMBAHASAN

KERAGAAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU DI SUKABUMI DALAM RANGKA UJI MULTI LOKASI DENI HAMDAN PERMANA A

Keragaan Beberapa Varietas Unggul Baru Padi pada Lahan Sawah di Kalimantan Barat

TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Varietas Unggul Padi Sawah

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan makanan pokok padi dapat

HASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

1 UJI DAYA HASIL LANJUT GALUR HARAPAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) TIPE BARU (PTB) DI KABUPATEN LUWU TIMUR DAN KABUPATEN PINRANG SULAWESI SELATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL EMPAT VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARA DI BENGKULU ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Padi Varietas Cibogo. Asal Persilangan :S487B-75/IR //IR I///IR 64////IR64

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

INPARI 38, 39, DAN 41: VARIETAS BARU UNTUK LAHAN SAWAH TADAH HUJAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

Keragaan Beberapa VUB Padi Sawah di Lahan Pasang Surut Mendukung Swasembada Pangan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

BAB IV METODE PENELITIAN. (RAK) faktor tunggal dengan perlakuan galur mutan padi gogo. Galur mutan yang

Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak. Morphological Characterization and Content of Sugar Some Sweet Potato Germplasm Local Lampung

PENGUJIAN TOLERANSI BEBERAPA GENOTIPE PADI PADA LAHAN SAWAH YANG MENGALAMI CEKAMAN KEKERINGAN

: Kasar pada sebelah bawah daun

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan

PENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

PENGEMBANGAN BENIH DAN VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT

KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

Ana Tri Lestari, Jaenudin Kartahadimaja *, dan Nurman Abdul Hakim

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

Transkripsi:

12 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Ragam Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati. Hasil rekapitulasi analisis ragam (Tabel 2), menunjukkan adanya perbedaan pengaruh genotipe terhadap karakter yang diamati. Beberapa karakter menunjukkan pengaruh sangat nyata terhadap genotipe antara lain tinggi tanaman, jumlah anakan total, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah total, dan jumlah gabah isi. Produksi GKG menunjukkan pengaruh nyata terhadap genotipe. Artinya, keragaan pada karakter-karakter tersebut banyak dipengaruhi oleh faktor genetik. Karakter persentase gabah hampa, dan bobot 1000 butir menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap genotipe. Tabel 2. Rekapitulasi Analisis Ragam Pengaruh Genotipe terhadap Karakter yang Diamati Karakter F-hitung G KK (%) Tinggi Tanaman ** 3.3 Jumlah Anakan Total ** 15.98 Jumlah Anakan Produktif ** 12.87 Panjang Malai ** 3.7 Jumlah Gabah Total ** 9.7 Jumlah Gabah Isi ** 14.2 % Gabah hampa tn 22.6 Bobot 1000 butir tn 4.8 Produksi GKG * 7.95 Umur berbunga ** - Umur panen ** - Keterangan : * berpengaruh nyata pada taraf 5% ** berpengaruh nyata pada taraf 1% tn tidak berpengaruh nyata Hasil analisis ragan diatas juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai koefisien keragaman (KK) pada sejumlah karakter yang diamati. Nilai KK tertinggi ditunjukkan oleh karakter persentase gabah hampa sementara nilai KK terendah dimiliki oleh karakter tinggi tanaman. Hal tersebut menunjukkan bahwa lingkungan memberikan pengaruh yang bervariasi terhadap karakter yang diamati. Nilai KK menunjukkan tingkat ketepatan perlakuan dan menunjukkan pengaruh

13 lingkungan dan faktor lain yang tidak dapat dikendalikan dalam suatu percobaan (Gomez dan Gomez, 1995). Produktivitas (GKG) Produksi gabah kering giling (GKG) merupakan karakter yang dapat menunjukkan tingkat produktivitas suatu galur yang diuji. Hasil GKG galur-galur yang diuji dan varietas pembanding menunjukkan hasil yang berbeda pada setiap ulangan. Hasil GKG penelitian kali ini akan ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3. Produktivitas (ton/ha) Galur-Galur yang Diuji dan Dua Varietas Pembanding pada Tiga Ulangan No Galur Ulangan Rataan I II III (ton/ha) 1 IPB107-F-5-1-1 5.65 6.23 4.99 5.62 2 IPB107-F-65-3-1 6.23 5.50 5.34 5.69 3 IPB113-F-2-1-1 5.40 5.31 5.01 5.24 ab 4 IPB115-F-3-2-1 6.50 7.08 5.55 6.38 5 IPB116-F-3-1-1 5.60 4.60 5.39 5.20 ab 6 IPB116-F-44-1-1 5.59 5.97 5.70 5.75 7 IPB116-F-46-1-1 4.93 5.98 5.31 5.41 b 8 IPB117-F-1-3-1 5.63 5.74 5.61 5.66 9 IPB117-F-4-1-1 5.67 5.90 5.39 5.65 10 IPB149-F-8-1-1 5.96 6.12 5.06 5.71 11 Ciherang 7.49 6.45 5.33 6.42 12 IR64 6.93 6.60 6.40 6.64 Keterangan : a = berbeda nyata dengan Ciherang pada taraf 5% b = berbeda nyata dengan IR64 pada taraf 5% Menurut Halimah (2010) bahwa perbedaan hasil disebabkan oleh kondisi lingkungan dan perbedaan ketahanan dari galur yang diuji dan varietas pembanding terhadap serangan hama dan penyakit. Data produktivitas diatas (Tabel 3) menunjukkan bahwa hasil galur-galur yang diuji rata-rata setara dengan produktivitas varietas pembanding. Varietas pembanding Ciherang dan IR64 masing-masing mampu menghasilkan GKG berturut-turut 6.42 ton/ha dan 6.64 ton/ha, sementara galur-galur yang diuji memiliki hasil GKG dengan hasil terbaik yaitu galur IPB115-F-3-2-1 (6.38 ton/ha). Galur IPB115-F-3-2-1 (6.38 ton/ha) yang merupakan galur yang paling mendekati potensi hasil dari varietas pembanding menunjukkan beberapa karakter yang baik, diantaranya, bermalai panjang (29-31 cm) dan lebat (>200 gabah per

14 malai), jumlah anakan sedikit dan hampir semua produktif, umur genjah (107 HSS), serta bobot gabah 26-28 g. Karakter gabah/malai yang dihasilkan galur ini tergolong paling sedikit dibanding galur-galur lain, namun masih lebih banyak jika dibanding varietas pembanding. Gambar 1. Penampilan Galur-Galur yang Diuji pada Fase Vegetatif Dua galur dari famili IPB107 (IPB107-F-5-1-1 dan IPB107-F-65-3-1) menunjukkan potensi hasil yang tidak jauh berbeda. Keunggulan dari galur famili ini adalah karakter malai panjang dan lebat (30-31 cm), jumlah gabah total dan gabah isi yang dihasilkan permalai paling banyak (>300 gabah total dan >240 gabah isi) dan jumlah anakan sedikit-sedang. Karakter-karakter tersebut menunjukkan bahwa galur-galur dari famili ini mampu mendukung potensi hasil yang lebih tinggi dari hasil yang didapatkan dari penelitian kali ini. Karakter yang kurang mendukung dari famili IPB107 adalah bobot 1000 butir yang paling rendah (26 g) dan umur panen yang lebih lama dibanding galur-galur lain. Galur-galur dari famili IPB116 yaitu IPB116-F-3-1-1, IPB116-F-44-1-1, IPB116-F-46-1-1 juga menunjukkan hasil yang tidak berbeda satu sama lain. Hasil dari galur famili ini rata-rata terlihat lebih rendah dibandingkan galur-galur lain, kecuali galur IPB116-F-44-1-1. Secara umum, karakter dari galur-galur famili ini sedikit mirip dengan galur IPB115-F-3-2-1, antara lain malai panjang (30-31 cm), umur panen genjah (107 HSS), jumlah anakan sedikit, dan bobot 1000 butir 26-28 g. Karakter berbeda ditunjukkan pada jumlah gabah total yang dihasilkan lebih banyak yang mencapai >250 butir/malai, jumlah gabah isi >200 butir/malai. Melihat dari beberapa karakter diatas, seharusnya galur-galur dari

15 famili ini mampu menghasilkan potensi hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan galur IPB115-F-3-2-1 dan varietas pembanding. Galur IPB117-F-1-3-1 dan IPB117-F-4-1-1 menunjukkan hasil dan karakter yang hampir mirip dengan hasil masing-masing 5.66 ton/ha dan 5.65 ton/ha. Keunggulan lebih nyata ditunjukkan oleh galur IPB117-F-1-3-1 dengan karakter umur panen sangat genjah (103 HSS), malai panjang dan lebat serta bobot gabah isi paling tinggi (29 g), kelemahan dari galur tersebut adalah daya tahan terhadap hama dan penyakit yang masih rendah. Galur-galur yang diuji secara umum memiliki lebih banyak keunggulan dibanding varietas pembanding dilihat dari segi karakter agronomi yang dimiliki. Keunggulan utama dari varietas pembanding Ciherang dan IR64 terlihat pada karakter jumlah anakan yang masih relatif banyak yakni berkisar 12-22 anakan. Gambaran karakter dari varietas pembanding Ciherang dan IR64 pada penelitian kali ini adalah memilki karakter antara lain tinggi tanaman ideal berkisar 101-123 cm, malai pendek 24-29 cm dan tidak terlalu lebat, jumlah anakan 12-22, jumlah gabah 130-250 butir/malai, jumlah gabah isi 80-210 butir/malai dan bobot 1000 gabah bernas 25-29 g. Keunggulan lain dari kedua varietas pembanding adalah daya adaptasi yang luas terhadap lingkungan sehingga mampu memberikan hasil yang tidak terlalu berbeda dibeberapa lingkungan yang berbeda. Pembentukan PTB di Indonesia diarahkan pada PTB yang mempunyai jumlah anakan sedang tetapi produktif semua (12 18 batang), jumlah gabah per malai 150 250 butir, persentase gabah bernas 85 95%, bobot 1.000 gabah bernas 25 26 g, batang kokoh dan pendek (80 90 cm), umur genjah (110 120 hari), daun tegak, sempit, berbentuk huruf V, berwarna hijau sampai hijau tua, tahan terhadap hama dan penyakit utama, gabah langsing, serta mutu beras baik. Dengan sifat-sifat tersebut, varietas PTB diharapkan mampu berproduksi 9 13 ton/ha (Abdullah et al., 2008). Terdapat tiga galur yang hasil GKG berbeda nyata lebih kecil dari varietas pembanding, yaitu galur IPB113-F-2-1-1 (5.24 ton/ha) dan IPB116-F-3-1-1 (5.20 ton/ha) berbeda nyata dari varietas Ciherang dan IR64 dan galur IPB116-F-46-1-1 (5.41 ton/ha) berbeda nyata lebih kecil dari varietas IR64. Galur IPB113-F-2-1-1 merupakan galur yang daya tahan terhadap serangan hama dan penyakit masih

16 rendah, sehingga produksi tidak sesuai yang diharapkan. Penyakit yang menyerang adalah penyakit tungro (kerdil), sementara hama yang menyerang pada penelitian ini adalah hama penggerek batang (Scirpophaga incertulas). Penyakit tungro sudah mulai terlihat mempengaruhi pertumbuhan sejak fase vegetatif awal. Penyakit tersebut dapat menyebabkan penurunan hasil GKG yang cukup signifikan. Permana (2010) menyatakan bahwa penyakit tungro dapat menyebabkan kehilangan hasil 5-70%. Karakter Pertumbuhan Fase pertumbuhan tanaman dibagi menjadi tiga fase yaitu fase vegetatif yaitu (awal pertumbuhan sampai pembentukkan bakal malai/primordial), fase reproduktif (primordial sampai pembungaan) dan fase pematangan (pembungaan sampai gabah matang). Karakter pertumbuhan yang diamati pada penelitian kali ini meliputi tinggi tanaman, panjang malai, umur berbunga, dan umur panen. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa karakter-karakter tersebut dipengaruhi oleh genotipe. Hasil pengamatan karakter pertumbuhan ditunjukkan oleh Tabel 4. Tinggi tanaman merupakan karakter yang sangat menentukan tingkat kerebahan tanaman. Tanaman yang tinggi akan berpotensi rebah lebih tinggi jika tidak didukung oleh batang yang kuat. Makarim dan Suhartatik (2009) mengemukakan bahwa tanaman yang tinggi dengan batang yang lemah akan rebah pada masa pemulaan tumbuh dan akan menjadi rebah sama sekali pada pemupukan N dosis tinggi. Abdullah et al. (2002) menambahkan bahwa tanaman PTB diarahkan untuk menghasilkan tanaman pendek-sedang dengan tinggi tanaman 100-110 cm. Hasil pengamatan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa tinggi tanaman semua galur yang diuji berkisar antara 104-123 cm dan tidak berbeda nyata dengan varietas Ciherang (113 cm). Terdapat beberapa galur yang memiliki tinggi tanaman yang berbeda nyata lebih tinggi dengan varietas IR64 (108) yaitu galur IPB107-F-65-3-1, IPB113-F-2-1-1, IPB115-F-3-2-1, IPB117-F-1-3-1, dan IPB117-F-4-1-1. Galur IPB107-F-65-3-1 merupakan galur paling tinggi (123 cm). Galur yang paling pendek adalah galur IPB116-F-3-1-1 (104 cm).

17 Tabel 4. Nilai Rataan Keragaan Galur pada Karakter Tinggi Tanaman dan Panjang Malai No Galur TT (cm) PM (cm) 1 IPB107-F-5-1-1 117 32 ab 2 IPB107-F-65-3-1 123 b 32 ab 3 IPB113-F-2-1-1 118 b 32 ab 4 IPB115-F-3-2-1 118 b 30 a 5 IPB116-F-3-1-1 104 31 a 6 IPB116-F-44-1-1 116 31 ab 7 IPB116-F-46-1-1 115 30 a 8 IPB117-F-1-3-1 119 b 33 ab 9 IPB117-F-4-1-1 119 b 32 ab 10 IPB149-F-8-1-1 113 30 a 11 Ciherang 113 26 12 IR64 108 27 Keterangan : TT = Tinggi tanaman PM = Panjang malai a = berbeda nyata dengan Ciherang pada taraf 5 % b = berbeda nyata dengan IR64 pada taraf 5 % Hasil pengamatan pada Tabel 4 juga menunjukkan bahwa seluruh galur yang diuji memiliki malai yang rata-rata lebih panjang dibandingkan dengan kedua varietas pembanding. Panjang malai varietas pembanding masing-masing adalah Ciherang (26 cm) dan IR64 (27 cm). Seluruh galur yang diuji terlihat berbeda nyata dengan varietas Ciherang, namun terdapat beberapa galur yang memiliki panjang malai yang setara dengan varietas IR64 yaitu galur IPB115-F-3-2-1, IPB116-F-3-1-1, IPB116-F-46-1-1, dan IPB149-F-8-1-1 dengan panjang malai sama, 30 cm. Karakter tanaman dengan malai yang panjang akan berpotensi menghasilkan gabah (sink) yang banyak dibanding tanaman dengan malai yang pendek. Malai panjang dengan gabah yang banyak akan membutuhkan masa pengisian yang lebih lama (Makarim dan Suhartatik, 2009) Terlihat bahwa galur yang memiliki produksi tertinggi, IPB115-F-3-2-1, didukung oleh malai yang panjang dan lebat dengan rata-rata yang panjang 30 cm dan lebat 241 gabah per malai. Galur-galur lainnya menunjukkan penampilan malai yang lebih panjang dan lebih lebat dibandingkan dengan galur IPB115-F-3-2-1. Galur IPB117-F-1-3-1 merupakan galur dengan malai terpanjang (33 cm) dengan jumlah gabah 257 gabah per malai. Melihat dari karakter ini, galur dari famili IPB107 dan IPB116 merupakan galur-galur yang memilki potensi hasil paling besar. Rata-rata galur dari famili IPB107 menampilkan malai yang

18 panjangnya 32 cm dengan jumlah gabah >300 butir/malai, sementara galur-galur dari famili IPB116 memiliki panjang malai 30-31 cm dengan jumlah gabah >250 butir/malai. Galur IPB107-F-5-1-1 menampilkan kombinasi karakter malai terbaik yaitu dengan panjang malai 32 cm dan jumlah gabah 328 gabah per malai. Umur 50% berbunga galur-galur yang diuji terlihat bervariasi antara 72-82 hari setelah sebar (HSS). Beberapa galur menunjukkan umur 50% berbunga sebelum varietas pembanding menghasilkan 50% berbunga. Galur-galur tersebut antara lain: galur IPB113-F-2-1-1 (72 HSS), IPB115-F-3-2-1 (75 HSS), IPB116- F-3-1-1 (76 HSS), IPB116-F-44-1-1 (75 HSS), IPB116-F-46-1-1 (76 HSS), IPB117-F-1-3-1 (76 HSS). Galur IPB113-F-2-1-1 merupakan galur dengan umur berbunga 6 hari sebelum varietas IR64 dan 7 hari sebelum varietas Ciherang, galur ini juga mampu berbunga 3-9 hari sebelum galur-galur lain 50% berbunga. Beberapa galur menunjukkan umur 50% berbunga setelah varietas pembanding, antara lain galur IPB117-F-4-1-1 (80 HSS), IPB149-F-8-1-1 (80 HSS), IPB107-F- 5-1-1 (81 HSS) dan IPB107-F-65-3-1 (80 HSS). Varietas pembanding memiliki umur 50% berbunga masing-masing Ciherang 79 HSS dan IR64 78 HSS. Perbedaan lamanya umur panen terhadap umur berbunga selanjutnya akan ditentukan oleh lamanya masa pengisian dan pematangan bulir. Galur IPB117-F- 1-3-1 merupakan galur dengan masa pengisian bulir tercepat yaitu 27 hari. Gambar 2. Penampilan Tanaman Beberapa Galur yang Diuji pada Fase Pengisian dan Pematangan Bulir. Umur panen galur-galur yang diuji berkisar antara 103-111 HSS (Tabel 5). Varietas pembanding memilki umur panen masing-masing Ciherang (111 HSS)

19 dan IR64 (110 HSS). Dua galur yaitu IPB113-F-2-1-1 dan IPB117-F-1-3-1 memiliki umur panen genjah 103 HSS. Kedua galur tersebut masak 4-8 hari sebelum galur-galur lain masak. Umur panen yang genjah dari kedua galur tersebut sayangnya tidak didukung dengan produksi GKG seperti yang diharapkan karena terkendala serangan hama dan penyakit, khususnya galur IPB113-F-2-1-1. Galur dari famili IPB115 dan IPB116 menunjukkan umur panen dalam waktu yang sama yaitu 107 HSS. Secara umum, hasil pengamatan terhadap umur panen pada penelitian ini menunjukkan bahwa galur-galur yang diuji memilki umur yang sesuai dengan kriteria PTB. Umur panen PTB adalah 100-130 HSS (Peng et al., 1994) dan umur panen genjah adalah 110-120 HSS (Abdullah et al., 2002). Tabel 5. Keragaan Galur pada Karakter Umur 50% berbunga dan Umur Panen No Galur UB (HSS) UP (HSS) MP (Hari) 1 IPB107-F-5-1-1 81 111 30 2 IPB107-F-65-3-1 81 111 30 3 IPB113-F-2-1-1 72 103 31 4 IPB115-F-3-2-1 75 107 32 5 IPB116-F-3-1-1 76 107 31 6 IPB116-F-44-1-1 75 107 32 7 IPB116-F-46-1-1 76 107 31 8 IPB117-F-1-3-1 76 103 27 9 IPB117-F-4-1-1 80 111 31 10 IPB149-F-8-1-1 80 110 30 11 Ciherang 79 111 32 12 IR64 78 110 32 Keterangan : UB = Umur berbunga UP = Umur panen MP = Masa pengisian dan pematangan bulir Komponen Hasil Potensi hasil ditentukan oleh komponen hasil yang terdiri atas jumlah anakan (anakan total dan anakan produktif) per rumpun, jumlah gabah per malai, persentase gabah hampa, dan bobot 1000 butir. Purohit dan Majumder (2009) menyatakan bahwa potensi hasil dipengaruhi oleh karakter jumlah anakan produktif, jumlah gabah isi per malai, dan bobot 1000 butir gabah. Keragaan karakter komponen hasil galur-galur PTB yang diuji dapat dilihat pada Tabel 6.

20 Las et al. (2003) mengemukakan bahwa Padi tipe baru (PTB) memiliki sifat penting, antara lain jumlah anakan sedikit (7-12 batang) dan semuanya produktif, malai lebih panjang dan 1ebat (>300 butir/malai), batang besar dan kokoh, daun tegak, tebal, dan hijau tua, perakaran panjang dan lebat. Hasil pengamatan pada Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah anakan total dan anakan produktif seluruh galur yang diuji berbeda nyata lebih sedikit dibanding varietas pembanding IR64. Beberapa galur meunjukkan jumlah anakan total dan anakan produktif yang berbeda nyata lebih sedikit dibandingkan dengan varietas Ciherang, yaitu IPB116-F-3-1-1, IPB117-F-4-1-1, dan IPB149-F-8-1-1. Jumlah anakan yang banyak merupakan salah satu sifat varietas unggul baru (VUB) yang selama ini ditanam oleh petani, seperti Ciherang dan IR64. Varietas IR64 memiliki jumlah anakan total dan anakan produktif paling banyak dengan 19 anakan total dan 15 anakan produktif. Hasil tersebut menunjukkan bahwa varietas IR64 masih dominan dalam karakter jumlah anakan, sehingga mendukung jumlah produksi GKG yang tinggi. Tabel 6. Nilai Rataan Keragaan Galur pada Beberapa Karakter Komponen Hasil No Galur JAT JAP JGT JGI GH BG 1 IPB107-F-5-1-1 13 b 10 b 328 ab 255 ab 23 26 2 IPB107-F-65-3-1 12 b 10 b 336 ab 245 ab 27 26 3 IPB113-F-2-1-1 13 b 9 b 283 ab 213 b 25 27 4 IPB115-F-3-2-1 11 b 9 b 241 b 166 31 28 5 IPB116-F-3-1-1 10 ab 7 ab 285 ab 208 b 27 28 6 IPB116-F-44-1-1 12 b 10 b 284 ab 211 b 26 27 7 IPB116-F-46-1-1 13 b 10 b 287 ab 242 ab 16 26 8 IPB117-F-1-3-1 13 b 9 b 257 ab 194 24 29 9 IPB117-F-4-1-1 10 ab 8 ab 277 ab 200 b 28 28 10 IPB149-F-8-1-1 11 ab 8 ab 308 ab 212 b 31 27 11 Ciherang 15 12 190 148 22 27 12 IR64 19 15 174 129 26 28 Keterangan : JAT = Jumlah anakan total (batang) JGT = Jumlah gabah total (butir) JAP = Jumlah anakan produktif (batang) JGI = Jumlah gabah isi (butir) GH = Persen gabah hampa (%) BG = Bobot 1000 butir (g) a = berbeda nyata dengan Ciherang pada taraf 5 % b = berbeda nyata dengan IR64 pada taraf 5 % Secara umum, karakter jumlah anakan galur-galur PTB yang diuji menunjukkan hasil yang sesuai dengan karakter PTB meskipun anakan yang dihasilkan tidak produktif semua. Peng et al. (1999) menyebutkan bahwa PTB

21 memilki karakter seperti jumlah anakan sedikit dengan jumlah anakan yang tidak produktif sedikit. Jumlah anakan produktif yang sedikit secara umum mampu menghasilkan malai yang panjang dan lebat. Terlihat bahwa galur-galur yang diuji memang menunjukkan jumlah anakan produktif yang sedikit (7-10 anakan produktif). Setiap anakan dari galur yang diuji mampu menghasilkan malai yang panjang dengan jumlah gabah yang lebih banyak dibandingkan varietas pembanding yang memilki jumlah anakan yang lebih banyak. Penambahan populasi merupakan salah satu cara memaksimalkan potensi dari karakter jumlah anakan produktif yang sedikit sehingga didapatkan produktivitas per hektar yang lebih tinggi. Jarak tanam yang digunakan pada penelitian kali ini adalah legowo 2:1 (populasi tanaman 333 333 per ha) yang diduga mampu meningkatkan hasil sekitar 30% dari jumlah populasi dengan jarak tanam yang biasa. Galur-galur yang diuji mampu mengasilkan gabah total dan gabah isi lebih tinggi dari varietas pembanding dengan rata-rata jumlah gabah total diatas 200 butir/malai dan jumlah gabah isi diatas 150 butir/malai, sementara jumlah gabah total varietas pembanding dibawah 200 butir/malai dan gabah isi dibawah 150 butir/malai. Hal tersebut diduga karena galur-galur yang diuji memiliki malai yang lebih panjang dibanding varietas pembanding (Tabel 4). Tiara (2010) melaporkan bahwa malai yang panjang menghasilkan jumlah gabah total lebih banyak dan berpotensi menyebabkan persentase gabah hampa yang lebih tinggi. Mohanan dan Mini (2010) menambahkan bahwa meningkatkan jumlah gabah per malai merupakan kriteria utama dalam mengembangkan PTB. Karakter jumlah gabah total dan gabah isi merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki oleh galur dari famili IPB107. Rata-rata jumlah gabah dari galur famili IPB107 adalah >300 butir/malai gabah total dan >240 butir/malai gabah isi. Galur-galur dari famili IPB116 menunjukkan karakter jumlah gabah yang cukup baik. Hal tersebut terlihat dari jumlah gabah total >250 butir/malai dan gabah isi >200 butir/malai. Galur IPB149-F-8-1-1 juga memiliki kelebihan pada jumlah gabah yang dihasilkan dengan jumlah gabah total dan gabah isi masing-masing adalah 308 butir/malai dan 212 butir/malai. Hal berbeda ditunjukkan oleh galur IPB115-F-3-2-1. Terlihat bahwa galur ini memiliki jumlah

22 gabah total dan gabah isi paling rendah dibanding galur-galur lainnya dan tidak berbeda nyata dari varietas pembanding. Perbandingan penampilan malai galurgalur yang diuji dengan varietas pembanding akan ditunjukkan oleh Gambar 2. Gambar 3. Perbandingan Penampilan Malai Galur-galur yang Diuji dan dua Varietas Pembanding (Ciherang dan IR64) Salah satu kelemahan dari PTB adalah tingkat kehampaan yang tinggi. Hasil pengamatan terhadap persentase gabah hampa pada galur-galur yang diuji menunjukkan bahwa kehampaan masih tergolong tinggi. Kisaran persentase gabah hampa galur-galur yang diuji adalah 16-31% dan varietas pembanding Ciherang dan IR64 masing-masing 22% dan 26%. Komponen tersebut diduga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan hasil panen pada penelitian kali ini tidak sesuai yang diharapkan. Pengisian gabah dimulai dari bulir ujung malai. Malai yang panjang secara umum akan menghasilkan gabah yang banyak, dan apabila tidak disertai dengan masa pengisian dan pemasakan gabah yang cepat akan menimbulkan kehampaan. Kehampaan akibat proses ini adalah disebabkan oleh faktor genetik dan biasanya menyebabkan gabah hampa pada bagian pangkal malai. Abdullah (2009)

23 mengemukakan bahwa PTB dengan jumlah gabah yang banyak maka masa pengisian dan pemasakan akan lebih lama, sehingga mutu beras berkurang dan terjadi kehampaan semu (pseudo sterility) akibat ketidakmampuan sumber (source) mengisi limbung (sink), sehingga gabah tidak terisi penuh. Salah satu cara mengatasi hal tersebut adalah melalui pemuliaan. Makarim dan Ikhwani (2008) menyatakan bahwa persentase gabah hampa yang tinggi pada VUTB Fatmawati disebabkan oleh malai yang panjang dan jumlah gabah per malai yang banyak sebagai sinks yang besar, hanya ditopang (sources) oleh beberapa anakan, sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhan hara dan karbohidrat. Kehampaan dapat disebabkan juga oleh faktor non genetik, seperti serangan hama dan penyakit. Hama yang menyerang pada fase ini adalah penggerek batang (Scirpophaga incertulas). Tanaman yang terserang hama ini ditandai dengan malai yang tidak terisi atau mati (beluk). Faktor nongenetik lainnya adalah kondisi lingkungan yang tidak normal seperti suhu tinggi dan keterbatasan air dan hara. Kondisi lingkungan pada saat penelitian berlangsung menunjukkan kondisi yang kurang mendukung pertumbuhan padi. Hal tersebut dapat dilihat dari data iklim meliputi curah hujan dengan rata-rata 105 mm/bulan, suhu rata-rata harian 27 o C, dan kelembaban nisbi rata-rata 78%. Kondisi tersebut sangat berpengaruh dalam proses pelaksanaan percobaan terutama dalam ketersediaan air sebagai komponen penting dalam pertumbuhan tanaman. Bobot 1000 gabah bernas galur-galur yang diuji pada penelitian kali ini menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding. Kisaran bobot adalah 26-29 g. Varietas pembanding Ciherang dan IR64 masingmasing memiliki bobot berturut-turut adalah 27 g dan 28 g. Galur dari famili IPB107 menunjukkan sedikit kekurangan pada karakter ini dengan rata-rata bobot 26 g. Galur IPB115-F-3-2-1 dengan produksi hasil yang lebih tinggi dibanding galur lain didukung oleh bobot 1000 butir yang tinggi yaitu 28 g. Keunggulan pada karakter bobot 1000 butir ditunjukkan oleh famili IPB117. Hasil tertinggi ditunjukkan oleh galur IPB117-F-1-3-1 dengan bobot 29 g.