KERAGAAN GALUR HARAPAN PADI TIPE BARU (PTB) IPB DI KABUPATEN LEBAK DALAM RANGKA UJI MULTI LOKASI MUHAMMAD HABIB CHIRZIN HS A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KERAGAAN GALUR HARAPAN PADI TIPE BARU (PTB) IPB DI KABUPATEN LEBAK DALAM RANGKA UJI MULTI LOKASI MUHAMMAD HABIB CHIRZIN HS A"

Transkripsi

1 KERAGAAN GALUR HARAPAN PADI TIPE BARU (PTB) IPB DI KABUPATEN LEBAK DALAM RANGKA UJI MULTI LOKASI MUHAMMAD HABIB CHIRZIN HS A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 KERAGAAN GALUR HARAPAN PADI TIPE BARU (PTB) IPB DI KABUPATEN LEBAK DALAM RANGKA UJI MULTILOKASI Performance of IPB New Plant Type of Rice Promising Lines in Kabupaten Lebak for Multilocation Test Abstract The demand of rice increasing in line with growth of the population in Indonesia. One of the solution wich can be done to increase the potential yield by the varietie. IPB has been doing research on this and have created promising lines that have high potential yield and ready to be released into varieties. The objective of this research were to evaluate potential yield of IPB New Plant Type of Rice potential for hight yielding varieties in multilocation test and as part of the completeness data requirements for proposing varietie release. This research was done from Mei until September 2011, used 8 IPB new plant type of rice promising lines there are IPB102- F , IPB107-F-16E-3-1, IPB107-F , IPB107-F , IPB107-F , IPB116- F , IPB116-F , IPB117-F with 2 check variety, there are Ciherang and IR64. The treatment used in this research is the genotype as a single factor, The treatments consisted of 10 genotypes. The result showed that IPB107-F-16E-3-1 and IPB116-F lines have the highest potential yield that is equal to 7.40 tons / ha and 6.40 tons / ha. IPB116- F line has corresponding of new palnt type of rice This can be seen from the high yield potential, number of tillers, productive tillers and plant height in accordance with the characteristics of new plant type of rice. Keyword: Promising Lines, New Plant Type of Rice, Multilocation

3 RINGKASAN MUHAMMAD HABIB CHIRZIN HS. Keragaan Galur Harapan Padi Tipe Baru (PTB) IPB di Kabupaten Lebak dalam Rangka Uji Multi Lokasi. (Dibimbing oleh HAJRIAL ASWIDINNOOR). Permintaan akan padi terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan menciptakan varietas yang mempunyai produktivitas yang tinggi, oleh karena itu pemuliaan padi harus selalu dilakukan. Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB telah melakukan penelitian padi dan sudah menghasilkan galur-galur yang berpotensi untuk dilepas menjadi varietas unggul baru. Penelitian ini dilakukan untuk menguji daya hasil galur harapan padi tipe baru (PTB) yang berpotensi untuk dilepas menjadi varietas unggul baru (VUB) dalam rangka uji multi lokasi (UML) sebagai bagian dari kelengkapan persyaratan data untuk pengusulan pelepasan varietas. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bojongleles, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, Banten. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Perlakuan yang digunakan yaitu genotipe sebagai faktor tunggal. Perlakuan terdiri dari 8 genotipe galur harapan PTB IPB yaitu IPB102-F , IPB107-F-16E-3-1, IPB107-F , IPB107-F , IPB107-F , IPB116-F , IPB116-F , dan IPB117-F dengan dua genotipe pembanding yaitu varietas Ciherang dan IR64, masingmasing genotipe diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 30 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan ditanam dalam satu petak berukuran 4 x 5 m dengan menggunakan jarak tanam 20 x 20 cm. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa galur-galur harapan PTB IPB yang diuji memiliki potensi hasil yang setara dengan kedua varietas pembanding. Galur IPB107-F-16E-3-1 dan IPB116-F memiliki rata-rata hasil berturut-turut 7.40 ton/ha dan 6.4 ton/hasedangkan varietas pembanding Ciherang dan IR64 yang mempunyai rata-rata hasil berturut-turut 6.12 dan 5.98 ton/ha. Galur yang mempunyai ciri yang mendekati ciri-ciri PTB adalah galur IPB116-F ,

4 ii galur ini memiliki jumlah anakan, anakan produktif, tinggi tanaman, dan umur tanaman yang mendekati cirri-ciri PTB, selain itu galur ini memiliki umur panen yang lebih genjah dibandingkan dengan kedua varietas pembanding yaitu 105 hari setelah tebar umur panen ini 11 hari sebelum varietas pembanding Ciherang dan 7 hari sebelum varietas pembanding IR64.

5 KERAGAAN GALUR HARAPAN PADI TIPE BARU (PTB) IPB DI KABUPATEN LEBAK DALAM RANGKA UJI MULTI LOKASI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor MUHAMMAD HABIB CHIRZIN HS A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIOKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

6 ii JUDUL : KERAGAAN GALUR HARAPAN PADI TIPE BARU (PTB) IPB DI KABUPATEN LEBAK DALAM RANGKA UJI MULTI LOKASI NAMA NIM : MUHAMMAD HABIB CHIRZIN HS : A Menyetujui, Pembimbing Dr. Ir. Hajrial Aswidinnoor, MSc NIP Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr NIP Tanggal Lulus :

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kabupaten Lamongan, Propinsi Jawa Timur pada tanggal 6 September Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari bapak Samiran HS dan Ibu Iswati Khasanah. Tahun 2001 penulis menamatkan belajar dari SDN Sumberagung 1 Kabupaten Lamongan, kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan belajar di SMP Muhammadiyah 12 Sendangagung Lamongan, selanjutnya penulis melanjutkan belajar di MA AL-ISHLAH Lamongan dan menyelesaikanya pada tahun Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa IPB melalui jalur Peserta Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) program dari Kementrian Agama RI. Selanjutnya pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Tahun 2008 penulis mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) dan mendapatkan juara ke-2 pada bidang lomba debat bahasa arab. Penulis juga aktif di beberapa organisasi Ekstra kampus. Tahun sebagai bendahara PMII komisariat IPB. Selanjutnya pada tahun penulis menjabat sebagai bendahara Community of Santri Scholar of Ministri of Relegius Affair (CSS MoRA) IPB.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Alloh SWT Tuhan semesta alam yang telah memberikan hidayah dan kekuatan sehingga penelitian yang berjudul Keragaan Galur Harapan Padi Tipe Baru (PTB) IPB di Kabupaten Lebak dalam rangka Uji Multi Lokasi dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bojongleles Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan kepada Alloh SWT. Selanjutnya penulis berterima kasih terutama kepada kedua orang tua, ayah dan ibu tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dukungan, dan semangat. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Hajrial Aswidinnoor, Msc. Selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan masukan, pengarahan, berbagi ilmu pengetahuan, nasehat, dan memiliki andil yang besar dalam penyelesaian skripsi penulis. 2. Dr. M.Syukur, SP, Msi. Dan Dr. Desta Wirnas, SP, Msi. selaku desen penguji. 3. Ibu Maryati Sari selaku dosen pembimbing akademik. 4. Kementrian Agama RI yang telah memberikan beasiswa kepada penulis. 5. Bapak Asep sekeluarga beserta pegawai yang ada di balai benih lebak yang telah membantu pelaksanaan penelitian. 6. Nasrul Haq dan Purwito Joko Yuwono teman satu tim penelitian. 7. Keluarga CSS MORA IPB, AGH 44, dan FORMALA IPB yang selalu memberikan dukungan kepada penulis. Kepada semua pihak lainnya yang telah memberikan kontribusi yang besar selama pengerjaan penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, penulis mengucapkan terima kasih. Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat. Bogor, Desember 2011 Penulis

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Hipotesis... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Padi Tipe Baru... 3 Metode Pemulian Padi Tipe Baru... 3 Uji Multi Lokasi... 5 BAHAN DAN METODE... 7 Tempat dan Waktu... 7 Bahan dan Alat... 7 Metode Penelitian... 7 Pelaksanaan... 8 Pengamatan... 8 Analisis Data... 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Produktivitas Galur Keragaan Galur KESIMPULAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii ix x

10 ii DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Nama-nama Galur dan Varietas Pembanding Nilai Produksi GKG (t/ha) pada Kadar Air 14% Nilai Rataan Karakter Vegetatif Galur-galur PTB dan Varietas Pembanding Nilai Rataan Karakter Generatif Galur-Galur PTB dan Varietas Pembanding Umur Berbunga dan Panen Galur-galur PTB dan Varietas Pembanding... 20

11 iii DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Tanaman pada Umur 6 Minggu Setelah Tanam Tanaman yang Terserang Penyakit Penampilan Malai... 19

12 iv DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Denah Penelitian Gambar Tanaman di Lokasi Percobaan Deskripsi Varietas Ciherang Deskripsi Varietas IR Sidik Ragam... 29

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Produktivatas padi dalam dasawarsa terakhir mengalami stagnasi. Hal ini disebabkan oleh karena potensi hasil varietas unggul yang ada telah mencapai titik potensi maksimal. Menurut badan pusat statistik (BPS) pada tahun 2009 luas total panen padi Indonesia adalah ha dengan produksi ton bila dirata-ratakan produktivitas padi pada tahun 2009 sebesar 4.99 ton/ha. Sementara kebutuhan padi terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk di Indonesia. Untuk mencegah terjadinya kekurangan pangan di masa sekarang dan yang akan datang mutlak diperlukan upaya peningkatan produktivitas tanaman padi. Produktivitas dapat ditingkatkan melalui perakitan varietas padi yang potensi hasilnya lebih tinggi dari varietas yang telah ada. Trobosan yang dapat dilakukan adalah dengan perakitan varietas padi tipe baru. Menurut Abdullah et al. (2008) memodifikasi tipe tanaman padi akan dapat meningkatkan produksi bahan kering tanaman dan indeks padi sehingga masing-masing atau bersamasama dapat meningkatkan potensi hasil. Padi tipe baru (PTB) merupakan salah satu varietas unggul yang diharapkan mampu mengatasi permasalahan produktivitas padi. Padi tipe baru memiliki karakter-karakter seperti: jumlah anakan yang sedikit dengan jumlah anakan yang tidak produktif sedikit, memiliki jumlah bulir permalai mencapai bulir, tinggi tanaman cm, dengan batang tebal, memiliki daun hijau tua dan tegak, memiliki sistem akar yang vigor, umur panen hari, dan meningkatkan indeks panen, potensi hasil PTB % lebih tinggi dibandingkan dengan varietas unggul yang ada saat ini (Las et al. 2003). Pengembangan padi tipe baru (PTB) di Indonesia dimulai sejak tahun 1995 dengan mengintroduksi beberapa galur PTB IRRI generasi pertama. Penelitian awal ini bertujuan untuk membentuk padi yang mempunyai malai lebat sehingga dapat meningkatkan hasil. Pelepasan suatu varietas tidak dapat hanya dilakukan berdasarkan suatu kondisi lingkungan tertentu melainkan melalui pengujian di berbagai agroekologi untuk memilih galur yang berproduksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit

14 2 utama serta cekaman lingkungan. Selain itu perlu dilakukan pengujian pada musim yang berbeda. Hal ini disebabkan karena keunggulan genotipe pada daerah tertentu belum tentu unggul apabila ditanam di daerah yang memiliki kondisi lingkungan yang berbeda. Oleh karena itu perlu diadakan uji multi lokasi. Uji multi lokasi merupakan salah satu tahap akhir dari rangkaian program pemuliaan tanaman dan diperlukan sebagai bagian dari kelengkapan persyaratan data untuk pengusulan pelepasan varietas. Syarat pelepasan suatu varietas diantaranya yaitu minimal terdapat 16 data percobaan, yaitu delapan lokasi pada musim hujan dan delapan lokasi berikutnya pada musim kemarau. Galur-galur harapan padi (Oryza sativa L.) tipe baru yang diuji diharapkan dapat menjadi varietas unggul baru (VUB) yang dapat diterima dan bermanfaat bagi masyarakat. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menguji daya hasil galur harapan padi sawah tipe baru (PTB) yang berpotensi untuk dilepas menjadi varietas unggul baru (VUB) dalam rangka uji multi lokasi (UML) sebagai bagian dari kelengkapan persyaratan data untuk pengusulan pelepasan varietas. Hipotesis 1. Terdapat minimal satu galur yang diuji memiliki daya hasil tinggi di lokasi pengujian. 2. Terdapat minimal satu galur yang mempunyai keragaan sesuai PTB yang diharapkan.

15 TINJAUAN PUSTAKA Padi Tipe Baru Program peningkatan potensi hasil padi di Indonesia saat ini adalah dengan mengembangkan padi hibrida dan padi tipe baru (PTB) yang produksinya dapat mempunyai 10-20% lebih tinggi daripada padi varietas unggul yang biasa (Suhartatik, 2003). PTB memiliki sifat penting antara lain (a) jumlah anakan sedikit (7-12 batang) (b) malai lebih panjang dan lebat (c) batang besar dan kokoh (d) daun tegak, tebal, dan hijau tua (e) perakaran panjang dan lebat. Potensi hasil PTB lebih tinggi dibandingkan dengan varietas unggul yang ada saat ini (Las et al., 2003) Beberapa galur mempunyai potensi hasil riil lebih tinggi daripada varietas unggul baru (VUB) karena memiliki komponen hasil lebih baik. Persentase gabah hampa tinggi pada PTB dapat disebabkan oleh faktor genetik lingkungan. Faktor lingkungan seperti suhu (>30 0 C) menyebabkan respirasi tinggi, sehingga berpengaruh terhadap pengisian bulir. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan galur-galur PTB yang sudah mempunyai sifat-sifat yang diinginkan, tetapi persentase gabah isinya masih rendah (<90%) (Abdullah, 2002). Padi tipe baru (PTB) merupakan solusi lanjutan dari stagnasi revolusi hijau. Sejak tahun 1980-an, saat produktivitas padi sawah relatif tidak meningkat karena keragaman genetik yang sempit, maka dilakukan upaya pembentukan arsitektur tanaman yang memungkinkan peningkatan produktifitas tanaman. Padi yang dihasilkan kemudian dikenal dengan nama padi tipe baru (Susanto et al., 2003) Metode Pemuliaan Padi Tipe Baru Pemuliaan tanaman merupakan suatu kegiatan yang merubah susunan genetik tanaman secara tetap sehingga memiliki sifat atau penampilan sesuai dengan tujuan yang diinginkan pelakunya. Kegiatan pemuliaan tanaman terdiri tas serangkaian kegiatan yang berkesinambungan, diawali dengan melakukan koleksi berbagai genotip tanaman sebagai sumber plasma nutfah, dilanjutkan dengan identifikasi dan karakterisasi plasma nutfah tersebut. Berdasarkan hasil

16 4 identifikasi dan karakterisasi, dipilih beberapa plasma nutfah sebagai tetua untuk bahan persilangan (hibridisasi) atau langsung diseleksi dengan menggunakan metode pemuliaan yang tepat. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi terhadap hasil pemuliaan tersebut sebelum kultivar dilepas (Phoelman, 1995). Pemuliaan padi bertujuan untuk menghasilkan varietas-varietas baru yang lebih baik dari varietas-varietas standar yang banyak ditanam petani. Varietas tersebut lazimnya disebut varietas unggul yang memiliki kelebihan sifat dibanding varietas standar, misalnya tentang potensi hasil, umur, ketahanann terhadap hama dan penyakit utama, toleransi terhadap tekanan lingkungan, mutu beras dan rasa nasi. Menurut Susanto et al. (2003) upaya perakitan varietas padi di Indonesia ditujukan untuk menciptakan varietas yang berdaya hasil tinggi dan sesuai untuk kondisi ekosistem, sosial, budaya, serta minat masyarakat. International Rice Research Institute (IRRI) telah mengemukakan ideotipe tanaman padi tipe baru (PTB) atau new plant type of rice (NPT) untuk meningkatkan potensi hasil padi. Pemuliaan padi tipe baru dimulai pada tahun 1989 di IRRI. Secara genetik, sifat PTB tidak berbeda dengan varietas inbrida yang sudah biasa ditanam oleh petani, tetapi potensi produksinya lebih unggul karena dirakit dengan mengkombinasikan sifat khusus yang mendukung fotosintesis, pertumbuhan dan produksi biji. Pada tahun 1993 dikembangkan PTB generasi pertama dengan menggunakan padi tropical japonica, tetapi PTB generasi pertama ini tidak memiliki hasil yang baik karena kurangnya produksi biomassa dan pengisian gabah yang kurang baik. PTB generasi pertama ini juga rentan terhadap hama dan penyakit serta mempunyai kualitas biji yang kurang baik sehingga galur-galur PTB generasi pertama ini tidak bisa dilepas sebagai kultivar, tetapi digunakan lagi sebagai bahan genetik pada program pemuliaan selanjutnya (Yang et al., 2007; Peng et al., 2008). Jenis padi indica di Indonesia disebut cere atau cempo. Jenis padi indica banyak ditanam di wilayah Asia, kecuali Korea dan Jepang, sedangkan padi jenis japonica banyak ditanam di Jepang, Korea, Australia, dan Amerika Utara dan Selatan. Jenis sub japonica merupakan jenis khas Indonesia yang banyak dikenal petani sebagai padi bulu. Peneliti IRRI merakit varietas PTB banyak menggunakan padi jenis bulu sebagai tetuanya.

17 5 Pengembangan PTB generasi kedua dimulai pada tahun 1995 dengan menyilangkan galur PTB generasi pertama (tropical japonica) dengan tetua indica. Tetua indica meningkatkan jumlah anakan, menurunkan ukuran malai (jumlah gabah per malai), meningkatkan kualitas biji dan meningkatkan ketahanan terhadap hama dan penyakit galur-galur PTB generasi kedua. Meskipun demikian, galur-galur PTB generasi kedua ini belum meningkatkan potensi hasil padi sawah pada musim kemarau di daerah tropis (Yang et al., 2007; Peng et al., 2008). Pembentukan PTB di Indonesua dimulai sejak tahun Materi genetik yang digunakan sebagai tetua persilangan PTB adalah varietas introduksi IRRI, varietas lokal Indonesia dan padi liar. Penelitian pertama ini ditujukan terutama untuk membentuk padi yang mempunyai malai lebat sehingga dapat meningkatkan hasil (Abdullah et al 2008). Beberapa galur hasil penelitian PTB yang telah dilepas menjadi varietas antara lain Cimelati, Gilirang, Ciapus, dan fatmawati. Varietas pertama digolongkan sebagai varietas unggul semi tipe baru (VUSTB), sedang yang terakhir sebagai varietas unggul tipe baru (VUTB) (Suprihatono et al., 2006). Uji Multi Lokasi Pelepasan suatu varietas tidak dapat hanya dilakuakan berdasarkan satu kondisi lingkungan tertentu saja melainkan perlu diujicobakan pada kondisi dan musim yang berbeda. Apabila penentuan keunggulan suatu varietas hanya berdasarkan pengamatan pada suatu kondisi lingkungan tertentu maka tidak akan muncul potensi yang sebenarnya dari genotip tersebut. Hal ini disebabkan keunggulan genotip pada suatu daerah tidak menjamin jika dilakukan di daerah dengan kondisi lingkungan yang berbeda tetap unggul. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji multi lokasi dengan tingkat iklim dan kondisi tanah yang berbeda sebelum dikembangkan dan dipasarkan sebagai varietas baru (Gomez dan Gomez, 1995). Suatu galur padi perlu dilakukan uji multi lokasi dengan tingkat iklim dan kondisi tanah yang berbeda sebelum dikembangkan dan dipasarkan sebagai varietas baru. Uji multi lokasi merupakan salah satu syarat untuk pelepasan suatu

18 6 varietas baru yang sebelumnya telah dilakukan uji daya hasil lanjutan (UDHL) (Phoelman, 1995) Uji multi lokasi merupakan salah satu tahap akhir dari rangkaian program pemuliaan tanaman. Galur-galur yang diuji relatif sedikit yaitu sekitar galur. Uji multi lokasi bertujuan untuk menguji stabilitas hasil galur-galur harapan dan mengetahui daya adaptasinya. Metode pengujian yang dilakukan sama dengan uji daya hasil lanjutan (UDHL) akan tetapi jumlah lokasi yang dibutuhkan lebih banyak. Lokasi yang digunakan untuk uji multi lokasi harus mewakili seluruh daerah terutama daerah yang menjadi sentra produksi padi. Lokasi yang khusus untuk percobaan adaptasi teknologi dipilih yang menunjukan area geografis atau wilayah lingkungan yang merupakan adaptasi teknologi yang diteliti. Percobaan teknologi adaptasi pada beberapa lokasi umumnya mempunyai gugus perlakuan yang sama dan menggunakan rancangan percobaan yang sama (Gomez dan Gomez, 1995)

19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bojongleles, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, Banten, pada bulan Mei sampai dengan September Bahan dan Alat Bahan tanaman yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 8 galur harapan padi dan dua varietas yang biasanya ditanam di tempat penelitian sebagai varietas pembanding. Galur-galur yang akan diuji dan varietas pembanding disajikan dalam tabel 1: Tabel 1. Nama-nama Galur dan Varietas Pembanding. No Galur Tetua Persilangan 1 IPB102-F Fatmawati x IPB6-d IPB107-F-16E-3-1 Siam Sapit x Fatmawati 3 IPB107-F Siam Sapit x Fatmawati 4 IPB107-F Siam Sapit x Fatmawati 5 IPB107-F Siam Sapit x Fatmawati 6 IPB116-F Lambor x Fatmawati 7 IPB116-F Lambor x Fatmawati 8 IPB117-F Fatmawati x Pulu Mandoti 9 Ciherang Varietas Unggul 10 IR64 Varietas Unggul Dosis pupuk yang digunakan adalah 180 kg Urea/ha dan 300 kg Phonska/ha. Bahan lainya yang digunakan adalah pestisida. Alat yang digunakan adalah alat-alat yang biasa digunakan untuk budidaya padi. Metode Penelitian Rancangan percobaan yang akan digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Perlakuan yang digunakan yaitu genotipe sebagai faktor tunggal. Perlakuan terdiri atas 10 genotipe, masing-masing genotipe diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 30 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan ditanam dalam satu petak berukuran 4 x 5 m dengan jarak tanam 20 x 20 cm.

20 8 Pelaksanaan Pra Tanam Lahan sawah yang akan digunakan untuk penelitian diolah, setelah diolah benih ditebar pada lahan persemaian yang berukuran 1.5 x 1.5 m untuk setiap galur selama hari. Pada umur satu minggu setelah tebar dilakukan pemupukan Urea dengan dosis 22.5 g/petak. Tanam Bibit yang telah berumur 14 hari setelah tebar ditanam ke dalam petakan sawah sebanyak dua bibit per lubang dengan jarak tanam menggunakan 20 X 20 cm. Pupuk yang digunakan adalah pupuk Urea dan Ponska dengan dosis masingmasing 180 dan 300 kg/ha. Pemupukan pertama pada 4 hari setelah tanam menggunakan 60 kg Urea/ha dan 125 kg/ha Ponska. Pemupukan ke dua dilakukan pada 25 hari setelah tanam menggunakan 60 kg Urea/ha dan 100 kg/ha Ponska serta Pemupukan ke tiga pada 45 hari setelah tanam menggunakan 60 kg Urea/ha + 75 kg/ha Ponska. Selain pemupukan pemeliharaan yang dilakukan sejak persemaian meliputi pengendalian gulma, hama dan penyakit serta pengaturan pengairan secara optimal. Panen Padi yang siap panen ditandai dengan perubahan warna bulir menjadi kuning sekitar 90% dari semua bulir yaitu 30 hari setelah pembungaan atau minggu setelah tanam. Pemanenan dilakukan secara manual dengan cara memotong pangkal tanaman. Pengamatan Pengamatan yang dilakukan terdiri dari: 1. Pengamatan terhadap tanaman contoh Pengamatan dilakukan terhadap karakter vegetatif dan generatif. Adapun peubah yang tergolong ke dalam masing-masing karakter yaitu : 1.1. Fase Vegetatif Tinggi tanaman, diukur dari permukaan tanah sampai ujung malai terpanjang.

21 9 Jumlah anakan total dan produktif, dihitung banyaknya anakan tiap rumpun pada saat panen Fase generatif Jumlah gabah total, gabah isi dan dan persen gabah hampa per malai. Panjang malai, diukur dari buku terakhir sampai bulir di ujung malai. Bobot 1000 bulir gabah. 2. Pengamatan satuan percobaan Hasil gabah kering giling. Hasil GKG rumpun produktif yang dipanen dikonversi menjadi hasil GKG per hektar (ton/ha) pada kadar air (k.a) 14% Umur berbunga, dihitung pada saat masing-masing galur berbunga sama dengan 50% Umur panen, dihitung pada saat 90% bulir telah masak. Analisis Data Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara galur-galur yang diuji dengan varietas pembanding, dilakukan analisis ragam (uji F), jika hasil uji F menunjukan pengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut T-Dunnet pada taraf kesalahan 5%.

22 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kondisi iklim pada bulan Mei-September 2011 kurang mendukung pertumbuhan padi karena pada bulan-bulan ini terjadi pergantian musim dari musim hujan menjadi kemarau, hal ini menyebabkan kurangnya air sehingga untuk mencukupi air harus mengalirkan dari sungai menggunakan diesel. Kondisi suhu rata-rata di lapang selama penelitian (Mei-September) adalah C. Curah hujan tertinggi pada bulan Mei dan terendah pada bulan Agustus, pada bulan agustus hanya terjadi hujan satu kali saja yaitu pada akhir agustus. Kondisi awal pertanaman tanaman sering di sulam karena banyak yang dimakan oleh keong mas (Pomacea canaliculata), penyulaman menggunakan bibit yang berumur sama. Pengendalian hama keong mas ini dilakukan dengan cara kimiawi, yaitu aplikasi sebelum tanam dan setelah pertanaman pengendalian dilakukan dengan cara manual yaitu mengambil keong mas yang berada di lahan percobaan. Gambar 1. Tanaman pada Umur 6 Minggu Setelah Tanam Hama lain yang menyerang tanaman adalah penggerek batang (Scirpophaga incertulas). Tanaman yang terserang hama ini bisa mengeluarkan malai tetapi malai tersebut tidak terisi atau mati, oleh karena itu hama penggerek

23 11 batang termasuk hama penting pada tanaman padi karena dapat menyebabkan kehilangan hasil yang tinggi, namun pada penelitian ini hama penggerek batang tidak banyak menyerang pertanaman sehingga tidak berpengaruh terhadap hasil GKG yang diperoleh pada penelitian. Penyakit yang ada pada vase vegetatif yaitu hawar daun jingga (red stripe), tanaman yang terserang penyakit ini hanya satu galur yaitu IPB117-F sedangkan pada galur-galur lain yang diuji dan juga kedua varietas pembanding tidak terserang, galur ini terserang pada semua ulangan tetapi hal ini tidak berpengaruh terhadap hasil produksi karena pada masa pembungaan penyakit ini mulai menghilang. Selain hawar daun jingga beberapa galur juga terserang penyakit kerdil rumput (grassy stunt) yang menyebabkan tanaman tidak bisa tumbuh besar dan menghasilkan malai, tanaman menjadi kerdil seperti rumput. Penyakit ini bisa menular melalui vektor pembawa yaitu wereng coklat sehingga apabila pada lahan terdapat wereng coklat maka hasil produksi akan berkurang secara drastis karena tanaman akan menjadi kerdil dan tidak bias mengeluarkan malai, namun pada penelitian ini di lokasi tidak terdapat wereng coklat sehingga penyakit kerdil rumput tidak menyebar ke banyak tanaman sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap hasil GKG yang didapat. (a) (b) Gambar 2. Tanaman yang Terserang Penyakit (a) Tanaman yang terserang penyakit kerdil rumput (grassy stunt), dan (b) Tanaman yang terseranghawar daun jingga (red stripe) Produktivitas Galur Padi tipe baru memiliki karakter-karakter seperti: jumlah anakan yang sedikit dengan jumlah anakan yang tidak produktif sedikit, memiliki jumlah bulir

24 12 permalai mencapai bulir, tinggi tanaman cm, dengan batang tebal, memiliki daun hijau tua dan tegak, memiliki sistem akar yang vigor, umur panen hari, dan meningkatkan indeks panen ( Peng et al., 1994 ). Las et al. (2003) menambahkan potensi hasil PTB 10-25% lebih tinggi dibandingkan dengan varietas unggul yang ada saat ini. Tabel 2. Nilai Produksi GKG (t/ha) pada Kadar Air 14% No Galur/Genotipe U1 U2 U3 Rerata %Produksi terhadap Ciherang IR64 1 IPB102-F IPB107-F-16E IPB107-F IPB107-F IPB107-F IPB116-F IPB116-F IPB117-F Ciherang IR KK % Bobot GKG dalam percobaan ini mempunyai rataan berkisar antara ton/ha. Galur-galur yang diuji memiliki rataan potensi hasil yang bervariasi ada yang di bawah varietas pembanding dan ada juga yang potensi hasilnya melebihi potensi hasil varietas pembanding. Galur-galur yang memiliki rataan potensi hasil diatas varietas pembanding antara lain IPB107-F-16E-3-1, IPB107- F , IPB107-F , dan IPB116-F yang memiliki rataan produktivitas berturut-turut 7.40, 6.32, 6.36, dan 6.4 ton/ha, sedangkan produktifitas varietas pembanding Ciherang dan IR64 berturut-turut adalah 6.12 dan 5,98 ton/ha. Perhitungan potensi hasil ini dengan cara menghitung hasil dari rumpun yang dipanen di setiap petakan dikalikan dengan jumlah rumpun yang bisa ditanam dalam satu hektar. Galur IPB107-F-16E-3-1 yang memiliki potensi hasil yang setara dengan varietas pembanding namun memiliki persentase potensi hasil lebih tinggi, pada petakannya hanya sedikit rumpun yang bisa dipanen karena banyak dari rumpunrumpun galur ini yang terserang penyakit pada saat pertumbuhan vegetatif, namun

25 13 dari sedikit rumpun yang bisa dipanen galur ini memiliki jumlah anakan yang lebih banyak dibandingkan dengan varietas pembanding (Tabel 3). Persentase hasil menunjukan bahwa peningkatan potensi hasil gabah kering giling galur-galur yang diuji dibandingkan dengan varietas pembanding Ciherang berkisar antara %, sedangkan apabila dibandingkan dengan varietas pembanding IR64 berkisar antara %. Sementara dari rataan potensi hasil gabah kering giling galur-galur yang diuji ada juga yang mempunyai persentase di bawah varietas pembanding antara lain galuripb102-f dan IPB116-F yang mempunyai rataan produktivitas 5.31 dan 5.95 ton/ha. Las et al., (2003) menyatakan bahwa salah satu ciri dari PTB adalah memliki potensi hasil 10-25% dibandingkan dengan varietas unggul yang ada saat ini. Keragaan Galur Potensi hasil dari suatu varietas atau galur dipengaruhi oleh komponen produksi dari galur atau varietas tersebut. Purohit dan Majumder (2009) menyatakan bahwa potensi hasil dipengaruhi oleh karakter jumlah anakan produktif, jumlah gabah isi per malai dan bobot 1000 butir gabah. Karakter vegetatif yang diamati pada penelitian ini meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan total, jumlah anakan produktif dan persen anakan produktif. Tinggi tanaman dan anakan produktif merupakan karakter agronomi penting dan dapat dijadikan identitas penting suatu genotipe. Galur-galur yang diuji memiliki perbedaan tinggi tanaman yang nyata dengan varietas pembanding, baik itu lebih tinggi maupun lebih pendek dibanding dengan varietas pembanding, kecuali galur IPB117-F yang memiliki tinggi 114 cm, galur ini tidak berbeda nyata dengan kedua varietas pembanding meskipun mempunyai tinggi yang lebih dibandingkan dengan kedua varietas pembnading yang masing masing mempunyai tinggi 111 dan 106 cm. Galur IPB107-F-16E-3-1, IPB116-F dan IPB116-F adalah galur-galur ang memiliki tinggi tanaman yang lebih rendah dibandingkan dengan varietas pembanding dan berbeda nyata dengan varietas pembanding Ciherang masing-masing memiliki tinggi tanaman bertutrut-turut 101, 99 dan 99 cm, adapun dari beberapa galur yang diuji galur IPB107-F memiliki tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan

26 14 galur-galur lain maupun varietas pembanding, galur ini mempunyai tinggi ratarata 124 cm hasil ini sangat berbeda nyata dengan kedua varietas pembanding. Galur lain yang memiliki tinggi tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan varietas pembanding adalah IPB102-F ,IPB107-F , dan IPB107-F tiga galur ini mempunyai tinggi tanaman yang berbeda nyata dengan varietas pembanding IR64 tinggi galur ini berturut-turut adalah 118, 117, dan 119 cm sedangkan untuk tinggi dari varietas pembanding IR64 adalah 106 cm. Standar tinggi tanaman yang ditetapkan IRRI untuk PTB paling rendah adalah 100 cm (Peng et al., 2008). Galur-galur yang diuji hampir semuanya sudah mempunyai tinggi tanaman yang memenuhi standar IRRI untuk PTB. Tabel 3. Nilai Rataan Karakter Vegetatif Pembanding Galur-Galur PTB dan Varietas No Galur/Genotipe TT JAT JAP % AP 1 IPB102-F b 15 b 11 b IPB107-F-16E a a 3 IPB107-F b 15 b 11 b IPB107-F b IPB107-F ab 15 b IPB116-F a 15 b 9 ab 60 ab 7 IPB116-F a 14 b IPB117-F b 11 b Ciherang IR Keterangan: TT = Tinggi Tanaman (cm) JAT = Jumlah Anakan Total JAP = Jumlah Anakan Produktif (batang) %AP = persen anakan produktif a = berbeda nyata dengan Ciherang pada taraf 5% b = berbeda nyata dengan IR64 pada taraf 5% Tinggi tanaman ini tidak berpengaruh langsung terhadap produksi, tetapi berpengaruh terhadap panjang malai yang dimiliki tanaman tersebut. Galur IPB107-F yang memiliki tinggi tanaman lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan kedua varietas pembanding galur ini memiliki panjang malai yang lebih panjang dibandingkan dengan galur-galur lain yang diuji dan juga kedua varietas pembanding panjang malai dari galur ini adalah 32.4 cm (Tabel 4), sedangkan untuk potensi hasil galur ini memiliki potensi hasil yang lebih besar dibandingkan dengan kedua varietas pembanding meskipun tidak berbeda nyata yaitu sebesar 6.36 ton/ha (Tabel 2).

27 15 Jumlah anakan sangat bervariasi pada semua galur yang diuji. Kisaran jumlah anakan pada galur-galur yang diuji adalah batang. Galur-galur yang diuji memiliki jumlah anakan total lebih sedikit dibandingkan dengan varietas pembanding, hanya ada satu galur yang memiliki jumlah anakan total lebih banyak dibandingkan dengan varietas pembanding yaitu galur IPB107-F-16E-3-1 yang memiliki rata-rata jumlah anakan total 24 batang, tetapi jumlah ini tidak berbeda nytata dengan kedua varietas pembanding yang memiliki rata-rata jumlah anakan total berturut-turut Ciherang dan IR64 18 dan 22 batang. Galur IPB107-F- 16E-3-1 juga merupakan galur yang memiliki potensi hasil lebih tinggi dibandingkan dengan kedua varietas pembanding, selain itu galur ini juga memiliki jumlah gabah permalai yang lebih banyak dibandingkan dengan galur lain yang diuji juga dengan kedua varietas pembanding (Tabel 4). Galur-galur yang miliki jumlah anakan yang lebih rendah dibandingkan dengan varietas pembanding adalah IPB102-F , IPB107-F , IPB116- F dan IPB117-F yang memiliki jumlah total anakan berturut-turut adalah 15 batang, 15 batang, 14 batang, dan 13 batang anakan, jumlah ini berbeda nyata dengan varietas pembanding IR64 yang mempunyai jumlah anakan total 22 batang namun tidak berbeda nyata dengan Ciherang yang mempunyai jumlah anakan total 18 batang. Galur-galur lain yang memiliki jumlah total anakan yang lebih sedikit dibandingkan dengan varietas pembanding tetapi tidak berbeda nyata adalah IPB107-F , IPB107-F dan IPB116-F Jumlah anakan produktif pada galur-galur yang diuji juga memiliki jumlah yang sangat bervariasi mulai dari 9-16 batang. Galur yang memiliki jumlah anakan produktif lebih banyak dibandingkan dengan varietas pembanding Ciherang adalah galur IPB107-F-16E-3-1 yang memiliki jumlah anakan produktif sebanyak 16 batang meskipun tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding Ciherang, namun jumlah ini masih lebih rendah dibandingkan dengan jumlah anakan produktif yang dimiliki varietas pembanding IR64 yang memiliki anakan produktif berurut-turut 17 batang. Galur-galur yang diuji rata-rata memiliki jumlah anakan produktif kurang dari 13 batang hal ini di karenakan karena jumlah anakan total yang dihasilkan oleh galur-galur ini juga lebih sedikit kecuali galur IPB107-F-16E-3-1 yang memiliki jumlah anakan yang melebihi jumlah anakan

28 16 kedua varietas pembanding, namun jika dilihat dari prosentasenya maka galur IPB107-F-16E-3-1 termasuk galur yang mempunyai persentase jumlah anakan produktif yang lebih sedikit dibandingkan dengan galur lainya karena dari 24 batang jumlah total anakan yang dimiliki hanya ada 16 batang anakan yang produktif. Galur IPB116-F merupakan galur yang memiliki jumlah anakan produktif lebih sedikit dibandingkan dengan galur-galur lain yang diuji bahkan berbeda nyata lebih sedikit dibandingkan dengan kedua varietas pembanding, sedangkan galur IPB102-F hanya berbeda nyata dengan varietas pembanding IR64 saja. Galur IPB116-F merupakan galur yang memiliki persentase jumlah anakan produktif lebih banyak dibandingkan dengan galurgalur lain yang diuji maupun dengan kedua varietas pembanding karena dari 14 jumlah anakan total yang dimiliki jumlah anakan produktifnya sebanyak 13 batang, meskipun galur-galur yang diuji memiliki jumlah anakan yang lebih sedikit dibandingkan dengan kedua varietas pembanding kecuali galur IPB107-F- 16E-3-1 namun tidak berbanding lurus dengan potensi hasil dari galur-galur yang diuji karena dari sedikitnya anakan ini bisa ditutupi dengan panjang malai yang lebih panjang dan jumlah gabah per malai yang lebih banyak dibandingkan dengan kedua varietas pembanding (Tabel 4). Khush (2000) menjelaskan bahwa salah satu sifat yang diharapkan dari pembentukan PTB adalah jumlah anakan produktif sedikit (8-10 batang). Dalam percobaan ini hampir semua galur memiliki anakan produktif yang relatif sedikit dibandingkan dengan kedua varietas pembanding. Persentase anakan produktif pada galur-galur yang diuji juga memiliki jumlah yang sangat bervariasi mulai dari %. Galur yang mimiliki persentase anakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan galur-galur lain yang diuji dan varietas pembanding adalah galur IPB116-F yang memiliki persentase anakan produktif 92.8 % meskipun tidak berbeda nyata dengan kedua varietas pembanding Ciherang dan IR64 yang memiliki persentase anakan produktif 88.8 dan 81.8 %. Galur IPB116-F ini selain memiliki persentase jumlah anakan yang lebih besar dibandingkan dengan kedua varietas pembanding namun juga memiliki potensi hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua

29 17 varietas pembanding (Tabel 2). Abdullah et al (2008) dalam tulisanya menyatakan bahwasanya salah satu ciri dari PTB adalah memiliki jumlah anakan yang sedikit dan sedikit anakan yang tidak produktif. Galur IPB107-F-16E-3-1 merupakan galur yang mempunyai persentase anakan produktif yang lebih rendah dibandingkan dengan galur-galur lain yang diuji dan juga kedua varietas pembanding yaitu sebesar 66.6 % jumlah ini berbeda nyata dengan varietas pembanding Ciherang yang memiliki persentase anakan 88.8 %. Persentase anakan produktif yang dimiliki galur IPB107-F-16E-3-1 ini berbanding terbalik dengan jumlah anakan total yang dimiliki, meskipun memiliki persentase jumlah anakan produktif yang rendah galur ini masil memiliki jumlah anakan produktif yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas pembanding Ciherang dan juga potensi hasil dari galur ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan kedua varietas pembanding (Tabel 2). Komponen produksi lainya yang diamati adalah panjang malai, jumlah gabah total per malai, jumlah gabah isi, persentase gabah hampa per malai dan bobot 1000 butir gabah isi. Panjang malai galur-galur yang diuji memiliki kisaran antara cm. Panjang malai dari tiap galur yang diuji memiliki perbedaan yang nyata dengan kedua varietas pembanding kecuali galur IPB116-F yang hanya berbeda nyata dengan varietas pembanding Ciherang namun masih lebih panjang dibandingkan dengan varietas pembanding IR64 meskipun tidak berbeda nyata. Galur IPB107-F merupakan galur yang memiliki panjang malai lebih panjang dibandingkan dengan galur-galur lain yaitu cm, sedangkan galur-galur lain yang diuji memiliki panjang malai di atas 28 cm dan kedua varietas pembanding Ciherang dan IR64 memiliki panjang malai berturutturut dan 25.7 cm. Jumlah gabah total per malai yang terdiri dari jumlah gabah isi dan jumlah gabah hampa berkisar antara butir, jumlah ini berbeda nyata dengan kedua varietas pembanding Ciherang dan IR64 yang memiliki jumlah gabah total 171 dan 168 butir per malai. Jumlah gabah per malai terbanyak dihasilkan oleh galur IPB107-F-16E-3-1 yang meiliki jumlah gabah total sebanyak 347 butir, sedangkan dari galur-galur yang diuji galur IPB116-F memiliki jumlah gabah total per malai lebih sedikit yaitu 235 butir per malai.

30 18 Tabel 4. Nilai Rataan Karakter Generatif Galur-Galur PTB dan Pembanding Varietas No Galur/Genotipe PM JGT JGI GH BG 1 IPB102-F ab 335 ab 226 ab IPB107-F-16E ab 347 ab 245 ab ab 3 IPB107-F ab 304 ab 225 ab ab 4 IPB107-F ab 301 ab 197 ab a 5 IPB107-F ab 325 ab 247 ab IPB116-F a 235 ab IPB116-F ab 262 ab 203 ab IPB117-F ab 298 ab 205 ab Ciherang IR Keterangan: PM = Panjang malai (cm) JGT=jumlah gabah Total permalai JGI=Jumlah Gabah Isi GH = Gabah Hampa (%) BG = Bobot 1000 bulir (g) a = berbeda nyata dengan Ciherang pada taraf 5% b = berbeda nyata dengan IR64 pada taraf 5% Panjang malai dan jumlah gabah total per malai yang dihasilkan ini mampu menutupi kekurangan anakan pada galur-galur yang diuji sehingga masih bisa menghasilkan potensi hasil yang tidak berbeda nyata dengan kedua varietas pembanding, bahkan pada beberapa galur memiliki potensi hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua varietas pembanding (Tabel 2). Persentase gabah hampa galur-galur yang diuji berkisar antara %, hasil ini tidak berbeda nyata dengan kedua varietas pembanding Ciherang dan IR64 yang memiliki persentase gabah hampa dan %. Galur IPB116-F merupakan galur yang memiliki persentase gabah hampa lebih sedikit dibandingkan dengan galur-galur lain yang diuji dan kedua varietas pembanding yaitu sebesar 22.6 %, galur ini juga memilik potensi hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua varietas pembanding.

31 19 (a) Gambar 3. Penampilan Malai (atas) Jumlah malai per rumpun galur-galur yang diuji dan varietas pembanding, dan (bawah) Panjang malai galur-galur yang diuji yang diuji dan varietas pembanding. Bobot 1000 butir gabah isi galur-galur yang diuji masih di bawah kedua varietas pembanding kecuali galur IPB117-F yang memilik bobot g sedangkan kedua varietas pembanding Ciherang dan IR64 memiliki bobot dan g, meskipun memiliki bobot 1000 butir lebih tinggi galur ini memiliki potensi hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan varietas pembanding Ciherang tetapi masih lebih tinggi dibandingkan dengan varietas pembanding IR64 hal ini disebabkan karena galur ini memiliki jumlah anakan dan juga jumlah anakan produktif yang lebih sedikit dibandingkan dengan kedua varietas pembanding (Tabel 3). Galur IPB107-F-16E-3-1 memiliki bobot 1000 butir yang

32 20 berbeda nyata lebih rendah dibandingkan kedua varietas pembanding yaitu seberat 23.2 g, namun hal ini tidak mempengaruhi potensi hasil karena masih tertutupi dengan panjang malai yang lebih panjang, jumlah gabah total permalai yang lebih banyak dan juga jumlah anakan total yang lebih banyak dibandingkan dengan kedua varietas pembanding sehingga galur ini masil memliki potensi hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua varietas pembanding. Tabel 6. Umur Berbunga Dan Panen Galur-Galur PTB dan Varietas Pembanding No Galur/Genotipe UB UP Masa Pengisian 1 IPB102-F IPB107-F-16E IPB107-F IPB107-F IPB107-F IPB116-F IPB116-F IPB117-F Ciherang IR Keterangan : UB = Umur Berbunga (hari) UP = Umur Panen (hari) Umur tanaman berbunga 50% berkisar antara hari setelah tebar. Galur IPB116-F dan IPB116-F berbunga 8 hari sebelum Ciherang dan 2 hari sebelum IR64, dan galur IPB107-F dan IPB107-F memiliki sama dengan varietas pembanding Ciherang yaitu 79 hari setelah tebar dan 6 hari setelah varietas pembanding IR64 berbunga. Penentuan waktu panen dihitung sejak tanaman ditebar hingga tanaman sudah siap untuk dipanen yaitu bulir sudah mulai masak penuh, umur panen galurgalur yang diuji mulai dari 105 hari setelah tebar sampai 114 hari setelah tebar. Semua galur yang diuji termasuk tanaman yang memiliki umur panen yang genjah. Galur IPB116-F merupakan galur yang mempunyai umur penen 11 hari sebelum Ciherang dan 7 hari sebelum IR64 dipanen. selain itu galur ini juga mempunyai peningkatan potensi hasil sebesar 4.5% pada varietas Ciherang dan 7% pada varietas IR64. Sementara untuk masa pengisian dari galur berkisar antara 29 hari sampai dengan 37 hari sedangkan untuk kedua varietas pembanding

33 21 Ciherang dan IR64 berturut-turut adalah 37 dan 39 hari. Penentuan masa pengisian ini adalah selisih dari umur panen dan umur berbunga 50%. Pembentukan PTB di Indonesia diarahkan pada PTB yang mempunyai jumlah anakan sedang tetapi produktif semua (12-18 batang), jumlah gabah per malai butir, persentase gabah bernas 85-95%, bobot 1000 butir g, batang kokoh dan pendek (80-90 cm), umur genjah ( hari) (Abdullah et al., 2008). Semua galur yang diuji sudah memiliki sifat-sifat yang mendekati dari sifat-sifat yang diarahkan untuk pembentukan PTB di Indonesia.

34 KESIMPULAN Galur-galur yang diuji memiliki potensi hasil yang setara dengan varietas pembanding. Galur IPB107-F-16E-3-1 dan IPB116-F memiliki daya hasil yang tinggi yaitu 7.40 ton/ha dan 6.4 ton/ha. Sedangkan galur yang mempunyai ciri yang mendekati ciri-ciri padi tipe baru adalah galur IPB116-F , galur ini memiliki jumlah anakan, anakan produktif, tinggi tanaman, dan umur tanaman yang hampir mendekati ciri-ciri padi tipe baru (PTB). Galur IPB116-F memiliki umur panen yang lebih genjah dibandingkan dengan kedua varietas pembanding yaitu 105 hari setelah tebar umur panen ini 11 hari sebelum varietas pembanding Ciherang dan 7 hari sebelum varietas pembanding IR64. SARAN 1. Galur IPB107-F dan IPB116-F memiliki potensi hasil dan kriteria cukup baik untuk dilepas menjadi varietas unggul baru. 2. Sebaiknya galur juga dicoba ditanam dengan jarak tanam yang lebih rapat, misal dengan jarak tanam legowo 2:1 (40 X 20 X 10).

35 DAFTAR PUSTAKA Abdullah, B Perkembangan penelitian padi tipe baru. Berita Puslitbang 25:1-3. Abdullah, B., S. Tjokrowidjojo, dan Sularjo Perkembangan dan prospek perakitan padi tipe baru di Indonesia. J. Litbang Pertanian 27:1-9. Badan Pusat Statistik Produksi Tanaman Padi. [25 Januari 2011]. Gomez, K. A. dan A.A. Gomez Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. (Endang S. dan Justika S. B., Penerjemah). Universitas Indonesia Press. Jakarta. 698 p. Khush, G.S New plant type of rice for increasing the genetic yield potencial. In Nanda JS. Rice Breeding and Genetics : Research Priorities and Challenges. Enfield, USA : Scince Publishers,Inc. p Las, I., B. Abdullah, dan A.A. Drajat Padi tipe baru dan padi hibrida mendukung ketahanan pangan. [21 Januari 2011]. Peng, S., dan Khush, G.S Four decades of breeding for varietal improvement of irrigated lowland rice in the International Rice Research Institute. Plant Prod. Sci. 6 (3): Peng, S., Khush, G.S., Virk, P., Tang, Q., dan Zou, Y Progress in idiotype breeding to increase rice yield potentual. Field Crops Research 108: Phoelman, J.M. and D.A. Sleper Breeding Field Crops. Fourth Edition. Van Nonstroad Rinhaid. Newyork.494p. Purohit, S. and M.K. Majumder Selection of high yielding rice variety from a cold tolerant three-way rice (Oryza sativa L.) cross involving. Indica, Japonica, and wide compatible variety. Middle-East J. Sci. Res 4(1): Suhartatik, E Teknik pemuukan nitrogen pada padi hibrida dan padi tipe baru. Berita Puslitbang 28:4-5. Suprihatno, B., Drajat, AA., Satoto, Baehaki, SE., Suprihanto, Setyono, A., Indrasri SD., Samaullah MY., dan Sembiring H Deskripsi Varietas Padi. Sukamandi. 109 hal. Susanto, U., A.A. Darajat, dan B. Suprihatno Perkembangan pemuliaan padi sawah di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 22(3): Yang, W., Peng, S., Laza, R.C., Visperas, R.M., dan Dionosese, M.L Grain yield and yield attributes of new plant type and hybrid rice. Crop Sci. 47:

36 LAMPIRAN

37 25 Lampiran 1. Denah percobaan ULANGAN ULANGAN ULANGAN Keterangan : No Galur No Galur 1 IPB102-F IPB116-F IPB107-F-16E IPB116-F IPB107-F IPB117-F IPB107-F Ciherang 5 IPB107-F IR64

38 Lampiran 2. Gambar Tanaman di lokasi Percobaan 26

39 27 Lampiran 3. Deskripsi Varietas Ciherang Nomor seleksi : S3383-ID-PN Asal persilangan : IR /3*IR //4*IR64 Golongan : Cere Umur tanaman : hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : cm Anakan produktif : batang Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau Muka daun : Kasar pada sebelah bawah Posisi daun : Tegak Daun bendera : Tegak Betuk gabah : Panjang ramping Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang Kerebahan : Sedang Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 23% Indeks glikenik : 54.9 Bobot 1000 butir : 28 g Rata-rata hasil : 6.0 t/ha Potensi hasil : 8.5 t/ha Ketahanan terhadap Hama : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3 Penyakit : Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan IV Anjuran tanan : Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 500 m dpl. Pemulia : Tarjat T, Z. A. Simanullang, E. Sumadi dan Aan A. Daradjat Alasan utama dilepas : Lebih tahan HDB disbanding IR64, produktivitas tinggi, mutu dan rasa nasi setara IR64, indeks glikemik rendah Dilepas tahun : 2000

40 28 Lampiran 4. Deskripsi Varietas IR64 Nomor seleksi : IR Asal persilangan : IR5657/IR2061 Golongan : Cere Umur tanaman : hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : cm Anakan produktif : batang Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau Muka daun : Kasar Posisi daun : Tegak Daun bendera : Tegak Betuk gabah : Ramping, panjang Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Tahan Kerebahan : Tahan Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 23% Indeks glikenik : 70 Bobot 1000 butir : 24.1 g Rata-rata hasil : 5.0 t/ha Potensi hasil : 6.0 t/ha Ketahanan terhadap Hama : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2 dan agak tahan biotipe 3 Penyakit : Agak tahan terhadap hawar daun bakteri strain IV tahan virus kerdil rumput Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah s ampai sedang Pemulia : Intoduksi dari IRRI Dilepas tahun : 1986

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Ragam Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati. Hasil rekapitulasi analisis ragam (Tabel 2), menunjukkan adanya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi Peningkatan hasil tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik bercocok tanam yang baik dan dengan peningkatan kemampuan berproduksi sesuai harapan

Lebih terperinci

Lampiran 1. BaganPenelitian U I U II U III S1 S2 S3 V1 V2 V3 V2 V1 V cm V3 V3 V1 S2 S3 S1 V cm. 50 cm V1. 18,5 m S3 S1 S2.

Lampiran 1. BaganPenelitian U I U II U III S1 S2 S3 V1 V2 V3 V2 V1 V cm V3 V3 V1 S2 S3 S1 V cm. 50 cm V1. 18,5 m S3 S1 S2. Lampiran 1. BaganPenelitian U I U II U III T V1 V2 V3 U S V2 V1 V2 B 150 cm V3 V3 V1 100 cm V3 V3 V1 50 cm V1 V2 V3 18,5 m V2 V1 V2 V3 V1 V1 V2 V2 V2 5,5 m V1 V3 V3 80 cm 300 cm Lampiran 2.Bagan Tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf

Lebih terperinci

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Data pengamatan tinggi tanaman padi (cm) pada umur 3 MST pada P0V1 60.90 60.33 59.33 180.57 60.19 P0V2 53.33 59.00 58.33 170.67 56.89 P0V3 62.97 61.33 60.97 185.27 61.76 P1V1 61.57 60.03 59.33

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase: (1) vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial); (2) reproduktif (primordial

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi Sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131- 3-1///IR64

Lebih terperinci

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3 Nomor persilangan : BP3448E-4-2 Asal persilangan : Digul/BPT164-C-68-7-2 Golongan : Cere Umur tanaman : 110 hari Bentuk tanaman : Sedang Tinggi tanaman : 95

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

V4A2(3) V3A1(1) V2A1(2) V3A1(2) V1A1(1) V5A2(1) V3A2(3) V4A1(3) V1A2(2)

V4A2(3) V3A1(1) V2A1(2) V3A1(2) V1A1(1) V5A2(1) V3A2(3) V4A1(3) V1A2(2) 64 Lampiran 1. Lay Out Penelitian V4A2(3) V3A1(1) V2A1(2) V2A1(3) V4A1(2) V1A1(3) V3A1(3) V2A2(2) V3A1(2) V1A1(1) V5A2(1) V3A2(3) V4A1(3) V4A1(1) V5A1(2) V4A2(1) V2A2(1) V1A2(3) V3A2(2) V4A2(2) V2A1(1)

Lebih terperinci

Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi 2008 Nama Varietas Tahun Tetua Rataan Hasil Pemulia Golongan Umur tanaman

Lebih terperinci

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit LAMPIRAN 30 31 Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-31//IR19661131-3-

Lebih terperinci

UJI DAYA HASIL LANJUT 30 GALUR HARAPAN PADI (Oryza sativa L.) TIPE BARU (PTB) DEDE TIARA A

UJI DAYA HASIL LANJUT 30 GALUR HARAPAN PADI (Oryza sativa L.) TIPE BARU (PTB) DEDE TIARA A UJI DAYA HASIL LANJUT 30 GALUR HARAPAN PADI (Oryza sativa L.) TIPE BARU (PTB) DEDE TIARA A24062913 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN DEDE TIARA.

Lebih terperinci

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A34403066 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam revitalisasi pertanian. Sejalan dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN U1 U2 U3 T2 T3 T1 T3 T1 T2 T1 T2 T3 U4 U5 U6 T1 T3 T2 T1 T3 T2 T2 T3 T1 U7 U8 U9 T3 T1 T2 T2 T1 T3 T3 T1 T2

LAMPIRAN U1 U2 U3 T2 T3 T1 T3 T1 T2 T1 T2 T3 U4 U5 U6 T1 T3 T2 T1 T3 T2 T2 T3 T1 U7 U8 U9 T3 T1 T2 T2 T1 T3 T3 T1 T2 LAMPIRAN Lampiran 1. Bagan Penelitian U U1 U2 U3 T2 T3 T1 T3 T1 T2 T1 T2 T3 U4 U5 U6 T1 T3 T2 T1 T3 T2 T2 T3 T1 U7 U8 U9 T3 T1 T2 T2 T1 T3 T3 T1 T2 Keterangan: U T1 T2 T3 : : Padi Sawah : Padi Gogo : Rumput

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deksripsi Varietas Padi CISADANE

Lampiran 1. Deksripsi Varietas Padi CISADANE Lampiran 1. Deksripsi Varietas Padi CISADANE Nomor seleksi : B2484B-PN-28-3-MR-1 Asal persilangan : Pelita I-1/B2388 Golongan : Cere, kadang-kadang berbulu Umur tanaman : 135-140 hari Bentuk tanaman :

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi padi varietas Ciherang (Supriatno et al., 2007)

Lampiran 1. Deskripsi padi varietas Ciherang (Supriatno et al., 2007) Lampiran 1. Deskripsi padi varietas Ciherang (Supriatno et al., 2007) Asal persilangan : IR 18349-53-1-3-1-3/IR 19661-131-3-1//IR 19661-131-3-1///IR 64////IR 64 Umur tanaman : 116-125 hari Bentuk tanaman

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1 Deskripsi dan gambar varietas tanaman padi. 1. Deskripsi Varietas Padi Ciherang (Suprihatno et al. 2009)

LAMPIRAN. Lampiran 1 Deskripsi dan gambar varietas tanaman padi. 1. Deskripsi Varietas Padi Ciherang (Suprihatno et al. 2009) 40 LAMPIRAN Lampiran 1 Deskripsi dan gambar varietas tanaman padi 1. Deskripsi Varietas Padi Ciherang (Suprihatno et al. 2009) Nomor seleksi : S3383-1D-PN-41-3-1 Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-1-3//4*IR64

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

: tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, 3 dan Sumatera Utara Ketahanan terhadap penyakit

: tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, 3 dan Sumatera Utara Ketahanan terhadap penyakit LAMPIRAN 52 Lampiran 1. Deskripsi Varietas Aek Sibundong Nomor pedigri : BP1924-1E-5-2rni Asal persilangan : Sitali/Way Apo Buru//2*Widas Golongan : Cere Umur tanaman : 108-125 hari Bentuk tanaman : Tegak

Lebih terperinci

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI AANB. Kamandalu dan S.A.N. Aryawati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali ABSTRAK Uji daya hasil beberapa galur harapan

Lebih terperinci

UJI DAYA HASIL 10 GALUR PADI (Oryza sativa L.) TIPE BARU DENGAN 2 VARIETAS PEMBANDING DI CIANJUR RENDRA PRATAMA YUSUF

UJI DAYA HASIL 10 GALUR PADI (Oryza sativa L.) TIPE BARU DENGAN 2 VARIETAS PEMBANDING DI CIANJUR RENDRA PRATAMA YUSUF UJI DAYA HASIL 10 GALUR PADI (Oryza sativa L.) TIPE BARU DENGAN 2 VARIETAS PEMBANDING DI CIANJUR RENDRA PRATAMA YUSUF DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Sumber : Deskripsi Varietas Padi, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

Sumber : Deskripsi Varietas Padi, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi 22 Lampiran 1 Deskripsi Varietas Inpari 13 INPARI 13 Nomor seleksi : OM 1490 Golongan : Cere Umur tanaman : 103 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 101 cm Anakan produktif : 17 Warna kaki : Hijau

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Padi Varietas Cibogo. Asal Persilangan :S487B-75/IR //IR I///IR 64////IR64

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Padi Varietas Cibogo. Asal Persilangan :S487B-75/IR //IR I///IR 64////IR64 Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Padi Varietas Cibogo Nomor seleksi : S3382-2D-PN-16-3-KP-I Asal Persilangan :S487B-75/IR 19661-131-3-1//IR 19661-131-3- I///IR 64////IR64 Golongan : Cere Umur tanaman : 115-125

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 533/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA ZY-64 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA ADIRASA-64

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 533/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA ZY-64 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA ADIRASA-64 KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 533/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA ZY-64 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA ADIRASA-64 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

J3V3 J1V3 J3V2 J1V2 J3V4 J1V5 J2V3 J2V5

J3V3 J1V3 J3V2 J1V2 J3V4 J1V5 J2V3 J2V5 Lampiran 1. Bagan Percobaan 1 2 3 J2V5 J1V2 J3V1 X X X X X X X X X X J1V4 J2V2 J3V3 X X X X X X X X X X J3V1 J3V4 J1V1 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X J2V3 J1V5 J2V4 X X X X X X X X X X J1V2 J3V5

Lebih terperinci

KERAGAAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU DI SUKABUMI DALAM RANGKA UJI MULTI LOKASI DENI HAMDAN PERMANA A

KERAGAAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU DI SUKABUMI DALAM RANGKA UJI MULTI LOKASI DENI HAMDAN PERMANA A KERAGAAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU DI SUKABUMI DALAM RANGKA UJI MULTI LOKASI DENI HAMDAN PERMANA A24061553 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

: Kasar pada sebelah bawah daun

: Kasar pada sebelah bawah daun Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Varietas : Ciherang Nomor Pedigree : S 3383-1d-Pn-41-3-1 Asal/Persilangan : IR 18349-53-1-3-1-3/IR Golongan : Cere Bentuk : Tegak Tinggi : 107 115 cm Anakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 119/Kpts/TP.240/2/2003 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIBRINDO R-2

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 119/Kpts/TP.240/2/2003 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIBRINDO R-2 KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 119/Kpts/TP.240/2/2003 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA 93011 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIBRINDO R-2 Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha meningkatkan

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR Charles Y. Bora 1 dan Buang Abdullah 1.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur. Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT

KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT Obyek koleksi varietas Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (Balai Besar PPMB-TPH) pada Tahun 2016, selain berupa

Lebih terperinci

POTENSI PRODUKSI GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU IPB DENGAN SISTEM BUDI DAYA LEGOWO

POTENSI PRODUKSI GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU IPB DENGAN SISTEM BUDI DAYA LEGOWO Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura POTENSI PRODUKSI GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU IPB DENGAN SISTEM BUDI DAYA LEGOWO Yield Potential Promising Line of New Plant Type of Rice Trough

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 377/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 377/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 377/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA SL - 11H SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA VARIETAS SL 11 SHS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

POTENSI PRODUKSI GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU IPB PADA SISTEM BUDI DAYA LEGOWO OLEH YUSUP KUSUMAWARDANA A

POTENSI PRODUKSI GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU IPB PADA SISTEM BUDI DAYA LEGOWO OLEH YUSUP KUSUMAWARDANA A POTENSI PRODUKSI GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU IPB PADA SISTEM BUDI DAYA LEGOWO OLEH YUSUP KUSUMAWARDANA A24052072 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Lampiran 1 Deskripsi varietas Inpari 6 Jete

Lampiran 1 Deskripsi varietas Inpari 6 Jete Lampiran 1 Deskripsi varietas Inpari 6 Jete Nomor seleksi : BP205D-KN-78-1-8 Asal persilangan : Dakava line 85/Membramo Golongan : Cere Umur tanaman : 118 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 100

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah

Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah LAMPIRAN 62 63 Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah Jenis Analisa Satuan Hasil Kriteria ph H 2 O (1:2,5) - 6,2 Agak masam ph KCl (1:2,5) - 5,1 - C-Organik % 1,25 Rendah N-Total % 0,14 Rendah C/N - 12 Sedang

Lebih terperinci

KAJIAN KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADI DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS SULAWESI SELATAN ABSTRAK PENDAHULUAN

KAJIAN KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADI DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS SULAWESI SELATAN ABSTRAK PENDAHULUAN KAJIAN KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADI DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS SULAWESI SELATAN 1 Maintang, 1 Asriyanti Ilyas 2 Edi Tando, 3 Yahumri 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi

Lebih terperinci

PENGUJIAN 10 GALUR HARAPAN PADI (Oryza sativa L.) TIPE BARU IPB DI DRAMAGA, BOGOR DALAM RANGKA UJI MULTILOKASI ISKANDAR ZULKARNAEN

PENGUJIAN 10 GALUR HARAPAN PADI (Oryza sativa L.) TIPE BARU IPB DI DRAMAGA, BOGOR DALAM RANGKA UJI MULTILOKASI ISKANDAR ZULKARNAEN PENGUJIAN 10 GALUR HARAPAN PADI (Oryza sativa L.) TIPE BARU IPB DI DRAMAGA, BOGOR DALAM RANGKA UJI MULTILOKASI ISKANDAR ZULKARNAEN DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Penampilan dan Produktivitas Padi Hibrida Sl-8-SHS di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan

Penampilan dan Produktivitas Padi Hibrida Sl-8-SHS di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan Penampilan dan Produktivitas Padi Hibrida Sl-8-SHS di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan Ali Imran dan Suriany Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRACT Study of SL-8-SHS hybrid rice

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR Oleh : Yudhi Mahmud Fakultas Pertanian Universitas Wiralodra, Jawa Barat

Lebih terperinci

LAMPIRAN B 1 C 4 F 4 A 4 D 1 E 2 G 1 C 1 C 3 G 2 A 1 B 4 G 3 C 2 F 2 G 4 E 4 D 2 D 3 A 2 A 3 B 3 F 3 E 1 F 1 D 4 E 3 B 2

LAMPIRAN B 1 C 4 F 4 A 4 D 1 E 2 G 1 C 1 C 3 G 2 A 1 B 4 G 3 C 2 F 2 G 4 E 4 D 2 D 3 A 2 A 3 B 3 F 3 E 1 F 1 D 4 E 3 B 2 Lampiran 1. Layout Penelitian LAMPIRAN B 1 C 4 F 4 A 4 D 1 E 2 G 1 C 1 C 3 G 2 A 1 B 4 G 3 C 2 F 2 G 4 E 4 D 2 D 3 A 2 A 3 B 3 F 3 E 1 F 1 D 4 E 3 B 2 Keterangan : A B C D E F G = Kontrol = Urea = Urea

Lebih terperinci

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO Sutardi, Kristamtini dan Setyorini Widyayanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta ABSTRAK Luas

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi tanaman padi menurut Tjitrosoepomo (2004) adalah sebagai

II.TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi tanaman padi menurut Tjitrosoepomo (2004) adalah sebagai 9 II.TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Taksonomi tanaman padi menurut Tjitrosoepomo (2004) adalah sebagai berikut : Regnum Divisio Sub Divisio Class Ordo Family Genus : Plantae

Lebih terperinci

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013 i UJI DAYA HASIL PENDAHULUAN GENERASI F5 PADI TIPE BARU TURUNAN TIGA KOMBINASI PERSILANGAN SITI NURHIDAYAH A24080012 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

Lebih terperinci

UJI DAYA HASIL DELAPAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) YIELD TRIAL OF EIGHT PROMISING LINES OF LOWLAND RICE (Oryza sativa, L.

UJI DAYA HASIL DELAPAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) YIELD TRIAL OF EIGHT PROMISING LINES OF LOWLAND RICE (Oryza sativa, L. UJI DAYA HASIL DELAPAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) YIELD TRIAL OF EIGHT PROMISING LINES OF LOWLAND RICE (Oryza sativa, L.) Suciati Eka Chandrasari 1, Nasrullah 2, Sutardi 3 INTISARI Delapan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 517/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 517/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA PHB71 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA VARIETAS PP-1 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 132/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 132/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 132/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA P.05 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA VARIETAS MAPAN-P.05 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping itu Indonesia merupakan daerah agraris dengan profesi utama penduduknya sebagai petani terutama

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU DI LAHAN SAWAH TADAH HUJAN KALIMANTAN SELATAN THE PERFORMANCE OF SOME NEW RICE AT RAINFED LOWLAND SOUTH KALIMANTAN Khairuddin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

UJI PERBEDAAN SISTEM JAJAR LEGOWO TERHADAP BEBERAPA VARIETAS TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA SAWAH TADAH HUJAN SKRIPSI SARLYONES KAFISA

UJI PERBEDAAN SISTEM JAJAR LEGOWO TERHADAP BEBERAPA VARIETAS TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA SAWAH TADAH HUJAN SKRIPSI SARLYONES KAFISA UJI PERBEDAAN SISTEM JAJAR LEGOWO TERHADAP BEBERAPA VARIETAS TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA SAWAH TADAH HUJAN SKRIPSI SARLYONES KAFISA 100301019 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO Yati Haryati dan Agus Nurawan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Jl. Kayuambon No. 80 Lembang, Bandung Email : dotyhry@yahoo.com

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 131/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 131/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 131/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA P.02 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA VARIETAS MAPAN-P.02 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teoritis 2.1.1. Sawah Tadah Hujan Lahan sawah tadah hujan merupakan lahan sawah yang dalam setahunnya minimal ditanami satu kali tanaman padi dengan pengairannya sangat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 71/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA H 34 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIPA 5 CEVA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 71/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA H 34 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIPA 5 CEVA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 71/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA H 34 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIPA 5 CEVA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih Pengertian 2.2. Klasifikasi Umum Tanaman Padi

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih Pengertian 2.2. Klasifikasi Umum Tanaman Padi II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih 2.1.1. Pengertian Benih adalah biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan di dalam usaha tani, yang mana memiliki fungsi secara agronomis atau merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Rumah kaca University Farm, Cikabayan, Dramaga, Bogor. Ketinggian tempat di lahan percobaan adalah 208 m dpl. Pengamatan pascapanen dilakukan

Lebih terperinci

Keragaan Beberapa Varietas Unggul Baru Padi pada Lahan Sawah di Kalimantan Barat

Keragaan Beberapa Varietas Unggul Baru Padi pada Lahan Sawah di Kalimantan Barat Keragaan Beberapa Varietas Unggul Baru Padi pada Lahan Sawah di Kalimantan Barat Agus Subekti 1 dan Lelya Pramudyani 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat 2 Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Bagan Penelitian di Rumah Kasa FP USU

Lampiran 1. Bagan Penelitian di Rumah Kasa FP USU Lampiran 1. Bagan Penelitian di Rumah Kasa FP USU U P7 P3 P5 P4 P0 P2 P8 P5 P3 P5 P8 P4 P1 P6 P8 P3 P7 P6 P6 P1 P7 P0 P2 P1 P2 P4 P0 U1 U2 U3 Lampiran 2. Prosedur Metode Bray II Prinsip : P tersedia tanah

Lebih terperinci

Lampiran 2. Analisis ragam tinggi tanaman umur 40 HST setelah aplikasi pupuk organik padat

Lampiran 2. Analisis ragam tinggi tanaman umur 40 HST setelah aplikasi pupuk organik padat LAMPIRAN 83 84 Lampiran 1. Analisi ragam tinggi tanaman umur 10 HST setelah aplikasi pupuk organik padat Perlakuan 216,603 20 10,830 1,81 0,0529 Jenis Tanah 12,532 2 6,266 1,05tn 0,3604 Penambahan Fe 69,770

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Padi Padi merupakan tanaman pertanian kuno yang sampai saat ini terus dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan merupakan tanaman pangan yang dapat

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

Lampiran I. Lay Out Peneltian

Lampiran I. Lay Out Peneltian Lampiran I. Lay Out Peneltian 49 Lampiran II. Deskripsi Varietas Mentik Wangi Asal Persilangan : Mentikwangi Golongan : Cere Umur Tanaman : 112-113 Hst Bentuk Tanaman : TegakTinggi Tanaman : 106-113 cm

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Tanaman padi saat berumur 1-3 MST diserang oleh hama keong mas (Pomacea caanaliculata). Hama ini menyerang dengan memakan bagian batang dan daun tanaman yang

Lebih terperinci

UJI DAYA HASIL LANJUTAN 30 GALUR PADI TIPE BARU GENERASI F6 HASIL DARI 7 KOMBINASI PERSILANGAN RAFIATUL RAHMAH

UJI DAYA HASIL LANJUTAN 30 GALUR PADI TIPE BARU GENERASI F6 HASIL DARI 7 KOMBINASI PERSILANGAN RAFIATUL RAHMAH UJI DAYA HASIL LANJUTAN 30 GALUR PADI TIPE BARU GENERASI F6 HASIL DARI 7 KOMBINASI PERSILANGAN RAFIATUL RAHMAH DEPERTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 531/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 531/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 531/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA MS 811 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA BRANG BIJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS SKRIPSI OLEH: WIWIK MAYA SARI /Pemuliaan Tanaman

KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS SKRIPSI OLEH: WIWIK MAYA SARI /Pemuliaan Tanaman KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza sativa L.)TERHADAP CEKAMAN ALUMINIUM SKRIPSI OLEH: WIWIK MAYA SARI 080307008/Pemuliaan Tanaman PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag

Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag LAMPIRAN 38 39 Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag Kadar total Satuan BF Slag Korea EF Slag Indonesia Fe 2 O 3 g kg -1 7.9 431.8 CaO g kg -1 408 260.0 SiO 2 g

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DENGAN BEBERAPA CARA PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI (Oryza sativa L.

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DENGAN BEBERAPA CARA PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI (Oryza sativa L. PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DENGAN BEBERAPA CARA PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI (Oryza sativa L.) METODE SRI SKRIPSI OLEH : ADIFA OLAN I. SIMATUPANG 040301004 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 72/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA H 36 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIPA 6 JETE

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 72/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA H 36 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIPA 6 JETE KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 72/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA H 36 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIPA 6 JETE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

INPARI 38, 39, DAN 41: VARIETAS BARU UNTUK LAHAN SAWAH TADAH HUJAN

INPARI 38, 39, DAN 41: VARIETAS BARU UNTUK LAHAN SAWAH TADAH HUJAN INPARI 38, 39, DAN 41: VARIETAS BARU UNTUK LAHAN SAWAH TADAH HUJAN Trias Sitaresmi, Yudhistira Nugraha, dan Untung Susanto BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI Disampaikan pada seminar Puslitbangtan, Bogor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asam Salisilat 1. Struktur Kimia Asam Salisilat Struktur kimia asam salisilat dan turunannya dapat dilihat pada Gambar 2 : Gambar 2. Struktur kimia asam salisilat dan turunannya

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) bukanlah tanaman asli Indonesia. Kedelai diduga berasal dari daratan China Utara atau kawasan subtropis. Kedelai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil, PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil, umur masak, ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta rasa nasi. Umumnya konsumen beras di Indonesia menyukai

Lebih terperinci

Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak. Morphological Characterization and Content of Sugar Some Sweet Potato Germplasm Local Lampung

Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak. Morphological Characterization and Content of Sugar Some Sweet Potato Germplasm Local Lampung Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Politeknik Negeri Lampung 29 April 2015 ISBN 978-602-70530-2-1 halaman 125-130 Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak Morphological Characterization

Lebih terperinci

Ana Tri Lestari, Jaenudin Kartahadimaja *, dan Nurman Abdul Hakim

Ana Tri Lestari, Jaenudin Kartahadimaja *, dan Nurman Abdul Hakim DOI: http://dx.doi.org/10.25181/jppt.v17i3.298 Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 17 (3): 165-169 pissn 1410-5020 http://www.jurnal.polinela.ac.id/jppt eissn 2047-1781 Uji Daya Hasil Empat Galur

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 130/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 130/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 130/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI KETAN PUTIH B10299B-MR-116-2-4-1-2 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA CIASEM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh 81 PEMBAHASAN UMUM Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan selama cekaman suhu rendah diantaranya; (a) faktor fisiologi, faktor lingkungan sebelum dan sesudah fase penting pertumbuhan dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR PADI SAWAH (Oryza sativa L) PADA TIGA JUMLAH BARIS CARA TANAM LEGOWO A. Harijanto Soeparman 1) dan Agus Nurdin 2) 1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas

Lebih terperinci

Reagen (PA) Konsentrasi mg/l CaCl 2.2H 2 O K 2 SO mm. 195 mg/l MgSO 4.7H 2 O. 12 mg/l Ket: 1 mm = 300 mg/l.

Reagen (PA) Konsentrasi mg/l CaCl 2.2H 2 O K 2 SO mm. 195 mg/l MgSO 4.7H 2 O. 12 mg/l Ket: 1 mm = 300 mg/l. 47 Lampiran 1. Komposisi Media Larutan Hara Minimum Miftahudin (00). Reagen (PA) Konsentrasi mg/l CaCl.H O 0,40 mm 10 mg/l K SO4 0.65 mm 195 mg/l MgSO 4.7H O 0.8 mm 75 mg/l NH 4 Cl 0.01 mm 3 mg/l NH 4

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR PADI TAHAN TUNGRO DI KABUPATEN BANJAR

PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR PADI TAHAN TUNGRO DI KABUPATEN BANJAR PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR PADI TAHAN TUNGRO DI KABUPATEN BANJAR Khairatun Napisah dan Muhammad Yasin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. Panglima Batur Barat 4

Lebih terperinci

PENGUJIAN GALUR HARAPAN PADI IPB DI PROVINSI LAMPUNG NURSIL OCSANARI

PENGUJIAN GALUR HARAPAN PADI IPB DI PROVINSI LAMPUNG NURSIL OCSANARI PENGUJIAN GALUR HARAPAN PADI IPB DI PROVINSI LAMPUNG NURSIL OCSANARI DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH IRIGASI DENGAN MENERAPKAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) DI KABUPATEN KLATEN PERFORMANCE OF SOME

Lebih terperinci

KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL

KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL 35 KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL Morphological and Agronomy Characters Of Various Types of Rice Cultivars Abstrak Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari karakter morfologi dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

PENGGUNAAN RADIASI SINAR GAMMA UNTUK PERBAIKAN DAYA HASIL DAN UMUR PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG DAN CEMPO IRENG

PENGGUNAAN RADIASI SINAR GAMMA UNTUK PERBAIKAN DAYA HASIL DAN UMUR PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG DAN CEMPO IRENG PENGGUNAAN RADIASI SINAR GAMMA UNTUK PERBAIKAN DAYA HASIL DAN UMUR PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG DAN CEMPO IRENG TESIS Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Magister Pertanian

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

Oleh: Totok Agung Dwi Haryanto Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto (Diterima: 25 Agustus 2004, disetujui: 27 September 2004)

Oleh: Totok Agung Dwi Haryanto Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto (Diterima: 25 Agustus 2004, disetujui: 27 September 2004) PERTUMBUHAN, HASIL, DAN MUTU BERAS GENOTIPE F5 DARI PERSILANGAN PADI MENTIK WANGI X POSO DALAM RANGKA PERAKITAN PADI GOGO AROMATIK GROWTH, YIELD, AND RICE QUALITY OF F5 GENOTYPES PROGENY OF CROSSING BETWEEN

Lebih terperinci

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL EMPAT VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARA DI BENGKULU ABSTRAK

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL EMPAT VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARA DI BENGKULU ABSTRAK KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL EMPAT VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARA DI BENGKULU Yartiwi, Yahumri dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul 147 PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul Karakter morfologi tanaman pada varietas unggul dicirikan tipe tanaman yang baik. Hasil penelitian menunjukkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family Oryzoideae dan Genus Oryza. Organ tanaman padi terdiri atas organ vegetatif dan organ generatif.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 133/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 133/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 133/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI SAWAH S3254-2G-21-2 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA SARINAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci